• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah 5~BAB III 2016 ok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah 5~BAB III 2016 ok"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN  KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Arah kebijakan ekonomi daerah disusun mempedomani pada dokumen   RPJMD   Kabupaten   Siak   Tahun   2011­2016.   Untuk menjamin   keberlanjutan   arah   pembangunan,   arah   kebijakan ekonomi   Kabupaten   Siak   Tahun   2016   harus   sejalan   dengan kebijakan Ekonomi Nasional dan Propinsi Tahun 2016. 

Setiap   pelaksanaan   pembangunan   daerah   akan   memiliki sebuah   kebijakan   penting   dalam   pengelolaan   anggaran   baik melalui   perencanaan,   pelaksanaan,   pengawasan,   hingga   evaluasi penggunaan   anggaran   sebagai   modal   utama   pelaksanaan pembangunan   daerah.   Kebijakan­kebijakan   strategis   akan memberikan   kemampuan   lebih   dalam   pendanaan   pembangunan melalui pemilihan program­program prioritas dalam mewujudkan pencapaian visi dan misi pembangunan daerah maupun nasional. Meskipun   begitu,   kebijakan   yang   diambil   haruslah   melihat berbagai   aspek   maupun   bidang   urusan   pembangunan   seperti ekonomi,   sosial  budaya,   kependudukan,   hingga   aspek   eksternal baik dari luar regional maupun internasional.

(2)

1. Melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

2. Membangun   tata   kelola   Pemerintahan   yang   bersih,   efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun   Indonesia   dari   pinggiran   dengan   memperkuat daerah­daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan. 4. Melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas

korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan   produktivitas   rakyat   dan   daya   saing   di   pasar internasional.

7. Mewujudkan   kemandirian   ekonomi   dengan   menggerakkan sektor­sektor strategis ekonomi domestik.

1. Dimensi   Pembangunan   Manusia   (Pendidikan,   kesehatan   dan perumahan.

2. Dimensi  Pembangunan Sektor  Unggulan (Kedaulatan  pangan, Kedaulatan   Energi   dan   Ketenagalistrikan,   Kemaritiman   dan kelautan, dan Pariwisata dan Industri)

3. Dimensi   Pemerataan   dan   Kewilayahan   (Antar   wilayah:   1.desa dan 2.Pinggiran).

(3)

Daerah (SKPD) yang terangkum dalam Rencana Kerja dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau dapat berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan.  Arah   Kebijakan   Pembangunan   Provinsi   Riau   Tahun 2014­2018 yang dimuat dalam RPJMD Provinsi Riau tahun 2014­ 2019   dan   merupakan   acuan   dalam   menentukan   arah   kebijakan untuk  tahun  2016   fokus   kepada   pengembangan   budaya, peningkatan   prestasi   penguatan   aparatur   pemerintahan   serta pemantapan pembangunan ekonomi serta melanjutkan kebijakan tahun   sebelumnya   sesuai   dengan   target   yang   telah   ditetapkan. Adapun   arah   kebijakan   umum   Provinsi   Riau   tahun   2016 difokuskan   kepada   pengembangan   budaya,   peningkatan   prestasi penguatan aparatur Pemerintah serta pemantapan pembangunan ekonomi,   serta   melanjutkan   kebijakan   tahun   sebelumnya   sesuai dengan target yang telah ditetapkan. 

3.1.1.Kondisi   Ekonomi   Daerah  tahun   2014  dan  Perkiraan   Tahun 2016

Perkembangan   kondisi   ekonomi   daerah   dapat   dilihat   dari

indikator  ekonomi   makro   serta   perekonomian   daerah.

Perekonomian   suatu   daerah  tidak   dapat   terlepas   dengan

perekonomian   regional,   perekonomian   nasional  bahkan

(4)

Kondisi ekonomi global selain berpengaruh terhadap ekonomi nasional  dan  regional  juga  akan  berpengaruh   terhadap  kondisi perekonomian   Kabupaten   Siak  berdasarkan  pada  kondisi perekonomian   tahun  sebelumnya,  maka  Prospek  perekonomian pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

a. PDRB perkapita

Berdasarkan perkembangan PDRB perkapita ADHK tahun 2000 selama   kurun   waktu   lima   tahun   dari   tahun   2009   –   2013 cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Untuk tahun 2014 PDRB Perkapita ADHK 2000 diprediksi sebesar 10,96 juta rupiah   sedangkan   untuk   tahun   2015   diprediksi   meningkat menjadi sebesar 11,30 juta rupiah.

b. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Siak kurun waktu 2008­2012 mengalami kenaikan dalam setiap tahunnya. Untuk tahun 2014 pertumbuhan   ekonomi   diprediksi   sebesar   7,61%   dan   tahun 2015 diprediksi naik menjadi sebesar 7,64%. 

c. Inflasi

Tingkat inflasi di Kabupaten Siak pada tahun 2014 diprediksi sebesar 6,50% dan untuk tahun 2015 diprediksi turun menjadi 5,75%.

