• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Romantisme dalam Drama Korea terhadap Ekspektasi Berpacaran: studi pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana penonton serial d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Romantisme dalam Drama Korea terhadap Ekspektasi Berpacaran: studi pada mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana penonton serial d"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

37

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Drama Korea “Descendant of the Sun”

Drama korea ini merupakan drama yang ditulis oleh Kim Eun Seok dan Kim

Won Seok dengan latar militer dan medis serta ditayangkan di stasiun televisi Korea

KBS2 dengan keseluruhan 16 episode. “Descendant of the Sun” menjadi salah satu

drama yang paling diantisipasi dan ramai diperbicangkan sejak belum dimulai proses

syutingnya. Saat drama ini mulai tayang, drama ini menyedit perhatian dan bahkan

mampu meraih rating diatas 20% pada episode ke-3 penayangannya dan semakin

meningkat disetiap episodenya.1

Drama ini mengusung genre romance-action-comedy dan menceritakan kisah

cinta antara seorang kapten kesatuan, Yoo Si-Jin dan seorang dokter handal, Kang

Mo-Yeon yang dipertemukan takdir di rumah sakit. melihat kecantikan Kang Mo

Yeon, Yoo Si-Jin langsung jatuh hati dan berusaha untuk memdekatinya saat itu juga.

Sejak itu pendekatan diantara mereka dimulai hingga mereka berpisah sebelum resmi

berpacaran, karena Kang Mo-Yeon tidak bisa mengerti pekerjaan Yoo Si-Jin yang

sebenarnya hingga mereka akhirnya dipertemukan kembali disebuah negara bernama

Uruk sampai mereka menjadi dekat dan menjadi sepasang kekasih.

4.2Karakteristik Responden

Sebelum peneliti melakukan analisis data, pertama akan dipaparkan mengenai

karakteristik responden untuk mengetahui gambaran umum tentang responden yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini. Karakteristik responden ini meliputi jenis

kelamin dan pendidikan.

4.2.1 Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini peneliti melibatkan 60 responden yang berjenis kelamin

perempuan, karena rata-rata perempuan lebih fokus terhadap perasaannya dan

reaktif terhadap gambar-gambar yang bersifat emosinal.2 Hal ini terbukti

bahwa rata-rata mahasiswi perempuan FISKOM yang menyukai drama Korea

1http://www.ceritakorea.com/2016/05/15/descendants-of-the-sun-drama-review/ (diakses pada 22 maret

2017 pukul 18.42)

2

(2)

38 sudah menonton serial “Descendant of the Sun” karena memiliki pemeran

yang mendukung dan cerita yang bagus. Berbeda dengan pendapat mahasiswa

pria FISKOM yang didapatkan dari hasil pra-surey tentang drama korea.

Rata-rata dari mereka mengatakan bahwa drama Korea selalu didominasi oleh

pemeran laki-laki yang tampan dibanding pemeran perempuannya, karena

menurut mereka drama korea dibuat untuk memuaskan hasrat penonton

perempuan bukan untuk pria. Selain itu menurut mereka pemain pria dalam

drama korea wajahnya tidak kalah cantik dengan pemeran perempuannya dan

kurang macho. Pendapat yang lain menurut mereka adalah menonton drama

Korea bisa mengurangi kemachoan seorang pria dan lebih menyukai film

bergenre action atau laga yang dibintangi oleh aktor ternama daripada

menonton drama Korea yang hampir seluruh judul nya mempunyai genre film

yang romantis yang bercerita tentang dua orang yang jatuh cinta dengan cara

berlebihan dan tidak realitistis bisa terjadi di dunia nyata.

4.2.2 Pendidikan

Berdasarkan pendidikan dari responden sudah jelas bahwa sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi aktif fakultas Ilmu Sosial

dan Komunikasi (FISKOM) Universitas Kristen Satya Wacana yang sedang

menempuh pendidikan strata satu (S1) sesuai dengan segmentasi drama Korea

“Descendant of the Sun” yang ditargetkan untuk anak remaja.

