• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Esmaket: Peranan Esmaket Bagi Masyarakat Desa Mepa di Tinjau dari Perspektif Sosio-Teologis T2 752013010 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Esmaket: Peranan Esmaket Bagi Masyarakat Desa Mepa di Tinjau dari Perspektif Sosio-Teologis T2 752013010 BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah

Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma

kebiasaan, kelembagaan dan hukum adat yang lazim dilakukan pada suatu daerah.

Adat dihormati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat, karena bentuk dan

nilai-nilai yang dianggap sakral dan berguna bagi masyarakat setempat. Dengan

adannya adat atautradisi maka kehidupan masyarakat akan menjadi teratur, saling

menghargai, rukun serta taat karena adat sendiri memiliki pengaruh yang kuat

bagi kehidupan masyarakat. Adat juga dapat memberikan sebuah petunjuk moral

dan rohani bagi manusia agar menjadi rukun, sopan, dan dihormati. Ada berbagai

aturan-aturan yang ditetapkan misalnya saja aturan mengenai pemilihan lembaga

adat. Lembaga adat inilah yang akan mengatur seluruh proses adat dalam

masyarakat tersebut.

Masyarakat Buru Selatan pada umumnya tidak terlepas dari yang namanya

adat. Masyarakat memahami adat sendiri yakni sebagai sebuah kebiasaan atau

tradisi yang mengatur realita kehidupan masyarakat, yang diwariskan oleh para

(2)

dilestarikan oleh anak-cucu secara turun temurun, karena mengandung nilai-nilai

dan makna bagi mereka. Salah satunya adalah ritual sumpah adat.1

Masyarakat Buru Selatan mengenal ritual sumpah adat dengan istilah

Esmaket. Esmaket merupakan sebuah perjanjian, akta, sumpah yang dilakukan

untuk mendapat pertolongan dan perlindungan dari yang memiliki kuasa pada

daerah tersebut. Dalam hal ini mendapat pertolongan dan perlindungan dari para

leluhur atau orang yang memiliki kuasa, sehingga masyarakat memahami bahwa

ketika sumpah adat atau Esmaket dilakukan maka saat itulah ia mengikat janji

dengan yang di percaya dalam hal ini paraleluhur yang menjadi keturunannya.

Adat ini sudah ada sebelum masuknya injil di Buru Selatan yang diberikan oleh

para leluhur yang sudah meninggal dengan sebutan dalam bahasa Buru yaitu

Esmaket.

Esmaket dilakukan kepada seseorang atau mereka yang dipilih untuk

menjabat baik sebagai pejabat pemerintah seperti bupati, wakil bupati, camat dan

kepala desa maupun sebagai pejabat adat seperti Matgugul, Soa, dan Kawasan.

Proses ini merupakan sebuah ritual yang harus dilakukan di Buru Selatan dan

sepenuhnya adalah tanggung jawab kepala adat (Matgugul)

sebagaipemimpintertinggiadat di Buru selatan, maka ia yang berprakarsa atau

yang mengambil peran utama dalam upacara ini. Dalam pelaksanaannya ritus

Esmaket juga turut disaksikan oleh semua tokoh-tokoh adat yang ada di Buru

Selatan dan juga disaksikanoleh warga setempat.Esmaket dilakukan terpisah

dengan pelantikan pemerintah Negara.

1

(3)

Pada masyarakat Buru Selatan terdapat pula ritus-ritus lain yang diarahkan

untuk kehidupan baik secara individu maupun kelompok antara lain; Ritus Hawa

Lalen (Untuk Hasil Kebun). Pada ritus ini mereka memohon agar pada musim

tersebut terdapat banyak hasil yang ditanam dan juga hasil tersebut dapat

mempengaruhi orang yang membutuhkannya apabila mau dijual, misalnya

Warahe (kacang tanah). Dilakukan ritus Hawa lalen agar hasil tanaman tersebut

bertambah banyak dan ketika dijual tidak ada tawar-menawar dengan harga

kacang tanah tersebut. Ritus ini tidak melibatkan seluruh masyarakat yang ada di

Mepa, Hanya dilakukan oleh pribadi saja. Ritus Bele merupakan ritus pantangan

dan di dalam ritus Bele terdapat pula ritus lainnya seperti ritus untuk kejahatan

tidak terulang lagi, ritus untuk menjauhkan diri dari kejahatan, ritus untuk

memutuskan hubungan pasangan muda-mudi yang sementara menjalin hubungan,

bahkan ritus untuk membuat orang lain menderita atau hidup susah. Ritual ini

diperuntuhkan bagi mereka yang ingin untuk dilakukan ritus dan ini tidak

dilakukan oleh sembarang orang. Hanya tokoh-tokoh adat yang memilki kuasa.

Berkaitan dengan ritus Esmaket, pada awalnya kata Esmaket hanya dipakai

untuk bidang pemerintahan, tetapi kemudian karena kata Esmaket itu dianggap

sesuatu yang hebat dan memiliki kekuatan maka kata Esmaket kemudian dipakai

juga oleh masyarakat Buru Selatan untuk kegiatan-kegiatan ritus yang lain.

