• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN RAWA UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN TOLITOLI SULAWESI TENGAH | Syafruddin | AGROLAND 4292 13815 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN RAWA UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN TOLITOLI SULAWESI TENGAH | Syafruddin | AGROLAND 4292 13815 1 PB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

10

J. Agroland 19 (1) : 10 - 15, April 2012 ISSN : 0854 – 641X POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN RAWA UNTUK PENGEMBANGAN

TANAMAN PADI DI KABUPATEN TOLITOLI SULAWESI TENGAH

Potential and Swam Suitability of Swam For Rice Development in Tolitoli District of Centre Sulawesi

Syafruddin1) dan Yakob Langsa1)

1) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah

JL. Lasoso No 62 Biromaru Palu Sulawesi Tengah

ABSTRACT

The conversion of fertile rice land in some areas of rice production center has implications for food

security achievement and farmers’ income. This problem has been anticipated by government through

creating new rice field in potential land including swamp areas. The research objective was to identify the potency, suitability and opportunity of the swamp areas for rice farming system in Tolitoli regency Central Sulawesi. The research was conducted in two stages: 1) Preparation and 2) Field and laboratory research. Three soil orders were found in the research areas including Histosols with sub groups ranged from typic sulfihemist to typic sulfibrist, Entisols with sub group sulfit endoaquent, and Inceptisols with sub groups typic endoaquepts and sulfit endoaquepts. The potency for rice plant development was quite good. The land suitability class for rice plant in Lampasio was Moderately Suitable (S2) with nutrient retention (nr) and oxygen availability were its limiting factor. Marginally Suitable class (S3) occupied parts of Buga and Lampasio with dominant limiting factors were flood hazard, sulfide, and nutrient retention. The land suitability class of Not Suitable could also be found in both Lampasio and Bunga.

Key words : Land suitability, Potential, rice, and swamp area.

PENDAHULUAN

Permasalahan utama masyarakat Indonesia saat ini adalah sulitnya mendapatkan pangan dan energi rumah tangga sesuai dengan kebutuhannya sehingga berdampak pada kemiskinan yang semakin bertambah. Pangan utama yang harus terpenuhi adalah serat, karbohidrat, mineral, vitamin dan protein. Pemerintah telah mencanangkan program pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan melalui berbagai cara di antaranya: pencanangan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) 2 juta ton/tahun serta pengentasan kemiskinan (Deptan, 2007). Program ketahanan pangan dihadapkan pada laju pertumbuhan penduduk yang cepat, terjadinya penciutan lahan subur akibat konversi ke lahan non-pertanian dan stagnasi produktivitas lahan sawah subur (levelling off) dan kebiasaan masyarakat makan beras sebagai bahan

(2)

11 dan Parigi Moutong, Kabupaten Poso/Morowali dan Kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah. Pengembangan lahan rawa merupakan langkah alternatif dan strategis dalam mengimbangi penciutan lahan pertanian termasuk di Sulawesi Tengah guna meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar areal lahan rawa sekaligus peningkatan ketahanan pangan Nasional. Selain itu, Pengembangan pertanian di lahan rawa diharapkan mampu memberi kontribusi terhadap peningkatan produksi tanaman pangan dan ketahanan pangan terutama padi/beras. Permasalahan pengembangan rawa di Sulawesi Tengah adalah belum diketahuinya karakteristik dan potensinya, sehingga kendala dalam pengelolaannya juga belum diketahui secara pasti. Untuk itu perlu dilakukan kajian tentang karakteristik lahan rawa untuk mengetahui potensi dan tingkat kesesuaian lahan rawa untuk pengambangan Tanaman padi di Kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah. Lahan rawa terkenal sebagai lahan bermasalah atau marginal, sekaligus juga tergolong fragile (Widjaja-Adhi dkk, 1995). Untuk itu, agar pengembanganya dapat berhasil dengan baik dan berkelanjutan maka harus disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan lahan rawa yang akan di kembangkan. Pada lahan rawa umumnya dijumpai areal gambut yang mempunyai sifat dan karakter sangat berbeda dengan tanah mineral/daratan.

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah Mengidentifikasi potensi, tingkat kesesuaian dan peluang pemanfaatan

lahan rawa untuk usahatani padi di Kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah.

