• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum HAM dan Tindak Pidana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum HAM dan Tindak Pidana"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A) LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjunjung tinggi nilai Hak Asasi Manusia. Dengan dibuatnya dasar hukum di Indonesia, menunjukan bahwa HAM memiliki kedudukan yang tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga, penegakan HAM dapat terwujud dengan baik. Berbagai pelanggaran HAM bisa diatasi sesuai dengan hukuman yang sudah ditentukan. HAM menyatakan bahwa setiap manusia memiliki hak yang mendasar atau melekat. Adanya Hak pada manusia berarti mempunyai keistimewaan. Dengan demikian arti dari Hak Asasi Manusia itu sendiri segala sesuatu yang bersifat mendasar dan Hak-hak yang selalu melekat pada Manusia.1

Indonesia sebagai bangsa yang besar yang berdaulat sudah semestinya dan seharusnya menjunjung tinggi Hak asasi Manusia, dan Hal ini sudah terlihat dari didirikanya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan disebutkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 komnas HAM sebagai lembaga mandiri yang kedudukanya dengan lembaga lain berfungsi melakukan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantuan, dan mediasi hak asasi manusia.2 dan dianutnya Hak Asasi Manusia dalam perundang-undangan negara yakni di Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia.

Penyelesaian pelanggaran Hak Asasi Manusia yang ada di indonesia sangat disayangkan karena masih belum bisa menyeselesaikan permasalahan-permasalahan pelanggaran HAM khusunya Pelanggaran Berat pada masa lalu. Meskipun sudah dilakukan pengadilan HAM dan HAM ad hoc diselenggarakan tidak ada satu pelaku yang dinyatakan melakukan tindak pidana HAM bersalah, terutama dari kalangan Militer, TNI dan Kepolisian.3

Paradigma masyarakat tentang pemahaman Hak Asasi Manusia yang kurang merupakan salah satunya,maka akan lebih dijelaskan dalam makalah ini mengenai Konsep Tindak Pidana Pelanggaran dan Kejahatan HAM, dan pelaku tindak pidana pelanggaran dan kejahatan 1. Harifin A.Tumpa, Peluang & Tantangan Eksistensi Pengadilan HAM di Indonesia, Pengantar

(Jakarta;Kencana. 2010)

2. Trihoni Yustina, Kejahatan Perang dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional, Pengantar, (Jakarta; Rajawali Pers, 2013)

(2)

HAM.

B) RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Konsep Tindak Pidana kejahatan dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia ?

2. Bagaimana Konsep Pelaku Tindak Pidana Pelanggaran Hak asasi Manusia ?

C) PEMBAHASAN

1) Konsep Tindak Pidana Kejahatan dan Pelanggaran HAM

Tindak Pidana atau dalam bahasa belandanya strafbaar feit dapat dipahami sebagai sebuah tindak, peristiwa, pelanggaran atau perbuatan yang dapat atau boleh dipidana atau dikenakan hukuman, dan Tindak pidana terdapat 3 istilah penting yaitu Delik, Peristiwa pidana, dan Perbuatan pidana.4 sedangkan pengertian Hak asasi manusia dari Pasal 13 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999, bahwa HAM sebagai perangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang.5

Keterkaitan hubungan antara Tindak Pidana dengan Hak asasi manusia adalah setiap tindak pidana dari delik, peristiwa, dan perbuatan terkadang akan menyebabkan terjadinya pelanggaran atau kejahatan HAM. Seperti kasus dalam latar belakang pembunuhan, Tindak pidana ini pertama dikategorikan kejahatan umum karena perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah hukum, dan tidak memenuhi atau melawan perintah-perintah yang telah ditetapkan dalam kaidah hukum yang berlaku, tetapi bisa menjadi Tindak Pidana Kejahatan HAM jika terjadi pelanggaran suatu norma Hak asasi manusia dan kegagalan dari negara sebagai penjamin hak masyarakat.

Kenyataanya pengertian khusus mengenai HAM belum bisa untuk menjamin keharmonisan masyarakat karena banyak berbagai permasalahan yang muncul mengenai 4. Rena Yulia, Viktimologi:perlindungan HAM terhadap korban kejahatan, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013), Hlm. 86

(3)

seputar Hak Asasi Manusia. Konflik yang terjadi antar-penduduk, peselisihan antar warga masyarakat ataupun pertentangan antara Negara-negara pada umumnya dapat mengakibatkan pelanggaran HAM. Berbagai konflik tersebut banyak menimbukan penderitaan, kesengsaraan ataupun kesenjangan sosial.