4.3Karakteristik Variabel X (Menonton Adegan Romantis Serial “DOTS”)

Variabel X dalam penelitian ini meliputi dari tiga indikator, yaitu Intensitas

menonton, Isi Tayangan dan Daya Tarik. Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil

pengukuran indikator menonton adegan romantis “DOTS” ini, maka digunakan empat

kategori yang menunjukan kesetujuan dan ketidaksetujuan terhadap setiap item

pernyataan yang digunakan yaitu sangat Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan

Sangat Tidak Setuju. Analisis yang digunakan dalam indikator Intensitas menonton

menggunakan analisis statistik deskriptif karena data yang terdapat bersifat rasio atau

terbuka. Sementara indikator isi pesan dan daya tarik dianalisis dengan menggunakan

(3)

39 4.3.1 Analisis Intensitas Menonton

a. Durasi Menonton Serial Drama Korea “Descendant of the Sun”

Dalam teori Kultivasi milik Gerbner yang dipaparkan pada bab

sebelumnya dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat dua karakteristik

penonton yaitu, (1) Heavy Viewer yaitu mereka yang menonton lebih dari

4 jam setiap harinya; (2) Light Viewer yaitu mereka yang menonton

kurang dari 4 jam setiap harinya.

Dari jumlah sampel penelitian ini yaitu 60 responden penonton drama

Korea “Descendant of the Sun”, menurut tingkat frekuensi dalam menonton drama Korea “DOTS” adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menonton

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Dari 60 responden, sebanyak 45 orang (75%) memiliki tingkat

lamanya menonton drama Korea “DOTS” lebih dari 4,5 jam perhari nya

dan sisanya 15 orang (25%) memiliki tingkat lamanya menonton drama

Korea “DOTS” lebih rendah kurang dari 4 jam per hari. Menurut Jee Hyun Moon seorang peneliti dari Mirae Asset Daewoo, Korea alasan yang

membuat orang menonton drama Korea hingga berjam-jam lamanya

adalah drama Korea memiliki durasi episode yang sedikit yang berkisar

dari 16-20 episode, serta dimainkan oleh artis yang mendukung dan

berakting memukau dan membuat penonton sangat menikmati aliran emosi

yang terjadi selama ditayangkan. Emosi naik turun seperti itu yang

menjadi efek samping yang justru menimbulkan ketagihan. Selain itu

beberapa dialog yang dalam dan menyentuh atau kisah yang tragis yang No. Tingkat Keseringan

Menonton

Frekuensi Persentase (%)

1 HeavyViewer 45 75%

2 LightViewer 15 25%

(4)

40 memiliki kesamaan di dunia nyata dapat menjadi faktor kenapa drama

Korea sangat digemari.3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata mahasiswi

FISKOM menonton drama Korea “DOTS” pada tingkat Heavy Viewers

yaitu menonton drama lebih dari empat jam dalam sehari. Dan dapat

disimpulkan sebagian mahasiswi FISKOM yang dijadikan responden

dalam penelitian ini sangatlah kecanduan dalam menonton serial drama

Korea “DOTS” dan karena mereka semua adalah mahasiswi mereka mempunyai banyak waktu untuk menonton dalam sehari.

b. Frekuensi Menonton Serial Drama Korea “Descendant of the Sun”

Berdasarkan data yang diperoleh data, hasil frekuensi menonton drama

Korea “DOTS” para responden dalam seminggu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

3http://www.koreaboo.com/buzz/expert-explains-korean-dramas-addictive/ diakses pada 26 Februari 2017

(5)

41 Dari hasil pengisian kuisiner terhadap 60 responden, dapat dilihat bahwa

rata-rata penonton dalam tipe Heavy Viewer menonton drama “DOTS” 3 hari

dalam seminggu dengan durasi lebih dari 4 jam dalam seminggu, dan rata-rata

penonton dalam Light Viewer menonton 2-4 hari dengan durasi kurang dari 4

jam dalam seminggu. Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswi FISKOM

rata-rata menonton drama Korea 2-4 hari dalam seminggu.

4.3.2 Analisis Indikator Isi Pesan dan Daya Tarik

Dalam indikator Isi Tayangan dan Daya Tarik terdiri dari delapan item

pernyataan. Untuk mengetahui tingkat skala perhitungan rata-rata, digunakan

interval sebagai berikut :

= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum

Jumlah Kategori

= 32 – 8 = 6 4

Tabel 4.3

Interval Kategori Jawaban Indikator Likert Variabel X

Tingkat Skala

Interval Interpretasi Frekuensi Presentase (%) 1 8 - 14 Sangat Tidak

Setuju

0 0%

2 15 - 21 Tidak Setuju 0 0%

3 22 - 28 Setuju 10 16,6%

4 29 - 32 Sangat Setuju 50 83,3%

TOTAL 60 100%

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Pada indikator likert variabel X menunjukkan responden setuju dengan

pertanyaan-pertanyaan tentang isi tayangan dan daya tarik drama korea yang

ditunjukkan dengan jumlah 60 responden. Hal itu menunjukkan pada indikator

Isi Pesan responden sangat memiliki ketertarikan saat menonton drama

(6)

42 Tarik, responden sangat menyetujui bahwa mereka tertarik menonton

tayangan drama “DOTS” karena dimainkan oleh artis yang terkenal dan

memiliki paras yang rupawan serta responden juga mengerti dan menyukai

alur cerita yang ditayangkan dalam serial “DOTS” begitu pula juga adegan -adegan romantis yang ditayangkan yang mereka anggap bersifat realitis.

