PERANAN KETERANGAN SAKSI ADECHARGE SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
(STUDI KASUS PUTUSAN PN PALUNo: 06/Pid.Sus/Tipikor/2014/PN.PL)
MUH. SYAHRIL S. LAMPORO Stb D. 101 13 617
Pembimbing I : Achmad Allang. S.H.,M.H Pembimbing II : Nurhayati Mardin. S.H.,M.H
ABSTRAK
Tulisan ini terdapat dua bentuk masalah yaitu bagaimanakah peranan Saksi a de cha rge terhadap Putusan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Dalam Perka ra Tindak Pidana Korupsi dan apakah kendala sa ksi a de charge dalam memberikan kesaksian didepan persidangan perka ra tindak pidana korupsi.
Menja wab masalah tersebut penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu bahan hukum yang digunakan adalah ptusan Pengadilan Negeri Palu mengenai peranan saksi a de charge dalam tindak pidana korupsi.
Kesimpulan yang ditemukan setelah membahas skripsi ini bahwa peranan saksi a de charge terhadap putusan ha kim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara tindak pidana korupsi merupakan hal yang sangat penting da n menetukan dalam membantu majelis hakim dalam memutus perkara dan ternyata dalam perka ra tindak pidana korupsi ini keterangan saksi a de charge turut memberi manfaat dalam pembelaan terdakwa sehingga hakim turut terbantu dalam memberikan pertimbangan yang pada a khirnya oleh majelis hakim menyatakan perka ranya tidak terbuti bersalah sehingga terdakwa dibebaskan. Sedangkan kendala saksi a de cha rge dalam memberikan kesaksian didepan persidangan perkara tindak pidana korupsi adalah disebabkan terdakwa sendiri tidak mengetahui mekanisme dalam mengajuan saksi yang dapat memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya di persidangan. Demikian juga saksi sering mandapat kendala dari aparat penegak hukum dalam hal ini adalah hakim, yakni karena dalam praktek hakim mempunyai penilaian untuk tidak menerima semua saksi a de cha rge yang diajukan oleh terdakwa mengingat hakim dapat melakukan pembatasan dalam pengajuan saksi karena adanya asas pradilan sederhana, cepat dan beaya ringan terutama ada kekuatiran saksi yang diajukan terdakwa hanya untuk mengulur-ulur waktu.
Kata Kunci: Peranan, saksi a de charge, Tindak Pidana Korupsi.
PENDAHULUAN.
A.Latar Belakang Masalah.
Dalam kerangka sistem
peradilan pidana di Indonesia terlibat
beberapa aparat penegak hukum
dalam proses perkara pidana yang
melibatkan beberapa lembaga
peradilan seperti lembaga
Kepolisian, lembaga Kejaksaan,
lembaga Kehakiman dan Lembaga
Bantuan Hukum dan termasuk juga
Lembaga Pemasyarakatan dengan
tanggungjawab masing-masing
lembaga yang saling berkaitan.
Dalam pemeriksaan
disidang pengadilan, untuk
membuktikan salah tidaknya
terdakwa adalah melalui keyakinan
hakim yang didasarkan sekurang –
kurangnya dua alat bukti yang sah
menurut Undang – Undang . Alat
bukti yang pertama kali diperiksa
dalam tahap pembuktian
dipersidangann adalah keterangan
saksi, dimana keterangan saksi
merupakan kunci dalam
membuktikan kebenaran dalam suatu
proses dalam persidangan, hal ini
tergambar jelas dalam pasal 184 dan
185 KUHAP yan menempatkan
keterangan saksi diurutkan pertama
diatas alat bukti lainnya.
Namun, dalam pemeriksaan
saksi disidang pengadilan ini
kadangkala terdapat dua keterangan
yang saling bertentangan yaitu
keterangan dari saksi – saksi yang
memberatkan Pihak Terdakwa (
saksi charge ) dimana saksi ini diajukan oleh penuntut umum untuk
mengemukakan segala sesuatu yang
dapat membuktikan kesalahan dan
kelemahan terdakwa. Sebaliknya
untuk menangkis setiap keterangan
dari saksi yang memberatkan, pihak
terdakwa / penasehat hukum
berusaha dengan segala upaya yaitu
dengan menghadirkan saksi yang
meringankan (saksi a de cha rge).
