BAB 59
a. Arti djumlah penduduk dan pertambahan penduduk bagi pemba ngunan ada dua matjam. Pertama, penduduk dan pertambahan penduduk berarti suatu beban bagi perekonomian karena hasil pro duksi nasional harus dibagibagi antara penduduk jang bertambah djumlahnja. Dengan pertambahan penduduk sebanjak misalnja 1,7% setahun, maka Indonesia sekurang2nja 'harus menaikkan produksinja dengan 1,7% untuk mempertahankan tingkat hidup jang ada. Mempertahankan tingkatan produksi jang ada sadja tidaklah tjukup. Apalagi kalau Indonesia mau menaikkan pendapat an per djiiwanja, maka produksi nasional harus naik dengan lebih dari 1,7% setahunnja.
b. Sebaliknja, faktor penduduk dapat dipandang sebagai suatu sumber modal, berapa sumber tenaga kerdja, jang dapat dipergunakan untuk usaha2 pembangunan. Terutama bagi negara2 terbelakang seperti Indonesia, dimana selalu dialami kekurangan modal untuk pembangunan, adanja djumlah penduduk jang banjak merupakan modal jang potensiil, jang mentberikemungkinan2 jang besar.
c. Aspek pertama dari penduduk tersebut pengaruhnja akan terasa setjara otomatis. Aspek jang kedua bergantung kepada usaha bagai
mana menggunakan tenaga kerdja itu untuk usaha2 pembangunan.
Persoalan jang dihadapi Indonesia, terutama pulau Djawa, selama ini ialah perlombaan antara pertambahan penduduk dan pertambah an produksi. Dimana modal adalah langka (schaars) maka per tambahan pendapatan dan produksi hanja bisa ditjapai dengan membuka tanah baru. Sedjak tahun 1930 sampai pada perang dunia kedua tingkat hidup dapat dipertahankan terutama dengan pembu kaan tanah2 baru, jang berarti mempertahankan perbandingan pen duduk dan tanah (labor/land ratio). Sedjak tahun 1940 tanah dipulau Djawa hampir seluruhnja terpakai sehingga pertambahan penduduk sesudah itu berakibat turunnja land/labor ratio, jang berakibat turunnja produktivitet tenaga kerdja, dan berarti pengha silan dan pendapatan per djiwa turun.
d. Pada azasnja pendapatan per djiwa dapat ditjapai dengan tiga djalan :
(1) menaikkan land/labor ratio, jang berarti pemindahan penduduk dari pulau Djawa kepulau2 lainnja : transmigrasi.
(2) menaikkan capital/labor ratio, jang berarti penanaman2 modal, baik dilapangan pertanian maupun industri (industrialisasi). (3) menaikkan skill tenaga kerdja, jang berarti menaikkan pro
duktivitet tenaga'kerdia dengan peralatan modal dan luas tanah jang ada.
e. Djalam jang mana diantara tiga djalan itu jang akan ditempuh atau jang akan diutamakan, bergantung pada banjak faktor. Masing2 usaha tersebut mempunjai kesulitan2nja tersendiri.
Evaluasi lebih mendalam tentang persoalan2 jang dihadapi dalam usaha2 itu sebaiknja diberikan dalam pembahasan2 chusus mengenai transmigrasi, pengerahan tenaga rakjat, industrialisasi dan man power training.
f. Persoalan terbesar jang dihadapi dalam usaha Transmigrasi ialah soal pembiajaan. Apabila kita mau memindahkan pertambahan penduduk dari Djawa keluar Djawa, pertambahan penduduk.sebesar 4,5% berarti setiap tahun harus dipindahkan k.l. 900.000 djiwa, karena penduduk Djawa adalah k.l. 60 djuta. Apabila untuk tiap orang diperlukan biaja Rp. 5000, untuk memindahkannja, maka setiap tahun diperlukan biaja Rp. 4,5 miljard. Disamping biaja pemindahan harus pula diperhitungkan biaja pembukaan tanah, tundjangan hidup untuk beberapa tahun pertama sebelum para transmigrasi bisa berdiri sendiri didaerah jang baru dan sebagainja. g. Persoalan kedua ialah soal pengangkutan. Kapasitet kereta api
dan kapal jang tersedia hanja memungkinkan pemindahan sedjumlah penduduk jang djauh dibawah apa jang diperlukan.
h. Disamping persoalan2 itu masih banjak persoalan2 jang bersifat sosial. Petani2 jang dipindahkan sangat terikat pada tradisi dan norma2 kehidupan didesanja jang lama.
