• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada Bimbingan TIK (BKTIK) di K13 T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada Bimbingan TIK (BKTIK) di K13 T1 Full text"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

(Project Based Learning) pada Bimbingan TIK (BKTIK) di

K-13

Peneliti :

Setyawan Raharjo (702012020)

Hanita Yulia M.Pd

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1. Pendahuluan

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi[1]. Pada Kurikulum 2013 (K-13) peserta didik dapat lebih terlibat aktif dalam membangun pengetahuan melalui kegiatan belajar yang menyenangkan sekaligus bermakna, sehingga diharapkan bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value) dan nilai jual, untuk mampu bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan global.

Integrasi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam pembelajaran merupakan salah satu syarat dalam penerapan K-13[2]. Untuk mengintegrasikan TIK dalam semua mata pelajaran, diharapkan baik pendidik maupun siswa memiliki kemampuan dalam bidang TIK. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pelatihan atau bimbingan TIK, yang salah satunya dilaksanakan melalui mata pelajaran TIK. Dalam K-13 ini, pelatihan dan bimbingan TIK yang sebelumnya disebut mata pelajaran TIK di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diubah menjadi bimbingan konseling TIK (BKTIK) yang dapat dilakukan secara klasikal maupun individual.

Diperlukan suatu usaha oleh pendidik untuk dapat memaksimalkan pelatihan dan bimbingan TIK mengingat kemampuan TIK sangat diperlukan oleh siswa dalam mengikuti semua mata pelajaran yang terintegrasi oleh TIK. Salah satu upaya untuk memaksimalkan BKTIK secara klasikal adalah melalui penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Melalui metode pembelajaran yang tepat, diharapkan siswa dapat memperoleh kegiatan belajar yang bermakna, sekaligus pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan, dalam hal ini adalah ketrampilan TIK seperti yang diharapkan untuk menjadi tujuan di K-13. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, kerjasama, pemahaman, dan hasil belajar siswa adalah pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek ini dirasa tepat digunakan karena PjBL mengandung kegiatan pembelajaran yang bermakna, dapat meningkatkan ketrampilan dan menambah pengetahuan[3].

(7)

pengetahuan dan pemahaman[4]. Akan tetapi, permasalahanya adalah apakah PJBL efektif diterapkan pada BKTIK di K13, yang memiliki bentuk berbeda dengan mata pelajaran TIK di kurikulum sebelumnya belum diketahui. Artinya, apakah PjBL di BKTIK dapat mendukung tercapainya pembelajaran bermakna, peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta efisiensi waktu akan dilihat melalui penelitian ini.

Dalam pembelajaran BKTIK pada K-13 memiliki jam tatap muka secara klasikal yang tidak sebanyak pada mata pelajaran TIK di KTSP. Padahal biasanya PjBL diterapkan pada pelajaran yang memiliki jam tatap muka lebih banyak. Mengingat adanya perubahan bentuk mata pelajaran TIK ke BKTIK di K-13, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah metode PjBL efektif diterapkan di BKTIK dalam K-13 dilihat dari aspek pembelajaran bermakna, peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, dan efisiensi waktu.

2. Tinjauan Pustaka

Integrasi TIK kedalam mata pelajaran lain adalah untuk memberikan peluang bagi berkembangnya kreativitas dan kemandirian peserta didik. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan peserta didik menghasilkan karya-karya baru yang orisinil, memiliki nilai tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK, peserta didik akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini memberikan peluang untuk mengembangkan dan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Dengan terintegrasinya TIK dengan mata pelajaran lain maka beberapa manfaat yang diperoleh, yaitu: 1) TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan sebagai referensi ilmu pengetahuan terkini. 2) TIK sebagai alat bantu pembelajaran, 3) TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran, 4) TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran[5]. Tetapi dalam K-13 TIK itu sendiri tidak menjadi matapelajaran yang utuh, melainkan terintegrasi kedalam mata pelajaran lain dan menjadi sebuah layanan bimbingan konseling TIK.

