• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LEMBAGA ZAKAT DAN PEMERINTAH INDON (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN LEMBAGA ZAKAT DAN PEMERINTAH INDON (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN LEMBAGA ZAKAT DAN PEMERINTAH INDONESIA

DALAM MENDISTRIBUSIKAN ZAKAT PRODUKTIF

Dosen Pengampu: Zein Muttaqin, SEI., MA.

Disusun Oleh:

Lisna Latifah Zein (14423211) Anggi Fadhilah (14423214)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW juga kepada segenap keluarga, para sahabat, serta umat beliau hingga akhir zaman. Amiin.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu proses penyelesaian makalah ini, yaitu:

1. Zein Muttaqin, SEI., MA selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan bimbingan kepada kami.

2. Seluruh civitas akademika Ekonomi Islam yang telah memberikan referensi baik dalam bentuk jurnal, penelitian, maupun buku.

3. Seluruh rekan-rekan mata kuliah Bahasa Indonesia kelas C yang telah memberikan semangat kepada kami.

Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca dan semoga Allah selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya. Amiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 1 Desember 2016

Pemakalah

(3)

iii DAFTAR ISI

COVER... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

BAB II PEMBAHASAN ...

A. Definisi Zakat ... 3

B. Upaya Pemerintah Negara Republik Indonesia untuk Mengelola Zakat

serta Mendistribusikan Zakat Produktif ... 4

C. Peran Negara terhadap Lembaga Zakat... 5

BAB III PENUTUP...

A. Kesimpulan... 11

B. Saran ... 11

(4)
(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materiil dan mental spiritual, antara lain melalui pembangunan di bidang agama yang mencakup terciptanya suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan akhlak mulia, terwujudnya kerukunan hidup umat beragama yang dinamis sebagai landasan persatuan dan kesatuan bangsa, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional.

Zakat merupakan rukun Islam yang keempat, yang artinya seluruh umat Islam yang termasuk dalam kategori muzakki wajib mengeluarkan sebagian hartanya untuk pembangunan umat (fakir, miskin, amil, muallaf, riqob, ghorimin, sabilillah, dan ibnu sabil). Dengan pengelolaan yang baik zakat merupakan sumber dana potensial yang dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat.

Zakat sangat erat kaitannya dengan masalah bidang sosial dan ekonomi dimana zakat mengikis sifat ketamakan dan keserakahan si kaya. Masalah bidang sosial dimana zakat bertindak sebagai alat yang diberikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki, sedangkan dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan kekayaan dalam tangan sesorang.

Zakat merupakan salah satu cara untuk mewujudkan keseimbangan keadilan sosial didunia dengan cara tolong menolong yang kaya memberi bantuan kepada yang miskin, yang kuat memberi pertolongan kepada yang lemah. (Elsi, 2006).

Zakat yang diberikan muzakki kepada mustahiq zakat pada umumnya zakat yang bersifat konsumtif, yaitu zakat yang hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu zakat tersebut akan habis jika tidak dikembangkan untuk membantu perekonomian mereka. Oleh karena itu, zakat yang diberikan harus bersifat produktif, yaitu zakat yang dapat membantu dalam usaha atau perekonomian mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam jangka panjang. Hal ini diperlukan pembinaan untuk membantu mereka mengembangkan usahanya.

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas umat beragama Islam. Lembaga zakat di Indonesia telah ada dan tumbuh begitu lama, namun belum dikembangkan secara profesional. Maka dari itu, pemerintah berperan menjadikan Lembaga zakat di Indonesia menjadi lembaga zakat yang produktif.

(6)

2 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:

1. Apa definisi zakat?

2. Bagaimana upaya Pemerintah Negara Republik Indonesia untuk mengelola zakat serta mendistribusikan zakat produktif?

(7)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Zakat

Didin (2008) menjelaskan dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu “keberkahan”, al-namaa “pertumbuhan dan perkembangan”, ath-thaharatu “kesucian”, dan ash-shalahu “keberesan”. Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya dengan redaksi yang agak berbeda antara satu dan lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan peryaratan tertentu pula.