Apabila nilai dan ikatan2 sosial jang lama ini. hilang, maka segala matjam persoalan sosial dan kulturil jang timbul, jang apabila tidak dikendalikan akan membahajakan usaha2 transmigrasi sendiri. Usaha pengerahan tenaga rakjat terutama menghadapi persoalan2 tersebut diatas.
i. Dilain fihak usaha transmigrasi tidaklah boleh berupa memindahkan kesukarankesukaran dipulau Djawa keluar Djawa.
djika tjara hiklup dengan tjara iberproduksi tetap seperti sediakala, maka transmigrasi tidak akan memberi pemetjahan dalam djangka lama, karena kesukarankesukaran jang sama akan dialami lagi didaerah jang baru dikemudian hari.
j. Hal ini berarti bahwa transmigrasi harus disertai idengan usaha2 industrialisasi; jang berarti bahwa bukanpenjebaran penduduk sadja jang ditudju, tapi djuga perubahan struktur perekonomian.
k. Djalan kedua tersebut dalam sub d. diatas ialah menaikkan capital/ labor ratio, jang berarti penanaman modal. Pada azasnja ada dua
djurusan penanaman modal jang bisa ditempuh. Pertama penanam an modal disektor pertanian.
Perbaikan irigasi, perluasan penggunaan pupuk dan lain, termasuk dalam usaha ini. Dalam djangka pendek, apabila tudjuan pemba ngunan pertamapertama ialah menaikkan produksi beras (pangan) maka barangkali usaha ini adalah jang termudah dan termurah. l. Djurusan kedua dari penanaman modal ialah kearah sektor industri.
Dalam rangka program sandangpangan barangkali industrialisasi baru akan dilaksanakan sesudah produksi beras dan tekstil sudah mentjapai tingkatan jang tjukup. Tapi dalam djangka lama, mau tak mau djalan industrialisasi harus ditempuh karena dilapangan industrilah terletak harapan kenaikkan produksi jang sebesarbesar nja dan untuk meletakkan dasardasar guna perekonomian jang seimbang.
m. Persoalan ketiga, jaitu menaikkan skill pekerdja. pada umumnja, untuk memperoleh produktivitet kerdja jang lebih tinggi dengan modal peralatan dan luas tanah jang ada, memerlukan perhatian jang chusus untuk kepentingan pembangunan di Indonesia, karena
Djika tudjuan adalah menaikkan produksi beras dalam djangka pendek, maka penanamanpenanaman modal dalam pertanian ada lah jang paling tepat.
Djika tudjuan adalah merubah struktur perekonomian dalam djangka pandjang, maka transmigrasi harus .didjalankan, disertai dengan industrialisasi dan usahausaha pendidikan.
§ 725. Transmigrasi
a. Arti Transmigrasi dalam Pembangunan Indonesia.
Transmigrasi selalu mengambil tempat jang utama dalam rentjana rentjana pembangunan di Indonesia. Pulau Djawa disatu f:hak penduduknja terlalu padat sedangkan pulau2 lainnja kekurangan tenaga kerdja. Kelebihan penduduk disektor pertanian dipulau Djawa hares dipindahkan kelapang lain, dan ketempat lain, jang masih dapat didjadikan tanah pertanian.
sadja, tetapi ibeberapa daerah .lain, seperti Sumatra Selatan dan Utara, daerah Sulawesi Selatan, dllnja, akan merupakan potensi2 besar untuk berkembang mendjadi daerah2 industri. Semuanja ini memerlukan penduduk dari pulau Djawa sebagai tenaga kerdja.
b. Soa12 dan kesukaran2 dalam pelaksanaan transmigrasi.