(8)

seperti dahulu mata pelajaran TIK. Untuk memaksimalkan BKTIK, tentu saja dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode pembelajaran yang dikenal memiliki beberapa keuntungan atau manfaat adalah project based learning.

Project based learning atau Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri[6]. Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut: peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja, adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik, peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan, peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, proses evaluasi dijalankan secara kontinyu, peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan[7].

(9)

Penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran umunya mengandung kegiatan pembelajaran yang bermakna, dapat meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan[3]. Oleh karena itu, efektivitas PjBL di BKTIK dalam penelitian ini akan dilihat dari ketiga aspek diatas dimana ketiga aspek diatas juga merupakan tujuan dari K-13. Pada aspek pembelajaran bermakna, menurut Christina, pembelajaran dapat dikatakan bermakna bila siswa mampu terlibat aktif dalam pembelajaran BKTIK, mempunyai inisiatif untuk bekerja sama didalam kelompok, mempunyai keingintahuan yang tinggi untuk dapat berfikir secara kritis terhadap tugas atau materi yang diberikan, mampu berkomunikasi dengan efektif baik lisan maupun tertulis untuk memecahkan masalah secara individu maupun kelompok[9]. Selanjutnya menurut Maharani, aspek peningkatan ketrampilan dapat dilihat melalui pelaksanaan praktek dengan prosedur, ketelitian, dan performa yang telah di tentukan guna menambah kemampuan pada penggunaan komputer[3]. Menurut Rina, pada aspek bertambahnya pengetahuan peningkatan dapat dilihat melalui perubahan pada nilai tes dan non tes yang dilaksanakan setiap kompetensi dasar[10]. Selain dilihat dari ketiga aspek diatas, dalam penelitian ini efektivitas PjBL dalam penerapan BKTIK di K-13 juga akan dilihat dari segi efisiensi waktu. Dikarenakan menurut Kamdi metode PjBL membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional[11].

3. Metode Penelitian

(10)

Tabel 1 Tabel teknik pengumpulan data mengenai efektivitas PjBL dalam BKTIK di K-13.

No Aspek Efektifitas Teknik

pengumpulan Waktu Penilaian

1. Pembelajaran bermakna

 Terlibat aktif dalam BKTIK. (1-5)

Angket &

Wawancara Akhir pembelajaran  Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.

(6-10)

 Berfikir Kritis. (11-15)

 Memiliki Kemampuan Problem Solving. (16-20)

2. Pengetahuan

 Pemahaman konsep pembuatan desain poster dengan Coreldraw.

Tes Akhir Pembelajaran

 Kejelasan proses pembuatan desain

kaos dengan coreldraw Persentasi Proyek & Pengamatan Akhir Pembelajaran

3. Keterampilan

Terampil saat menggunakan tool didalam coreldraw pada saat pembuatan desain kaos.

Pengamatan & Wawancara

Awal sampai akhir pembelajaran

4 Efektivitas waktu Pengamatan Awal sampai akhir pembelajaran

(11)

Tabel 2 Rubrik presentasi proyek.

Aspek yang dinilai

Skor

3 2 1

Isi presentasi Isi presentasi yang

ditampilkan lengkap, terdapat lengkap hanya 1 poin atau 2 poin dari 3 poin.

Data hasil rubrik penilaian persentasi proyek ini dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai = �� � � ℎ

� � � x 100 %

Hasil perhitungan nilai tersebut dimasukkan ke dalam kategori sebagai berikut: Tabel 3 Kategori penilaian persentasi proyek.

Skor Kategori

(12)

Tabel 4 Kategori pembelajaran bermakna.

Observasi juga dilakukan untuk melihat bagaimana perkembangan keterampilan siswa dalam TIK dan diukur dengan menggunakan rubrik penilaian keterampilan, sebagai berikut:

Tabel 5 Rubrik penilaian ketrampilan.

Indikator detail kecil pada tugas yang diberikan pada saat praktek.

Sangat memperhatikan detail detail kecil pada tugas yang diberikan pada saat praktek. Kesesuaian Pekerjaan tidak sesuai

dengan materi yang diberikan pada saat praktek.

