• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Berwirausaha dan Entrepreneurial Marketing Terhadap Keberhasilan Usaha Textile di Jalan Perniagaan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Motivasi Berwirausaha dan Entrepreneurial Marketing Terhadap Keberhasilan Usaha Textile di Jalan Perniagaan Medan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motivasi Berwirausaha 2.1.1 Defenisi Motivasi

Setiap karyawan mempunyai motivasi yang berbeda-beda untuk bekerja dengan lebih baik. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa berhasil tidaknya operasional perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah ditentukan oleh kepemimpinan yang baik dari seorang pemimpin di dalam memberikan motivasi kepada karyawannya.

Seperti yang telah dinyatakan oleh Arimbawa (2011:87) tentang pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintregrasi kepadatujuan yang diinginkan.

(2)

Menurut Siswanto dalam purnama(2010:179) motivasi merupakan:

1. Setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku atau bertindak

2. Pengaruh kegiatan yang menimbulkan perilaku individu

3. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku seseorang

4. Proses dalam yang menentukan gerakan atau tingkah laku individu kepada tujuan (goals)

2.1.2 Teori Motivasi

Motivasi sebagai konsep manjemen banyak menarik perhatian para ahli. Hal ini dapat dimengerti mengingat betapa pentingnya motivasi dalam kehidupan organisasi. Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori motivasi, diantaranya:

A. Teori McCllelland B. Teori Pengharapan C. Teori Keadilan

A. Teori McClellend

David McClelland dalam Robbins (2001:173) dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland juga

(3)

energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.

Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.

Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.

I. Kebutuhan akan prestasi (n-ACH)

Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.

n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.

II. Kebutuhan akan kekuasaan (n-pow)

(4)

dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.

n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.

III. Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat (n-affil)

Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.

B.Teori Pengharapan (Expectacy Theory)

(5)

tepat pada waktunya akan memperoleh penghargaan, maka dia akan memotivasi dirinya untuk memenuhi sasaran tersebut.

Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Vroom, yang lebih lanjut mengatakan, bahwa keinginan seseorang untuk menghasilkan (berproduksi) sangat tergantung atas tujuan khusus yang ingin dicapainya dan persepsinya atas tindakan-tindakan yang ingin dicapainya dan persepsinya atas tindakan-tindakan-tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Oleh karena itu, bila ingin memotivasi seseorang, mereka perlu diberikan pengertian tentang tujuan pribadi, hubungan antara usaha dan tindakan, antara tindakan dan hasil akhirnya antara hasil dan kepuasan karena tercapainya tujuan pribadi.

C. Teori Keadilan (Equity Theory)

(6)

2.1.3 Dimensi Motivasi Berwirausaha I. Faktor Ekstrinsik

Faktor ini adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di tempat kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka panjang. Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir maka muncul ketidakpuasan potensial.

II. Faktor Intrinsik

Faktor merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah.

2.1.4 Tinjauan Tentang Motivasi Berwirausaha

Wirausaha sukses dengan N Ach (Need for Achievement) tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa diri sendiri. N Ach adalah tanda-tanda penting dari dorongan kewirausahaan. Motivasi berwirausaha muncul karena ada keinginan untuk berprestasi. Semakin meyakini makna prestasi dirinya, semakin meyakini bahwa prestasi harus dapat mendorong untuk terwujudnya prestasi yang lebih baik lagi. Di dalam motivasi berwirausaha diperlukan daya juang untuk sukses, mau belajar melihat keberhasilan orang lain, memiliki dorongan kuat untuk mengatasi semua kendala dalam berwirausaha.

(7)

keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan.

David Mc Clelland dalam Sumarsono (2010:9) mengidentifikasi ada korelasi antara tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi tinggi dengan tingkah laku wirausaha. Perilaku wirausaha yang diwujudkan dalam sikap dan motivasi terhadap karir dan prestasi yang berhasil, adalah dicerminkan dalam tindakan-tindakan sebagai berikut :

1. Mencontoh orang yang berhasil dalam bidang pekerjaan yang sama, mengadaptasi teknik-teknik untuk mencapai sukses

2. Menggunakan perubahan untuk memotivasi diri 3. Berorientasi pada tindakan

4. Tanggung jawab yang tinggi dalam menyukseskan suatu kegiatan

5.Keberhasilan ditentukan oleh prestasi sumber data manusia dalam perusahaan 6. Mengawasi agar keputusan dilaksanakan dengan baik dan jangan menyesali

kegagalan masa lampau.