Pembagian penduduk setjara geografis seperti jang sekarang ter djadi ini memang setjara historis tidak terdjadi karena setjara kebetulan sadja. Perkembangan ini memang terdjadi selaras dengan kekuatan2 ekonomi. Hal ini tidak boleh dilupakan. Selama negara kita adalah negara agraris, maka penjebaran penduduk djuga akan mengikuti tanah2 jang subur dan iklim jang baik. Memang tanah dan iklim dad pulau Djawa djauh lebih subur dan baik daripada tanah2 di Kalimantan dan sebagian besar dari Sumatra. Sudah barang tentu manusia dengan karjanja dapat memperbaiki keadaan kesuburan sesuatu daerah, misalnja dengan mengadakan sistim pengairan dan dengan menggunakan pupuk2, tetapi semuanja ini ini kepulau2 lain, usaha demikian tidak dapat dikerdjakan tanpa usaha2 kapitalisasi dari tanahtanah baru itu, baik dengan memba ngun sistim pengairan jang luas maupun dengan menggunakan pupuk2 jang intensip. Sudah merupakan pengetahuan umum bahwa Djawa ke pulau2 lain, lekas sekali mentjapai batas2 kemampuannja, kalau tidak dilakukan berbarengan dengan usaha2 pembangunan daerah (baik pertanian maupun Iapang2 hidup lainnja) diberbagai bagai pulau itu. Sampai sekarang usaha pembangunan daerah masih kurang dilakukan dengan intensipnja; oleh karena itu kemampuan menampung penduduk baru djuga masih sangat terbatasnja.
Rp. 143 djuta dan. dengan ini ihanja dapat dipindahkan 12.523 keluarga.
(Lihat laporan Biro Perantjang Negara mengenai peiaksanaan Ren tjana ini ; halaman 424). Atas dasar sisanja sebanjak Rp. 240 djuta (daripada djumlah alokasi) dapat dikirakirakan djumlah transmigrasi jang dapat dikirimkan dalam 2½ tahun jang berikut nja, ja'ni kira2 22.000 keluarga. Njatalah bahwa hasil2 ini, jang pada saat ini merupakan batas kemampuan kita, hanja merupakan beberapa tetes sadja dari keperluan kita. Taksiran jang achir ini djuga hanja berlaku djika bagian terbesar dari pengiriman jang akan datang itu ditudjukan ke Sumatra Selatan, dimana telah banjak terdapat fasilitet2 Pemerintah berupa djalandjalan, djembatan2 dan lainlain.
Djika pengiriman dilakukan kedaerah2 jang belum dimilikit fasilitet ini, maka ongkos2 tetap ini akan mendjadi besar hingga mempe ngaruhi djumlah transmigran jang dikirim.
Dalam pada ini harus diingat pula nilai daripada uang kita jang semakin merosot jang ikut mempengaruhi pengiriman transmigran. Dilain fihak, semua propaganda dan penerangan mengenai trans migrasi jang pernah dilakukan di Djawa, baik jang bersumber resmi maupun jang tidak (misalnja oleh karena pemberitaan jang baik dari kawan2 atau keluarga jang sudah pindah), pada saat ini sudah spontan ini dewasa ini dihalangi oleh berbagaibagai rintangan (bottlenecks), terutama kesukaran dalam fasilitet2 pengangkutan, chusus dari Djakarta ke Sumatra Selatan. Kapasitet kereta api dan hubungan kapal masih terialu ketjil sehingga segala gedjala2 anti sosial, seperti pentjatutan2 kartjis dan berbagai2 penipuan, sangat meradjalelanja. Semuanja ini menundjukkan bahwa permintaan melebihi persediaan, dan pemerintah kurang mampu dalam menje diakan fasilitet2 pengangkutan ini.
c. Konsiderasi2 untuk politik transmigrasi;
negara dalam persoalan ini. Pertama berapakah djumlah pembe landjaan jang dapat disediakan oleh negara untuk keperluan ini? Kedua, bagaimana menggunakan sumbersumber pembelandjaan ini seeffisieneffisiennja ?
Seal menentukan djumlah sumber2 pembelandjaan ini adalah sangat. peliknja. Dari pembitjaraan dimuka sudah djelas bahwa usaha transmigrasi dalam keseluruhannja membutuhkan pembelandjaan jang sangat besarnja. Tetapi begitu pula keperluan projekprojek pembangunan nasional jang besar.