(5)

Tabel III.1

Perkembangan Indikator Makro Ekonomi

No.

(2012) Tahun 2(2013) Tahun 3(2014) Tahun 4(2015) Tahun 5(2016)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT  Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Umum, Perangkat Daerah, Kepegawaian  dan Persandian 

1.1. Pertumbuhan Ekonomi [%] 7,46 7,54 7,57 7,61 7,64 7,67 7,67

1.2. Laju inflasi [%] 9,03 7,96 7,21 4,96 5,11 5,75 4,90

1.3. PDRB per kapita Tanpa Migas Atas  Dasar Harga Konstan 2000 [juta 

rupiah] 10,49 10,50 10,65 10,96 11,30 11,65 11,65

1.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 76,92 77,27 77,66 78,11 78,58 79,08 79,08 1.5. Persentase Penduduk Miskin [%] 5,29 5,28 5,28 5,27 5,26 5,26 5,26

1 Pertanian              

1.1. Produksi Pangan Utama Beras [ton] 17.346 22.778 23.024 23.659 24.250 25.000 25.000 1.2. Produksi Komoditi Palawija [ton] 5812 6259 6497 6566 6829 6850 6850 1.3. Produksi Komoditi Buah­buahan [ton] 7.769 5.293 7.169 10.073 10.710 11.507 11.507 1.4. Produksi Komoditi Sayur­sayuran [ton] 4.738 4887 4954 4992 5085 5100 5100 1.5. Rasio ketersediaan Pangan Palawija 

[%] 107 119,50 124,04 125,38 130,39 139,97 139,97

1.6. Rasio Ketersediaan Pangan Buah­

buahan [%] 79,63 90,95 126,28 148,73 158,23 169,30 169,30 1.7. Rasio Ketersediaan Pangan Sayur­

sayuran [%] 61,52 63,45 64,32 64,81 66,02 67,09 67,09

1.8. Produktivitas padi atau bahan pangan 

utama lokal lainnya [kw/ha] 41,34 41,09 43,29 44,59 45,58 45,91 45,91 1.9. Jumlah hasil produksi komoditas 

peternakan:

­ Produksi Daging [Ton] 2025,67 2297,4 2362,14 2500 2800 3500 3500 ­ Produksi Telur [Ton] 110,06 117,56 138,55 160 175 227 227 1.10

. Konsumsi daging [ton] 770,20 849,65 934,74 942,60 1.039,28 1143,20 1143,20

3 Energi dan Sumberdaya Mineral

3.1. Persentase elektrifikasi [%] 37 40 43 49 60 70 70

6 Perdagangan              

6.1. Persentase kenaikan rata­rata  koefisien variasi harga bahan pokok  utama [%]

2,5­7% 2,5­7% 2,5­7% 2,5­7% 2,5­7% 2,5­7%

7 Perindustrian              

7.1. Pertumbuhan Industri [%] ­ 

Sumber : RPJMD Kabupaten Siak Tahun 2011­2016

3.1.2.   Tantangan   dan   Prospek   Perekonomian   Daerah   Tahun  2015  dan Tahun 2016.

(6)

Sementara   itu,   di   kawasan   negara­negara   berkembang,   baik Tiongkok,   India   maupun  negara­negara  ASEAN,   juga   masih menunjukkan moderasi pertumbuhan. 

Dalam   dua   tahun   terakhir,   kinerja   perekonomian   nasional diliputi   oleh   kondisi   global   yang  kurang  menggembirakan. Ketidakpastian   terkait   normalisasi   kebijakan   moneter   di   Amerika Serikat, perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju dan negara berkembang utama, serta tren  penurunan harga komoditas global mewarnai kinerja perekonomian nasional sepanjang tahun 2013 dan 2014. 

