BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Arah kebijakan ekonomi daerah disusun mempedomani pada dokumen RPJMD Kabupaten Siak Tahun 20112016. Untuk menjamin keberlanjutan arah pembangunan, arah kebijakan ekonomi Kabupaten Siak Tahun 2016 harus sejalan dengan kebijakan Ekonomi Nasional dan Propinsi Tahun 2016.
Setiap pelaksanaan pembangunan daerah akan memiliki sebuah kebijakan penting dalam pengelolaan anggaran baik melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga evaluasi penggunaan anggaran sebagai modal utama pelaksanaan pembangunan daerah. Kebijakankebijakan strategis akan memberikan kemampuan lebih dalam pendanaan pembangunan melalui pemilihan programprogram prioritas dalam mewujudkan pencapaian visi dan misi pembangunan daerah maupun nasional. Meskipun begitu, kebijakan yang diambil haruslah melihat berbagai aspek maupun bidang urusan pembangunan seperti ekonomi, sosial budaya, kependudukan, hingga aspek eksternal baik dari luar regional maupun internasional.
1. Melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.
2. Membangun tata kelola Pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan. 4. Melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik.
1. Dimensi Pembangunan Manusia (Pendidikan, kesehatan dan perumahan.
2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan (Kedaulatan pangan, Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan, Kemaritiman dan kelautan, dan Pariwisata dan Industri)
3. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan (Antar wilayah: 1.desa dan 2.Pinggiran).
Daerah (SKPD) yang terangkum dalam Rencana Kerja dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau dapat berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Riau Tahun 20142018 yang dimuat dalam RPJMD Provinsi Riau tahun 2014 2019 dan merupakan acuan dalam menentukan arah kebijakan untuk tahun 2016 fokus kepada pengembangan budaya, peningkatan prestasi penguatan aparatur pemerintahan serta pemantapan pembangunan ekonomi serta melanjutkan kebijakan tahun sebelumnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Adapun arah kebijakan umum Provinsi Riau tahun 2016 difokuskan kepada pengembangan budaya, peningkatan prestasi penguatan aparatur Pemerintah serta pemantapan pembangunan ekonomi, serta melanjutkan kebijakan tahun sebelumnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2016
Perkembangan kondisi ekonomi daerah dapat dilihat dari
indikator ekonomi makro serta perekonomian daerah.
Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan
perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan
Kondisi ekonomi global selain berpengaruh terhadap ekonomi nasional dan regional juga akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Kabupaten Siak berdasarkan pada kondisi perekonomian tahun sebelumnya, maka Prospek perekonomian pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :
a. PDRB perkapita
Berdasarkan perkembangan PDRB perkapita ADHK tahun 2000 selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2009 – 2013 cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Untuk tahun 2014 PDRB Perkapita ADHK 2000 diprediksi sebesar 10,96 juta rupiah sedangkan untuk tahun 2015 diprediksi meningkat menjadi sebesar 11,30 juta rupiah.
b. Laju Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Siak kurun waktu 20082012 mengalami kenaikan dalam setiap tahunnya. Untuk tahun 2014 pertumbuhan ekonomi diprediksi sebesar 7,61% dan tahun 2015 diprediksi naik menjadi sebesar 7,64%.
c. Inflasi
Tingkat inflasi di Kabupaten Siak pada tahun 2014 diprediksi sebesar 6,50% dan untuk tahun 2015 diprediksi turun menjadi 5,75%.
Tabel III.1
Perkembangan Indikator Makro Ekonomi
No.