4.4 Karakteristik Variabel Y (Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM)

Variabel Y atau ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM dalam peneliti ini

terdiri dari tiga indikator yaitu Goal, Agency Thinking, dan Pathway Thinking. Dalam

indikator Y terdiri dari 37 butir pernyataan. Untuk mengetahui tingkat skala

perhitungan rata-rata, digunakan interval sebagai berikut :

= nilai jawaban maximum – nilai jawaban minimum

Jumlah Kategori

= 148 – 37 = 27,7 4

Tabel 4.4

Interval Kategori Jawaban Variabel Y Tingkat

Skala

Interval Interpretasi Frekuensi Presentase (%) 1 37 – 64,7 Sangat Tidak

Setuju

0 0%

2 64,8 – 92,5 Tidak Setuju 5 8,3%

3 92,6 – 120,3 Setuju 15 25%

4 120,4 - 148 Sangat Setuju 40 66,6%

TOTAL 60 100%

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Pada indikator variabel Y (Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM)

menunjukkan rata-rata responden sebanyak 55 orang setuju dengan

pernyataan-pernyataan yang diberikan. Hal ini menujukkan pada indikator Goal, rata-rata

responden setuju bahwa setelah mereka menonton adegan romantis dalam “DOTS”

(7)

43 mereka lihat tersebut. Selain itu mereka juga menjadi membayangkan seorang pria

atau kekasih yang melakukan hal-hal yang romantis seperti yang dilakukan aktor

dalam serial drama korea “DOTS” tersebut. Contohnya ketika terdapat adegan saat

aktor dalam “DOTS” mengucapkan kata-kata yang romantis, menonton film berdua, belanja bersama, menatap sang kekasih dengan tatapan yang romantis, menyandarkan

kepala dipundak kekasih, melindungi kekasih dari bahaya, mengikatkan tali sepatu

kekasih, memelu kekasih dari belakang untuk meminta maaf, mencium kening,

memasangkan kalung dileher perempuan, liburan berdua di tempat yang romantis,

camping berdua, selfie berdua dengan pose yang lucu, mengikat rambut kekasihnya,

dan melihat bintang berdua diatas kapal mereka menjadi beranggapan dan

membayangkan adegan-adegan tersebut dapat terjadi.

Pada indikator Agency Thinking, menunjukkan bahwa rata-rata responden

setuju bahwa setelah menonton adegan romantis dalam “DOTS” mereka menjadi

berpekspektasi untuk bisa berpacaran seperti adegan romantis yang mereka lihat

karena mereka akan merasa senang apabila memiliki kekasih yang memperlakukan

seperti dalam adegan romantis yang mereka tonton. Selain itu rata-rata responden

yakin bisa berpacaran seperti dalam adegan romantis dalam serial drama “DOTS”

karena mereka setuju adegan romantis dalam serial “DOTS” bisa terjadi dalam

kehidupan nyata.

Pada indikator Pathway Thinking menunjukkan bahwa rata-rata responden

setuju bahwa setelah menonton adegan romantis dalam serial drama “DOTS” mereka

akan mencari strategi agar adegan romantis yang mereka tonton tersebut dapat terjadi,

seperti menyuruh kekasihnya agar bisa melakukan hal-hal yang serupa seperti dalam

serial drama “DOTS” karena responden juga setuju akan merasa nyaman dengan perlakuan dari kekasih apabila hal tersebut dapat terwujudkan. Selain itu rata-rata

responden sangat setuju untuk melakukan romantisme yang serupa dalam serial yang

mereka tonton tersebut seperti akan mengatakan kata-kata romantis, mengajak makan

berdua, menonton film berdua, menyadarkan kepalanya dipundak, memberikan

kejutan kecil dengan datang tiba-tiba, camping berdua, selfie dengan pose yang lucu,

(8)

44 Ekspektasi

4.5 Analisis Tabulasi Silang

Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara durasi menonton dengan

ekspektasi berpacaran dengan mengkategorikan tipe penonton menurut teori

Kultivasi milik Gerbner, yaitu Heavy Viewer dan Light Viewer, maka data akan

diolah dengan menggunakan analisis tabulasi silang yaitu metode untuk

mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu tabel. Dan hasil

tabulasi silang dengan menggunakan aplikasi SPSS 17 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Tabulasi Silang antara Durasi Menonton LightViewer dan Heavy Viewer terhadap Ekspektasi Berpacaran