Pekerjaan hanya memiliki satu atau dua poin yang sesuai dengan materi yang tetapi sekali atau dua kali melewati urutan yang

Performa Pada saat praktek siswa sangat lambat dalam Kerapian Hasil kerja pada saat

praktek sangat tidak rapi

(13)

Data hasil rubrik penilaiandianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai = �� � � ℎ

� � � x 100 %

Hasil perhitungan nilai tersebut, dimasukkan ke dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 6 Kategori penilaian ketrampilan.

Skor (%) Kategori 67-100 Sangat Terampil 34-66 Terampil 0-33 Kurang Terampil

Pada data nilai tes siswa digunakan untuk memperoleh hasil bertambahnya pengetahuan. Data wawancara dan angket direduksi untuk menjadi hasil dalam pembelajaran bermakna dengan cara memberikan skor kepada tiap butir jawaban. Lalu data pada saat observasi keterampilan akan menjadi hasil perkembangan ketrampilan siswa. Dan pada tahap akhir adalah membuat kesimpulan mengenai apakah penggunaan metode PjBL yang diterapkan pada BKTIK efektif atau belum efektif. Keabsahan data dari penelitian ini diperoleh dari ketekunan pada saat melakukan penelitian, melaksanakan uji validitas data, melaksanakan pengamatan ulang pada hasil hasil yang ditemukan, dan teknik triangulasi data dengan mengecek data dari hasil wawancara dan angket dengan data observasi dilapangan.

4. Hasil Penelitian

(14)

menutup pelajaran guru memberikan gambaran kasar tentang materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.

Pada kelas eksperimen digunakan metode PJBL sebagai metode pembelajarannya. Kelas eksperimen ini memiliki desain pembelajaran sebagai berikut:

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan

Pra Pembelajaran

1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran.

2. Guru memberikan motivasi tentang pentingnya bimbingan TIK. 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

4. Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. 5. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan pertanyaan secara klasikal yang bersifat menuntun dan menggali.

Inti

Fase-1: Penentuan Pertanyaan Mendasar

Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman belajarnya yang bermuara pada penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.

 Bagaimana cara membuat desian T-Shirt dengan menggunakan coreldraw ?

 Sebutkan fungsi dari tools tools yang digunakan ?

Fase-2.Mendesain Perencanaan Proyek

 Guru Mengorganisir siswa kedalam kelompok-kelompok yang heterogen (4-5) orang. Heterogen berdasarkan tingkat kognitif dan jenis kelamin.  Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua secara demokratis, dan mendeskripsikan tugas kepada masing-masing anggota kelompok.

 Guru dan peserta didik membicarakan aturan main untuk disepakati bersama dalam proses penyelesaian proyek. Hal-hal yang disepakati: pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang direncanakan, sanksi yang dijatuhkan pada pelanggaran aturan main, tempat pelaksanaan proyek, hal-hal yang dilaporkan, serta alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek

Fase-3. Menyusun Jadwal

 Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat jadwal aktifitas yang mengacu pada waktu maksimal yang disepakati.

 Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun langkah alternatif, jika ada sub aktifitas yang molor dari waktu yang telah dijadwalkan.

 Guru meminta setiap kelompok menuliskan alasan setiap pilihan yang telah dipilih.

Fase-4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek

 Guru memonitor siswa dengan melakukan pengecekan terhadap setiap kelompok dengan menanyakan adakah masalah yang dihadapi dan apakah siswa dapat mengerjakan dengan baik, selain itu guru selalu mengamati siswa dan bila siswa mendapatkan kesulitan guru selalu siap untuk menfasilitasi.

(15)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Fase-5. Menguji Hasil

 Guru telah melakukan penilaian selama monitoring dilakukan dengan mengacu pada rubrik penilaian. yang bertujuan: mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

Fase-6. Mengevaluasi Pengalaman

 peserta didik secara berkelompok melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Hal-hal yang direfleksi adalah kesulitan-kesulitan yang dialami dan cara mengatasinya dan perasaan yang dirasakan pada saat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dengan menyampaikan nya dengan cara persentasi di depan kelas.