(2012) Tahun 2(2013) Tahun 3(2014) Tahun 4(2015) Tahun 5(2016)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Umum, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Pertumbuhan Ekonomi [%] 7,46 7,54 7,57 7,61 7,64 7,67 7,67
1.2. Laju inflasi [%] 9,03 7,96 7,21 4,96 5,11 5,75 4,90
1.3. PDRB per kapita Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan 2000 [juta
rupiah] 10,49 10,50 10,65 10,96 11,30 11,65 11,65
1.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 76,92 77,27 77,66 78,11 78,58 79,08 79,08 1.5. Persentase Penduduk Miskin [%] 5,29 5,28 5,28 5,27 5,26 5,26 5,26
1 Pertanian
1.1. Produksi Pangan Utama Beras [ton] 17.346 22.778 23.024 23.659 24.250 25.000 25.000 1.2. Produksi Komoditi Palawija [ton] 5812 6259 6497 6566 6829 6850 6850 1.3. Produksi Komoditi Buahbuahan [ton] 7.769 5.293 7.169 10.073 10.710 11.507 11.507 1.4. Produksi Komoditi Sayursayuran [ton] 4.738 4887 4954 4992 5085 5100 5100 1.5. Rasio ketersediaan Pangan Palawija
[%] 107 119,50 124,04 125,38 130,39 139,97 139,97
1.6. Rasio Ketersediaan Pangan Buah
buahan [%] 79,63 90,95 126,28 148,73 158,23 169,30 169,30 1.7. Rasio Ketersediaan Pangan Sayur
sayuran [%] 61,52 63,45 64,32 64,81 66,02 67,09 67,09
1.8. Produktivitas padi atau bahan pangan
utama lokal lainnya [kw/ha] 41,34 41,09 43,29 44,59 45,58 45,91 45,91 1.9. Jumlah hasil produksi komoditas
peternakan:
Produksi Daging [Ton] 2025,67 2297,4 2362,14 2500 2800 3500 3500 Produksi Telur [Ton] 110,06 117,56 138,55 160 175 227 227 1.10
. Konsumsi daging [ton] 770,20 849,65 934,74 942,60 1.039,28 1143,20 1143,20
3 Energi dan Sumberdaya Mineral
3.1. Persentase elektrifikasi [%] 37 40 43 49 60 70 70
6 Perdagangan
6.1. Persentase kenaikan ratarata koefisien variasi harga bahan pokok utama [%]
2,57% 2,57% 2,57% 2,57% 2,57% 2,57%
7 Perindustrian
7.1. Pertumbuhan Industri [%] 1 1 1 2 2 7
Sumber : RPJMD Kabupaten Siak Tahun 20112016
3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan Tahun 2016.
Sementara itu, di kawasan negaranegara berkembang, baik Tiongkok, India maupun negaranegara ASEAN, juga masih menunjukkan moderasi pertumbuhan.
Dalam dua tahun terakhir, kinerja perekonomian nasional diliputi oleh kondisi global yang kurang menggembirakan. Ketidakpastian terkait normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat, perlambatan ekonomi di sejumlah negara maju dan negara berkembang utama, serta tren penurunan harga komoditas global mewarnai kinerja perekonomian nasional sepanjang tahun 2013 dan 2014.
Kebijakan moneter yang cenderung ketat saat ini harus diakui akan berdampak pada perlambatan kinerja sektor riil akibat meningkatnya cost of fund. Sementara itu, kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi akan mendorong kenaikan inflasi dan pada gilirannya menekan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi harus diikuti dengan program kompensasi kenaikan harga BBM dan program sosial lainnya terutama dibidang pendidikan dan kesehatan.
Berdasarkan Kondisi dan perkembangan Perekonomian Nasional dan Global, adapun tantangan dan prospek perekonomian
c) Dampak dari perubahan kenaikan BBM terhadap harga SEMBAKO;
d) Dalam memanfaatkan meluasnya pasar MEA, perlu dibangun komunikasi yang efektif antara Pemerintah Daerah dengan Bea Cukai.
peraturan baik tingkat pusat maupun daerah. Perbaikan iklim investasi perlu dilakukan pemerintah daerah dengan mensikapi atas perbaikan di bidang peraturan perundang undangan di daerah, perbaikan pelayanan, dan penyederhanaan birokrasi.
f) Menyediakan infrastruktur yang cukup dan berkualitas. Hal ini merupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai akan menjadi kendala bagi masuknya investasi.
g) Meningkatkan daya saing ekspor daerah, untuk mencapai peningkatan pertumbuhan nilai ekspor. Pertumbuhan ekspor akan mempengaruhi keberlangsungan usahadan perekonomian daerah sehingga dapat mempertahankan ketersediaan lapangan kerja bahkan mungkin dapat menambah lapangan kerja.
3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Terkait meningkatnya tuntutan kebutuhan dana sebagai konsekuensi penyerahan wewenang pemerintahan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, melalui otonomi daerah, menuntut berbagai upaya penyesuaian manajemen keuangan daerah termasuk arah pengelolaan pendapatan dan belanja daerah. Dengan berpedoman pada kebijakan‐kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan perundang‐undangan yang berlaku juga telah dijadikan acuan untuk menggali potensi sumber penerimaan guna menunjang beban belanja pembangunan daerah.
implementasi RKPD, yang akan selalu berdampingan dengan sumbersumber pendanaan non APBD, seperti APBN, Hibah, dana kemitraan swasta, swadaya masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Resposibility (CSR).