Sehingga Esmaket bagi masyarakat Buru Selatan ialah sumpah adat atau janji

dalam hal ini berkaitan dengan seseorang yang memangku jabatan atau seseorang

yang dipilih sebagai pemimpin dan bersumpah atau berjanji kepada leluhur tetapi

(4)

dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian dari beberapa ritus yang ada pada

masyarakat Buru Selatan tersebut yang mendapat perhatian dalam penelitian ini

yakni ritus Esmaket atau sumpah adat.

Dalam proses Esmaket itu ada hal-hal yang terjadi seperti; dalam

melakukan Esmaket atau sumpah adat itu seseorang yang melakukan sumpah itu

akan menangis dan gemetar bahkan orang-orang yang berada disekitarpun bisa

merasakan hal yang sama. Kemudian tempat pelaksanaan Esmaket yang awalnya

tertutup terbuka secara tiba-tiba walaupun tidak ada angin dan hujan turun yang

kemudian ditandai dengan petir dan gemuruh. Masyarakat percaya bahwa hal-hal

yang terjadi inilah yang menandakan bahwa Esmaket atau sumpah itu benar-benar

direstui atau didengar oleh para leluhur atau tete nene moyang. Setiap Esmaket

dilakukan untuk meminta berkat dan pertolongan kepada para leluhur agar dalam

masa-masa menanam sampai menuai akan mendapat berkat yang banyak atau

juga dalam kepemimpinan seseorang akan berjalan aman dan lancar, ada

perdamaian, kerukunan dan sebagainya, tidak ada pertengkaran, perkelahian dan

hal-hal buruk yang akan menimpah mereka. Esmaket ini dilakukan pada waktu

serta orang tertentu saja.

Esmaket ini menjadi ritual yang penting dalam memaknai arti kehidupan

masyarakat desa Mepa, tidak hanya sebagai individu tertapi juga sebagai

kelompok persaudaraan yang sudah tertanam sejak dibentuk oleh tete nene

moyang masyarakat desa Mepa. Ritual ini memiliki nilai-nilai (termasuk juga nilai

teologi) penting yang sangat berhubungan dengan keberlangsungan kehidupan

(5)

moyang karena berangkat dari kenyataan hidup masyarakat desa Mepa yang

menjunjung tinggi sikap saling menghormati. Hal ini nampak dalam pemahaman

masyarakat bahwa selain untuk mendapat perlindungan ritual ini juga dilakukan

untuk melanjutkan tugas yang pernah dilakukan oleh tete nene moyang

masayarakat desa Mepa. Ini merupakan wujud dari rasa hormat mereka kepada

para leluhur yang memberikan tatanan adat sebagai tata tertib sosial masyarakat

yang diwariskan dari generasi ke generasi dan apa yang telah dilakukan oleh

leluhur itu baik bagi keberlangsungan hidup mereka.

Nilai kepercayaan juga terkandung dalam ritual ini dan sudah ada sejak

zaman para leluhur. Tete nene moyang sejak zaman dahulu telah mengembangkan

ritus adat ini sebagai bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang tertinggi yang tidak

kelihatan. Selain itu, ritus Esmaket juga memiliki nilai persekutuan. Hal ini

nampak jelas ketika kebersamaan masyarakat desa Mepa dalam keyakinan yang

sama untuk saling memelihara dan memperkokoh hubungan satu dengan yang

lain. Ritual Esmaket ini sekaligus menjadi makna bagi masayarakat desa Mepa

untuk saling menopang dan melindungi serta membantu untuk kepentingan

bersama di desa Mepa.

Ritual Esmaket dianggap suci dan sakral oleh masyarakat, karena pada

zaman dahulu, sebelum masuknya agama Kristen atau injil di Buru Selatan pada

umumnya, para leluhur belum mengenal agama, namun mereka percaya bahwa

ada penguasaalam atau ada kekuatan lain diluar kekuatan mereka yang setiap saat

(6)

OpoLahtahlah. Ritual Esmaket ini dijadikan sebagai sebuah penyembahan kepada

Tuhan, sehingga Esmaket tetap dianggap sakral oleh masyarakat Mepa.

Masyarakat tetap memelihara dan menjunjung tinggi Esmaket sebab di dalamnya

terkandung nilai-nilai sejarah dan nilai-nilai moral serta iman yang dapat

dipelajari, sehingga tradisi ini tetap dijaga dan dilestarikan sebagai wujud hormat

kepada para leluhur. Masyarakat masih mempercayai dan melakukan serta

melestarikan ritual Esmaket secara bersama oleh masyarakat atau jemaat dalam

kemajuan dan perkembangan dunia sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh

Tuhan.

Bertolak dari beberapa fakta atau realitas di atas, maka yang menjadi

topik penelitian ini adalah Esmaket (Peranan Esmaket Bagi Masyarakat Desa

Mepa di Tinjau dar iPerspektif Sosio-Teologis)

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian yang

dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:

1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Esmaket sehingga tetap

bertahan sampai sekarang meskipun masyarakat sudah menjadi kristen.