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik). Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam surat At-Taubah ayat 103 dan surat Ar-Ruum ayat 39.

Surat At-Taubah ayat 103:

ي ع لص ا ب يكزت هر طت ةقدص لا مأ نم ذخ ل نكس كتَص َنإ

ي ع عيمس ََا

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka.Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Surat Ar-Ruum ayat 39:

ََا دنع بري َف ساَنلا لا مأ يف بريل ابر نم تيتآ ام ن فعضملا ه كئ ٰل أف ََا هج ن ديرت ةاكز نم تيتآ ام

Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan hartanya.”

Sedangkan kata zakat produktif secara bahasa berasal dari bahasa Inggris “productive” yang berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil; banyak menghasilkan barang-barang berharga; yang mempunyai hasil baik. “productivity” daya produksi.

Secara umum produktif (productive) berarti “banyak menghasilkan karya atau barang.” Produktif juga berarti “banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil.”

(8)

4

konsumtif yaitu penyaluran zakat bersifat bantuan sesaat untuk menyelesaikan masalah yang mendesak. (Amiruddin, 2005).

Menurut Amiruddin, dkk (2005) menyebutkan bahwa zakat produktif ialah penyaluran zakat untuk usaha produktifitas satu usaha setelah para asnaf telah dipenuhi yang penyalurannya diharapkan membuka peluang tenaga kerja.

Lebih tegasnya zakat produktif dalam karya tulis ini adalah pendayagunaan zakat secara produktif, yang pemahamannya lebih kepada bagaimana cara atau metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam pengertian yang lebih luas, sesuai dengan ruh dan tujuan syara. Cara pemberian yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan produktif, sesuai dengan pesan syariat dan peran serta fungsi sosial ekonomis dari zakat.

Zakat produktif dengan demikian adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus-menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahiq tidak bisa dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus. (Asnaini, 2008).

B. Upaya Pemerintah Negara Republik Indonesia untuk Mengelola Zakat serta Mendistribusikan Zakat Produktif

Konsepsi pemerintah Negara Republik Indonesia adalah konsepsi pemerintahan Negara Islami.Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ini tercakup dalam pengertian Darul-Islam.Pemerintah Negara Republik Indonesia adalah Pemerintah yang sah menurut hukum Islam, dan umat Islam wajib patuh terhadapnya.

Kerena itu, Pemerintah Negara Republik Indonesia mempunyai hak dan mempunyai kewajiban sebagaimana Negara-negara Islam yang lain, menurut tinjauan hukum Islam, termasuk menegakkan sistem perzakatan.

Sesuai dengan Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila dan sesuai dengan ketentuan pasal 29 UUD 1945, maka Pemerintah mempunyai tugas kewajiban untuk memberikan bimbingan dan bantuan guna memperlancar usaha pembangunan agama sesuai dengan ajaran agama masing-masing, termasuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan soal-soal agama Islam, mencakup, sesungguhnya, pengelolaan zakat.

(9)

5

Pemerintah wajib menyelenggarakan berbagai tugas yang berguna untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, menuju kesejahteraan rakyat lahir dan batin.

Anggaran belanja pembangunan terus meningkat. Pemerintah membutuhkan anggaran pendapatan yang besar sekali, yang tidak hanya dapat ditutup dari sumber dana pajak saja.

Banyaknya golongan fakir miskin, kaum gelandangan dan pengangguran yang harus segera ditanggulangi, karena dituntut oleh UUD 1945 pasal 34 tersebut diatas, dan pasal 27 (2) UUD 1945 yang berbunyi : “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Menegakkan sistem zakat merupakan salah satu kewajiban utama bagi pemerintah, karena ia memikul tanggung jawab untuk memelihara semua orang fakir miskin dan orang-orang yang lemah fisik maupun ekonominya.