Penutup Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyimpulkan hasil temuan barunya.

Efektivitas penggunaan metode pembelajaran PjBL pada BKTIK di K-13 dalam penelitian ini dilihat dari 4 aspek (terdapat pembelajaran bermakna, bertambahnya pengetahuan, peningkatan keterampilan, efisiensi waktu). Berikut ini akan dijabarkan hasil penelitian dari tiap-tiap aspek tersebut.

Pada aspek pembelajaran bermakna pengambilan data penelitian dilaksanakan setelah dilaksanakannya pembelajaran. Disaat semua proses pembelajaran telah usai pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, angket disebar untuk untuk mengetahui berapa persen tingkat pembelajaran yang telah dilaksanakan tersebut bermakna bagi siswa. Adapun hasil dari angket pembelajaran bermakna yang diisi oleh siswa disajikan dalam tabel 7 berikut ini:

Tabel 7 Skor Aspek pembelajaran bermakna.

Aspek Pernyataan

Setiap kali guru memberikan waktu untuk bertanya, saya selalu memanfaatkanya untuk menanyakan hal-hal yang belum saya ketahuai.

92% 85%

89% 81% SB SB Saya selalu memperhatikan guru saat

memberikan materi maupun tugas

94% 88%

Tugas yang diberikan oleh guru di kelas selalu saya kerjakan dan dikumpulkan tepat waktu

92% 86%

Sebelum pertemuan di kelas saya selalu mempelajari materi yang akan diberikan

79% 67%

2 Bekerjasama dalam kelompok

Saya lebih senang berkerja dalam kelompok 84% 78%

87% 83% SB SB Saya senang bila dapat membantu teman

yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran

88% 87%

Saya selalu mendiskusikan solusi dari sebuah masalah yang ada pada saat kerja kelompok

85% 82%

Belajar secara berkelompok membantu saya lebih memahami pelajaran.

(16)

3 Berfikir Kritis Saya selalu mencari sumber materi lain selain dari materi yang diberikan oleh guru

77% 70%

81% 76% SB B Pada pembelajaran ini ada hal-hal yang

merangsang rasa ingin tahu saya

88% 83%

Saya merasa selalu terpanggil untuk bertanya bila terdapat suatu materi yang belum saya mengerti dalam pengerjaan obyek

78% 73%

Setiap akhir pembelajaran saya dapat menyimpulkan apa yang saya pelajari pada waktu itu

Saya selalu melaksanakan kegiatan diskusi kelompok untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan

81% 78%

74% 69% B B Dapat merencanakan pemecahan masalah

dengan baik tanpa adanya bantuan dari guru maupun teman

72% 68%

Saya dapat memahami masalah dengan baik tanpa adanya penjelasan dari guru

65% 60%

Permasalahan yang ada didalam kelompok dapat saya pecahkan dengan baik

90% 82%

Rata-rata seluruh aspek 83% 77% SB B

Keterangan:

KK: Kelas Kontrol, KE: Kelas Eksperimen

SB: Sangat Bermakna, B: Bermakna, CB: Cukup Bermakna, TB: Tidak Bermakna, STB: Sangat Tidak Bermakna

(17)

memecahkan masalah didalam kelompok tetapi pada saat pemecahan masalah mereka masih membutuhkan penjelasan dari guru mereka tentang bagaimana cara yang tepat untuk menyelesaikannya.

Selanjutnya adalah aspek peningkatan pengetahuan. Data pada aspek peningkatan pengetahuan diperoleh melalui dua upaya yaitu: Tes dan Non Tes (persentasi proyek). Pada aspek peningkatan pengetahuan ini dilihat peningkatan dari sebelum dan sesudah pembelajaran yang disajikan pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8 Skor Aspek Pengetahuan.