2. Bagaimana nilai-nilai Esmaket itu mempengaruhi kehidupan

bermasyarakat desa Mepa sekarang

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari pertanyaan penelitian yang sudah ada di atas, maka yang

(7)

1. Mendeskripsikan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Esmaket

sehingga tetap bertahan sampai sekarang meskipun masyarakat sudah

menjadi kristen.

2. Mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai ritual Esmaket itu

mempengaruhi kehidupan bermasyarakat desa Mepa

D.URGENSI

Dalam penelitian ini di harapkan akan :

1. Mendapat informasi yang mendalam mengenai ritual Esmaket

2. Penelitian tentang ritual Esmaket ini juga penting bagi pelestarian

budaya sebagai warisan leluhur.

E. METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan data bagi penulisan tesis ini, maka metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan metode dan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif bertujuan

untuk menggambarkan dan menjelaskan semua fenomena yang

terdapat di dalam masalah yang diteliti yang meliputi pengumpulan

dan penyususnan serta interpretasi dan analisa tetntang arti data

tersebut.2Imam Suprayogo dan Tobrani mengatakan bahwa metode

penelitian deskriptif tersebut bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

2

H.Hadari Nawawi, Metidologi Penelitian Bidang Sosial. (Jakarta: Gajah Madah Univ.

(8)

fenomena atau hubungan antar fenomena yang sedang diselidiki.3

Dengan menggunakan metode ini peneliti berusaha menggambarkan

suatu keadaan yang sedang terjadi pada apa yang diteliti. Pendekatan

kualitatif mendeskripsikan peranan Esmaket bagi masyarakat desa

Mepa di Buru Selatan.

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknikpengumpulan data darilapangandilakukandengancara :

1. Data Primer :

Wawancara mendalam/in dept interview. Wawancara mendalam dipakai guna mencari informasi utama dari sumber asli

(first hand) dan bukan dari sumber kedua.4 Menurut Asmadi Alsa,

wawancara mendalam dapat dipakai untuk mengali apa yang

tersembunyi dihati sanubari subjek penelitian, baik yang

menyangkut masa lalu, masa sekarang dan harapan untuk masa

depan. Teknik ini dipakai guna mendapat informasi tentang nilai

dan makna Esmaket yang diyakini oleh masyarakat Mepa

Observasi/pengamatan langsung. Observasi atau pengamatan langsung merupakan teknik utama yang dipakai dalam

penelitian kualitatif.5 Cara ini merupakan observasi langung

terhadap subjek yang memiliki kaitan dengan topik yang akan

3Ibid

., 63 4

Muhamad Idrus. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2009), 4 5Ibid

(9)

diteliti. Peneliti mengadakan observasi langsung terhadap tindakan

subjek penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Hasil

pengamatan dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekam dan

foto. Dengan demikian peneliti menggabungkan kegiatan melihat,

mendengar dan bertanya dalam melakukan penelitian terhadap

peranan Esmaket bagi masyarakat Desa Mepa.

2. Data Sekunder :

Sumber data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini

adalah sejumlah referensi yang berupa buku-buku atau

dokumen-dokumen cetak maupun non cetak yang berkaitan dengantopik

penelitian.

3. Key Informan :

Untuk mendukung penelitian dan mendapatkan data yang

akurat, penulis akan memilih beberapa informan kunci seperti

tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat di desa Mepa.

4. TeknikAnalisis Data:

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis data yang dilakukan terlebih dahulu dengan

(10)

karakteristik sesuai dengan fokus penelitian dan membuat

kesimpulan dan saran.6

5. Lokasipenelitian :

Lokasi penelitian ini dilakukan di masyarakat Desa dan

Jemaat GPM Mepa Klasis Buru Selatan Propinsi Maluku.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan ini terdari dari beberapa bab yakni :

BAB I : Berisikan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, urgensi penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan. BAB II : Bab ini memaparkan pandangan tentang yang sakral dan

profan. BAB III : Bab ini memapaparkan gambaran umum lokasi penelitian dan

hasil penelitian. BAB IV: Bab ini menganalisis Esmaket dalam perspektif sakral

dan profan dan implikasi sosio-telogis. BAB V: Penutup : Kesimpulan dan Saran.

6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran tematik di SDN Kemasan I Surakarta, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa dan guru pada

Ivansyah, Perlindungan hukum terhadap nasabah atas penggunaan layanan elektronik banking (e-banking) pada bank rakyat indonesia (riset pada bank rakyat indonesia

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

WISLER SIANTURI Pembina Utama Muda NIP 19590810 198803 1 004 PENGADAAN PERALATAN PENDIDIKAN IPA SD. RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TAHUN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TAI dapat diterapkan pada materi laju reaksi dengan hasil belajar tuntas secara klasikal, meningkatkan

Sumber energi apa yang terdapat pada kincir air dan manfaat kincir air dalam kehidupan. Lengkapilah kalimat matematika

To begin with, the writer will first discuss English Lan- guage Teaching in Indonesia in general perspectives and then clarify the rea- sons why critical

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas/Program : IV ( empat ) / SD-MI Semester : 1 (satu) Tema : Berbagai Pekerjaan Subtema : Jenis-jenis Pekerjaan (1)