BAHAN DAN METODE

Lokasi pengkajian akan dilaksanakan pada lahan rawa potensial yang dapat dijadikan sentra pengembangan pertanian terutama tanaman padi berdasarkan kesesuaian dan kemampuannya. Kabupaten yang menjadi lokasi adalah Kabupaten Tolitoli. Penetapan lokasi didasarkan pada Luasan lahan rawa dan master plan Pemerintah Daerah yang telah menetapkan Kabupaten Tolitoli sebagai Kawasan Potensi Berkembang Godal, 2001; (Syafruddin dkk, 2004). Berapa hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan rawa di Kabupaten Tolitoli berada di Kecamatan Lampasio dan Kecamatan Ogodeide. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu mulai pada Bulan Juni – Desember 2010.

[image:2.595.84.524.548.699.2]

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri atas : Peta dasar (peta geologi dan rupa bumi), Abney level, Altimeter, Kompas, GPS, Buku Soil muncell color cart, Bor dan kantong tanah, Alat pengukur pH (pH troug dan pH stick), kuisiner (untuk data sosek dan budaya) Kuisiner terlampir, Alat tulis (ATK, Bahan kimia lainnya (H2O2))

(Gambar 1). Dasar penetapan tingkat kesesuaian untuk tanaman menggunakan petunjuk baku (Djaenuddin, dkk. 2003).

Gambar 1. Bahan dan Peralatan yang Digunakan pada Penelitian

Ket : 1. Abnei Level, 2. Meteran. 3, Peralatan pH Tanah (Troug dan Stick), 4. Buku Muncel, 5. Pisau Lapangan, 6. GPS, 7. Kompas dan 8. Bor Tanah.

1 2

3

4

5 6 7

(3)
[image:3.595.84.525.66.507.2]

12

Gambar 2. Skema dan Alur Tahapan Kegiatan Studi Karaterisasi Lahan Rawa

Tahapan Kegiatan. Tahapan kegiatan terdiri atas : tahap persiapan, dan tahap penelitian lapangan dan laboratorium dengan skema pelaksanaan kegiatan seperti pada Gambar 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, pengamatan lapangan dan analisis tanah dan data yang kami lakukan maka beberapa hal yang dapat disajikan pada laporan ini antara lain: Lokasi penelitian meliputi Kecamatan Ogodeide dan Kecamatan Lampasio Kabupaten Tolitoli. Posisi lokasi

penelitian yakni memanjang dari Barat ke Timur berada pada 0,35 o – 0, 47 o lintang Utara dan membentang dari Barat ke Timur antara 120o– 121o15 ’ dengan Batas Administrasi. - Bagian Utara berbatasan dengan

Kabupaten Buol dan Laut Sulawesi - Bagian Barat berbatasan dengan Selat

Makassar

- Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Donggala

- Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong/Gorontalo.

Iklim dan Hidrologi. Data ikilm memilik peranan sangat penting dalam perencanaan

Data pustaka/ literatur

Digitasi konsep peta Basisdata/GIS

Penelitian lapangan:

 Chek delineasi satuan lahan  Pengamatan sifat-sifat tanah,

(profil, minipit, bor), pengambilan contoh tanah Analisis Terrain:

Delineasi satuan lahan - landform, relief, lereng, elevasi, bh induk, landuse, pola drainase

Peta Analisis Satuan Lahan (sbg peta kerja)

 Analisis contoh tanah Basisdata: SH, SSA, MUD

Perbaikan peta, legenda, klasifikasi tanah, editing, finalisasi, kartografis

Peta Rupa Bumi, DEM/digital elev. model

Data dukung:  Peta geologi  Peta agroklimat  Peta landuse  Land system, dll

(4)