Saksi a de charge ini
mengemukakan argumentasinya
yang dapat membatalkan segala
sesuatu yang memberatkan
terdakwa. Kehadiran saksi a de charge ini merupakan salah satu hak dari pihak terdakwa yang diajukan
dalam pembuktian di pengadilan
sebagaimana diatur dalam undang –
undang, khususnya pasal 65
KUHAP.
Saksi a de charge, merupakan saksi yang dipilih atau
diajukan oleh Terdakwa atau
Penasehat hukum, yang sifatnya
meringankan terdakwa. Bentuk
perlindungan hak asasi, tersangka
atau terdakwa adalah melakukan
pembelaan terhadap dirinya yang
salah satu caranya dengan
mengajukan saksi yang sekiranya
dapat memperingan pidana yang
diberikan kepadanya atau Saksi a de charge. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 116 ayat (4)
KUHAP, yaitu : Dalam hal tersangka
menyatakan bahwa ia akan
mengajukan saksi yang
menguntungkan bagi dirinya,
penyidik wajib memanggil dan
Berdasarkan uraian tersebut
di atas, menurut penulis kehadiran
saksi yang menguntungkan terdakwa
dimuka persidangan dapat
membantu hakim dalam pengungkap
adanya tindak pidana sehingga
penulis ingin menelusuri kedudukan
peranan saksi a de charge tersebut
dalam proses pemeriksaan
persidangan dalam perkara tindak
pidana korupsi.
B.Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian tersebut
di atas maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah peranan saksi a de charge terhadap putusan hakim dalam menjatuhkan putusan
dalam perkara tindak pidana
korupsi?
2. Apakah kendala saksi a de charge dalam memberikan kesaksian didepan persidangan
perkara tindak pidana korupsi?
PEMBAHASAN.
A. Peranan Saksi a de charge terhadap Putusan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi.
Pengertian saksi dalam
peraturan perundangan-undangan
sebagai diatur dalam KUHAP yaitu
Orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan
tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia
alami sendiri.1
Namun dalam kenyataannya
pengertian ini semakin berkembang
karena orang yang hanya mengetahui
suatu yang berkaitan dengan suatu
kejadian atau perkaranya saja sudah
dimasukkan dalam ketegori saksi,
sehingga dapat diminta keterangannya.2
Yan Pramadya Puspa,3 dalam
bukunya Puspa Soedjono
Dirdjosisworo, memberikan pengertian
bahwa Saksi a de charge adalah sebagai saksi yang meringankan siterdakwa
dalam persidangan. Hardjono
Tjitrosoebono,4 mengartikan : “Saksi a de charge adalah saksi yang meringankan terdakwa”.
Korupsi berasal dari kata Latin “Corruptio” atau “Corruptus” yang
1
Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi.. Mandar Maju, Bandung. 201 hlm. 82
2
Surastini Fitriasih, Perlindungan Saksi dan Korban Sebagai Sarana Menuju Proses Peradilan (Pidana) Yang Jujur dan Adil, Makalah, Pemantauan Peradilan. Com.2003 hlm. 154
3
Puspa Soedjono Dirdjosisworo, Filsafat Peradilan Pidana Dan Perbandungan Hukum ,Armico, Bandung, 2014 hlm. 45
4
kemudian muncul dalam bahasa Inggris “Corruption” dalam bahasa Belanda “Korruptie” dan selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebutan “Korupsi”5
Korupsi secara harfiah
berarti jahat atau busuk (John M.
Echols dan Hassan Shadily: 1977: 149),
sedangkan A.I.N Kramer ST
menerjamahkan sebagai busuk, rusak
atau dapat disuapi. Oleh karena itu
tindak pidana korupsi berarti suatu delik
akibat perbuatan buruk, busuk, jahat,
rusak ataau suap maupun
penyalahgunaan kewenangan.