Agar dana pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat digunakan efektif dan efisien maka diperlukan kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah, yang berisikan tentang kebijakan yang akan dipedomani oleh Pemerintah Daerah dalam mengelola pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Tujuan utama kebijakan keuangan daerah adalah bagaimana meningkatkan kapasitas (riil) keuangan daerah dan mengefisiensikan penggunaannya.
3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi: Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; 3) Lain‐lain Pendapatan Daerah yang Sah, meliputi : Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, Dana Bantuan Keuangan dari Provinsi/Kabupaten/Kota Lainnya, Lain‐lain Penerimaan, Dana Transfer Pusat dan Dana Insentif Daerah. Sedangkan penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.
Tabel III.2
Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kabupaten Siak Tahun 2014 s.d tahun 2016
4
Uraian
Jumlah
Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Tahun Berjalan 2015 Proyeksi/Target pada Tahun Rencana 2016
Pendapatan Asli Daerah 348.403.109.309,72 307,032,552,107.13 311.112.374.781,00 325.900.930.108,28
Hasil Pajak daerah 82.010.652.860,00 57,337,975,730.38 55.667.000.000,00 58.787.000.000,00 Hasil Retribusi daerah 12.579.214.640,40 11,936,237,543.00 11.460.088.000,00 12.788.800.000,00 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan 179.291.486.767,00 169,492,175,249.00 165.526.697.759,00 165.651.058.598,00 Lainlain pendapatan asli daerah yang sah 74.521.755.042,32 68,266,163,584.75 78.458.589.022,00 88.674.071.510,28
Dana Perimbangan 1.768.701.160.958,00 2,097,493,216,241.00 2.073.962.203.000,00 1.229.976.150.000,00
Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan pajak 1.478.444.314.958,00 1,807,213,661,241.00 1.868.437.899.000,00 1.024.451.846.000,00 Dana alokasi umum 272.530.626.000,00 276,181,935,000.00 185.019.984.000,00 185.019.984.000,00 Dana alokasi khusus 17.726.220.000,00 14,097,620,000.00 20.504.320.000,00 20.504.320.000,00 LainLain Pendapatan Daerah Yang Sah 156.520.428.365,00 238,597,846,379.03 210.329.771.201,00 210.329.771.201,00
Dana Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari
pemerintah daerah lainnya 80.154.184.803,00 142,226,354,379.03 85.339.603.201,0 85.339.603.201,00 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 61.409.943.000,00 90,994,892,000.00 119.578.768.000,0 119.578.768.000,00 Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah
daerah lainnya) 14.786.840.000,00 5,376,600,000.00 5.411.400.000,0 5.411.400.000,00
Lainlain Pendapatan Daerah yang Sah
Lainnya 169.460.562,00 0.00 0.00 0.00
JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 2.273.624.698.632,72 2,643,123,614,727.16 2.595.404.348.982,00 1.766.206.851.309,28
Bila memperhatikan kecenderungan realisasi pendapatan daerah kurun waktu 20132014 dan target Tahun 2016 terlihat bahwa terdapat peningkatan yang bervariasi. Capaian sampai dengan 2014 didukung oleh kondisi ekonomi regional yang stabil dan keberhasilan dalam melakukan upayaupaya intensifikasi dalam meningkatkan pendapatan daerah yang cukup baik. Namun demikian, mengingat peningkatan pendapatan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat, perlu ada upayaupaya peningkatan pendapatan yang lebih intensif dilakukan disertai dengan peningkatan pelayanan publik serta upaya intensifikasi/ekstensifikasi yang lebih aktif, diharapkan pada Tahun 2016 pendapatan daerah Kabupaten Siak mengalami peningkatan.