Melihat keadaan pelaksanaan zakat di masyarakat yang berlaku secara tradisional seperti persoalan perorangan, sehingga segalanya tergantung kepada keputusan pribadi dan mengakibatkan penggunaan zakat tidak terarah, bahkan tidak sesuai dengan fungsi dan hikmah zakat itu sendiri.Oleh karenanya praktek demikian tidak boleh dibiarkan lagi, dan pemerintah wajib segera turun tangan.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa pengurus zakat itu masuk kedalam tugas Pemerintah Republik Indonesia. Ia berhak dan berwajib menangani hal tersebut, tidak boleh membiarkan para pemilik harta benda menyelesaikan sendiri urusan pemberian (distribusi) zakat, karena zakat itu adalah untuk melindungi nasib orang fakir miskin, untuk merubah kondisi dan situasi konstelasi sosial ekonomi rakyat yang masih jauh dari pada yang kita harapkan, dan untuk dapat menumbuh suburkan tata kehidupan serba selaras, serasi dan seimbang (Scejhul, 1993).

C. Peran Negara terhadap Lembaga Zakat

Lembaga zakat di Indonesia telah ada dan tumbuh begitu lama, namun belum dikembangkan secara professional.Wajar, lembaga ini dalam perjalanannya mengalami beberapa permasalahan, yang tidak dapat dipisahkan kehidupan umat Islam sehari-hari. Permasalahan tersebut antara lain :

1. Adanya krisis kepercayaan umat terhadap segala macam atau bentuk usaha penghimpunan dana umat karena terjadi penyelewengan/penyalahgunaan akibat sistem control dan pelaporan yang lemah. Dampaknya orang lebih memilih membayar zakat langsung kepada mustahiq daripada melalui lembaga zakat.

2. Adanya pola pandangan terhadap pelaksanaan zakat yang umumnya lebih antusias pada zakat fitrah apa saja yakni menjelang idul fitri.

(10)

6

4. Terdapat semacam kejemuan di kalangan muzakki, dimana dalam periode waktu yang relative pendek harus dihadapkan dengan berbagai lembaga penghimpun dana.

5. Adanya kekhawatiran politis sebagai akibat adanya kasus penggunaan dana umat tersebut untuk tujuan-tujuan politik praktis.

Kekhawatiran dan kemungkinan terjadinya lima hal di atas, seharusnya tidak terjadi. Mengingat lembaga zakat itu sungguh akan menjadi tiang agama sekaligus tiang ekonomi dari semua umat manusia di semua dimensi ruang dan dimensi waktu. Apalagi Negara memang bertugas dan bertanggung jawab terhadap kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.Dengan ikut sertanya pemerintah dalam kebijakan zakat, diharapkan dapat mempermudah dan membantu tugas-tugas pemerintah tersebut.

Pengaruh-pengaruh yang baik dari zakat pada aspek sosial ekonomi, memberikan dampak terciptanya keamanan masyarakat dan menghilangkan pertentangan kelas karena ketajaman perbedaan pendapatan. Dengan pengelolaan zakat oleh Negara akan menunjang terbentuknya keadaan ekonomi yang growth with equity, peningkatan produktivitas yang dibarengi dengan pemerataan pendapatan serta peningkatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Apalagi zakat dan berbagai bentuk ibadah sedekah lainnya memiliki posisi potensial sebagai sumber pembelanjaan dalam masyarakat muslim dan sumber daya untuk mengatasi berbagai macam sosial cost yang diakibatkan dari hubungan antar manusia dan mampu membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan incame iconomic growth with equity.

Hal ini berarti secara tidak langsung akan dapat mencegah praktik riba, akan membangun kerja sama ekonomi, akan menciptakan sistem jaminan sosial dan yang terpenting dapat mengangkat ekonomi rakyat lemah. Disinilah tampak betapa pentingnya peran Negara dalam mengatur lembaga zakat, agar fungsi ekonomi, sosial dan pendidikan yang terkandung dalam ibadah zakat dapat terwujud.

Menurut Zainal Abidin ada lima hal yang menjadi pekerjaan atau tugas pemerintah, yaitu: “Menghindarkan ancaman kelaparan, menjamin pekerjaan, memberantas kefakiran, mengadakan organisasi-organisasi sosial, menjadikan rakyat tangan memberi”.