Maka achirachirnja tidak banjak pula jang dapat dialokir kepada rentjana transmigrasi ini. Dalam menentukan besar atau luas suatu projek kita djuga harus menghitung batas2 kemampuan kita, diber bagai2 tempat atau bagian dari pelaksanaannja ; misalnja, batas2 kemampuan kita ditentukan oleh kekurangan tenaga ahli, keku rangan alatalat transpor, kekurangan deviezen, dan lainlainnja. Tetapi, masih dalam batas2 kemampuan tehnis ini, djumlah sumber2 pembelandjaan jang dapat dimobilisir untuk keperluan pemindahan penduduk ini mungkin masih dapat diperbesar kalau politik umum terhadap pembangunan kita diubah seperlunja. Sampai sekarang segala pembangunan nasional masih terlalu direntjanakan dan di biajai oleh Pusat. lni semuanja menimbulkan pembatasan2 kemam puan sendiri. Tadi kita simpulkan bahwa transmigrasi ini harus dipandang sebagai konsekwensi, atau sebagai suatu keperluan (requirement), dari pembangunan daerah. Maka sebetulnja soal pembangunan inilah jang harus diberi perhatian pertama, dan bukan soal pemindahan penduduk dari pulau Djawa. Sebab pangkal fikiran jang mementingkan soal perpindahan penduduk dari Djawa sering berakibat bahwa jang diandjurkan untuk pindah (dan jang dibiajai oleh Pemerintah) adalah orange jang miskin, jang kurang sehat, jang kurang giat dan dinamis, pokoknja manusia2 jang tak begitu berguna didesa2 di Djawa. Hanja transmigran2 spontanlah merupakan manusia2 jang mampu dalam segala hal.
Kalau soal pembangunan daerah diutamakan, dan untuk ini inisiatip dan tanggungdjawab dari daerah2 itu sendiri dihargai dan disti mulir, maka berdasar atas otonomi daerah ini (jang diberi kemung kinan pembelandjaan jang tjukup)';rentjana2 pembangunan daerah mungkin mendapat momentum jang lebih besar. Kalau daerah sudah mendapat otanomi dan tanggungdjawab terhadap pembangunannja sendiri, maka mungkin pemerintah daerah itu sanggup untuk men tjari sumbersumber keuangan jang lebih besar untuk membelandjai pembangunan2 "overhead facilities" dalam daerah itu.
kapasitet). Dewasa ini bottlenecks terutama ada pada transport, alat2 besar jang memerlukan pembiajaan deviesen, kekurangan2 ahli tehnik, dan lainlainnja.
Pertanjaan bagaimana mendjamin effisiensi dari penggunaan pem belandjaan pemerintah pusat sebetulnja sudah didjawab diatas ini, ja'ni pemerintah pusat harus mentjurahkan perhatiannja untuk menjelesaikan bottlenecks ini.
Pentjukupan tenaga ahli, baik dalam lapang tehnik maupun dalam lapang administrasi dan organisasi, tetap memerlukan perhatian pemerintah pusat. Dapat diselidiki apakah sesuatu projek bantuan dart luar negeri dapat sekedar meringankan kebutuhan kita dibi dang ini. Perentjanaan pembukaan dan pembangunan daerah masih banjak memerlukan tenaga survey, ja'ni untuk survey geologis, survey klimatologis dan hidrografis, survey geodetis, dan lain2nja, jang semuanja masih memerlukan banjak tenaga tehnik. Maka di sinilah satu bagian dari rentjana pembangunan nasional membu tuhkan hasi12 dari bagian lain. Effisiensi dari rentjanaa transmigrasi achirachirnja harus menunggu hasilnja dari rentjana pendidikan nasional kita. rata' rendah ketcmpat atau daerah jang tingkat pendapatannja tinggi. Inilah hukum dad arus gerakan manusia jang disebut mi grasi. Karena kesuburan asli dari tanahtanah diluar pulau Djawa adalah kurang daripada di Djawa maka orang2 desa dart Djawa ini tidak akan pindah begitu sadja. Produktivitet tani diluar Djawa harus diperbesar dengan menggunakan tjaraa produksi jang me ngandung lebih banjak modal, modal untuk saluran2 irigasi, modal untuk menggunakan pupuk buatan, modal untuk membangunkan alatalat transport jang seiba tjukup.