Aspek Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Tes 70.4 75 69.5 70

Nilai Non Tes (Presentasi) 80 80 80 86

Dapat dilihat pada tabel tersebut pada aspek tes, terlihat hasil tes pada kedua kelas terjadi peningkatan tetapi peningkatan cukup signifikan terjadi pada kelas kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran PjBL. Dilihat dari hasil pengamatan pembelajaran dalam kelas kontrol siswa diberikan materi yang menyeluruh dan urut sesuai dengan kompetensi dasar yang telah diberikan, jadi dalam kelas kontrol materi yang diberikan lebih tepat sasaran. Dan pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran PJBL juga terjadi peningkatan tetapi tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil wawancara yang dilaksanakan pada penggunaan PjBL dikelas eksperimen membuat siswa merasa lebih leluasa mencari materinya sendiri, tetapi terdapat kelemahan yaitu karena siswa dapat menemukan materi dari banyak sumber justru membuat siswa bingung untuk mengambil sumber mana yang dapat dipercaya.

Selanjutnya pada aspek non tes dengan mengambil nilai dari presentasi peningkatan dapat dilihat terjadi pada hanya kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran PjBL. Dilihat dari hasil pengamatan hal tersebut terjadi dikarenakan pada kelas eksperimen mereka merasakan proses pada saat pembuatan proyek, jadi mereka dapat mengerti lebih dalam isi materi yang akan dipresentasikan. Dengan adanya data diatas maka dapat disimpulkan bahwa kedua metode pembelajaran dapat meningkatkan aspek pengetahuan walaupun tidak signifikan karena, hanya meningkat 6% pada kelas eksperimen. Melainkan pada kelas kontrol tidak terjadi perubahan nilai dikarenakan siswa hanya beranggapan bahwa mengulang presentasi sesuai dengan sebelumnya sudah cukup untuk mendapat nilai.

(18)

Tabel 9 Skor Aspek Ketrampilan.

Aspek Kelas Kontrol Peningkatan Kelas Eksperimen Peningkatan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Ketelitian 88% 100% 12% 88% 83% -5%

Kesesuaian 96% 100% 4% 97% 83% -14%

Prosedur 94% 74% -20% 96% 77% -19%

Performa 73% 60% -13% 69% 57% -12%

Kerapian 63% 59% -4% 72% 57% -15%

Rata- rata 83% 79% -4% 84% 71% -13%

Kategori Sangat

terampil Terampil

Sangat

terampil Terampil

Penelitian yang dilaksanakan pada saat pembelajaran praktek ini menunjukkan bahwa baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen terjadi penurunan. Pada kelas kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran PJBL terdapat peningkatan pada aspek ketelitian dan kesesuaian menjadi nilai dengan persentase sempurna, tetapi dalam aspek prosedur, performa, dan kerapian terjadi penurunan yang cukup drastis. Dilihat dari hasil pengamatan hal ini dikarenakan para siswa sangat memperhatikan apa yang dicontohkan oleh guru yang membuat aspek ketelitian dan kesesuaian proyek yang dibuat sama seperti yang dicontohkan, tapi pada aspek prosedur yang mereka jalankan agak sedikit berantakan karena mereka melewatkan beberapa langkah yang seharusnya telah mereka kerjakan dan hal tersebut juga yang mempengaruhi performa siswa dikarenakan kurang tanggapnya mereka terhadap materi yang sedang dicontohkan di depan kelas serta kerapian pada proyek mereka berkurang. Hal berbeda terjadi pada kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL penurunan terdapat pada semua aspek dan hal tersebut terlihat pada saat pengamatan dikarenakan siswa merasa tidak terbiasa dengan metode pembelajaran PjBL yang mengharuskan mereka mencari cara atau tutorial mereka masing masing tanpa adanya petunjuk-petunjuk pasti, dan dikarenakan mereka berkelompok menjadikan mereka kurang dapat membagi porsi waktu pada saat praktek.