13 pembangunan pertanian seperti mengatur pola tanam, ketersediaan air dan kesesuaian tanaman. Iklim di Kabupaten Tolitoli terdiri atas dua musim secara tetap yaitu Musim Barat dan Musim Utara yang kering. Pada saat musim barat angin barat bertiup antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan pada periode ini ditandai dengan musim penghujan, sedang pada musim utara angin utara bertiup antara bulan Agustus sampai dengan bulan September, pada periode ini Kabupaten Tolitoli ditandai dengan terjadinya musim kemarau Tabel 1. Curah hujan di lokasi penelitian cukup tingg dengan curah hujan tahunan 1.946 mm dan curah hujan bulanan berkisar 39,5 mm hingga 235 mm. Suhu udara maksimum di Kabupaten Tolitoli 27,7o C, sedangkan suhu minimum rata-rata 22, 300 C dan tertinggi 23,950 C Tabel 1. Menurut pembagian tipe hujan Schmidt and Ferguson (1951), wilayah Kabupaten Tolitoli termasuk kedalam tipe hujan C. Berdasarkan pembagian agroklimat Oldeman et, al (1977) wilayah penelitian termasuk zona C1 dan C2 dengan jumlah bulan basah 5 hingga 6 pertahun.

Klasifikasi Tanah (USDA, 2003). Tanah pada daerah bawah (lowland) umumnya mempunyai permukaan air tanah dangkal atau sering tergenang (jenuh air) yang mempengaruhi drainase tanah. Bahan induk tanah berasal dari endapan aluvium, marin dan bahan organik serta karakteristik tanahnya banyak dipengaruhi oleh kondisi air tanah. Tanah yang berkembang dari bahan aluvium yang terdiri atas liat, debu dan pasir serta kerikil di jumpai di daerah/cekungan yang mempunyai relif agak datar sampai datar (kemiringan 0 – 3%). Pada kondisi topografi air tanah tertahan /tergenang pada waktu yang lama dan menyebabkan rejim kelembaban tanah tergolong aquic. Tanah demikian termasuk berdrainase buruk hingga sangat buruk dimana penampang tanahnya dicirikan oleh warna kelabu dan terdapat karatan (mottles). Sebagian tanah-tanah tersebut mengalami alterasi yang dicerminkan oleh adanya peningkatan liat dari oksidasi-reduksi sehingga terbentuk horison cambik dengan ikutan gleik. Sedangkan tanah yang berkembang dari bahan organik proses pembentukan

tanahnya sangat dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi bahan organik dan pengkayaan mineral. Tanah gambut yang selalu tergenang umumnya memiliki tingkat perkembangan awal (Fibrist) karena dekomposisi bahan organik berlangsung lambat. Sebaliknya pada tanah gambut yang telah didrainase tingkat perkembangan tanahnya lebih matang karena dekomposisi bahan organik berlangsung cepat. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan ditunjang dengan data analisis laboratorium menunjukkan bahwa tanah-tanah di daerah penelitian dapat diklasifikasikan kedalam 3 ordo, yaitu: Histosols, Entisols dan Inseptisols (Tabel 2).

Tabel 1. Rata-rata Curah Hujan dan Suhu di Station Pengamat Curah Hujan Lalos Kabupaten Tolitoli 10 tahun

Bulan

Periode 1998-2007 Curah Hujan

(mm) Suhu (

o C)

Januari 184, 5 22,75

Pebruari 218,0 22,60

Maret 196,0 22,65

April 161,0 23,95

Mei 235,0 22,70

Juni 210,5 23,95

Juli 221,0 22,65

Agustus 48,0 22,60

September 39,5 22,55

Oktober 135,5 27,70

Nopember 106,0 22,20

Desember 191,5 22,30

Total 1.946,5 -

Sumber : Stasion Metereologi Bandara Lalos 2008

Tabel. 2. Klasifikasi Tanah di Lokasi Kajian (USDA, 2003)

ORDO GREAT

GROUP SUB GROUP

Histosols

Entisols

Inceptisols

- Sulfihemists - Sulfifibrist - Haplohemist - Endoaquents

- Endoaquepts

[image:4.595.312.521.332.569.2] [image:4.595.308.523.629.750.2]
(5)

14 Kesesuaian. Hasil penilaian untuk tanaman padi sawah dilokasi kajian tergambar bahwa tidak ada lahan yang berada pada kelas sangat sesuai (S1) hanya kelas sesuai (S2) seluas 1.831 ha di daerah Lampasio, sesuai marginal (S3) seluas 319 ha dan tidak sesuai saat ini (N1) seluas 1.013 ha (Tabel 3 dan Lampiran 1).. Pada Tabel 3 terlihat bahwa faktor penghambat paling dominan adalah bahaya banjir (fi), keterbatasan oksigen (oa) dan retensi hara (nr). Penghambat bahan sulfidik (xs) dijumpai di wilayah Lampasio dan Buga. Data ini menggambarkan bahwa masih terdapat potensi lahan untuk pengembangan lahan sawah, namun memerlukan investasi seperti pembuatan saluran drainase, pembuatan jaringan irigasi dan jalan usahatani.