Berdasarkan hasil penelitian
penulis bahwa peranan saksi a decharge terhadap hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara
pidana sangat membantu hakim
dalam menjatuhkan putusan, selain
itu juga dapat meringankan hukuman
terdakwa atau bahkan dapat
membebaskan terdakwa tetapi
dengan syarat bahwa saksi ini
betul-betul bisa meyakinkan hakim dengan
pertanyaannya yang tentu saja sesuai
dengan pertanyaan-pertanyaan saksi
lain. Dan Pemecahannya PT. Gramedia, Jakarta. 1985 hlm.143
hakim dalam pemeriksaan perkara
pidana, penulis mengambil satu
kasus dalam perkara tindak pidana
korupsi yaitu::
Bahwa Terdakwa Ir. ABDUL BASIR selaku Konsultan Perencana (Direktur PT. GRAFIS INTERNUSA) berdasarkan Surat Kepala Dinas Perhubungan Telekomunikasi dan Informatika Kabupaten Banggai Kepulauan
Nomor :
550/151/PBJ/DISHUBKOMINF O/2008 tanggal 14 Nopember 2008 bertempat di Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan, Propinsi Sulawesi Tengah, atau setidak-tidaknya di suatu tempat di daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Palu pada Pengadilan Negeri Palu yang berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya, secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, yang melakukan, yang menyuruh lakukan, atau yang turut serta melakukan, yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : - Bahwa pada tahun 2010 di Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan, dibangun Dermaga untuk menjangkau daerah yang dibatasi sungai, laut, selat, maupun teluk, dan
pendanaan untuk
pembangunan dermaga ini,
1.003.686.450,- (satu milyar tiga juta enam ratus delapan puluh enam ribu empat ratus
lima puluh Rupiah),
menggunakan dana APBD Kab. Banggai Kepulauan Tahun Anggaran 2010.
- Bahwa berdasarkan desain dari Perencanaan, diketahui jumlah tiang pancang di bagian dermaga sebanyak 18 tiang dan pada trestel ada 2 (dua),
masing-masing dengan
diameter 30x30, dimana untuk bagian dermaga panjang tiang 10 meter yang dipancangkan ke dalam tanah sedalam 4 (empat) meter, sedangkan untuk panjang tiang trestel 6 (enam) meter dipancang ke dalam tanah sedalam 3 (tiga) meter, dimana metode pemancangan tiang dilakukan
dengan metode
pancang/tumbuk.
- Bahwa pada bulan Maret 2011, beberapa tiang pancang dermaga pada bagian depan dan samping mengalami kerusakan akibat amblasnya tiang pancang ke dalam tanah di dasar laut. Oleh karena pekerjaan tersebut masih dalam masa pemeliharaan sehingga masih merupakan tanggung jawab Kontraktor, maka kerusakan tersebut diperbaiki oleh CV. VISIAL BANGUN MANDIRI dengan menambah 5 (lima) tiang pancang sehingga total tiang pancang menjadi 11 tiang pancang dimana ukuran tiang pancang yang ditambahkan
tersebut ditambah 1 (satu) meter untuk antisipasi adanya penurunan kembali, sedangkan kedalaman tiang pancang yang masuk ke dalam tanah hanya sedalam 5 (lima) meter, dan melakukan pengecoran plat lantai dan pemasangan kanstin, yang kesemuanya diselesaikan sampai tanggal 28 Mei 2011.
- Bahwa berdasarkan Surat
Keterangan dari Camat Liang Nomor : 523.42/252/2013 tanggal 14 Nopember 2013 diketahui bahwa Dermaga Liang di Desa Liang, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan yang dibangun tahun 2011, sejak selesai pembangunan sampai dengan sekarang ini sudah tidak berfungsi lagi dengan baik sehingga tidak dapat digunakan oleh Masyarakat. - Bahwa berdasarkan Gambar
Foto yang terlampir dalam Berkas Perkara Nomor : 01/BANGGAI/01/2014
tanggal 27 Januari 2014 dari Penyidik Kejaksaan Negeri Banggai, dimana foto diambil pada tanggal 14 Nopember 2013, terlihat bahwa kondisi dermaga yang sudah dalam kondisi rusak dan tidak berfungsi.
bahwa kondisi bangunan dermaga dalam keadaan rusak berat, khususnya lantai dermaga tersebut posisinya sudah di bawah permukaan air laut, tiang pancangnya bergerak menurun akibat dari pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam Dokumen Lelang Pengadaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi, yaitu Pekerjaan Pembangunan Dermaga Liang Kecamatan Liang.
- Bahwa berdasarkan Laporan Hasil Audit BPKP Perwakilan Propinsi Sulawesi Tengah Nomor : SR-28/PW19/5/2013 tanggal 23 Desember 2013 perihal Laporan Hasil Audit Dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atas Dugaan Tindak Pidana Rp. 737.665.854,45 (tujuh ratus tiga puluh tujuh juta enam ratus enam puluh lima ribu delapan ratus lima puluh empat rupiah empat puluh lima sen),
- Perbuatan Terdakwa Ir. ABDUL BASIR, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Dalam perkara tindak
pidana korupsi ini, terdakwa Ir.