Tugas diatas pada prinsipnya dipesankan al-Qur‟an, misalnya dalam hal menghindarkan ancaman kelaparan. Al-Qur‟an surat al-Isra‟ ayat 31 menegaskan bahwa manusia harus optimis dan jangan takut karena kemiskinan, karena rizkinya sudah ditentukan oleh allah. Pemerintah adalah wakil Tuhan yang harus memperhatikan rakyatnya. Dan ia akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.

Menurut penulis zaman modern menghendaki suatu cara yang sistematis dan efektif, sehingga zakat yang mulia itu semakin tinggi nilainya dan lebih nyata hasilnya. Maksud pemberian zakat kepada delapan golongan adalah untuk menjamin kesejahteraan golongan-golongan yang lemah dalam masyarakat.Jaminan berupa pekerjaan adalah lebih efisien dan permanen daripada jaminan keuangan dan harta benda.

Menurut Adi Sasono kemiskinan rakyat Indonesia disebabkan oleh faktor luar yaitu sejarah, situasi dan kondisi yang ada, sebagaimana diungkapkannya :

(11)

7

cenderung untuk lebih mendekati “ampas” (waste) yang tidak dapat menimbulkan kegiatan-kegiatan produktif yang otonom dan menimbulkan efek. Akhirnya masa miskin sangat bergantung kepada pemilik harta-harta produktif.Timbullah hubungan patron client, dimana masa miskin menjadi kelas yang tidak dapat berkutik dan praktis menyerah sepenuhnya kepada “kebaikan hati” pemilik harta produktif. Golongan miskin makin jauh tertinggal dan akan terus mengalami perlakuan semena-mena dari golongan kaya sehingga golongan miskin menjadi tidak berdaya. Mereka semata-mata bergantung kepada belas kasihan golongan kaya.

Memperhatikan apa yang dikemukakan Adi Sasono, semakin jelas peran pemerintah terhadap rakyatnya. Memberi kesempatan bekerja (menjamin pekerjaan) dan mengikutkan mereka dalam proses produksi. Lembaga zakat dapat membantu tugas tersebut, karena zakat memiliki fungsi sosial dan ekonomi yang jelas dan kuat.

Islam memberikan hak yang sebesar-besarnya kepada Negara (pemerintah) untuk melindungi nasib kaum fuqara, mengayomi rakyatnya, mengatur perekonomian dan mengangkat derajat kaum yang lemah.

Hal ini sesuai dengan pendapat an-Nawawi mengumpulkan zakat adalah hak dan kewajiban para penguasa, untuk melindungi rakyat.Hukum asal bagi pelaksanaan zakat adalah pembagiannya tidak dilakukan oleh pemilik harta benda sendiri, tetapi oleh para petugas dari badan „amaliah.

Asy-Syairazi bahkan mewajibkan pemerintah membentuk suatu badan yang bertugas mengurusi zakat yang ia sebut dengan “Amalah” tersebut, dengan alasan : (1) Nabi SAW dan khalifah-khalifah sesudah beliau berbuat demikian, (2) Diantara manusia ada yang memiliki harta, tapi tidak mengerti adanya kewajiban pada harta bendanya, dan (3) Ada yang mengerti, tapi kikir, maka dalam hal inilah pemerintah wajib mengurusi zakat.

Al-Kasani, menegaskan bahwa berdasarkan surat at-Taubah ayat 103 dan 60, maka kepala Negara mempunyai hak menuntut dan memungut zakat. Kalau tidak demikian maka apa artinya disebutkan al-amilin sebagai salah satu dari yang berhak menerima zakat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemerintah wajib memperhatikan masyarakatnya.Kewajiban dan hak orang kaya, orang miskin dan pemerintah harus dilaksanakan seiring, sejalan agar tercipta masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.Tugas dan kewajiban ini dapat dilakukan dengan meningkatkan mengoptimalkan peran Negara terhadap lembaga zakat yang ada. (Asnaini, 2008).