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas diketahui responden yang memiliki ekspektasi yang

tinggi dalam berpacaran setelah menonton serial drama Korea ”DOTS” adalah

sebanyak 42 responden (93,3%) yang berada pada kategori tipe Heavy Viewers. Hal

tersebut membuktikan bahwa teori Kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner

mengenai tipe Heavy Viewer yaitu khalayak yang menonton lebih dari 4 jam dalam

sehari dan lebih terpengaruh kepada realitas yang dibentuk oleh media dibandingkan Kultivasi DURASI MENONTON Total

(9)

45 dengan kepercayaannya terhadap realitas secara langsung. Hal tersebut terjadi dalam

penelitian ini dimana responden yang tergolong ke dalam kategori Heavy Viewer

memiliki ekspektasi yang lebih besar dibandingkan dengan responden Light Viewer

yang menonton kurang dari 4 jam dalam sehari.

Hal ini juga menunjukkan kuatnya daya tarik tayangan serial drama Korea

“DOTS” pada responden dengan menunjukkan adanya efek kuatnya media massa

dalam memberikan terpaannya kepada perubahan perilaku seseorang dalam

ekspektasi berpacarannya. Tayangan drama Korea “DOTS” memberikan peran yang aktif dan menarik perhatian khalayaknya dalam memberikan suatu hiburan yang tak

terlepas dari kreatifitas pengemasan serial dalam bentuk audiovisual, karakter yang

mendukung, cerita yang menarik, serta adegan romantis yang menarik untuk membuat

khalayaknya untuk tetap mengikuti dan menonton serial drama ini hingga episode

(10)

46 4.6 Uji Prasyarat Hipotesis

Sebelum peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan aplikasi pengolah

data SPSS 17, peneliti membuat hipotesis yang telah dicantumkan dibab

sebelumnya. Hipotesis tersebut adalah:

H0: Tidak terdapat pengaruh dari adegan romantis dalam drama Korea

“DOTS” terhadap ekspektasi mahasiswi FISKOM dalam berpacaran.

H1: Terdapat pengaruh dari adegan romantis dalam drama Korea “DOTS” terhadap ekspektasi mahasiswi FISKOM dalam berpacaran.

Kemudian untuk mengetahui adanya pengaruh antara adegan romantis dalam drama

Korea “DOTS” dengan ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM sebelumnya

peneliti akan melakukan uji asumsi klasik terhadap data yang didapat melalui

kuisioner yang meliputi 4 tahap, yaitu (1.) Uji Normalitas; (2.) Uji

Heteroskedastisitas; (3.) Uji multikolineritas, dan (4.) Uji Autokorelasi. Apabila

pengujian tersebut dinyatakan lolos, selanjutnya peneliti akan menganalis data

menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan menggunakan aplikasi

(11)

47 4.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

Kolmogorov Smirnov. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas

dengan teknik Kolmogorov Smirnov adalah jika nilai signifikasi lebih besar

dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai

signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.4

Tabel 4.6

Tabel Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0.176 >

0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diteliti berdistribusi normal dan tidak terkena masalah normalitas.

4.6.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke

4http://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-normalitas-kolmogorov-smirnov-spss.html diakses pada 22

Februari 2017 pukul 01.17

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardi zed Residual

N 60

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation 11.9994679 0

Most Extreme Differences

Absolute .142

Positive .076

Negative -.142

Kolmogorov-Smirnov Z 1.103

Asymp. Sig. (2-tailed) .176

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

(12)

48 pengamatan yang lain. Jika varians dari residual itu tetap, maka disebut

Homoskedastisitas, dan apabila varians dari residual itu berbeda, disebut

Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

Heteroskedastisitas dan dasar pengambilan keputusan pada uji

Heteroskedastisitas yaitu:

1. Jika nilai signigikansi > 0,05 berarti tidak terjadi Heteroskedastisitas.

2. Jika nilai signigikansi < 0,05 berarti terjadi Heteroskedastisitas.

Dalam uji Heteroskedastisitas ini dilakukan dengan teknik uji Glejser

dimana teknik ini mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual

terhadap variabel independen dengan persamaan regresi dengan rumus:

Ut= a +BXt + vt

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser pada SPSS 17 adalah

sebegai berikut:

Tabel 4.7

Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 34.951 10.521 3.322 .002

DOTS -.922 .368 -.313 -2.507 .015

a. Dependent Variable: RES2

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan output diatas diketahui bahwa nilai signifikasi variabel X atau

“DOTS” sebesar 0,015 dan lebih besar dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan

bahwa variabel yang diuji tidak terjadi Heteroskedastisitas.