ABDUL BASIR mengajukan saksi a de cahrge di depan persidangan. Dalam keterangannya saksi a de charge ANWAR DOLU, ST, MT, dengan disumpah telah memberikan
keterangan sebagai berikut:
- Bahwa saksi kenal Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR;
- Bahwa PT. Grafis Internusa adalah pelaksana pekerjaan
perencanaan pembangunan
dermaga di Desa Liang
Kecamatan Liang Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2008; - Bahwa saksi adalah tenaga ahli
yang dikontrak oleh Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR untuk bekerja dalam pekerjaan pembuatan
perencanaan pembangunan
dermaga liang Tahun 2008; - Bahwa antara Engineering
Estimate (EE), Gambar dan Spesifikasi Teknis saling berkait dan berhubungan sebagai satu kesatuan;
tumbukan dengan alat pancang dengan metode alkon, menurut saksi penggunaan alat alkon akan menimbulkan rongga yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan alat pancang karena daya dukung kulit dan daya dukung ujung akan bekerja; - Bahwa faktor utama yang salah
dalam pelaksanaan adalah mekanisme pemancangan dan cara pelaksanaan pemancangan tiang pancang, padahal dokumen perencanaan sudah memuat
bahwa kemampuan beban
dermaga untuk kapal yang berlabuh yaitu kapal berbobot 150 GT atau 150 ton;
- Bahwa semua dokumen
perencanaan saksi tidak diserahkan langsung kepada Dinas tetapi saksi serahkan kepada Ir. ABDUL BASIR sebagai Direktur PT. Grafis Internusa;
- Bahwa spesifikasi dengan RAB saling berkaitan karena aturan-aturan RAB ada di dalam
hakim turut mempertimbangkan
saksi a de charge ANWAR DOLU, ST, MT, bahwa:
- Menimbang, bahwa menurut
keterangan saksi ANWAR
DOLU, proses penelitian dengan
alat sondiri tidak harus disesuaikan dengan jmlah tiang pancang yang diinginkan karena penelitian dengan menggunakan alat sondir hanya untuk mengambil 1 atau 3 titik saja sebagai sampel penghitungan kedalaman tanah makanya hasil dari Konsultan Perencana hanya EE saja karena hanya estimasi dan pastinya ditentukan dilapangan, namun pada saat itu juga telah dilakukan pengujian sondir dimana saat itu pada kedalaman 4 meter telah ditemukan tanah keras sehingga hasilnya dituangkan dalam EE dimana saksi buat untuk jembatan 18 tiang dan trestle 2 tiang dengan pembagian untuk jembatan tiga baris enam, enam dan dua batang serta untuk kedalaman masing-masing tiang pancang berbeda-beda pada setiap baris dimana baris yang paling depan paling kurang lebih 11 meter, baris kedua kedalamannya 8 meter dan baris ketiga kedalamannya 7 meter, serta untuk trestle masing-masing kedalamannya kurang lebih 6 meter jadi totalnya jumlah tiang pancang Dermaga adalah 150 meter kemudian trestle 12 meter (vide Bukti T.7 dari Penasihat Hukum Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR).