Kebijakan moneter yang cenderung ketat saat ini harus diakui akan   berdampak   pada   perlambatan   kinerja   sektor   riil   akibat meningkatnya cost  of fund. Sementara itu, kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi akan mendorong kenaikan inflasi dan pada gilirannya   menekan   daya   beli   masyarakat.   Oleh   karena   itu, kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi harus diikuti dengan program   kompensasi   kenaikan   harga   BBM   dan   program   sosial lainnya terutama dibidang pendidikan dan kesehatan.

Berdasarkan   Kondisi   dan   perkembangan   Perekonomian Nasional dan Global, adapun tantangan dan prospek  perekonomian

c) Dampak   dari   perubahan   kenaikan   BBM   terhadap   harga SEMBAKO;

d) Dalam   memanfaatkan   meluasnya  pasar   MEA,   perlu   dibangun komunikasi yang efektif antara Pemerintah Daerah dengan Bea Cukai. 

(7)

peraturan baik tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim investasi   perlu     dilakukan     pemerintah     daerah     dengan mensikapi   atas   perbaikan   di   bidang   peraturan   perundang­ undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi.

f) Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal ini merupakan   prasyarat   agar   dapat   mencapai   tingkat pertumbuhan  ekonomi   tinggi   dan  berkelanjutan.   Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai  akan  menjadi  kendala bagi masuknya investasi.

g) Meningkatkan  daya  saing  ekspor  daerah,  untuk  mencapai peningkatan   pertumbuhan   nilai   ekspor.   Pertumbuhan   ekspor akan mempengaruhi keberlangsungan usahadan perekonomian daerah   sehingga   dapat   mempertahankan   ketersediaan lapangan  kerja  bahkan  mungkin  dapat menambah lapangan kerja.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Terkait   meningkatnya   tuntutan   kebutuhan   dana   sebagai konsekuensi penyerahan wewenang pemerintahan dari Pemerintah Pusat   kepada   Pemerintah   Daerah,   melalui   otonomi   daerah, menuntut   berbagai   upaya     penyesuaian     manajemen   keuangan daerah termasuk arah pengelolaan pendapatan dan  belanja daerah. Dengan berpedoman pada kebijakan‐kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan perundang‐undangan yang berlaku juga telah dijadikan acuan untuk menggali potensi sumber penerimaan guna menunjang beban belanja pembangunan daerah.

(8)

implementasi   RKPD,   yang   akan   selalu   berdampingan   dengan sumber­sumber pendanaan non APBD, seperti APBN, Hibah, dana kemitraan   swasta,   swadaya   masyarakat   serta   kontribusi   pelaku usaha melalui Corporate Social Resposibility (CSR).

Agar dana pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah   dapat   digunakan   efektif   dan   efisien   maka   diperlukan kebijakan   dalam   pengelolaan   keuangan   daerah,   yang   berisikan tentang kebijakan yang akan dipedomani oleh Pemerintah Daerah dalam   mengelola   pendapatan   daerah,   belanja   daerah,   dan pembiayaan   daerah.   Tujuan   utama   kebijakan   keuangan   daerah adalah   bagaimana   meningkatkan   kapasitas  (riil)  keuangan   daerah dan mengefisiensikan penggunaannya.

3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

(9)

yang  Sah;  2)  Dana  Perimbangan  yang  meliputi:  Dana  Bagi  Hasil Pajak/Bagi  Hasil  Bukan  Pajak,  Dana  Alokasi  Umum,  dan  Dana Alokasi  Khusus;  3)  Lain‐lain  Pendapatan  Daerah  yang  Sah, meliputi   :  Hibah,  Dana  Darurat,  Dana  Bagi  Hasil  Pajak  dari Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, Dana Bantuan Keuangan dari   Provinsi/Kabupaten/Kota Lainnya,  Lain‐lain  Penerimaan,  Dana   Transfer  Pusat  dan  Dana Insentif  Daerah.  Sedangkan  penerimaan  pembiayaan   bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA),  Penerimaan  Pinjaman  Daerah,  Dana  Cadangan  Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

(10)

Tabel III.2

Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Siak Tahun 2014 s.d tahun 2016

4

Uraian

Jumlah

Realisasi Tahun  2013 Realisasi Tahun  2014 Tahun Berjalan 2015 Proyeksi/Target pada Tahun Rencana 2016

Pendapatan Asli Daerah 348.403.109.309,72 307,032,552,107.13 311.112.374.781,00 325.900.930.108,28