Frederick Herzberg dalam Hasibuan, 1990 mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu :

i. Maintenance Factors

(8)

kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.

ii. Motivation Factors

Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Factor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung denagn pekerjaan.

Adapun yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan itu sendiri (the work it self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju (advancement), pengakuan orang lain (recognition), tanggung jawab (responsible). Menurut Herzberg faktor hygienis (extrinsic) factor tidak akan mendorong minat para pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial (Cushway & Lodge, 1995 : 139).

(9)

yang mereka peroleh dari pekerjaan itu, tetapi kerena pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka (Cushway & Lodge, 1995 : 139).Phyrman

2.1.5 Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi berwirausaha

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berwirausaha adalah sebagai berikut (Tuskeroh, 2013:3):

1. Rasa percaya diri

Yaitu memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada pada dirinya sendiri.

2. Inovatif

Merupakan suatu kreativitas yang diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki dan kreatif merupakan hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain.

3. Memiliki jiwa kepemimpinan

Yang mana sebagai faktor penting dalam mempengaruhi kinerja 4. Efektif dan efesien

(10)

berdaya guna atau segala sesuatunya dapat diselesaikan dengan tepat, cepat, hemat dan selamat.

5. Berorientasi masa depan

Artinya mampu melihat peluang. Individu demikian selalu melihat kedepan dan tidak akan mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, malainkan lebih mempersoalkan apa yang akan dikerjakan besok.

2.2 Pemasaran Kewirausahaan (Entrepreneurial Marketing) 2.2.1 Defenisi Entrepreneurial Marketing

Istilah entrepreneurial marketing pertama kali muncul pada tahun 1982 ketika diselenggarakan First Marketing and Entrepreneurship Research Conference.Entrepreneurial Marketingmerupakan perpaduan antara disiplin ilmu

pemasaran dengan kewirausahaan.Defenisi AMA, Krausa, Harms dan Fink dalamSlamet (2013:210) mendefenisikan Entrepreneurial Marketing adalah pemasaran dari beberapa perusahaan kecil (IKM) yang berkembang melalui kewirausahaan. Pada prinsip “metode” atau tingkat taktis, usaha kecil lebih memilih metode pemasaran interaktif daripada model 4P atau 7Ps.

Melalui pemasaran interaktif, mereka mencoba untuk membuat langsung dan pribadi kontak dengan pelanggan. Interaksi ini terjadi ketika pengusaha melakukan personal selling dan hubungan pemasaran pada kegiatan penjualan.Dalam hal

(11)

Entrepreneurial marketing dibedakan dari conventional marketing yang selama ini kita kenal Stokes, D (2000) dalam Slamet et al. (2014:69) mengklasifikasikan tiga perbedaan utama antara entrepreneurial marketing dengan conventional marketing seperti disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Perbedaan Antara Conventional Marketing dengan Entrepreneurial Marketing PrinsipPemasaran Conventional Marketing Entrepreneurial Marketing

Orientasi strategis Orientasi ke

pelanggan(digerakkan oleh pasar).

Orientasi pada inovasi (digerakkan oleh ide).

Strategi Pendekatan top-down: segmentasi, targeting, dan posisioning.

Pendekatan bottop-up: penetapan sasaran pada basis pelanggan yang terbatas, ekspansi lebih jauh.

Metode Bauran pemasaran (4/7P’s) Metode pemasaran interaktif, word-of-mouth, penjualan langsung dan penunjukan (referrals).

Inteleijen pemasaran

Riset formal dan system intelejen.

Jejaring dan perolehan informasi secara informal.

Sumber: Stokes, 2000.

Pada prinsip “metode” atau tingkat taktis, usaha kecil lebih memilih metode pemasaran interaktif daripada model 4P atau 7Ps. Melalui pemasaran interaktif, mereka mencoba untuk membuat langsung dan pribadi kontak dengan pelanggan. Interaksi ini terjadi ketika pengusaha melakukan personal selling dan hubungan pemasaran pada kegiatan penjualan.