- Menimbang, bahwa kemudian diterangkan lebih lanjut oleh saksi ANWAR DOLU dan Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR bahwa proses pemancangan tiang yang dibuat
dalam Dokumen
(tumbukan) K-35 atau biasa disebut dengan Kode 35 atau 3,5 ton alat pemukulnya, dalam artian biasa dikenal dengan istilah pemasangan tiang pancang dengan menggunakan metode tumbuk (vide Bukti T.9 dari Penasihat Hukum Terdawa I Ir.ABDUL BASIR);
- Menimbang, bahwa ternyata kenyataan di lapangan ditemukan bahwa pemasangan tiang pancang oleh kontraktor/pelaksana pekerjaan dalam hal ini perusahaan Terdakwa II DJEFRI
LA’ALA adalah dengan
menggunakan metode alkon dan BUKAN dengan metode tumbuk. Jika pemancangan tiang dengan metode tumbuk maka tiang akan
bekerja untuk menambah
kekuatan daya dukung
kulit/friksion (tiang pancang akan terjepit) karena adanya beban tumbukan dan daya dukung ujung tiang ada (ujung tiang pancang terjepit). Sedangkan apabila menggunakan metode alkon sebagaimana dilakukan oleh kontraktor maka hasilnya akan merusak atau membongkar struktur tanah, membuat rongga pada tanah sehingga tiang pancang hanya menggantung pada balok/lantai, daya duung tiang pancang tidak berfungsi atau tidak ada jepitan tanah, daya ujung dan daya dukung kulit menjadi tidak ada sehingga tiang akan mudah amblas (vide Bukti T.8 dari Penasihat Hukum Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR); - Menimbang, bahwa sebenarnya
Penuntut Umum sendiri telah
mengakui secara eksplisit baik dalam Surat Dakwaannya pada halaman 7 alinea ke-2 dan halaman 8 alinea ke-4 in casu
Dakwaan Primair serta halaman 13 alinea ke-6 dan halaman 15 alinea ke-2 in ca su Dakwaan Subsidair, maupun dalam Tuntutan Pidana pada halaman 43 alinea ke-5 tentang fakta hukum dimana dinyatakan oleh Penuntut
Umum bahwa pelaksanaan
pembangunan Dermaga tidak sesuai dengan Spesifikasi yang ditetapkan dalam Dokumen Lelang (in casu yang dibuat oleh
perusahaan Terdakwa I
Ir.ABDUL BASIR yaitu PT. Grafis Internusa selaku Konsutan Perencana) yaitu sebagaimana termaktub dalam BAB IV point 17 Nomor 2.2, Nomor 3.1 dan Nomor 3.2. Dalam konteks ini, menurut Majelis bahwasanya Penuntut Umum tidak konsisten atas apa yang dinyatakannya baik dalam Surat Dakwaan maupun dalam Tuntutan Pidana, dan oleh Majelis secara a contrario
mengartikan bahwasanya secara implisit Penuntut Umum sendiri telah mengakui kalau terjadinya kerusakan dan atau kemiringan tiang pancang pada Dermaga
Liang tersebut adalah
tanggungjawab dari pihak kontraktor/pelaksana kegiatan in casu Terdakwa II DJEFRI LA’ALA melalui CV. Visial Bangun Mandiri karena tidak mengikuti petunjuk yang ada
dalam Dokumen
perusahaan Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR yakni PT. Grafis Internusa selaku Konsultan Perencana (vide Bukti T.9 dari Penasihat Hukum Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR);
- Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dan dikaitkan dengan peranan Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR sebagai Direktur PT. Grafis Internusa selaku Konsultan Perencana, menurut Majelis perbuatan Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR tidak dapat dipersalahkan dan atau tidak memenuhi unsur melawan hukum mengingat perbuatan-perbuatan Terdakwa I tersebut adalah tidak menyalahi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, justru menurut Mejelis apa yang telah dilakukan Terdakwa I Ir.ABDUL BASIR adalah rela berkorban secara finansial demi kepentingan masyarakat Kabupaten Banggai Kepulauan dan penuh keikhlasan serta itikad baik mau memberi bantuan perbaikan Dermaga
Liang tersebut sebesar
Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) sebagaimana hal tersebut juga telah diakui sendiri oleh Penuntut Umum dalam Tuntutan Pidana-nya pada halaman 32 alinea ke-8;
- Menimbang, bahwa oleh karena salah satu unsur dalam dakwaan
Primair tidak terpenuhi, maka
Terdakwa I tersebut tidak dapat dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, oleh karenanya
Terdakwa I harus dibebaskan dari dakwaan Primair tersebut;