Hasil Pajak daerah 82.010.652.860,00 57,337,975,730.38 55.667.000.000,00 58.787.000.000,00 Hasil Retribusi daerah 12.579.214.640,40 11,936,237,543.00 11.460.088.000,00 12.788.800.000,00 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 

dipisahkan 179.291.486.767,00 169,492,175,249.00 165.526.697.759,00 165.651.058.598,00 Lain­lain pendapatan asli daerah yang sah 74.521.755.042,32 68,266,163,584.75 78.458.589.022,00 88.674.071.510,28

Dana Perimbangan 1.768.701.160.958,00 2,097,493,216,241.00 2.073.962.203.000,00 1.229.976.150.000,00

Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan pajak 1.478.444.314.958,00 1,807,213,661,241.00 1.868.437.899.000,00 1.024.451.846.000,00 Dana alokasi umum 272.530.626.000,00 276,181,935,000.00 185.019.984.000,00 185.019.984.000,00 Dana alokasi khusus 17.726.220.000,00 14,097,620,000.00 20.504.320.000,00 20.504.320.000,00 Lain­Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 156.520.428.365,00 238,597,846,379.03 210.329.771.201,00 210.329.771.201,00

Dana Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari 

pemerintah daerah lainnya 80.154.184.803,00 142,226,354,379.03 85.339.603.201,0 85.339.603.201,00 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 61.409.943.000,00 90,994,892,000.00 119.578.768.000,0 119.578.768.000,00 Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah 

daerah lainnya) 14.786.840.000,00 5,376,600,000.00 5.411.400.000,0 5.411.400.000,00

Lain­lain Pendapatan Daerah yang Sah 

Lainnya 169.460.562,00 0.00 0.00 0.00

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 2.273.624.698.632,72 2,643,123,614,727.16 2.595.404.348.982,00 1.766.206.851.309,28

(11)

Bila   memperhatikan   kecenderungan   realisasi   pendapatan daerah   kurun   waktu   2013­2014   dan   target   Tahun   2016  terlihat bahwa   terdapat   peningkatan   yang   bervariasi.   Capaian   sampai dengan 2014 didukung oleh kondisi ekonomi regional yang stabil dan keberhasilan   dalam   melakukan   upaya­upaya   intensifikasi   dalam meningkatkan   pendapatan   daerah   yang   cukup   baik.   Namun demikian,   mengingat   peningkatan   pendapatan   sangat   dipengaruhi oleh   kondisi   ekonomi   masyarakat,   perlu   ada   upaya­upaya peningkatan   pendapatan   yang   lebih   intensif   dilakukan   disertai dengan   peningkatan   pelayanan   publik   serta   upaya intensifikasi/ekstensifikasi yang lebih aktif, diharapkan pada Tahun 2016 pendapatan daerah Kabupaten Siak mengalami peningkatan.

3.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Berdasarkan Undang­Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan   Keuangan   antara   Pemerintah   Pusat   dan   Pemerintah Daerah, Pendapatan Daerah terdiri dari:1) Pendapatan Asli Daerah, 2)   Dana   Perimbangan,   3)   Lain­lain   Pendapatan   Daerah   Yang   Sah. Kebijakan  perencanaan  pendapatan daerah Kabupaten Siak tahun 2016  untuk   pendanaan   pembangunan   yang   terus   meningkat   dari tahun   sebelumnya   diarahkan  dalam   Pengelolaan   Keungan   daerah, Pemerintah   Kabupaten   Siak   senantiasa   berupaya   meningkatkan pendapatan,   khususnya   Pendapatan   Asli   Daerah   (PAD)   melalui upaya   intensifikasi   dan   ekstensifikasi.   Peningkatan   Pengelolaan Pendapatan   Asli   Daerah   (PAD)   untuk   mengurangi   ketergantungan terhadap   penerimaan   dari   dana   perimbangan   yang   berasal   dari pusat. Dalam rangka mencapai target pendapatan daerah Kabupaten Siak   tahun   2016,   dilakukan   langkah­langkah   strategis   sebagai berikut:

(12)

2. Melakukan   pemantauan   dan   meneliti   serta   mengevaluasi   jenis Pajak dan Retribusi Daerah;

3. Peningkatan   akurasi   data   sumberdaya   alam   sebagai   dasar perhitungan pembagian dalam dana Perimbangan;

4. Mengoptimalkan penerimaan dari  PPh  Pasal 21,  Pajak Ekspor, dan PPh Badan; 

5. Melakukan   Sosialisasi   langsung   kepada   masyarakat   melalui brosur,   pamflet,   baliho   serta   spanduk­spanduk   yang   isinya, menginformasikan   tentang   arti   pentingnya   membayar   pajak terhadap pelaksanaan pembangunan;