(12)

2.2.2 Dimensi Entrepreneurial Marketing I. Proaktif (Proactiveness)

Proaktif adalah perilaku paling utama dalam eksistensi hidup manusia, yaitu kemampuan individu untuk menentukan makna hidup dan berjuang untuk memenuhi makna hidupnya sebagai sebuah tanggung jawab pribadi. Proaktif telah ditandai sebagai sesuatu tindakan yang diambil untuk mempengaruhi lingkungan perusahaan (Bateman & Crant, 1993)

II. Fokus pada Peluang (Oppourtunity Focus)

Banyak bisnis yang berkembang dan dikembangkan bertumpu pada peluang usaha akibat dari suatu kegiatan ekonomi yang muncul.Pengenalan dan pencarian peluang pemasaran merupakan tindakan penting dalam keberhasilan UKM, potensi pasar umumnya dievaluasi oleh tingkat kesesuaian yang relative terhadap kemampuan dan sumber daya perusahaan.Indikator yang digunakan adalah mampu memenuhi kebutuhan konsumen atau pasar, memiliki keunggulan bersaing, tidak bersifat sementara, bisa dinilai dengan uang dan memenuhi aspek kreativitas dan inovasi yang bersifat solusi (Hendro, 2011:135).

III. Pengambilan Risiko (Risk Taking)

(13)

IV. Inovatif (Innovative)

Inovasi adalah aplikasi untuk mendapatkan keunggulan baru dan kebutuhan yang belum terindentifikasikan dalam pasar yang ada. Inovasi tambahan didasarkan pada hubungan pelaku UKM terhadap pelanggan yang ada dan pengetahuannya terhadap pasar. Indikator yang digunakan dalam penerapan kemampuan inovatif adalah harus berorientasi pasar atau memiliki keunggulan bersaing, mampu meningkatkan nilai tambah usaha untuk menjadi pendongkrak pengembangan usaha, mempunyai unsur efisiensi dan efektivitas, dan inovasi harus bisa diinovasikan lagi (Hendro, 2011:120).

V. Fokus pada Pelanggan (Customer Intensity)

Dimensi Customer Intensity adalah membangun apa yang sering dipandang sebagai kekuatan pendorong utama dalam pemasaran usaha yaitu berhubungan dengan pelanggan dimana dilakukan dengan pendekatan inovatif untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan hubungan pelanggan. Indikator yang digunakan adalah komitmen pelanggan, penciptaan nilai pelanggan, pemahaman kebutuhan pelanggan, tujuan kepuasaan pelanggan, dan layanan purna jual.

VI. Penciptaan Nilai (Value Creation)

(14)

ditawarkan, kepuasan pelanggan, pelanggan yang datang dari pemasaran mulut ke mulut, dan pelanggan yang direkomendasi pelanggan.

2.3Keberhasilan Usaha

2.3.1 Defenisi keberhasilan Usaha

Menurut lestari dalam suryana (2003:285) adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuanya. keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuanya Menurut Nasution (2001:12), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah. Menurut Ranto (2007:20) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa.

(15)

2.3.2 Faktor-faktor yang mendorong keberhasilan usaha

Faktor-faktor yang mendorong Keberhasilan Usaha menurut beberapa ahli adalah : Menurut Hendro (2011:47) keberhasilan usaha terdiri dari:

1. Faktor peluang

Sebagai seorang wirausahawan, anda harus membuat dan menemukan strategi yang tepat untuk usaha anda, bukan usaha orang lain. Disamping itu anda harus menciptakan peluang yang tidak hanya bersifat momentum tetapi benar-benar peluang bisnis. Peluang yang tepat adalah rangkaian yang kuat dan muncul dari penyatuan benang merah antara AKU-BISNIS-PASAR.

2. Faktor manusia (SDM)

a. Yang merencanakan dengan matang itu membutuhkan SDM yang berkualitas.

b. Melakukan pelaksanaan yang sesuai dan tepat dengan perencanaan secara kreatif dalam mengatasi masalah dan itu membutuhkan SDM yang handal sebagai manajer yang hebat.

c. Mengawasi suatu pekerjaan sesuai dengan perencanaan dan target yang dibutuhkan. Controller yang hebat mencakup quality control, financial control serta supervisor.

d. Mengembangkan suatu usaha itu membutuhkan orang yang hebat dalam memasarkan dan menjual, yaitu marketer dan seller.

e. Faktor kepemimpinan atau leadership juga merupakan salah satu faktor penting yaitu gaya kepemimpinan.

(16)

a. Pengendalian biaya dan anggaran .

b. Pencairan dana modal kerja, dana investasi, dan dana lainnya.

c. Perencanaan dan penetapan harga produk, biaya (perinciannya), rugi laba dan lain-lain.

d. Perhitungan resiko keuangan sehingga risiko keuangan bisa dikendalikan dengan baik.

e. Stuktur biaya seperti margin (batas) kontribusi, laba berbanding penjualan, biaya berbanding penjualan, dan lain-lain.