- Menimbang, bahwa karena salah satu unsur dalam pasal dakwaan
Subsidair tidak terpenuhi, maka
Terdakwa I Ir.ABDULL BASIR dan Terdakwa III WAHYUDI M. SU’UDI tidak dapat dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan tersebut, dan karenanya pula Terdakwa I dan Terdakwa III harus dibebaskan dari dakwaan dan kepadanya juga harus dipulihkan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya;
Setelah penulis mempelajari
dengan seksama kasus perkara
tindak pidana korupsi.tersebut diatas
hubungannya dengan penggunaan
saksi meringankan atau saksi
menguntungkan (saksi a de charge)
yaitu saksi a de cha rge ANWAR DOLU, ST, MT, dalam perkara
Terdakwa I Ir.ABDULL BASIR
turut memberikan keterangan yang
menguntungkan, meringankan
maupun dapat membebaskan
terdakwa, kehadiran saksi yang
meringankan memang dihadirkan
untuk memberi keyakinan hakim
bahwa terdakwa tidak bersalah
melakukan tindak pidana khususnya
pidana korupsi yang dipersalahkan
kepada terdakwa Ir.ABDUL BASIR
dan nampaknya dalam perkara
tindak pidana korupsi keterangan
saksi yang meringankan oleh majelis
hakim turut mempertimbangkan
kesaksian a decha rge sehingga atas keterangan saksi a de charge tersebut
majelis hakim menyatakan dan
memutuskan:
1. Menyatakan Terdakwa I
Ir.ABDUL BASIR, tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum baik dalam dakwaan Primair maupun dakwaan Subsidair; 2. Membebaskan Terdakwa I, oleh
karena itu dari dakwaan-dakwaan tersebut;
Mempelajari kasus tersebut
dalam perkara tindak pidana korupsi,
Penulis berkesimpulan bahwa dari
contoh kasus tersebut bahwa
pemangilan saksi a decharge
merupakan hal yang sangat penting
dan menetukan dalam membantu
majelis hakim dalam memutus
perkara dan ternyata dalam perkara
tindak pidana korupsi ini keterangan
saksi a de cha rge turut memberi manfaat dalam pembelaan terdakwa
sehingga hakim turut terbantu dalam
memberikan pertimbangan yang
pada akhirnya oleh majelis hakim
menyatakan perkaranya tidak terbuti
bersalah sehingga terdakwa
dibebaskan.
Dari uraian di atas jelas
bahwa kehadiran saksi a de charge
dalam kasus ini sebenarnya sangat
membantu hakim serta dapat
meyakinkan hakim dalam
mengambil putusan. Dilihat dari
keterangan saksi korban dan saksi
lainnya termasuk saksi a de charge
dalam ilmu pengetahuan hukum
pidana dianggap sebagai saksi yang
dapat memberikan keterangan yang
mengarah kepada keuntungan
terdakwa.
Dalam menilai keterangan
saksi ada ketentuan yang harus
diperhatikan oleh hakim, ketentuan
ini berlaku pula pada saksi a de
charge. Ketentuan-ketentuan tersebut
adalah untuk mengingatkan hakim
agar memperhatikan keterangan
saksi secara bebas dan obyektif,
ketentuan ini terdapat dalam pasal
185 ayat (6) KUHAP.
Keterangan saksi a de charge sebagai alat bukti tidak mempunyai ketentuan pembuktian
yang sempurna dan menentukan
artinya sama sekali tidak mengikat
hakim. Hakim bebas menilai
Tergantung penilain hakim untuk
mengungkapkannya sempurna atau
tidak, dan tidak ada keharusan bagi
hakim untuk menerima kebenaran
setiap keterangan saksi a de cha rge. Hakim bebas menilai kekuatan atau
kebenaran yang melekat pada
keterangan itu, dan dapat menerima
atau menyikirkannya.
Hasil penelitian penulis
bahwa peran saksi a de charge
memang sangat penting tetapi saksi
tersebut jika tidak berhati-hati maka
akan berbalik memberatkan
terdakwa. Saksi ini tidak begitu saja
dapat meringankan terdakwa tetapi
pertanyaannya harus sejalan dengan
pertanyaan saksi-saksi.
Sebagaimana diatur dalam
Pasal 160 ayat (1) huruf c KUHAP
telah membebankan kewajiban
hukum kepada ketua sidang untuk
mendengarkan keterangan saksi a de charge selama berlangsungnya sidang atau sebelum dijatuhkannya
putusan. Ini berarti batas tenggang
waktu mengajukan saksi a decharge
terbatas sebelum ketua sidang
menjatuhkan putusan atas perkara
yang bersangkutan. Berarti
undang-undang memberi hak kepada
terdakwa atau penasehat hukumnya
selama proses persidangan masih
berlangsung. Keterangan saksi a de
charge tidak dapat didengarkan lagi setelah ketua sidang telah
menjatuhkan putusan, bukan setelah
pemeriksaan perkara selesai.