Tingkat pendapatan dari sesuatu daerah pertanian djuga dapat naik kalau didalem atau disebelalt daerah itu ada suatu perpusatan industri, sehingga pertanian dan industri itu dapat saling mengu atkan kedudukannja. Maka kalau kita dapat bangunkan misalnja daerah Sumatra Selatan selbagai suatu unit daerah pembangunan dimana ada pusat industrinja dan ada daerah belakang pertaniannja jang luas, maka nistjaja pelebaran ruang }tidal) ini akan menarik banjak transmigran dari Djawa.
d. Halhat konkrit jang perlu diusahakan.
tanah itu ditentukan lebih luas dari milik keluarga petani di Djawa, agar djangan sampai menimbulkan "keuterboertjes".
2. Dalam mengatur hubungan diantara para transmigran dengan penduduk asli setempat mengenai hake atas tanah jang akan/ telah diusahakan oleh para transmigran, hendaknja.diperhati kan hak ulajat masjarakat, hukum adat, atas tanah jang ber sangkutan dan perlunja diadakan pembitjaraan/persetudjuan terlebih dahulu dengan penguasa adat setempat, dengan me menuhi sjarat hukum adat jang berlaku, misalnja : upatjara selamatan, dan lainlain.
3 Pemerintah membantu dan memberi dorongan untuk terlaksa nanja assimilasi antara para transmigran dengan penduduk asli setempat.
4. Perkebunan2 bibit/proefstation2 diadakan diluar Djawa dalam diumlah jang tiukup, chususnja didaerahdaerah jang diren tjanakan akan didjadikan daerah transmigrasi, supaja dengan demikian berhasilnja usaha para transmigran didaerah itu akan. lebih ferdjamin.
5. Jajasan2 transmigrasi dari fihak partikelir mendapat bantuan, bimbingan dan pengawasan dari fihak Pemerintah.
6. Pendidikan achlak, disamping pendidikan umum, kepada para transmigran diberikan sebaikbaiknja dengan penempatan para petugas2 agama dan alien ulama dikalangan para transmigran. 7. Peresmian penentuan ibukota negara djuga harus dipandang dari
sudut transmigrasi (letak ibukota harus sentral).
§ 726. Urbanisasi a. Pengertian.
Urbanisasi adalah pertumbuhan darn kotakota didalam negeri jang sedang mengalami perubahan strukturil2 karena mereka sedang membangun. Pertumbuhan kota diukur dalam pertumbuhan djum dengan ketjepatan kira2 5%; sedangkan penduduk negerinja tum buh dengan ketjepatan kirakiia 2% setahun. .
Pada hakekatnja, urbanisasi sebagai suatu gedjala perpindahan manusia dalam djumlah2 jang serba besar ,tidak banjak bedanja daripada perpindahan2 manusia jang disebut imligrasi (atau jang disebut transmigrasi di Indonesia). Dalam ichtiar mentjari perbaik an kehidupan, manusia telah biasa mengembara, mentjari tempat nafkah jang lain, disesuatu tempat atau sesuatu negara lain, jang tampaknja ada kemungkinan2 jang lebih baik bagi pentjaharian nafkahnja. Perpindahan2 ini disebut mobilitet horisontal dan sejara ekonomis maka kemampuan mobilitet ini selalu merupakan suatu keuntungan bagi snafu bangsa. Ada kalanja mobilitet ini kurang, karena adanja berbagaihagai rintangan. Oleh kekurangan mobile tet ini maka proses perataan pendapatan didalam masjarakat atau negara itu djuga agak terhalang. Kalau sesuatu negara ekonominja sedang tumbuh, maka terdjadilah berbagaibagai perubahan struk tur. Salah suatu perubahan struktur adalah perubahar imbangan geografis dalam struktur penempatan tenaga. Kalau djaman perta nian imbangan geografis ini mengikuti perbedaan2 kesuburan tanah dan baiknja iklim, maka dalam zaman industrialisasi penjebaran dari penempatan'tenaga ini lebih mengikuti "economics of location" dari berbagaibagai industri ; misalnja banjak industri akan men dekati sumber2 alamnja, banjak industri2 lainnja akan herkelompok didekat kata2 jang besar. Gedjala penjeharan industri jang baru ini hares diikuti oleh migrasi kaum kerdjanja. Seandainja kita membangun perekonomian industri dimana industri harus mengikuti penjeharan geografis dari penduduknja jang lama (jang ditentukan oleh keperluan2 pertanian) maka sistim perekonomian industri jang demikian itu tidak akan effisien.