3.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
Berdasarkan UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Daerah terdiri dari:1) Pendapatan Asli Daerah, 2) Dana Perimbangan, 3) Lainlain Pendapatan Daerah Yang Sah. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah Kabupaten Siak tahun 2016 untuk pendanaan pembangunan yang terus meningkat dari tahun sebelumnya diarahkan dalam Pengelolaan Keungan daerah, Pemerintah Kabupaten Siak senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan, khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi. Peningkatan Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dari dana perimbangan yang berasal dari pusat. Dalam rangka mencapai target pendapatan daerah Kabupaten Siak tahun 2016, dilakukan langkahlangkah strategis sebagai berikut:
2. Melakukan pemantauan dan meneliti serta mengevaluasi jenis Pajak dan Retribusi Daerah;
3. Peningkatan akurasi data sumberdaya alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam dana Perimbangan;
4. Mengoptimalkan penerimaan dari PPh Pasal 21, Pajak Ekspor, dan PPh Badan;
5. Melakukan Sosialisasi langsung kepada masyarakat melalui brosur, pamflet, baliho serta spandukspanduk yang isinya, menginformasikan tentang arti pentingnya membayar pajak terhadap pelaksanaan pembangunan;
6. Melaksanakan pendataan ulang objek pajak dan retribusi daerah, untuk meningkatkan akurasi sekaligus pemutakhiran data dalam menggali sumber penerimaan yang pelaksanaannya belum optimal;
7. Membentuk Pos Pelayanan Pembayaran PKB di Kecamatan yang sangat potensial dalam rangka mendekatkan pelayanan wajib pajak;
8. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait pada Kantor Samsat, terutama dengan pihak Kepolisian dan PT. Jasa Raharja dengan melakukan Razia terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang belum membayar pajak;
9. Melakukan updating data wajib pajak;
10. Meningkatkan pengelolaan dan pendayagunaan asset dan keuangan daerah;
11. Penataan kelembagaan penyempurnaan dasar hukum pemungutan dan regulasi penyesuaian tarif pungutan;
12. Melakukan updating data terutama data yang digunakan sebagai dasar perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU);
14. Peningkatan akurasi data potensi baik potensi pajak maupun potensi sumber daya alam bekerja sama dengan Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak sebagai dasar perhitungan Bagi Hasil;
15. Peningkatan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam perhitungan lifting migas dan perhitungan sumber daya alam lainnya agar memperoleh proporsi pembagian yang sesuai dengan potensi;
16. Peningkatan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian teknis, Badan Anggaran DPR RI dan DPD RI untuk mengupayakan peningkatan besaran Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, DAU,
dan DAK;
17. Meningkatkan Deviden BUMD dan mengrevitalisasi BUMD melalui berbagai upaya agar dapat memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Daerah antara lain melalui pengelolaan BUMD secara profesional, peningkatan sarana, prasarana, kemudahan prosedur pelayanan terhadap konsumen/nasabah dalam meningkatkan persaingan usaha, serta mengoptimalkan peran Badan Pengawas, agar BUMD berjalan sesuai dengan peraturan berlaku dan mampu bersaing.
3.2.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan belanja yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Daerah untuk menjalankan aktivitas pemerintahn baik itu memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun melaksanakan pembangunan. Dengan berpedoman pada prinsip– prinsip penganggaran, belanja daerah tahun anggaran 2016 disusun dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja dan berimbang yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan.
dengan pelaksanaan program dan kegiatan serta dapat diukur berdasarkan indikator dan tolak ukur capaian kinerja yang telah ditetapkan. Kelompok belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung dengan program dan kegiatan yang dilaksanakan serta sulit diukur dengan capaian kinerja yang ditetapkan. Kelompok Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.
Kecenderungan semakin meningkatnya kebutuhan Belanja Pegawai, pemenuhan belanja rutin perkantoran (fixed cost), Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan, tidak berbanding lurus dengan peningkatan pendapatan daerah walaupun pendapatan daerah Kabupaten Siak dari Tahun ke Tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini berdampak pada kemampuan riil keuangan daerah yang cenderung semakin menurun.