4.6.3 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

(13)

49 seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (tidak terjadi

Multikolinieritas). Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka

variabel-variabel tidak ortogonal.

Dasar pengambilan keputusan pada uji Multikolinieritas dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu:

2. Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)

- Jika nilai VIF < 10,00 = tidak terjadi Multikolinieritas pada data

n tabel diatas diketahui bahwa nilai tolerance variabel X atau “DOTS” 1,000

lebih besar dari 0,10; dan nilai VIF menunjukkan pada angka 1,000 lebih kecil Coefficientsa

(14)

50 dari 10,00. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak terjadi

Multikolinieritas.

4.6.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui gangguan data yang

bersifat time series (data berdasarkan waktu). Model regresi seharusnya bebas

dari autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih data asli dengan data

hasil regresi) bersifat bebas untuk tiap nilai X (variabel independen).

Dalam pengolahan dengan SPSS, deteksi adanya autokorelasi dapat

dilihat dari besarnya angka DURBIN-WATSON (D-W). Secara umum

pedoman besaran D-W adalah:

1. Jika angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2. Jika angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada korelasi.

3. Jika angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Setelah melakukan uji autokorelasi pada SPSS 17, hasil outputnya adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.9

Tabel Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .756a .572 .565 12.102 1.798

a. Predictors: (Constant), DOTS

b. Dependent Variable: EKSPEKTASI

Berdasarkan hasil tabel diatas diketahui bahwa besarnya angka D-W adalah

sebesar 1,798 dan berada diantara -2 sampai +2. Hal ini berarti menunjukkan

bahwa penelitian ini tidak terjadi adanya autokorelasi.

Dilihat dari uji asumsi klasis yang di analisis, yaitu Uji Normalitas, Uji

Heteroskedastisitas, Uji Multikolinieritas, dan Uji Autokorelasi diketahui bahwa semua tahap

dalam uji asumsi tersebut dikatakan lolos, sehingga setelah melakukan uji asumsi peneliti

dapat melakukan analisis regresi sederhana.

(15)

51 4.6.5 Uji Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan teknik analisis regresi linear

sederhana, dan hasil dari SPSS 17 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.10

Tabel Korelasi Menonton Adegan Romantis “DOTS” dengan Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM

Dari hasil analisis yang ditampilkan pada tabel diatas (Tabel Model

Summary) diketahui bahwa korelasi parsial antara menonton adegan romantis

serial “DOTS” dan Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM dengan

korelasi product moment by pearson didapat nilai r hitung sebesar 0,756 dan

berarti nilai korelasi tersebut tergolong sangat kuat (>0,750) dan memiliki

nilai positif (arah korelasi positif) dan dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi responden menonton adegan romantis dalam drama Korea “DOTS”

maka ekspektasi berpacaran yang terjadi semakin tinggi.

Berdasarkan uji tabel korelasi tersebut, koefisien determinasinya (R

square) yang ditemukan yaitu seberar 0,572 atau sebesar 57,2% (R2 x 100%).

Artinya dalam penelitian ini pengaruh menonton adegan romantis dalam

“DOTS” (Variabel X) terhadap ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM

(Variabel Y) sebesar 57,2% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel yang lain

diluar penelitian ini.

Kemudian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh romantis dalam

drama Korea “DOTS” terhadap ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM, maka dapat dilihat pada tabel ANOVA sebagai berikut:

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .756a .572 .565 12.10247

a. Predictors: (Constant), DOTS

b. Dependent Variable: EKSPEKTASI

(16)

52 D

a

l

a

m

a

n

a

lisis ANOVA ini dasar pengambilan keputusan dilihat berdasarkan:

- Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

- Jika probabilitas < 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak

-Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Tidak terdapat pengaruh dari adegan romantis dalam drama Korea

“DOTS” terhadap ekspektasi mahasiswi FISKOM dalam

berpacaran.

H1: Terdapat pengaruh dari adegan romantis dalam drama Korea

“DOTS” terhadap ekspektasi mahasiswi FISKOM dalam

berpacaran.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat probabilitas sebesar

0,000 yang nilainya lebih kecil dari alpha 0,05. Jadi H1 diterima dan H0

ditolak dan artinya adegan romantis dalam drama Korea “Descendant of the Sun” mempengaruhi ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM.