4. Faktor organisasi.

Ibarat sebuah pohon yang memiliki batang yang kokoh dan kuat, organisasi usaha itu harus terstruktur dengan baik. Organisasi usaha juga tidak statis tetapi dinamis, kreatif, dan berwawasan kedepan.

5. Faktor perencanaan.

a. Perencanaan visi, misi, strategi jangka panjang dan pendek b. Perencanaan operasional dan program-program pemasaran c. Perencanaan produk

d. Perencanaan informasi teknologi e. Perencanaan pendistribusian produk

f. Perencanaan jumlah produk yang akan dijual 6. Faktor pengelolaan usaha

a. Quality : mutu produk, mutu operasioanal, mutu pelayanan harus bagus b. Time : waktu penyelesaian produk, waktu pekerjaan, waktu perbaikan juga

(17)

c. Cost : mutu yang bagus perlu biaya yang tinggi belum tentu menghasilkan mutu yang baik.

7. Faktor pemasaran dan penjualan

Faktor pemasaran dan penjualan memainkan peranan penting bagi kelancaran usaha. Ilmu penjualan adalah The Embryo of Entrepreneurial Skill.

8. Faktor administrasi

Tanpa pencatatan dan dokumentasi yang baik dan pengumpulan serta pengelompokan data administrasi, maka stategi, taktik, perencanaan pengembangan, program-program dan arah perusahaan menjadi tidak berjalan sesuai harapan karena hanya dilakukan berdasarkan feeling atau perasaan anda saja.

9. Faktor peraturan pemerintah, politik, sosial, ekonomi dan budaya lokal.

a. Peraturan pemerintah dan peraturann daerah seperti pajak, retribusi,pendapatan daerah, dan lain-lain

b. Legalitas dan perizinan c. Situasi ekonomi dan politik

d. Perkembangan budaya lokal yang harus diikuti

e. Lingkungam sosial yang berbeda di setiap daerah dan Faktor-faktor pendamping lainnya.

(18)

Catatan usaha atau bisnis akan membantu kita mengetahui sejauh mana kita menjalankan usaha, sampai dimana, mengapa sampai disini, karena apa kita begini.

Contohnya:

a. Keuangan : neraca

b. SDM : jenis posisi dan bagian, jumlah karyawan dan lain-lain c. Pemasaran : omset

d. Produksi : jumlah produksi, kualitas dan lain-lain

Menurut Suryana (2006 : 67) faktor keberhasilan usaha yaitu: 1. Kemampuan dan kemauan

Orang yang tidak memiliki kemampuan tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi seorang wirausaha yang sukses.

2. Tekad yang kuat dan kerja keras

Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat tetapi mau bekerja keras dan orang yang suka bekerja keras tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausaha yang sukses

3. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihkan ketika ada kesempatan. Menurut Zimmerer (2008 : 133) faktor keberhasilan usaha yaitu:

(19)

2. Manajer toko yang terlatih, dapat diandalkan dan jujur 3. Pengawasan yang ketat terhadap pembuangan sampah. 4. Pemilihan tempat yang cermat (lokasi yang tepat). 5. Kualitas produk yang tinggi.

6. Konsistensi 7. Kebersihan.

8. Layanan yang ramah dan penuh perhatian dari staf pramusaji yang terlatih dengan baik.

Keberhasilan usaha dalam hal ini diindikasikan dalam lima hal yaitu jumlah penjualan meningkat, hasil produksi meningkat, keuntungan atau profit bertambah, perkembangan dan pertumbuhan usaha berkembang cepat dan memuaskan. Ukuran keberhasilan usaha dalam menerapkan strategi pemasarannya adalah mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan. Semakin banyak pelanggan yang menerima produk atau jasa yang ditawarkan, maka mereka semakin puas, dan ini berarti strategi yang dijalankan sudah cukup berhasil. Ukuran mampu meraih pelanggan sebanyak mungkin hanya merupakan salah satu ukuran bahwa strategi yang dijalankan sudah cukup baik. Masih ada lagi ukuran lainnya, misalnya tingkat laba yang diperoleh dan ukuran lainnya (Kasmir, 2006: 172).

2.3.3 Dimensi Keberhasilan Usaha

(20)

Beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Noor (2007:297) adalah sebagai berikut:

I. laba (Profitability)

Laba merupakan tujuan dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara pendapatan dengan biaya.