Pada Daerah/wilayah dengan faktor penghambatnya bahaya banjir (fi) memerlukan penataan lebih lanjut dan intervensi pemerintah seperti daerah Buga. Kondisi ini perlu perbaikan drainase dan normalisasi aliran sungai. Kelas

kesesuaian yang paling banyak/dominan adalah sesuai (S2) pada daerah Lampasio, sehingga dalam pengembangannya tidak terlalu memerlukan intervensi pemerintah kecuali pembuatan drainase dan normalisasi sungai. Pembuatan drainase sangat sulit bagi masyarakat dan pada umumnya masyarakat tidak mampu untuk mengatasinya. Perbaikan drainase dan normalisasi sungai dapat meningkatkan tingkat kesesuaian dari sesuai (S2) menjadi sangat sesuai (S1) dan dari sesuai marginal (S3) menjadi sesuai (S2).

KESIMPULAN

Lahan rawa di Kabupaten Tolitoli tergolong gambut kasar (fibrist) dan sedang (hemists) seluas 1.927 ha dan selebihnya termasuk tanah mineral seluas 3.667 ha.

Potensi rawa berdasarkan kesesuaian lahan untuk tanaman padi berada pada tingkat sesuai (S2) seluas 1.706 ha di daerah Lampasio sesuai marginal (S3) seluas 1. 009 ha terdapat Tabel 3. Hasil Evaluasi Lahan untuk Padi Sawah di Kawasan Lampasio dan Buga Kabupaten

Tolitoli No

SPT Simbol Uraian Lahan

Faktor Penghambat Penggunaan Lahan

Luas

(ha) %

Desa Lampasio Kecamatan Lampasio 1. S3 xs & fi Sesuai marginal xs = Bahan Sulpidik,

fi = Bahaya banjir

916 25, 71 S2 nr, oa Sesuai nr = Unsur Hara,

oa=keterbatasan oksigen

2. S2 nr, oa Sesuai nr = Unsur Hara

oa=keterbatasan oksigen

790 22,17

3. S3 xs Sesuai marginal xs = Bahaya sulfidik 319 8, 95 4.

5

S3 rc, oa Sesuai marginal rc = Retensi Hara oa=keterbatasan oksigen

525 14,73

N1 rc Tidak sesuai saat ini rc = Retensi Hara 1. 013 28,43 S3 rc & xs Sesuai marginal xs = Bahaya sulfidik

nr = Unsur Hara

Jumlah 3.563 100

Desa Buga Kecamatan Ogodeide 1. N1 fi, xs Tidak sesuai saat ini xs = Bahan Sulfidik,

fi = Bahaya banjir

437 30, 33 2. S3 nr, fi Sesuai marginal fi = Bahaya banjir nr

= Unsur Hara

690 47, 88 S3 fi Sesuai marginal fi = Bahaya banjir

3. N Tidak sesuai 314 21,79

[image:5.595.83.523.104.429.2]
(6)

15 di daerah Buga dan Lampasio Kabupaten Tolitoli dengan faktor penghambat paling

dominan adalah bahaya banjir, bahan sulfida dan retensi hara.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J.S. 1992. Peranan Efesiensi Penggunaan Pupuk untuk Melesta rikan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. 14 April 1992.

Bappeda TK I Sulawesi Tengah, 2000. Rencana Tata Ruang Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah.

Deptan. 2007. Program Peningkatan Produksi Beras 2 Juta Ton. Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian.

Djaenuddin, D., Marwan, H. Subagio dan A. Hidayat, 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditi Pertanian. Versi 3.0. Balai Penelitian Tanah. Puslitbangtanak. Badan Litbang Pertanian.

Fagi, A.M., I. Las, dan M. Syam. 2002. Penelitian Padi Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan Nasional. Balai Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Sukamandi.