Menurut Dede Halim, salah
satu Hakim pada Pengadilan Negeri
Palu (wawancara, 15 Oktober 2017)
bahwa:
“pemeriksaan saksi a de charge biasanya didengar keterangannya sebelum pemeriksaan terdakwa. Dalam peraturan perundang-undangan khususnya hukum acara pidana dimungkinkan hadirnya saksi yang dapat
meringankan atau
menguntungkan terdakwa dalam membela kepentingan perkaranya dimuka sidang, karena seperti kita ketahui peran saksi a de charge
sangat penting untuk kepentingan terdakwa.”
B. Kendala dihadapi terdakwa dalam mengajukan saksi a de
charge didepan persidangan
perkara tindak pidana korupsi. Pasal 65 KUHAP telah
menjadi dasar hak bagi terdakwa
untuk mengajukan saksi yang
menguntungkan, tetapi dalam
praktek nampak kendala kendala
yang dihadapi terdakwa dalam
mengajukan saksi yang
menguntungkan. Kendala-kendala
1. Kendala yang disebabkan
terdakwa sendiri tidak
mengetahui mekanisme dalam
mengajuan saksi yang dapat
memberikan keterangan yang
menguntungkan bagi dirinya di
persidangan. Hal ini mengingat
hakim atau majelis hakim tidak
mempunyai kewajiban untuk
menjelaskan mekanisme
pengajuan saksi apabila saksi
tidak menanyakan hal tersebut.
2. Kendala Yang Disebabkan Saksi
Yang Menguntungkan
a. Saksi yang menguntungkan
seringkali bertempat tinggal
jauh dari pengadilan sehingga
harus mengeluarkan biaya
untuk dapat hadir
kepersidangan yang
menyebabakan saksi tidak mau
hadir dalam persindangan. Hal
ini sejalan dengan apa
dikatakan salah satu Advokat
Salmin Haedar6 yang
mengatakan bahwa terdapat
kesulitan mengajukan saksi
bilamana tempat tempat saksi
terletak jauh dari kantor polisi
atau kejaksaan yang
melakukan pemeriksaaan, atau
6
Wawancara Salah Satu Hakim pada Pengadilan Negeri Palu Dede Halim , Tanggal 15 November 2017
jauh dari kantor pengadilan
yang akan mengadili perkara
bersangkutan. Kesulitan dalam
hal ini adalah, bahwa
walaupun saksi-saksi ini
mempunyai kehendak untuk
datang menjadi saksi, masalah
pembiayaan perjalanan selalu
menjadi faktor penghambat.
b. Kendala lainnya adalah saksi
sering merasa takut untuk menjadi
saksi. akademi Fakultas
Universitas Tadulako Bapak Dr.
Idham Chalid, menjelaskan
bahwa masalah psychologis yaitu
takutnya orang untuk memberikan
kesaksian terhadap perbuatan
yang dilakukan. Pemeriksa harus
mampu untuk memberikan
jaminan kepada saksi yang takut
memberikan keterangan karena
alasan psychologis, lebih khusus
lagi terhadap perkara tindak
pidana korupsi.
3. Kendala yang disebabkan aparat
penegak hokum, akademi
Fakultas Universitas Tadulako
Bapak Dr. Idham Chalid
terdakwa mengajukan saksi sering
mandapat kendala dari aparat
penegak hukum dalam hal ini
adalah hakim, yakni karena dalam
praktek hakim mempunyai
penilaian untuk tidak menerima
semua saksi yang diajukan oleh
terdakwa mengingat hakim dapat
melakukan pembatasan dalam
pengajuan saksi karena adanya
asas pradilan sederhana, cepat dan
beaya ringan terutama ada
kekuatiran saksi yang diajukan
terdakwa hanya untuk
mengulur-ulur waktu.7
III PENUTUP A.Kesimpulan.
Berdasarkan rumusan
masalah dan pernbahasan
sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa:
a. Peranan saksi a de cha rge
terhadap putusan hakim dalam
menjatuhkan putusan dalam
perkara tindak pidana korupsi
merupakan hal yang sangat
penting dan menetukan dalam
membantu majelis hakim dalam
memutus perkara dan ternyata
dalam perkara tindak pidana
korupsi ini keterangan saksi a de
7
Wawancara Salah Satu Dosen Fakultas Hukum Univeristas Tadulako Bapak Dr. H. Idham Chalid Tanggal 15 November 2017
charge turut memberi manfaat dalam pembelaan terdakwa
sehingga hakim turut terbantu
dalam memberikan pertimbangan
yang pada akhirnya oleh majelis
hakim menyatakan perkaranya
tidak terbuti bersalah sehingga
terdakwa dibebaskan.