II. Produktifitas dan Efisiensi

Besar kecilnya produktivitas usaha akan mengetahui besarnya produksi usaha. Hal itu akan memengaruhi besar kecilnya penjualan pada akhirnya menentukan pendapatan sehingga mempengaruhi besar kecilnya laba yang di peroleh.

III. Daya saing

Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat di katakan berhasil, bila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak mampu bertahan menghadapi pesaing.

IV. Kompetensi dan Etika usaha

Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga mampu menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.

V. Terbangunnya citra merek

(21)

perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya amanan atau percaya diri dari segenap stakeholder perusahaan. Baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan juga pesaing.

2.4Penelitian Terdahulu

Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu terangkum di dalam Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tah

un Penelitian) Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Metode

Analisis Hasil Penelitian 1 Harkemri

The Influence Of Entrepreneuershi p Behavior and Marketing

Efikasi diri dan Motivasi

terhadap Keberhasilan Usaha

(22)

2.5Kerangka Konseptual

Menurut Hutagalung dkk, dalam Daulay dan Ramadini (2013: 3). Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahakarena motivasi utama seseorang untuk menajdi seorang entrepreneur adalah betheir owbosses. Motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untukmemuaskan beberapa kebutuhan individu (Robbins, 2001).

(23)

Motivasi berkaitan dengan sejauh mana komitmen seseorang terhadap pekerjaannya dalam rangka mencapai tujuan usaha. Jika dalam menjalankan suatu usaha atau pekerjaan dengan motivasi yang rendah seseorang tidak akan memiliki komitmendalam menjalankan usaha atau pekerjaannya yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu usaha.

Bjerke dan Hultman (2006) menyatakan aktivitas entrepreneurial marketing yaitu dalam proses pertukaran langsung dan pembentukan hubungan personal. Entrepreneur lebih suka pemasaran interkatif (marketinginteraktif). Manajer –

pemilik usaha kecil merupakan pihak yang memiliki kemampuan berinteraksi dengan target pasar karena memiliki preferensi kuat dalam kontak personal dengan konsumen dan tidak melalui marketing impersonal melalui promosi masa. Hubungan melalui pembicaraan sebagai suatu cara untuk mendengar dan merespon suara konsumen dan tidak melakukan penelitian pasar formal untuk memahami pasar.

Umumnya kemampuan manajer pemilik untuk melakukan dialog dengan konsumen seringkali menjadi titik jual yang unik bagi bisnis. Manajerpemilik biasanya menghabiskan sebagian hari kerjanya untuk berkontak dengan konsumen dan dalam berinteraksi dengan basis konsumen dalam sebuah cara seperti yang dilakukan perusahaan besar, bahkan yang memiliki teknologi terbaru.

(24)

padapentingnya hubungan personal dalam membentuk sebuah basis konsumen. Interaksi dengan konsumen yang ada menggunakan pemasaran berita dari mulut ke mulut untuk menyebarkan pesan. Marketing entrepreneurial mengandalkan komunikasi berita mulut ke mulut untuk menciptakan basis konsumen melalui rekomendasinya.

Berdasarkan teori di atas maka dapat dibuat kerangka konseptual yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti adalah Motivasi berwirausaha

dan entrepreneurial marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keberhasilan usaha textile di jalan Perniagaan Medan. MOTIVASI

BERWIRAUSAHA (X1)

ENTREPRENEURIAL MARKETING

( X2 )

KEBERHASILAN WIRAUSAHA

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Yofi Yusuf Nurdin 2014 Universitas

masing-masing kelas dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen hampir sama dengan kelas kontrol yang pada proses pembelajarannya bertatap muka

This hap- pened, for example, when the horizontally placed second book on the shelf of the book cart (the book next to the vertically placed book to be manipulated) was too thin

sebagai media pembelajaran jarak jauh untuk memberikan hasil belajar yang sama baiknya dengan kelas yang mendapatkan materi pelajaran tatap muka langsung dengan

yang mempermudah kembali ke menu awal. Lambang yang terlalu kecil dan tidak adanya filosofi Kota Salatiga juga menjadi salah satu kekurangan website tersebut. Berdasarkan

To cover the full range of publications, the review included the literature listed in the International Bibliography of the Social Sciences ( IBSS) and ISI Web of Science

Perhitungan uji-t pada penelitian ini tidak memenuhi kriteria penerimaan Ha yaitu 0,679 < 1,651 maka Ho diterima, dan Ha ditolak sehingga tidak terdapat perbedaan kinerja

Karena UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang dijadikan landasan dalam penyelenggaraan Negara maka harus sesuai dengan aspirasi tuntutan kehidupan masyarakat