Pelanggaran dan penyimpangan HAM di suatu Negara bukan semata-mata menjadi masalah intern bagi rakyat dari Negara yang bersangkutan, melainkan juga merupakan masalah bagi rakyat dan pemerintahan anggota deklarasi. Berdasarkan catatan perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1967 telah mengklasifikasi tipe pelanggaran sebagai pelanggaran berat HAM (type of violation as gross violations of human nigh) sehingga sebenarnya pelanggaran tersebut bukan merupakan fenomena baru.

Berdasarkan catatan perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1967 telah mengklasifikasi tipe pelanggaran sebagai pelanggaran berat HAM (type of violation as gross violations of human nigh) sehingga sebenarnya pelanggaran tersebut bukan merupakan fenomena baru. Bentuk pelanggaran tersebut adalah, Dilakukan secara massal dan dengan cara yang kejam (takes place on a massive scale and are of brutal nature); dan Melanggar hak hidup (infringing on the right to life)6

Dunia Internasional mengakui adanya 4 jenis pelanggaran HAM berat, dan semua negara yang menghormati HAM dapat melakukan penuntutan melalui ICC (International Criminal Court). Keempat bentuk kejahatan tersebut meliputu Kejahatan Genosida, Kejahatan Kemanusian, Kejahatan perang, dan Kejahatan agresi.7

Mengatasi permasalah Pelanggaran HAM biasa dan berat yang ada Indonesia , maka pemerintah pada waktu itu mendirikan Komnas HAM yang didasarkan pada Undang-undang, yakni Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 yang juga menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi, keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas dan wewenang Komnas HAM. Disamping kewenangan tersebut, menurut UU No. 39 Tahun 1999, Komnas HAM juga berwenang melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan dikeluarkannya UU No. 26 Tahun 2000 tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, Komnas HAM adalah lembaga yang berwenang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang berat.

6. Sujuta Antonius, Reformasi dalam Penegakan HAM, (Jakarta, Djambatan, 2000), Hlm. 71-72

(4)

Begitupun juga yang diatur Komnas HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, mendapatkan tambahan kewenangan berupa Pengawasan. Dimana Pengawasan berupa tindakan yang dilakukan oleh Komnas HAM dengan maksud untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang dilakukan secara berkala dengan cara memantau, mencari fakta, menilai guna mencari dan menemukan ada tidaknya diskriminasi ras dan etnis yang ditindaklanjuti dengan rekomendasi.8

Mengenai tindak pidana kejahatan berat di Indonesia,seperti dalam UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak asasi manusia hanya mengenal 2 jenis kejahatan dari Statuta Roma 1998.9 antara lainm Pasal 7 ayat (a) Kejahatan Genosida dan ayat (b) Kejahatan Terhadap Kemanusian.

a) Genosida

Jenis pertama kejahatan berat terhadap hak asasi manusia dalam UU No. 26 Tahun 2000 yang diatur dalam pasal 8 adalah Kejahatan Genosida. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok, bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama.10 Dan dilakukan dengan cara :

1. Membunuh anggota kelompok

2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok

3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya

4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok atau;

5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.11

8. Dasar Landasan Hukum, http://www.komnasham.go.id/dasar-landasan-hukum, diakses pada 15 Juni 2016, pada pukul 11:20 WIB.

9. Tumpa Harifin A. Peluang & Tantangan Eksistensi Pengadilan HAM di Indonesia, (Jakarta;Kencana. 2010), Hlm. 135

10. IbidHlm. 43

(5)

Unsur terjadinya kejahatan Genosida yang pertama adalah Niat. Niat di sini diartikan keinginan menghancurkan kelompok tertentu.

Ancaman pidana bagi pelaku kejahatan Genosida adalah hukuman mati, penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 25 (dua puluh lima) tahun dan paling singkat penjara selama 10 (sepuluh) tahun.12

b) Kejahatan Terhadap Kemanusian

Jenis kedua tindak pidana yang dimasukan dalam Pelanggaran HAM berat berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 yang di atur dalam Pasal 9,adalah Kejahatan terhadap kemanusian. Dalam pasal ini dijelaskan Kejahatan terhadap kemanusian yang dilakukan bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, antara lain :

1. pembunuhan, Penjelasan Pasal 9 huruf (a) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan”pembunuhan” adalah seperti yang tercantum dalam pasal 340 KUHP, yaitu pembunuhan rencana.