Berkaitan dengan kondisi pendapatan sebagaimana diuraikan diatas dan dikaitkan dengan permasalahan/isu yang dihadapi maka Kebijakan belanja daerah diarahkan sebagai berikut :
1) Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib
digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan urusan wajib sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) yang telah ditetapkan untuk Kabupaten terdiri dari 15 (lima belas) SPM;
2) Pendukungan diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
3) Mendukung program/kegiatan strategis yang terkait dengan agenda provinsi dan nasional, dengan tetap memprioritaskan pembangunan daerah serta memiliki skala pelayanan regional maupun nasional;
4) Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan
tunjangan PNSD, belanja subsidi, hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan kepada pemerintahan desa dan partai politik serta belanja tidak terduga;
5) Belanja daerah dalam rangka pencapaian target Milenium Development Goals (MDGs);
6) Dalam rangka peningkatan pendidikan, Pemerintah Kabupaten
Siak mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% (dua puluh persen) dari belanja daerah, sesuai amanat undang undang;
7) Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, Pemerintah Kabupaten Siak secara bertahap menaikkan alokasi anggaran kesehatan hingga nantinya mencapai 10% (sepuluh persen) sesuai amanat undangundang;
8) Meningkatkan alokasi anggaran ekonomi kerakyatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat;
9) Meningkatkan alokasi anggaran pada program
penanggulangan kemiskinan;
10) Meningkatkan alokasi dana desa (ADD) dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan percepatan pembangunan desa;
12) Pengalokasian belanja daerah berupa belanja langsung SKPD untuk mendukung operasional dan peningkatan kinerja SKPD sesuai tugas pokok dan fungsinya;
Tabel.III.3
Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2013 s.d Tahun 2016
NO Uraian
Jumlah
Realisasi Tahun 2013 Realisasi Tahun 2014 Tahun Berjalan 2015 Proyeksi /Target padaTahun rencana 2016
1 2 3 4 5 6
2.1 Belanja Tidak langsung
826.482.523.000,00
2.1.1 Belanja Pegawai 536.423.197.675,00 586.625.039.764,00 750.909.042.345,00 2.1.2 Belanja Subsidi 6.915.692.070,00 7.391.637.600,00 9.229.150.682,00 2.1.3 Belanja Hibah 173.494.679.402,00 129.343.303.800,00 112.046.120.000,00 2.1.4 Belanja Bantuan Sosial 11.720.200.000,00 10.364.900.000,00 10.699.060.000,00
2.1.5 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
111.277.259.037,00 121.503.155.197,00 1.000.000.000,00
2.1.6 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota,Pemerintahan Desa dan Partai Politik
224.413.091.421,00
2.1.7 Belanja Tidak Terduga 53.837.500,00 705.283.625,00 2.000.000.000,00
JUMLAH BELANJA TIDAK LANGSUNG 839.884.865.684,00 855.933.319.986,00 1.110.296.464.448,00 826.482.523.000,00
2.2 Belanja Langsung
1.991.553.071.587,00
2.2.1 Belanja Pegawai 176.133.913.111,00 173.351.651.156,00 214.271.230.000,00 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 466.026.639.368,60 611.467.677.773,00 681.939.869.467,00 2.2.3 Belanja Modal 803.328.618.824,00 1.005.348.199.529,00 1.228.496.785.067,00
JUMLAH BELANJA LANGSUNG 1.445.489.171.303,60 1.790.167.528.458,00 2.124.707.884.534,00 1.991.553.071.587,00
3.2.4 Arah Kebijakan Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik yang berasal dari penerimaan daerah maupun pengeluaran daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus anggaran. Kebijakan penerimaan pembiayaan daerah timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan pembiayaan daerah berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), transfer dari dana cadangan (DCD), Hasil penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman, Penerimaan Piutang Daerah. Kebijakam pengeluaran pembiayaan daerah timbul karena ada surplus/ kelebihan anggaran. Pengeluaran pembiayaan daerah diantaranya diperuntukan bagi Pembentukan Dana Cadangan, Investasi (Penyertaan modal dan pembelian surat berharga/ saham), Pembayaran Pokok Utang, Pemberian Pinjaman Daerah, dan Sisa Lebih Perhitungan.
Defisit atau surplus terjadi apabila ada selisih antara Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah. Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya.
Penerimaan pembiayaan daerah dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 didominasi dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya. Kabupaten Siak pada tahun
2016 kebijakan penerimaan pembiayaan daerah masih
penerimaan pembiayaan daerah Kabupaten
Siak
dapat dilihat padaTabel.III.4
Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2013 s.d tahun 2016
No Jenis Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Jumlah
Realisasi Tahun
2013 Tahun Berjalan 2014 Tahun Berjalan 2015 Proyeksi/Target padaTahun Rencana 2016
1 2 3 4 4 5
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya ( SILPA ) 923.136.425.215,10 911.869.835.603,22 767.600.000.000,00 300.000.000.000,00
3.1.2 Pencairan dana cadangan - - - -
3.1.3 Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan
- - - -
3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah - - - -
3.1.5 Penerimaan kembali pemberiaan pinjaman - - - -
3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah 321.157.470,00 315.428.551,00 - -
3.1.7 Pengembalian Penyertaan Modal - - - -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 923.457.582.685,10 912.185.264.154,22 767.600.000.000,00 300.000.000.000,00
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
3.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) pemerintah Daerah
- - - -
3.2.2 Pembayaran Kewajiban pada Pihak Ketiga - - - -
3.2.3 Pengembalian Penerimaan Daerah - - - -
JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 923.457.582.685,10 912.185.264.154,22 767.600.000.000,00 300.000.000.000,00