Penyaluran zakat

(12)

8 Pendayagunaan Zakat

Pendayagunaan dalam zakat erat kaitannya dengan bagaimana cara pendistribusiannya. Kondisi itu dikarenakan jika pendistribusiannya tepat sasaran dan tepat guna, maka pendayagunaan zakat akan lebih optimal dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, dijelaskan mengenai pendayagunaan adalah:

1. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

2. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahiq telah terpenuhi.

Dalam pendayagunaan dana zakat terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pihak penyalur zakat atau lembaga pengelola zakat. Hal tersebut termaktub didalam keputusan Menteri Agama RI Nomer 581 tahun1999 tentang pengelolaan dana zakat :

a. Berbasis sosial

b. Berbasis pengelolaan ekonomi

Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian modal usaha kepada mustahiq secara langsung maupun tidak langsung, yang pengelolaannya bisa melibatkan maupun tidak melibatkan mustahiq sasaran. Penyaluran dana zakat ini diarahkan pada usaha ekonomi yang produktif, yang diharapkan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat.

Nasution (2008) menjelaskan bahwa dalam pendistribusian dana zakat, pada masa kekinian dikenal dengan istilah zakat konsumtif dan zakat produktif. Hamper seluruh lembaga pengelolaan zakat menerapkan metode ini. secara umum kedua kategori zakat ini dibedakan berdasarkan bentuk pembelian zakat dan penggunaan dana zakat itu oleh mustahiq. Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut kemudian dibagi dua, yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif, sedangkan yang berbentuk produktif dibagi menjadi produktif konvensional dan produktif kreatif adalah:

1. Konsumtif tradisional 2. Konsumtif kreatif 3. Produktif konvensional 4. Produktif kreatif

Zakat Dalam Usaha Produktif

Implikasi zakat adalah memenuhi kebutuhan masyarakat yang kekurangan, memperkecil jurang kesenjangan ekonomi, menekan jumlah permasalahan sosial, dan menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat memelihara sector usaha. Dengan kata lain zakat menjaga konsumsi masyarakat pada tingkat yang minimal, sehingga perekonomian dapat terus berjalan. Zakat menjadikan masyarakat tumbuh dengan baik, zakat dapat mendorong perekonomian.

(13)

9

Tujuan zakat yaitu memperbaiki taraf hidup rakyat Indonesia yang masih berada dibawah garis kemiskinan. Media transfer pendapatan ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli orang miskin. Adapun sasaran zakat, yaitu antara lain memperbaiki taraf hidup, pendidikan dan mahasiswa, mengatasi masalah ketenagakerjaan atau pengangguran, dan program pelayanan kesehatan.

Zakat terhadap produksi dengan asumsi para muzakki adalah golongan yang umumnya bekerja sebagai produsen, maka manfaat zakat oleh produsen akan dirasakan melalui tingkat konsumsi yang terus terjaga, akibat zakat yang mereka bayarkan dibelanjakan oleh mustahiq untuk mengkonsumsi barang dan jasa dari produsen. Jadi semakin tinggi jumlah zakat, maka semakin tinggi pula konsumsi yang dapat mendorong ekonomi. Saat ini zakat tidak hanya dapat dimanfaatkan yang sifatnya hanya konsumtif, akan lebih bermanfaat jika zakat dapat peberdayakan secara produktif. Karena ini yang akan membantu para mustahiq tidak hanya dalam jangka pendek tetapi untuk jangka yang lebih panjang. Keberadaan zakat yang memang pada mulanya ditujukan untuk memberantas kemiskinan menimbulkan pemikiran-pemikiran dan inovasi dalam penyaluran dana zakat itu sendiri, salah satunya sebagai bantuan dalam usaha produktif.

Dengan adanya modal pihak mustahiq dapat meningkatkan pendapatannya melalui usaha produktif dengan dari dana zakat yang mereka terima. Diharapkan susunan masyarakat akan berubah atau dengan tujuan menjadikan mustahiq menajdi seorang muzakki.