2. Pemusnahan, seperti penjelasan Pasal 9 huruf (b) yang dimaksud pemusnahan, meliputi perbuatan yang menimbulkan penderitaan yang dilakukan dengan sengaja, antara lain berupa perbuatan menghambat pemasokan barang makanan dan obat-obatan yang dapat menimbulkan pemusnahan pada sebagaian penduduk.

3. Perbudakan, penjelasan Pasal 9 huruf (c) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “perbudakan” adalah termasuk perdagangan manusia, khusunya pada wanita dan anak-anak.

4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, penjelasan Pasal 9 huruf (d) yang dimaksud adalah pemindahan orang-orang secara paksa dengan cara pengusiran atau tindakan pemaksaan yang lain dari daerah dimana mereka bertempat tinggal secara sah tanpa didasari alasan yang diizinkan oleh hukum internasional.

5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (Asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional

(6)

6. penyiksaan, penjelasan Pasal 9 huruf (f) dijelaskan adalah dengan sengaja dan melawan hukum menimbulkan kesakitan atau penderitaan yang berat, baik fisik maupun mental terhadap seorang tahanan atau seseorang yang berada dibawah pengawasan.

7. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau setralisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara, Pasal 9 huruf (g)

8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, Pasal 9 huruf (h)13

9. penghilangan orang secara paksa, atau kejahatan apartheid. Penjelasan Pasal 9 huruf (i) adalah perbuatan tidak manusiawi dengan sifat yang sama dengan sifat-sifat yang disebutkan dalam pasal 8 yang dilakukan dalam konteks suatu rezim kelembagaan berupa penindasan dan dominasi oleh suatu kelompok rasial atas suatu kelompok atau kelompok-kelompok ras lain dan dilakukan dengan maksud mempertahankan rezim itu.14

Mengenai kejahatan kemanusian ada hal yang memprihatinkan atau yang perlu diperhatikan kejahatan besar ini dilakukan dengan sengaja bagian dari serangan yang meluas dan sistematis.

Ancaman hukum kejahatan terhadap kemanusiaan adalah pidana mati, atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 25 (dua puluh lima) tahun dan paling singkat 10 (sepuluh) tahun.15

Dari dua jenis pelanggaran HAM yang berat yaitu Genosida dan Kejahatan Kemanusian seperti yang sudah diatur di UU No. 26 tahun 2000. belum ada contoh peristiwa kejahatan berat dalam praktik Kejahatan Genosida di Indonesia, dan untuk Kejahatan kemanusia sudah ada kasus seperti Pelanggaran HAM masa lalu yaitu kasus Timor Timur dan

13. R. Wiyono, Op.cit,, Hlm. 141-162

14. Romli Atsasmita, Reformasi Hukum HAM dan penegakkan hukum,(Bandung: Mandar Maju, 2001), Hlm. 34

(7)

Tanjung Priok yang sudah digelar melalui pradilan HAM ad hoc.16

Ketentuan Pidana

Sistem Pidana atau teori hukum pidana ada 3 hal, yang pertama Jenis pidana, dan lamanya Sanksi pidana dan aturan pelaksanaan pidana. Jenis pidana sendiri seperti yang sudah diketahui ada Pidana Penjara, Kurungan, Pidana mati, pidana denda Tambahan. Tetapi dalam UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM masalah ada dua hal yaitu Jenis pidana dan lamanya pidana.Ketentuan mengenai jenis dan lamanya sanksi pidana dalam UU No 26 Tahun 2000 diatur dalam Pasal 36 sampai pasal 40.

Pasal 36 : Setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf a, b, c,d atau e dipidana dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau pidana penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 10 tahun.

Pasal 37 : Setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat a, b, c, d, e, atau j dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 10 tahun.

Pasal 38 : Setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 5 tahun.

Pasal 39 : Setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat f, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 5 tahun.

Pasal 40 : Setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf g,h atau i dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 tahun dan paling singkat 10 tahun.17

2) Pelaku Tindak Pidana Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Seperti isi Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 dirumuskan bahwa “semua orang” dapat menjadi pelaku dari Tindak pidana kejahatan HAM. setiap orang itu sendiri antara lain Perorangan dan Kelompok Orang seperti Militer, Komandan Militer, Polisi, ataupun sipil lainnya yang pertanggung jawaban secara individul (pasal 1 ayat 4).