(19)

5. Pembahasan

Pada dasarnya penggunaan metode project based learning memiliki beberapa manfaat karena PjBL mengandung pembelajaran yang bermakna, dapat meningkatkan ketrampilan dan menambah pengetahuan (Maharani, 2014). Akan tetapi jika diterapkan pada BKTIK di K-13 dan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, ditemukan beberapa hal yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Pada penelitian yang dilaksanakan Christina, pembelajaran dapat dikatakan bermakna bila siswa mampu terlibat aktif dalam pembelajaran BKTIK, mempunyai inisiatif untuk bekerja sama didalam kelompok, mempunyai keingintahuan yang tinggi untuk dapat berifikir secara kritis terhadap tugas atau materi yang diberikan, mampu berkomunikasi dengan efektif baik lisan maupun tertulis untuk memecahkan masalah secara individu maupun kelompok[9]. Pengunaan PjBL pada BKTIK memang dapat memberikan pembelajaran bermakna. Akan tetapi, ternyata penggunaan metode konvensional pun juga dapat memberikan pembelajaran bermakna bagi siswa, bahkan skornya lebih tinggi. Dengan kata lain, tanpa PjBL pun, pembelajaran bermakna juga tetap bisa didapatkan pada kelas kontrol.

Jika dilihat dari peningkatan pengetahuan, ditemukan bahwa dengan menggunakan PjBL terdapat peningkatan nilai walaupun tidak signifikan. Akan tetapi, untuk pemahaman siswa yang diketahui dari nilai presentasi, ternyata siswa menjadi lebih paham ketika mereka mengunakan metode PjBL karena mereka mengalami proses pada saat pembuatan proyek, jadi mereka dapat mengerti lebih dalam isi materi yang akan mereka presentasikan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yan dilakukan oleh Maharani yang menyatakan bahwa project based learning dapat meningkatan pemahaman.[3]

Selanjutnya, jika dilihat dari peningkatan keterampilan, PjBL kurang efektif karena ternyata tidak ada peningkatan keterampilan, justru malah terjadi penurunan nilai keterampilan. Hal ini kurang sejalan dengan hasil penelitian Maharani yang menyatakan bahwa PjBL dapat meningkatan keterampilan siswa[3]. Menurunnya keterampilan ini disebabkan banyak hal. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa dengan adanya kelompok mereka kurang mendapat bagian pada saat praktek didepan computer. Kedua, terlalu lama nya mereka dalam mengerjakan sebuah proyek, serta terlalu fokus pada contoh yang diberikan guru daripada apa yang mereka kerjakan juga menjadi alasan terjadinya penurunan pada aspek ini. Beberapa contoh diatas adalah pengganggu dalam pembelajaran pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

(20)

disebabkan karena sangat minimnya jam tatap muka antara guru dan siswa secara langsung. Dalam penggunaan nya secara langsung pun PjBL sangat membutuhkan waktu tatap muka lima kali satu jam mata pelajaran. Dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional yang menggunakan tiga kali satu jam mata pelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dialaksanakan oleh Kamdi yang menyebutkan bahwa metode PjBL membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional[11].

6. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajarn project based learning (PJBL) pada BKTIK kelas VIII di SMP N 1 Salatiga efektif untuk diterapkan pada BKTIK akan tetapi hanya dalam beberapa aspek. Project based learning efektif dilaksanakan dalam aspek pembelajaran bermakna dan peningkatan pengetahuan tapi tidak efektif untuk peningkatan keterampilan dan efisiensi waktu. Akan tetapi bila dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode konvensional, metode konvensional lebih efektif dibandingkan PjBL dalam aspek efisiensi waktu yang sangat berpengaruh dalam sebuah pembelajaran. Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan untuk menggunakan project based learning pada pembelajaran yang memiliki intensitas tatap muka yang memiliki jam matapelajaran relatif lebih lama atau dengan menambah jam BKTIK diluar jam sekolah, mungkin juga dapat dengan melaksanakan sistem pembelajaran online. Mengingat banyaknya informasi di internet, dalam mencari sumber seharusnya guru lebih memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa sehingga tidak menimbulkan kebingungan siswa. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti aspek-aspek yang lain atau menggunakan metode pembelajaran yang lain dengan menggunakan aspek penelitian yang sama dan membandingkannya untuk membantu pengajar dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat di BKTIK dalam K-13.