Zakat dan Kemiskinan

Menurut Qaradhawi (2002), Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal yang mampu membahayakan aqidah, akhlaq, kelogisan berpikir, keluarga dan masyarakat. Salah satu kejahatan yang terbesar dari kapitalisme adalah penguasaan dan pemilikan sumber daya produksi oleh segelintir manusia yang diuntungkan secara ekonomi, sehingga hal ini berimplikasi pada pengabdian pada mereka orang yang kurang beruntung. Zakat adalah suatu mekanisme tanpa kompromi yang berusaha menghilangkan segala kesewenang-wenangan, karena zakat merupakan kewajiban bagi kalangan kaum muslimin yang kaya. Zakat mampu tampil sebagai instrumen dalam memperkecil kesenjangan tersebut dan mampu mengembalikan daya beli masyarakat.

(14)

10

(15)

11 BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Zakat merupakan sebagian harta yang dimiliki oleh seorang muslim atau badan usaha dengan berbagai ketentuan agama yang telah ditetapkan untuk diberikan kepada para mustahiq terutama fakir miskin dan orang lemah, sedangkan zakat produktif yaitu penyaluran zakat kepada para penerima zakat sehingga akan terciptanya suatu usaha yang berkelanjutan untuk memenuhi perekonomian mereka.

2. Upaya pemerintah negara Republik Indonesia untuk mengelola zakat serta mendistribusikan zakat produktif yaitu dengan menegakkan sistem zakat dengan baik sehingga dapat merubah kondisi sosial ekonomi rakyat yang masih jauh dari kata sejahtera.

3. Peran negara terhadap lembaga zakat berhubungan dengan fungsi sosial yang penting sehingga Negara bertanggung jawab mengelola zakat sebagai penunjang terbentuknya keadaan ekonomi yang merata untuk terciptanya keadilan sosial dalam masyarakat.

B. Saran

1. Diharapkan pembaca dapat mengetahui definisi dan pentingnya zakat.

2. Diharapkan pembaca dapat mengetahui upaya pemerintah dalam mendistribusikan zakat produktif.

(16)

12

DAFTAR PUSTAKA

Asnaini. 2008. Zakat P roduktif dalam P erspektif Hukum Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Permono, Sjechul Hadi. 1993. P emerintah Republik Indonesia Sebagai P engelola Zakat.Jakarta: Pustaka Firdaus.

Hafidhuddin, Didin. 2008. Zakat dalam P erekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani.

Sari, Elsi Kartika. 2006. P engantar Hukum Zakat Dan Wakaf. Jakarta: PT Grasindo.

Wulansari, Shinta Dwi. dkk. 2014. Analisis P eranan Dana Zakat P roduktif terhadap P erkembangan Usaha Mikro Mustahiq (P enerima Zakat) Studi Kasus Rumah Zakat Kota Semarang.ejournal-s1.undip.ac.id. diakses tanggal 15 Desember 2016.

Sariningrum, Siti Zahrah. 2011. Analisis F aktor-F aktor yang Mempengaruhi P embayaran Zakat di P alembang.Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Ridwan, Muhammad. 2005. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Cetakan 2, Yogyakarta: UII Press.

Nasution, dkk. 2008. Indonesia Zakat and Development Report 2009. Depok: CID.

Qardhawi, Yusuf. 2005. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Zikrul.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah studi kasus-kontrol dengan subjek penelitian etnik/suku masyarakat Samarinda polimorfisme HLA-DR4, HLA-DR6 dengan kasus juga hubungan antara

16 Penelitian lain, Perea et al yang meneliti prevalensi dan faktor risiko tinea pedis dan tinea unguium pada populasi umum di Spanyol menjumpai dari 1000 orang subjek

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang Islam sesuai dengan ketentuan Agama untuk diberikan kepada yang berhak

Kaleng untuk proses steril ditutup il ditutup sampai sampai bersifat kedap udara dengan alat khusus. bersifat kedap udara dengan alat khusus. Bahan pembuat kaleng ini ada 3 macam

Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kantong nilai plastik transparan sangat cocok diterapkan pada proses pembelajaran setiap siklus, walaupun pada siklus I dan

Lembar ini disebut lembar control karena lembar ini akan diambil oleh petugas security sebagai alat control saat calon penumpang memasuki ruang tunggu. Untuk membedakan