Mengenai pertanggung jawaban perbuatan pelanggaran HAM ini secara individual, 16. Marzuki Suparman, op.cit., Hlm 47-48

(8)

dan tidak dikenal pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara atau badan hukum publik maupun badan hukum perdata dan badan hukum lainnya. Contoh paling banyak seperti mengakibatkan orang mati atau hilang yang dilakukan Operasi militer.

Seperti pada Pasal 42 Ayat (1) yang berasal dari dalam Pasal 28 Ayat (1) Statuta Roma yang membahas mengenai tanggung jawab komandan. Dan kaitanya dengan HAM yang berat adalah pertanggungjawaban pidana secara individual yang dibebankan kepada komandan, karena pasukan berada di bawah komandannya melakukan pelanggaran HAM yang berat.18 Tanggung jawab komando bukan dilimpahkan kepada komandan militer saja tapi juga terhadap atasan atau penguasa sipil yang memiki kewenangan untuk memberikan komando atau perintah kepada pejabat militer atau menggerakan kekuatan militer. Sehingga ada istilah tanggung jawab atasan (superior responsibilty).19 Ketentuan pasal sebelumnya diketahui bahwa pertanggungjawaban berlaku untuk atasan nonmiliter juga.

Konsep tangung jawab Komandan atau atasan berlaku pengertian luas termasuk kepala negara dan pemerintahan, menteri dan pimpinan perusahaan. artinya bentuk pertanggungjawaban ini tidak terbatas, komandan atau tingkat tertinggi apapun dapat dikenakan pertanggungjawaban apabila memenuhi unsur-unsur pelanggaran HAM.

Unsur umum pertanggungjawaban Komando, adanya hubungan atasan dan bawahan, atasan mengetahui. dan untuk komandan militer unsur yang melekat baginya adalah Pasukan, Kekuasaan dan pengendalian, tidak melakukan pengendalian yang layak dan tidak berdasarkan kewenangnya.

Pada pasal 42 Ayat (2) atasan baik polisi maupun sipil lainnya bisa dipertanggungjawabkan perbuatan oleh bawahanya dalam hubungan komponen nonmiliter yang dimaksud atasan tidak harus secara Formal selaku atasan langsung dari bawahan yang melakukan pelanggaran HAM. Ada beberapa hal yang membuat Komandan nonmiliter, polisi dan sipil terbukti sebagai pelaku yaitu unsur-unsur sebagai atasan, Bawahan, komando dan pengendalian yang Efektif dan gagal untuk melaksanakan secara layak.20Hal ini bisa terjadi apabila atasan itu :

a) Mengetahui atau secara sadar mengabaikan informasi yang secara jelas menunjukan, bahwa bawahanya sedang melakukan pelanggaran Hak asasi 18. Ibid, Hlm. 175

19. Sujatmoko Audrey, Op.cit ,,, Hlm. 220

(9)

manusia berat;

b) Tindak mengambil tindakan yang loyal yang diperlukan didalam ruang lingkup kewenangan untuk mencegah atau menghentikan perbuatan tersebut atau menyerahkan pelakunya kepada pejabat yang berwenang untuk dilakukan penyitaan dan penuntutan.21

Perbedaan antara ketentuan dalam Pasal 42 Ayat 1 hanya Angkatan bersenjata sedangkan ayat 2 berlaku bukan Angkatan bersenjata. dalam ketentuan pidana yang terdapat pada Pasal 42 ayat 3 bahwa komandan militer atau seorang militer atau seorang atasan, baik polisi maupun sipil lainnya melakukan tindak pidana pelanggaran HAM seperti ayat 1 dan 2 maka akan diancam dengan pidana yang sama sebagai mana pada pasal 36, pasal 37, pasal 38, pasal 39 dan pasal 40 dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000.