7. Daftar Pustaka

[1] Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

[2] Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 45 tahun 2015 tentang Peran Guru TIK

dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses dari http://jdih.kemdikbud.go.id/new/public/produkhukum, pada tanggal 18 oktober 2016

[3] Maharani, Hevy Risqi. 2014. “Nilai-Nilai Karakter Dakan Pembelajaran Project Based

Learning Materi Statistika SMP”. Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula, Vol.

2, No. 2: 199-217. (Online). Diakses dari

http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313016/9232Jurnal_hevy_PMAT_201 4_Vol_2_No_2.pdf, pada tanggal 10 Januari 2017.

[4] Sari, Dewi Nofita. 2011. “Penerapan model Project Based Learning untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Ketawanggede 2

(21)

(Online). Diakses dari http://library.um.ac.id/ptk/indexphp?mod=detail&id=48610, pada tanggal 12 Januari 2017.

[5] Mawardi, Imam. 2013. “ICT (Information And Communication Technology) Sebagai

Wahana Transformasi Pendidikan”. (Online) Diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114626&val=5247, pada 13

Januari 2017

[6] Bender, William N. 2012. Project based learning: Differentiating Instruction for the

21st Century. California: Corwin.

[7] Shobirin, Ma’as. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.

Yogyakarta: Deepublish

[8] Lestari, Tyas. 2015. ”Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Pada Kompetensi Dasar Melakukan Proses Fermentasi Dan Enzimitas Pada Berbagai

Olahan Ubi Jalar”. (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses

dari http://repository.upi.edu/20189/, pada 15 Januari 2017.

[9] Ismaniati, Christina. 2013. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar

terhadap Pemahaman IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Yogyakarta: UNY.

[10] Rezeki, Rina Dwi. 2015. “Penerapan Metode Pembelajaran Project Based Learning

(PjBL) disertai dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Prestasi dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Redoks Kelas X-3 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran

2013/2014”. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 4, No. 1: 68-73. (Online). Diakses dari

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia, pada tanggal 16 Juni 2017.

[11] Kamdi, Waras. 2010. “Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah

Kejuruan”. Jurnal Pendidikan dam Pembelajaran, Vol 17, No 1: 98-110. (Online).

Diakses dari

http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran/article/view/3229, pada 14 Agustus 2017.

[12] Rancangan Pelaksanaa Pembelajaran Mata Pelajaran BKTIK Kelas VIII Semester 2.

Gambar

Tabel 1 Tabel teknik pengumpulan data mengenai efektivitas PjBL dalam BKTIK di K-13.
Tabel 3 Kategori penilaian persentasi proyek.
Tabel 5 Rubrik penilaian ketrampilan.
Tabel 6 Kategori penilaian ketrampilan.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas siswa kelas XI IPA MAN 3 Tulungagung saat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran matematika pokok bahasan

Keempat, Skenario Optimalisasi Potensi Pendapatan Asli Daerah yang berisi permasalahan dan strategi solutif peningkatan pendapatan yang secara rinci mendiskripsikan

Kalau kita kaji lebih dalam hal tersebut bukan merupakan kesalahan siswa semata tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor guru itu sendiri sebagai pendidik .Kekurangan guru

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi Sebagai salah satu

Setelah mendapatkan hasil dari beberapa uji di atas, penulis dapat memberikan argumentasi bahwa alur transmisi moneter melalui jalur harga aset syariah (yang

Perlu disampaikan sesuai dengan Permendiknas Nomor 48 Tahun 2009 dan Nomor l7 Tahun 2011, ditetapkan bahwa pemberian tugas belajal dan beasiswa tidak dapat diperpanjang untuk

Karakteristik prebiotik antara lain tidak dapat dicerna oleh enzim, dapat dimanfaatkan oleh mikroflora dalam usus, berasal dari tanaman atau diproduksi oleh

D-sorbose is known as reactive reducing sugar to react with amino acids to.. generate