Biarpun mobilitet horisontal ini pada hakekatnja adalah baik untuk perkembangan ekonomi, namun gerakan2 manusia ini sexing me nimbulkan persoalan2nja sendiri. Sering kesedjahteraan dari kaum pekerdja tidak terdjamin didalam lapang dan tempat kerdja jang bare itu. Maka berbagaibagai soal kemasjarakatan timbul sekitar gedjala urbanisasi ini, jang semuanja meminta perhatian dari dan penjelesaian oleh pemimpin2 masjarakat itu.
b. Sebabsebab dari Urbanisasi.
Urbanisasi di Asia mengandung dua matjam sebab, jakni sebab jang merupakan kekuatan pendorong dan sebab jang merupakan penarik. Di sedjarah urbanisasi di Eropah dan Amerika kekuatan penarik adalah jang terutama. Disitu industria baru kebanjakan berkelom pok pada kota2 besar atau pada distrik2 jang dekat pada sumber2 alam, seperti batubara dan bidji besi. Tenaga pekerdja mengalir dari daerah2 pertanian karena tertarik oleh kemungkinan pendapat an jang lebih besar. Sifat imigrasi demikian itu adalah permanen dan betulbetul merupakan gedjala perubahan struktur (imbangan kerdja).
Kadang2, seperti dibeberapa bagian di Indonesia ini, ada gangguan keamanan didaerah pedesaan semuanja ini menimbulkan suatu ke kuatan pendorong kepada orang2 desa untuk mengembara kekota2 untuk mengadu keuntungan disitu.
Sebagianbesar dari migrasi ini, setidaktidaknja dalam niatan per mulaannja, masih bersifat tidak permanen. Artinja, orang, jang ting gal kekota ini masih mengharapkan bahwa mereka kelak, atau dikemudian hari, akan pulang kerumah halamannja. Desa masih dipandangnja sebagai rumah pangkalnja.
Sifat migrasi dari penduduk desa kekotakota besar di Asia ini ber beda2 satu sama lainnja. Motif2 dari gerakan penduduk serta hasil hasilnja, berbeda diantara kota Djakarta, Bangkok, Calcuta, Delhi, Dacca, dan lainlainnja sebab kepadatan penduduk, tingkat pen dapatan, kebudajaan, dan lainlainnja, berbedabeda untuk daerah2 dan negerinegeri itu. Tetapi, hiarpun demikian gedjala2 umum dari faktor pendorong dan faktor penarik itu keduaduanja ada. Di India faktor2 pendorong rupanja lebih kuat, di. Bangkok. faktor penarik lebih kuat, dan di Indonesia kedua faktor ini kurang lebih sama kuatnja.
Tidak semuanja kota2 besar di Asia itu mempunjai industri jang luas jang dapat memberi.pekerdjaan kepada ratusan ribu buruh. Kebanjakan negeri2 ini belum mempunjai momentum industri jang besar. Kota Djakarta dan Surabaja tidak merupakan perketjualian. Tetapi toch tiap2 ttahun beriburibu keluarga masuk kekotakota besar ini dari pedesaan. Pekerdjaan apa jang dapat diperolehnja ? Sudah barang tentu industri ketjil atau industri ringan jang banjak tumbuh dikotakota ini memerlukan banjak buruh, tetapi mungkin sebagian besar dari penduduk baru mendapat pekerdjaan dalam lapang2 kerdja jang termasuk lapang kerdja „tertiair”, jakni missal nja sebagai bakul, dagang ketjil, dagang etjer, dalam usahausaha pengangktttan (ingat pengendara betja), sebagai pelajan rumah tangga, dan lainlainnja.
Lapang tertiair ini rupanja sangat elastis, dan mampu menempuh tenaga kerdja dengan tidak terlalu banjak mengganggu effisiensi tehnis dari usahanja. Kalau dalam sesuatu pabrik buruhnja terlalu banjak maka sering orang2 ini hanja mengganggu satu sama lainnja dan produksi dapat sangat terganggu pub. Tetapi sebuah toko dapat mempekerdjakan sedjumlah pelajan jang sebe'tulnja agak kelebihan dengan tiada banjak gangguan effisiensi. Hal demikian malah sering dirasakan sebagai perbaikan pelajanan.