Hardjowigeno, S., 1997. Pemanfaatan Gambut Berwawasan Lingkungan. Pengelolaan Lahan Gambut Berwawasan Lingkungan. Alami. (2): 1: 3-6.

Godal, N., 2001. Program Pembangunan Pedesaan di Sulawesi Tengah. Pros. Seminar Regional Pengembangan Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi di Sulawesi Tengah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Depertemen Pertanian.

Maas. A., 1997. Pengelolan Lahan Gambut yang Bekelanjutan dan Berwawasan Lingkungan. Pengelolaan Lahan Gambut Berwawasan Lingkungan. Alami. (2): 1: 12-16.

Rajagukguk, B., 1997. Pertanian Berkelanjutan di Lahan Gambut. Pengelolaan Lahan Gambut Berwawasan Lingkungan. Alami. (2): 1: 17-20.

Ritung S., dan N. Suharta, 2007. Sebaran Potensi P engembangan Lahan Sawah Bukaan Baru. Tanah Sawah Bukaan Baru. Balai Besar LITBANG Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departmen Pertanian: 5-24.

Sutanto, R., 1996. Konservasi Sumberdaya Lahan dalam Penerapan Sistem Pertanian Berdasarkan Usahatani Rakyat di Indonesia dalam Cerapan Undang-Undang Republik Indonesia No 12/1992. Kumpulan Makalah. Jurusan Ilmi Tanah Fakultas Pertanian UGM.

Sutomo. S, 2004. Analisis Data Konversi dan Prediksi Kebutuhan Lahan. Hasil Round Table II Pengenbalian Konversi dan Pengembangan Lahan Pertanian. Direktorat Perluasan Areal. Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan. Deptan. 135-149.

Schmidt, F. H and J.H.A Ferguson. 1951. Rainfall Types Base on Wet and Dry Periode Ratio for Indonesia and Westem New Guine Verh. 42 Jawatan Metereologi dan Geofisika Jakarta.

Stasion Metereologi Bandara Lalos, 2008, Data Curah Hujan dan Temperatur Bulanan Bandara Lalos Kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah.

Syafruddin, Agustinus N. Kairupan, A. Negara, dan J. Limbongan. 2004. Penataan Sistem Pertanian dan Penetapan Komoditas Unggulan Berdasarkan Zona Agroekologi di Sulawesi Tengah. J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian (23) 2 : 61-67.

USDA, 2003. Key to Soil Taxonomi. Ninth Edition. Unitet States Department of Agriculture. Natural Resource Concervation Services.

Oldeman, L.R and Darmiyati S., 1977. The Agroclimatic Map of Sulawesi, scale 1 : 2500.000. Contr. Centre Res. Inst. Agric. Bulletin No 60 Bogor.

Gambar

Gambar 1. Bahan dan Peralatan yang Digunakan pada Penelitian
Gambar 2. Skema dan Alur Tahapan Kegiatan Studi Karaterisasi Lahan Rawa
Tabel. 2. Klasifikasi Tanah di Lokasi Kajian    (USDA,  2003)
Tabel 3. Hasil Evaluasi Lahan untuk Padi Sawah di Kawasan Lampasio dan Buga Kabupaten   Tolitoli

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3.2 Model besi hollow lingkaran Dengan adanya konsep dari rangka utama dan rollbar yang telah disesuaikan dimensinya, maka model chassis mobil Mesin USU I

Hal ini menunjukkan bahwa penanda morfologis yang digunakan dalam penelitian ini cukup akurat sebagai alat identifikasi semai hibrid Acacia ( A. auriculiformis )

U knjizi Intimno i javno: suvremena hrvatska autobiografska proza Helena Sablić Tomić navodi da je dnevnik autobiografski žanr kojega primarno određuje

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Tugas Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Berdasarkan hipotesis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh kompetensi profesional pendidik dan motivasi belajar peserta didik secara bersamaan

Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim ini merupakan acuan bagi pelaksanaan kegiatan Fasilitasi lomba Petani/Kelompok Usaha Berprestasi yang

Selain itu menurut Khodijah (2010:55) bahwa yang dapat dilakukan dalam membuat perencanaan yaitu a) dapat dilakukan dengan membuat kalender kegiatan selama 1