b. Kendala saksi a de charge dalam memberikan kesaksian didepan
persidangan perkara tindak pidana
korupsi adalah disebabkan
terdakwa sendiri tidak
mengetahui mekanisme dalam
mengajuan saksi yang dapat
memberikan keterangan yang
menguntungkan bagi dirinya di
persidangan. saksi yang
menguntungkan seringkali
bertempat tinggal jauh dari
pengadilan sehingga harus
mengeluarkan biaya untuk dapat
hadir kepersidangan yang
menyebabakan saksi tidak mau
hadir dalam persindangan. Saksi
sering mandapat kendala dari
aparat penegak hukum dalam hal
ini adalah hakim, yakni karena
dalam praktek hakim mempunyai
penilaian untuk tidak menerima
spemua saksi a de charge yang
diajukan oleh terdakwa
melakukan pembatasan dalam
pengajuan saksi karena adanya
asas pradilan sederhana, cepat dan
beaya ringan terutama ada
kekuatiran saksi yang diajukan
terdakwa hanya untuk
mengulur-ulur waktu.
B.Saran-Saran.
Sebagai bahan pertimbangan
bagi pihak terkait dalam proses
pemeriksaan perkara pidana
menyangkut kasus tersebut diatas, maka
penulis mengajukan saran sebagai
berikut :
1. Hendaknya hakim perlu
mempertibangkan hati nuraninya
tentang keterangan yang diberikan
oleh saksi a de cha rge baik di tingkat penyidikan maupun pada
tingkat persidangan, sehingga
peranan keterangan saksi a de charge dapat benar-benar berfungsi untuk menguatkan keyakinan hakim
agar putusan yang dihasilkan tetap
menjunjung tinggi kebenaran dan
bermafaat untuik semua pihak
khususnya pihak terdakwa.
2. Perlu ada ketentuan yang mengatur
tentang saksi yang meringankan
terdakwa agar tidak seenaknya saja
memberikan keterangan walaupun
pada dasarnya keterangan itu tidak
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku – Buku
Andi,Hamzah, Korupsi Di Indonesia Masalah Dan Pemecahannya PT. Gramedia, Jakarta. 1985
Hardjono Tjitrosoebono, Evaluasi Pelaksanaan KUHAP, Seminar Di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 2015
Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi.. Mandar Maju, Bandung. 2013
Puspa Soedjono Dirdjosisworo, Filsafat Peradilan Pidana Dan Perbandungan Hukum
Armico, Bandung, 2014
Surastini Fitriasih, Perlindungan Saksi dan Korban Sebagai Sarana Menuju Proses Peradilan (Pidana) Yang Jujur dan Adil, Makalah, Pemantauan Peradilan. Com.2003
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perlungan Saksi dan Korban
C. Wawancara
Wa wanca ra Salah Satu Hakim pada Pengadilan Negeri Palu Dede Halim , Tanggal 15 November 2017
BIODATA DIRI
A. Keterangan Diri Mahasiswa
1. Nama Lengkap : Moh. Syahril. S. Lamporo 2. Nama Panggilan : Aril
3. Tempat/Tanggal Lahir : Palu , 17 November 1995
4. Anak ke : Ke – 1 dari 4 (Empat) bersaudara 5. Jenis kelamin : Laki-Laki
6. Agama : Islam 7. Hobby : Renang B. Keterangan Tempat Tinggal
1. Alamat sekarang : BTN Bumi Roviga Blok D2 No. 7 2. Tinggal bersama : Orang Tua
3. Jarak menuju kampus : 5 Km
4. Berangkat kekampus : Kendaraan Pribadi 5. Kendaraan yg dimiliki : Roda 2 (Motor) 6. No Telp/ Hp : 081280400105
7. Email : Lamporoaril@yahoo.com C. Keterangan Orang Tua
a. Ayah
1. Nama : H. Moh Sahlan Lamporo
2. Alamat : BTN Bumi Roviga Blok D2 No. 7 3. Agama : Islam
4. Pekerjaan : Wiraswasta b. Ibu
1. Nama : Hi. Suyarni Latif, S.E
2. Alamat : BTN Bumi Roviga Blok D2 No. 7 3. Agama : Islam