Tabel 4.11 Tabel ANOVA

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 11362.087 1 11362.087 77.573 .000a

Residual 8495.247 58 146.470

Total 19857.333 59

a. Predictors: (Constant), DOTS

b.Dependent Variable: EKSPEKTASI

(17)

53 Tabel 4.12

Tabel Model Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -16.672 16.236 -1.027 .309

DOTS 4.997 .567 .756 8.808 .000

a. Dependent Variable: EKSPEKTASI

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan tabel diatas persamaan regresi sederhana linier yang diperoleh

berdasarkan perhitungan diatas adalah sebagai berikut:

Y= a + bX

YEkspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM = -16,672 + 4,997 Menonton Adegan Romantis “DOTS”

• Konstanta sebesar -16,672 menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel tingkat Menonton adegan romantis, maka besarnya nilai

Ekspektasi berpacaran adalah -16,672.

• Koefisien regresi sebesar 4,997 pada variabel Menonton Adegan Romantis, artinya bahwa setiap penambahan 1 nilai variabel menonton

adegan romantis, maka akan meningkatkan ekspektasi berpacaran sebesar

-11,675.

Selain menggambarkan persamaan regresi output ini, peneliti juga akan menampilkan uji signifikasi dengan uji t yang bertujuan untuk

mengetahui apakan ada pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap

variabel Y.

Dari output model persamaan regresi pada tabel 4.12, model

persamaan regresi diketahui bahwa nilai t hitung = 8,808 dengan nilai

signifikasi 0,000. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

- Jika nilai probabilitas > 0,05, H0 diterima dan H1 ditolak

(18)

54 Jadi kesimpulannya adalah berdasarkan probabilitasnya menunjukkan

bahwa variabel Menonton adegan romantisme “DOTS” secara signifikan

mempengaruhi terhadap Ekspektasi Berpacaran Mahasiswi FISKOM (0,000 <

0,05) 4.7 Pembahasan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang positif antara menonton adegan romantis pada

drama korea “DOTS” dengan ekspektasi berpacaran mahasiswi FISKOM. Variabel Menonton adegan romantis “DOTS” yang dimaksud dalam penelitian ini di ukur dengan tiga indikator yang meliputi Intensitas tayangan dalam drama

Korea, Isi Tayangan, dan daya tarik. Sedangkan ekspektasi berpacaran mahasiswi

FISKOM dalam penelitian ini diukur menggunakan tiga indikator yaitu Goal,

Agency Thinking, dan Pathway Thinking. Dari kedua variabel tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel (X) menonton adegan

romantis serial “DOTS” dengan variabel (Y) ekspektasi berpacaran mahasiswi

FISKOM. Signifikansi hubungan antara variabel X dengan variabel Y dibuktikan

dengan uji hipotesis yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

menonton adegan romantis “DOTS” dengan ekspektasi berpacaran.

Berdasarkan indikator pada variabel Ekspektasi berpacaran mahasiswi

FISKOM (Y) menunjukkan sikap responden setelah menonton adegan romantis

dalam serial drama korea “DOTS” menjadi lebih membayangkan untuk

berpacaran seperti adegan-adegan romantis yang ditayangkan dalam “DOTS”

(Goal) dan berusaha atau memotivasi diri sendiri (Agency Thinking) untuk

mendapatkan jalan atau strategi agar romantisme yang mereka tonton tersebut

dapat direalisasikan (Pathway Thinking). Saat para responden menonton terdapat

aliran emosi yang tanpa disadari muncul dari responden, dimana responden

menjadi terhanyut dalam cerita tayangan drama “DOTS” dan menjadi terbawa

perasaan saat melihat adegan romantis tersebut. Hal tersebut terjadi karena,

semakin responden menyukai cerita dalam serial “DOTS” tersebut maka mereka

menjadi terbawa perasaannya dalam serial tersebut. Hal itu ditunjukkan pada

tabel karakteristik variabel Y (tabel 4.4) dimana rata-rata responden setuju

dengan adanya ekspektasi berpacaran dan motivasi untuk di realitaskan. Sebagai

(19)

55 rambut kekasihnya. Secara goal karena responden menjadi setuju menjadi sangat

emosional melihat adegan tersebut,mereka menjadi menginginkan sosok kekasih

yang mau melakukan hal seperti adegan romantis tersebut. Lalu dalam Agency

Thinking mereka akan memotivasi diri sendiri bahwa mereka yakin bahwa hal

tersebut dapat terjadi ketika dia mencari cara atau strategi agar mempunyai sosok

pacar yang mau melakukan adegan tersebut (Agency Thinking).

Berdasarkan uji hipotesis, nilai korelasi r hasil adalah 0,756 dan nilai korelasi

ini tergolong sangat kuat serta memiliki arah korelasi yang positif dan searah.