6. Melaksanakan   pendataan   ulang   objek   pajak   dan   retribusi daerah,   untuk   meningkatkan   akurasi   sekaligus   pemutakhiran data dalam menggali sumber penerimaan yang pelaksanaannya belum optimal;

7. Membentuk Pos Pelayanan Pembayaran PKB di Kecamatan yang sangat   potensial   dalam   rangka   mendekatkan   pelayanan   wajib pajak;

8. Meningkatkan   koordinasi   dengan   instansi   terkait   pada   Kantor Samsat, terutama dengan pihak Kepolisian dan PT. Jasa Raharja dengan   melakukan   Razia   terhadap   Wajib   Pajak   Kendaraan Bermotor yang belum membayar pajak;

9. Melakukan updating data wajib pajak;

10. Meningkatkan   pengelolaan   dan   pendayagunaan   asset   dan keuangan daerah;

11. Penataan   kelembagaan   penyempurnaan   dasar   hukum pemungutan dan regulasi penyesuaian tarif pungutan;

12. Melakukan updating data terutama data yang digunakan sebagai dasar perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU);

(13)

14. Peningkatan     akurasi     data     potensi     baik     potensi     pajak maupun   potensi   sumber   daya   alam   bekerja   sama   dengan Kementerian   Keuangan   cq.   Direktorat   Jenderal   Pajak   sebagai dasar perhitungan Bagi Hasil;

15. Peningkatan   keterlibatan   Pemerintah   Daerah   dalam perhitungan   lifting   migas   dan   perhitungan   sumber   daya   alam lainnya   agar   memperoleh   proporsi   pembagian   yang   sesuai dengan potensi;

16. Peningkatan   koordinasi   dengan   Kementerian   Dalam   Negeri, Kementerian   Keuangan,   Kementerian   teknis,   Badan   Anggaran DPR   RI     dan     DPD     RI     untuk     mengupayakan   peningkatan besaran   Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, DAU,

dan DAK;

17. Meningkatkan   Deviden   BUMD   dan   mengrevitalisasi   BUMD melalui   berbagai   upaya   agar   dapat   memberikan   kontribusi terhadap   Pendapatan   Daerah   antara   lain   melalui  pengelolaan BUMD   secara   profesional,  peningkatan   sarana,   prasarana, kemudahan   prosedur   pelayanan   terhadap   konsumen/nasabah dalam   meningkatkan   persaingan   usaha,   serta   mengoptimalkan peran   Badan   Pengawas,   agar   BUMD   berjalan   sesuai   dengan peraturan berlaku dan mampu bersaing.

3.2.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah

Belanja   daerah   merupakan   belanja   yang   harus   dikeluarkan oleh pemerintah Daerah untuk menjalankan aktivitas pemerintahn baik   itu   memberikan   pelayanan   kepada   masyarakat   maupun melaksanakan   pembangunan.  Dengan   berpedoman   pada   prinsip– prinsip penganggaran, belanja daerah tahun anggaran 2016 disusun dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja dan berimbang yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.

(14)

dengan   pelaksanaan   program   dan   kegiatan   serta   dapat   diukur berdasarkan  indikator dan  tolak  ukur capaian kinerja  yang  telah ditetapkan. Kelompok belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja   barang   dan   jasa   serta   belanja   modal.     Belanja   tidak langsung   merupakan   belanja   yang   tidak   terkait   langsung   dengan program dan kegiatan yang dilaksanakan serta sulit diukur dengan capaian kinerja yang ditetapkan. Kelompok Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. 

Kecenderungan   semakin   meningkatnya   kebutuhan   Belanja Pegawai, pemenuhan belanja rutin perkantoran (fixed cost), Belanja Bagi   Hasil,   Belanja   Bantuan   Keuangan,   tidak   berbanding   lurus dengan   peningkatan   pendapatan   daerah   walaupun   pendapatan daerah Kabupaten Siak dari Tahun ke Tahun mengalami kenaikan yang   cukup   signifikan.   Hal   ini   berdampak   pada   kemampuan   riil keuangan daerah yang cenderung semakin menurun. 