Bisa disimpulkan bahwa di Indonesia sendiri sering terjadi pelanggaran tindak kejahatan dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Polisi, TNI, maupun sipil lainya terhadap masyarakat. Penganiayaan pelaku komando kepada masyarakat indonesia dari anak-anak, perempuan, penonton sepakbola, mahasiswa, buruh, dll, Terkadang mendapat perlakuan tidak mengenakan. Komnas HAM sejatinya sebagai badan yang mempayungi atau bahkan pelindung masyarakat dari tindak pidana HAM seharusnya mampu menjalankan tugas dan fungsi dengan baik, tetapi banyak kasus-kasus HAM yang menimpa masyarakat tidak dapat terselesaikan atau bahkan dihiraukan.

Seperti pada UU No. 39 Tahun 1999 pada BAB VII tentang Komnas HAM pasal 75 Huruf (b), Tujuan dari Komnas HAM adalah “meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.”22

D. KESIMPULAN :

1. Tindak Pidana atau dalam bahasa belandanya strafbaar feit dapat dipahami sebagai sebuah tindak, peristiwa, pelanggaran atau perbuatan yang dapat atau boleh 21. Prinst Darwan, Op,,cit ,, Hlm. 111

(10)

dipidana atau dikenakan hukuman, dan Tindak pidana terdapat 3 istilah penting yaitu Delik, Peristiwa pidana, dan Perbuatan pidana. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu oleh siapa pun. Mengenai tindak pidana kejahatan berat di Indonesia,seperti dalam UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak asasi manusia ada 2 jenis kejahatan. Pasal 7 ayat (a) Kejahatan Genosida dan ayat (b) Kejahatan Terhadap Kemanusian.

2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 dirumuskan bahwa “semua orang” dapat menjadi pelaku dari Tindak pidana kejahatan HAM. setiap orang itu sendiri antara lain Perorangan dan Kelompok Orang seperti Militer, Komandan Militer, Polisi, ataupun sipil lainnya.

E.

DAFTAR PUSTAKA

(11)

 Antonius Sujuta, Reformasi dalam Penegakan HAM, (Jakarta, Djambatan, 2000)

 Atsasmita Romli, Reformasi Hukum HAM dan penegakkan hukum,(Bandung: Mandar Maju, 2001)

 Harifin A. Tumpa, Peluang dan Tantangan Eksistensi Pengadilan HAM di Indonesia, (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2010)

 Darwan Prinst, Sosialisasi & Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia, (Bandung; PT. Citra Aditya Bakti, 2001)

 Mahrus Ali dan Syarif Nurhidayat, Penyelesaian pelanggaran HAM Berat “in court System & out court System, (Jakarta; Gramata Publishing, 2011)

 Suparman Marzuki, Pengadilan HAM di indonesia melanggengkan Impunity,

(Jakarta; Erlangga.2002)

 R. Wiyono, Pengadilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, (Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2006)

 Rena Yulia, Viktimologi:perlindungan HAM terhadap korban kejahatan, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013)

 Yustina Trihoni Nalesti Dewi, Kejahatan Perang dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional, (Jakarta; Rajawali Pers, 2013)

 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Referensi

Dokumen terkait

RELEVANSI KONSEPSI PENDIDIKAN HAMKA DENGAN KONSEP PENDIDIKAN NILAI DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Topologi jaringan dibangun dalam sebuah jaringan berbasis Linux menggunakan PC router quagga yang terdiri dari beberapa komputer, yaitu komputer yang bertindak

TRANSOCEAN INDONESIA Dalam Proses 24 024/PWSKKK/14 YORDI SUBEKTI Lulus Pengawas K3 CONOCOPHILLIPS INDONESIA Dalam Proses 25 025/PWSKKK/14 YOYOK SUNYOTO Lulus Pengawas K3 PT.

Metode yang digunakan terhadap “Analisis Semiotik Dalam Kumpulan Puisi Love Poems ‘Aku dan Kamu’ Saduran Sapardi Djoko Damono,” adalah metode kualitatif deskriptif..

Berdasarkan hasil analisis faktor dapat diketahui yang menjadi masalah utama pada keunggulan komparatif UKM pengrajin batu barmer di Kabupaten Tulungagung adalah upah buruh

Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa penerapan reward dan punishment itu sangat penting untuk membentuk karakter siswa, karena dengan adanya reward dan

Pada penelitian ini Fuzzy Inference System Metode Tsukamoto akan Pada penelitian ini Fuzzy Inference System Metode Tsukamoto akan diterapkan untuk menetukan waktu

Beban nonlinier adalah bentuk gelombang keluarannya tidak sebanding dengan tegangan dalam setiap setengah siklus sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan keluarannya tidak