Artinya semakin sering mahasiswi FISKOM menonton adegan romantis dalam

serial drama “Descendant of the Sun”, maka akan semakin besar ekspektasi

berpacaran yang terjadi dan begitu pula sebaliknya, semakin jarang orang melihat

adegan romantis dalam “DOTS”, maka ekspektasi berpacarannya akan semakin kecil. Ini berarti responden yang menonton serial drama korea “DOTS” lebih dari

4 jam dalam sehari (heavy viewer) cenderung mempunyai dampak yang lebih

besar untuk terjadinya ekspektasi berpacaran dibandingkan dengan responden

yang menonton serial drama korea “DOTS” kurang dari empat jam dalam sehari (Light Viewers) dengan adanya hasil ini, semakin memperkuat dugaan bahwa ada

dampak secara nyata antara menonton adegan romantis dalam “DOTS” terhadap

ekspektasi berpacaran.

Besarnya dampak menonton adegan romantis dalam serial drama korea

“DOTS” terhadap ekspektasi berpacaran adalah sebesar 57,2% dan sisanya 42,8%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar tayangan drama korea “DOTS”. Ini artinya dengan menonton adegan romantis dalam serial drama korea “DOTS” dapat

mempengaruhi responden untuk terjadinya ekspektasi berpacaran sebesar 57,2%.

Sedangkan 42,8% nya dipengaruhi oleh faktor lain diluar tayangan drama korea

“DOTS”. Untuk mengetahui beberapa faktor lain yang mempengaruhi responden dalam ekspektasi berpacaran, peneliti melibatkan lima responden dari 60

responden sebelumnya untuk mengetahui faktor lain tersebut. Hasil dari

wawancara menunjukkan bahwa faktor lain yang dapat mempengaruhi ekspektasi

berpacaran selain melihat adegan romantis yang di tayangkan lewat drama Korea

“DOTS” adalah pertama, keromantisan yang ditunjukan oleh seorang

artis/selebgram dalam sosial media melalui foto atau video berdua; kedua,

(20)

56 berpacaran, seperti tayangan talkshow “weekly idol” dari Korea; ketiga,

kematangan usia pasangan yang menunjukkan kedewasaan; keempat, peran orang

tua dalam memberikan saran dalam memilih seorang pacar; dan kelima,

kepercayaan atau janji dari pasangan untuk mempunyai hubungan yang bertahan

terus.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya

yang meneliti tentang tayangan drama Korea. Seperti hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ivan Ibnu Salam (Universitas Padjadjaran) 2012, Tentang

Hubungan antara Terpaan Drama Korea di Televisi dengan Gaya Hidup Penonton

yang diperoleh hasil yang cukup berarti antara daya tarik dalam tayangan Korea

dengan gaya hidup penonton. Semakin bagus daya tarik drama Korea tersebut,

maka akan semakin tinggi tingkat perubahan gaya hidup penonton.

Begitu juga dengan hasil penelitian oleh Dewi Ayu Ambar Rani yang

berjudul “Pengaruh Terpaan Drama Korea Terhadap Tingkat Pengetahuan

Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tentang Budaya Korea”

(Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) 2013 yang diperoleh hasil terdapat

hubungan yang cukup kuat antara terpaan drama Korea dengan tingkat

pengetahuan mahasiswa tentang budaya Korea dengan nilai korelasi sebesar

54,3% dan tingkat regresi pada pengaruh sebesar 29,5% dan sisanya diperoleh

dari faktor lain.

Televisi sebagai media informasi dengan berbagai kelebihannya telah mampu

mempengaruhi khalayak yang melihatnya untuk ikut meniru dan memotivasi para

khalayaknya, ditambah lagi dengan kuatnya daya tarik serial drama Korea

“Descendant of the Sun” dan semakin banyaknya serial drama Korea yang

menarik dan menyuguhkan berbagai adegan romantis yang sudah ditontonkan

hampir diseluruh dunia, terutama di Indonesia dalam memberikan sebuah

fenomena baru yang memberikan efek kuatnya media massa terhadap responden

dalam memberikan sebuah terpaan yang menyebabkan terjadinya perubahan

kepada penontonnya yaitu meningkatkan sikap dan ekspektasi berpacaran

terhadap terpaan tersebut. Media sangatlah berperan aktif untuk dapat menarik

perhatian khalayak khususnya serial drama “DOTS” itu dalam memberikan suatu

(21)

57

audiovisual, karakter yang menarik, serta adegan-adegan romantis yang membuat

emosi penontonnya menjadi terhanyut dalam romantisme tersebut.

Dalam analisis teori Kultivasi milik Gerbner dinyatakan bahwa teori tersebut

memfokuskan pada proses penanaman nilai media bagi khalayak, seperti halnya

media sebagai alat ukur utama untuk menanamkan pandangan terhadap dunia.