Gedjala demikian itu bahkan masih dapat dilihat di Tokyo dewasa ini. Perkembangan Tokyo jang dewasa ini merupakan kota jang tenbesar didunia dimungkinkan oleh karena lapang2 kerdja tertiair ini dapat mengabsorbir banjak sekali kaum kerdja jang baru. Orang kata lapang2 tertiair di kebanjakan kotakota di Asia adalah "overemployed" (terlalu banjak tenaga kerdjanja). Sudah tentu overemployment ini meninggikan tingkat ongkos dari lapang djasa2 ini, tetapi setjara social hal ini harus dipandang sebagai suatu tjara
untuk membagi pendapatan nasional setjara lebih merata. Pe nampungan kelebihan tenaga kerdja dalam lapang2 djasa dikotakota ini djuga ada untungnja, jakni orang2 ini merasa dirinja produktip, merasa berdjasa untuk masjarakat. Oleh karena karja mereka ini maka terkumpullah suatu pengalaman kerdja jang nanti dapat di pakai setjara lebih produktip, kalau betul' ada penambahan lapang kerdja jang setjara sosial dipandang lebih effektif.
c. Soal2 sosial dan ekonomi jang ditimbulkan oleh urbanisasi.
Setjara ekonomis maka suatu aglomerasi didalam suatu kota, jakni jang menjebabkan gedjala urbanisasi, mengandung berbagaibagai keuntungan. Suatu kota besar merupakan suatu "labor pool" jang selalu dapat melajani pabrik2 dan perusahaan2 jang tumbuh atau lahir baru. Didalam perpusatan tenaga kerdja demikian itu maka pembentukan keahlian (skill formation) dapat berdjalan lebih lan tjar, terutama oleh karena lebih mudahnja proses beladjar diantara sesama kaum kerdja. Suatu perpusatan kota djuga menguntungkan hidupnja perusahaan2, karena keperluan listerik, air, transport, djasa2 dari bank2, insurance, dan lainlainnja, semuanja lebih mudah diatur dalam suatu kota besar.
Tetapi, kalau kotanja mendjadi terlalu besar, maka beberapa fasi litet tidak dapat segera mengikuti perkembangan permintaan, dan timbullah rintangan' bottlenecks) jang nrenurunkan effisiensi dari perpusatan usaha.ini. Misalnja djumlah perumahan tidak mentjuku pi, djalan2 dikota mendjadi terlalu sempit, persedilaan air kurang. Semuanja ini merupakan soalsoal jang mempunjai kepentingan ekonomi, jang utama. Tetapi, selain persoalanpersoalan dibidang ekonomi ini ada pula persoalanpersoalan jang timbal dibidang sosilal. Kekurangan perumahan mengakibatkan mahalnja sewa rumah dan timbulnja „slum areas” (gubuggubug liar), dimana kaum pekerdja hidup djauh lebih kurang seihat dan sedjahtera di bandingkan dengan tjara hidupnja didesa. Dikotakota. di Asia jang tumbuhnja terlalu tjepat, keadaan kesehatan umum (health dan hygiene) djuga sering menjedihkan.
kekotaan (misalnja djalandjalani aspal, air leding, tisterik, dan lain lainnja) terutama dibangunkan untuk kepentiugan kaum jang ber ada itu. Pembangunan kampung dikotakota besar sering terlalai. Kaum jang kurang berada biasanja tidak tjukup kuat setjara politis untuk mendjamin bahwa pertumbuhan fasilitetfasilitet kota djuga setjara langsung ditudjukan kepada mereka.
d. Konsiderasi2 untuk politik slat.
Untuk menanipung kelebihan kaum"pekerdja jang tidak dapat men tjari nafkah dilapang pertanian lagi itu, maka berbagai2 industri ketjil dapat dikembangkan dalam kotakota ketjil dan desa. lni akan mengurangi migrasi kaum pekerdja kekotakota besar.