Berkaitan dengan kondisi pendapatan sebagaimana diuraikan diatas dan dikaitkan dengan permasalahan/isu yang dihadapi maka Kebijakan belanja daerah diarahkan sebagai berikut :

1) Belanja   dalam   rangka   penyelenggaraan   urusan   wajib

digunakan   untuk   melindungi   dan   meningkatkan   kualitas kehidupan   masyarakat   dalam   upaya   memenuhi   kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,   pendidikan,   kesehatan,   fasilitas   sosial   dan   fasilitas umum   yang   layak   serta   mengembangkan   sistem   jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan.  Pelaksanaan urusan wajib   sesuai   dengan   standar  pelayanan   minimal  (SPM)   yang telah ditetapkan untuk Kabupaten terdiri dari 15 (lima belas) SPM;

2) Pendukungan diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

(15)

3) Mendukung   program/kegiatan   strategis   yang   terkait   dengan agenda provinsi dan nasional, dengan tetap memprioritaskan pembangunan daerah serta memiliki skala pelayanan regional maupun nasional;

4) Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan

tunjangan   PNSD,   belanja   subsidi,   hibah,   bantuan   sosial, bantuan   keuangan   kepada   pemerintahan   desa   dan   partai politik serta belanja tidak terduga;

5) Belanja   daerah   dalam   rangka   pencapaian   target   Milenium Development Goals (MDGs);

6) Dalam rangka peningkatan pendidikan, Pemerintah Kabupaten

Siak mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% (dua puluh   persen)   dari   belanja   daerah,   sesuai   amanat   undang­ undang;

7) Dalam   rangka   peningkatan   bidang   kesehatan,   Pemerintah Kabupaten Siak secara bertahap menaikkan alokasi anggaran kesehatan   hingga   nantinya   mencapai   10%   (sepuluh   persen) sesuai amanat undang­undang;

8) Meningkatkan   alokasi   anggaran   ekonomi   kerakyatan   dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat;

9) Meningkatkan   alokasi   anggaran   pada   program

penanggulangan kemiskinan;

10) Meningkatkan   alokasi   dana   desa   (ADD)   dalam   rangka pemberdayaan   masyarakat   dan   percepatan   pembangunan desa;

(16)

12) Pengalokasian belanja daerah berupa belanja langsung SKPD untuk mendukung operasional dan peningkatan kinerja SKPD sesuai tugas pokok dan fungsinya;

(17)

Tabel.III.3

Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2016

NO Uraian

Jumlah

Realisasi Tahun  2013 Realisasi Tahun  2014 Tahun Berjalan 2015 Proyeksi /Target padaTahun rencana 2016

1 2 3 4 5 6

2.1 Belanja Tidak langsung      

826.482.523.000,00

2.1.1 Belanja Pegawai 536.423.197.675,00        586.625.039.764,00        750.909.042.345,00  2.1.2 Belanja Subsidi 6.915.692.070,00        7.391.637.600,00           9.229.150.682,00  2.1.3 Belanja Hibah 173.494.679.402,00        129.343.303.800,00        112.046.120.000,00  2.1.4 Belanja Bantuan Sosial       11.720.200.000,00         10.364.900.000,00         10.699.060.000,00 

2.1.5 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan  Desa 

111.277.259.037,00        121.503.155.197,00           1.000.000.000,00 

2.1.6 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota,Pemerintahan Desa dan Partai Politik

      ­         ­        224.413.091.421,00 

2.1.7 Belanja Tidak Terduga 53.837.500,00       705.283.625,00           2.000.000.000,00 

JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 839.884.865.684,00        855.933.319.986,00 1.110.296.464.448,00 826.482.523.000,00

 

2.2 Belanja Langsung      

1.991.553.071.587,00

2.2.1 Belanja Pegawai 176.133.913.111,00        173.351.651.156,00  214.271.230.000,00 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 466.026.639.368,60        611.467.677.773,00  681.939.869.467,00  2.2.3 Belanja Modal 803.328.618.824,00        1.005.348.199.529,00  1.228.496.785.067,00 

JUMLAH BELANJA LANGSUNG 1.445.489.171.303,60       1.790.167.528.458,00 2.124.707.884.534,00 1.991.553.071.587,00

 

(18)