Manusia menjadi percaya bahwa hal tersebut adalah realitas terhadap keseharian

nya dengan memandang realitas yang sudah kita lihat dalam sebuah media.

Dalam peneliti ini peneliti menggolongkan kelas HeavyViewer dan Light Viewer.

Efek kultivasi ini pun mempunyai pengaruh yang kuat pada responden baik pada

tipe penonton Heavy Viewer. Hal itu ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa

heavy viewer mempunyai ekspektasi berpacaran yang lebih besar sebesar 93,3%

daripada light viewer yang memiliki ekspektasi sebesar 49,2%. Hal tersebut sudah

membuktikan bahwa teori kultivasi milik Gerbner yang mengatakan bahwa

khalayak yang menonton televisi lebih dari 4 jam (Heavy Viewer) lebih percaya

terhadap realitas yang dibentuk oleh media, dan light viewer memiliki akses

media yang lebih luas sehingga sumber informasi mereka lebih variatif. Dan dari

penelitian ini menunjukkan bahwa semakin sering mereka menonton adegan

romantis tersebut, semakin besar pula ekspektasi atau keinginan mereka untuk

mengikuti dan berusaha untuk mewujudkan apa yang mereka lihat didalam media

tersebut menjadi sebuah realitas dalam dunia nyata.

Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa terjadi sebuah komunikasi lintas

budaya yang menunjukkan adanya interaksi antar budaya Korea Selatan dengan

budaya Indonesia yang diperlihatkan melalui media audio visual, yaitu drama

Korea “DOTS”. Pengaruh Korean Wave disini memberikan pengaruh yang besar pada responden dalam penelitian ini pada segi kultural budaya Indonesia. Drama

Korea menunjukkan adanya penyebaran budaya mereka melalui drama Korea

yang kemudian ditonton oleh para responden, sehingga membuat budaya bangsa

sendiri menjadi memudar dan tergeser oleh sebuah trend masa kini yaitu yang

ditunjukkan melalui drama Korea.

Tidak hanya terpengaruh dalam bahasa ataupun pengetahuan lain mengetahui

budaya Korea yang ditunjukkan melalui penelitian sebelumnya, namun dalam

(22)

58 yang mereka lihat dari drama Korea tersebut. Mereka menilai bahwa adegan

romantis ala Korea yang mereka lihat adalah suatu bentuk yang menarik dan

variatif, yang lalu menjadikan mereka termotivasi untuk bisa mewujudkan adegan

romantis tersebut dalam kesehariannya dan melupakan budaya mereka sendiri.

Meskipun budaya Korea dan budaya Indonesia mempunyai norma estetika

kesopanan yang hampir sama, tapi tidak semua apa yang dilakukan dalam adegan

romantis drama Korea tersebut dianggap sopan di budaya Indonesia sendiri,

seperti adegan ciuman maupun tidur berdua yang di Indonesia sendiri hal itu

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menonton
Tabel 4.2 Frekuensi Menonton dalam Seminggu
Tabel 4.3 Interval Kategori Jawaban Indikator Likert Variabel X
Tabel 4.4 Interval Kategori Jawaban Variabel Y
+7

Referensi

Dokumen terkait

Suranaya dengan judul “ ANALISIS PENILAIAN KINERJA MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA PT NINDYA KARYA (PERSERO) DIVISI IV SURABAYA ”. Penyusunan Skripsi ini tidak lepas

Analisis wacana merupakan suatu kajian yang menenliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah ,baik dalam bentuk tulis maupun lisan terhadap

Preposisi adalah bagian yang mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diteliti dalam ruang lingkup penelitiannya Pada penelitian ini, berfokus kepada pengurangan

Erase Copy Object Mirror Offset Array Move Rotate Scale Stretch Lengthen Trim Extend Break at Point Break Chamfer Fillet Explode Insert Block External Reference Image Import

Meningkatnya kesadaran masyarakat desa sukarapih dalam memiliki sartifikat hak milik atas tanah, terlihat setelah berperannya kepala desa dalam mempengaruhi warganya dengan

The schematic structure of analytical exposition texts was analyzed by dividing the text. into clauses and segmenting it into elements of analytical exposition:

Selama gugatan Abdul Ghani dan Aisyah diproses, pihak Bank Maju Sejahtera mengajukan gugatan intervensi bahwa Amir terikat perjanjian kredit 19 Desember 1960

In addition, we demonstrated very simi- lar REE values immediately after feeding for our 20 preterm study infants fed breast milk directly at the breast or ex- pressed into a