Djadi, desa dan kotakota ketjil diindustrialisir, dan bukan kotakota besar sadja. Hal ini harus didjalankan dengan melistrikkan desa2 (rural electrificatilon) dan dengan pembangunan sistim djalandjalan jang baik jang mendjamin lantjarnja hubungan desa dan kota. Dengan tjara „disperision of industrialihation” ini djumlah ongkos jang harus dikeluarkan mungkin lebih besar daripada kalau semua industrialkasi dilakukan hanja dikotakota besar sadja. Tetapi masjarakat harus membajar ongkos extra ini untuk mendjamin ke sedjahteraan buruhnja. Sebaliknja politik ini djuga tidak berarti bahwa pertumbuhan kotakota besar sebagai perpusatanperpusatan industri sama sekali ditinggalkan. Suatu djalan tengah adalah untuk mengindustrialisir bukan suatu kota besar, tetapi suatu distrik atau suatu daerah (jang disebut suatu metropolitan area). Misalnja tidak semua industri ditempatkan di Djakarta, tetapi disebar dise kitarnja, sampai Periok, Tanggerang, Djatinegara, Pasar Minggu, Depok, dan lainlain kola ketjiil sekeliling Djakarta. Industri2 besar harus mendirikan perkampungannja sendiri untuk buruhnja. Dengan industrialisasi suatu metropolitan area maka keuntungan2 dari suatu perpusatan industri masilh serba dapat ditjapai.
Djalan pertumbuhan demikian ini tidak akan datang sendiri, tetapi pemerintah harus mengatur kearah demikian.
Tiap politik penempatan industri didalam batasbatas kota djuga mengenal masalah „zoning”, jakni pemeriintah kota menentukan bagianabagian mana disediakan untuk industri, bagian2 mana untuk kediaman penduduk. „Zoning” ini maksudnja untuk meritjegah gangguangangguan jang datang dari industri (asap, suara, lalu lintas, dan lainlainnja) terhadap kesedjahteraan hidup penduduk kota itu.
Selain politik industrialisasi jang bersifat dispersi ini, maka kepin tjangan sosial dari suatu urbanisasit dapat dikurangi oleh suatu pemerintahan kota jang demokratis dan progresif, dan jang dapat mendjamin sumbersumber keuangan untuk berbuat demikian. Pemerintah kota ini harus sadar akan perbedaan sosial jang ada antara kaum (kelas) jang berada dan jang tidak berada. Maka
golongan jang berada harus tjukup dikenakan padjak untuk dapat melakukan pembangunan kampungkampung kota. Untuk mendja min sumbersumber keuangan ini pemerintah kota tidak boleh bersifat „sok sosial” terhadap soal tarip air, listrik, tarip padjak, dan lainlainnja, jang sebetulnja hanja menguntungkan penduduk kota jang sudah berada.
Sering penduduk dari golongan jang berada ini mendapat air minum, listrik, dan lainlain sebagainja, berdasar taripa jang mengandung subsidi. Maka dalam, pada jang kurang mampu telah keuangannja terlalu sempit. Oleh karena itu kotakota besar ini terlalu tergantung kepada anugerahanugerah dari Pemerintahan Pusat,
Dibeberapa negeri di Asia telah ditjoba apakah idea dari "community development" djuga dapat dipraktekkan dilingkungan kota. Artinja, dengan gugur gunung, dan gotongrojong, berdasar atas sifat kehi dupan warga kota jang lebih sosial, maka bagian dari) kotapun (misalnja kampung2 di kota) dapat dibangun dengan tidak banjak memerlukan belandja modal. terlalu banjak orang jang pandangan hidupnja bersifat individu alistis dan berdjuistis.
e. Usahausaha konkrit :
Disamping jang tersimpul dalam uraian tersebut diatas, perlu dike mukakan beberapa usahausaha konkrit jang patut mendapat perhatian dalam masalah urbanisasi.
Untuk mentjegah pemindahan terusmenerus jang akibat buruknja samasama dimaklumi perlu diadakan tindakan2 diantaranja :
1 Desentralisasi industri
2. Begitu djuga tempattempat pendidikan, latihanlatihan kerdja, rumahrumah sakit, sekolahsekolah termasuk perguruan2 tinggi; kantorkantor, lembagalembaga dan lain djika mungkin supaja ditetapkan diluar kota agar dengan demikian kota tidak selalu menondjol seakan2 Negara kita ini merupakan Negara Kota, dimana desa hanja mendjadi embe12 belaka dan agar dapat wengurangi faktorfaktor jang antara lain menjebabkan urbanisasi.
3. Lalulintas perhubungan diantara kota dan desa supaja di perbaiki.
4. Pemindahan penduduk baru kekota diawasi dan tidak terlalu
gegabah diterima.
5. Pembangunan desa dipertjepat dan
6. Pemulihan keamanan.