3.2.4 Arah Kebijakan Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pembiayaan     adalah     seluruh     transaksi     keuangan pemerintah,   baik   yang  berasal  dari   penerimaan   daerah   maupun pengeluaran   daerah   yang   dimaksudkan   untuk   menutup   defisit dan/atau  memanfaatkan  surplus   anggaran.   Kebijakan   penerimaan pembiayaan daerah timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan pembiayaan   daerah   berasal   dari   Sisa  Lebih   Perhitungan   Anggaran (SiLPA),   transfer   dari   dana   cadangan   (DCD),   Hasil   penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan   Kembali   Pemberian   Pinjaman,   Penerimaan   Piutang Daerah. Kebijakam pengeluaran pembiayaan daerah timbul karena ada surplus/ kelebihan anggaran. Pengeluaran pembiayaan daerah diantaranya   diperuntukan   bagi   Pembentukan   Dana   Cadangan, Investasi (Penyertaan modal dan pembelian surat berharga/ saham), Pembayaran   Pokok   Utang,   Pemberian   Pinjaman   Daerah,   dan   Sisa Lebih Perhitungan.

Defisit   atau   surplus   terjadi   apabila   ada   selisih   antara Anggaran   Pendapatan   Daerah   dan   Belanja   Daerah.   Pembiayaan disediakan   untuk   menganggarkan   setiap   penerimaan   yang     perlu dibayar     kembali     dan/atau     pengeluaran     yang     akan   diterima kembali,  baik  pada  tahun  anggaran  yang  bersangkutan maupun pada tahun­tahun anggaran berikutnya.

Penerimaan   pembiayaan   daerah   dari   tahun   2013  sampai dengan   tahun   2015  didominasi   dari   Sisa   Lebih   Pembiayaan Anggaran   (SiLPA)   tahun   sebelumnya.  Kabupaten   Siak  pada  tahun

2016  kebijakan   penerimaan   pembiayaan   daerah   masih

(19)

penerimaan pembiayaan daerah Kabupaten 

Siak

 dapat dilihat pada

(20)

Tabel.III.4

Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2013 s.d tahun 2016

No Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Jumlah

Realisasi Tahun

2013 Tahun  Berjalan 2014 Tahun  Berjalan 2015 Proyeksi/Target padaTahun Rencana 2016

1 2 3 4 4 5

           

3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN        

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya ( SILPA ) 923.136.425.215,10 911.869.835.603,22 767.600.000.000,00 300.000.000.000,00

3.1.2 Pencairan dana cadangan - - - -

3.1.3 Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan

- - - -

3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah - - - -

3.1.5 Penerimaan kembali pemberiaan pinjaman - - - -

3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah 321.157.470,00 315.428.551,00 - -

3.1.7 Pengembalian Penyertaan Modal - - - -

Jumlah Penerimaan Pembiayaan 923.457.582.685,10 912.185.264.154,22 767.600.000.000,00 300.000.000.000,00

           

3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN      

3.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) pemerintah Daerah

- - - -

3.2.2 Pembayaran Kewajiban pada Pihak Ketiga - - - -

3.2.3 Pengembalian Penerimaan Daerah - - - -

(21)

JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 923.457.582.685,10 912.185.264.154,22 767.600.000.000,00 300.000.000.000,00

Gambar

Tabel III.1
Tabel III.2

Referensi

Dokumen terkait

yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menempuh peendidikan di Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar Jenjang Magister Fakultas Kedokteran Dasar

gogik, kepribadian, sosial, dan professional. 59 Dengan demikian, demi keber- hasilan pelayanan BK yang profesional harus dilaksanakan oleh guru BK yang profesional

When learners move beyond class interaction, learners need to have the opportunities to learn English independently - at their own paces at, for instance,

Tetapi, bila koordinat dari suatu vektor disajikan sebagai baris atau kolom dalam suatu matriks, maka secara esensi penyajian bergantung pada urutan vektor-vektor basis. Begitu

Uji keabsahan data dilakukan dengan mencocokkan dan membandingkan hasil wawancara dan tes terhadap observasi langsung sejumlah item pertanyaan yang diajukan kepada

Untuk meningkatkan kinerja dan etos kerja, maka diperlukan kepemimpinan yang baik dan pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Seoarang pemimpin dituntut agar memiliki

kehamilan sudah dilakukan pelayanan kebidanan sesuai kebutuhan pasien dan kewenangan bidan dari tanggal 08 Desember hingga tanggal 15 November 2015 tidak ditemukan

c) Membuat karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang epidemiologi/kesehatan yang tidak dipublikasikan dalam bentuk buku dan atau makalah..