PEMETAAN SEBARAN PEDAGANG KAKI LIMA
(PKL) DI KECAMATAN PALU TIMUR
MEGA ANDINI
JURNAL
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
HALAMAN PERSETUJUAN JURNAL
Judul : Pemetaan Sebaran Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Kecamatan
Palu Timur Kota Palu
Penulis : Mega Andini
No. Stambuk : A 351 09 023
Telah diperiksa dan disetujui untuk diterbitkan
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Hasan, M.Hum Widyastuti, S.Si, M.Si
NIP. 19671020 199303 1 002 NIP. 19760505 200801 2 039
Mengetahui
Ketua Jurusan Koordinator Program Studi Pend. IPS FKIP UNTAD Pendidikan Geografi
Drs. Charles Kapile, M.Hum Nurvita, S.Pd, M.Pd
ABSTRACT
Mega Andini (2016). Mapping the distribution of street vendors In East Palu Subdistrict. Script. Geography Education Study Program, Department of Education Social Sciences, Faculty of Teacher Training and Educational Sciences, TadulakoUniversity. Supervisor (I) Hasan, Supervisor (II) Widyastuti.
The study was backed by the presence of street vendors in the City of Palu was recognized as economic potential which could not be considered one eye. Street vendors are able to absorb the workforce in large enough quantities as well as
The purpose of this research is to know the pattern of the spread of street vendors in the East Palu as well as how the socio-economic circumstances of street vendors in the East Palu Subdistrict of Palu City.The subject of this research is on street vendors in East Palu Subdistrict with the number of samples that used as many as 61 people street vendors. A descriptive qualitative analysis through technique and concept mapping.The research results obtained patterns spread of street vendors selling on every subdistricts of East Palu in general distribution pattern that is random distribution pattern, however when viewed in terms of the division of the street there are some roads that are in each of the subdistricts of East Palu the spread pattern street vendors clumped.Socio-economic conditions of street vendors selling on every subdistricts of East Palu is good enough,because if refers to the regional minimum wage the Palu City 2014 Rp. 1.450.000/month, average income of street vendors still belongs.
Key words: Distribution Patterns and socio-economic Conditions
ABSTRAK
Mega Andini (2015). Pemetaan sebaran Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Palu Timur, Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Pembimbing (I) Hasan, Pembimbing (II) Widyastuti.
membuat pemerintah turun tangan dalam menyelesaikan permasalahan ini. Campur tangan pemerintah dalam hal ini mempengaruhi pola kehidupan pedagang kaki lima. Sehingga diperlukan pemetaan sebaran pedagang kaki lima di Kota Palu sebagai upaya dan strategi yang akan diambil oleh pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola sebaran Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Palu Timur serta bagaimana keadaan sosial ekonomi pedagang kaki lima di Kecamatan Palu Timur Kota Palu. Subjek pada penelitian ini adalah pedagang kaki lima di Kecamatan Palu Timur dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 61 orang pedagang kaki lima. Analisis deskriptif kualitatif melalui teknik dan konsep pemetaan. Hasil penelitian diperoleh pola persebaran pedagang kaki lima yang berjualan pada setiap kelurahan di Kecamatan Palu Timur secara umum pola persebarannya yaitu pola persebaran acak, akan tetapi jika dika dilihat dari segi pembagian jalan terdapat beberapa Jalan yang ada di masing-masing Kelurahan di Kecamatan Palu Timur yaitu Pola persebaran pedagang kaki lima mengelompok. Kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima yang berjualan pada setiap kelurahan di Kecamatan Palu Timur cukup baik, karena jika mengaju pada upah minimum regional Kota Palu Tahun 2014 sebesar Rp.1.450.000/bulan, rata-rata pendapatan pedagang kaki lima masih tergolong lebih besar.
Kata Kunci: Pola Persebaran dan Kondisi Sosial Ekonomi
BAB I PENDAHULUAN
Jumlah pedagang kaki lima dari waktu kewaktu terus bertambah, hal ini
dikarena pedagang kaki lima dapat lebih mudah untuk dijumpai konsumennnya
dari pada pedagang resmi yang kebanyakan bertempat tetap. Situasi tempat dan
keramaian dapat dimanfaatkan untuk mencari rejeki halal sebagai pedagang kaki
lima (PKL), misalnya makanan dengan memanfaatkan keterampilan yang
dimiliki dapat dipakai sebagai salah satu modal untuk mencari ataupun
menambah penghasilan. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sektor
informal pedagang kaki lima (PKL) mempunyai peranan yang sangat besar untuk
meningkatkan perekonomian terutama masyarakat ekonomi lemah dan sektor
ini juga menyerap tenaga kerja yang mempunyai keahlian yang relatif minim.
Pedagang kaki lima selalu memanfaatkan tempat tempat yang senantiasa
dipandang sebagai profit misalkan pusat kota, tempat keramaian hingga
bahwa apa yang mereka lakukan adalah untuk mencari nafkah tanpa
memperdulikan hal-hal yang lain.
Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di Kota Palu diakui sebagai potensi
ekonomi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Pedagang kaki lima yang
mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar serta
menyediakan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Tetapi lain hal keberadaan
pedagang kaki lima (PKL) dianggap mengganggu keindahan dan ketertiban
lingkungan kota. Hal ini yang membuat pemerintah turun tangan dalam
menyelesaikan permasalahan ini. Campur tangan pemerintah dalam hal ini
mempengaruhi pola kehidupan pedagang kaki lima. Sehingga diperlukan
pemetaan sebaran pedagang kaki lima di Kota Palu sebagai upaya dan strategi
yang akan diambil oleh pemerintah. Sehubungan dengan latar belakang tersebut
peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pemetaan Sebaran
Pedagang kaki lima di Kecamatan Palu Timur” dengan diharapkan hasil penelitian
ini dapat bermanfaat 1) hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
pemerintah khususnya pemerintah Kotamadya Palu dalam mengatasi masalah
ketenagakerjaan dan upaya menjaga kelancaran lalu lintas serta keindahan di
sekitar Kota Palu. 2) Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pengembangan
dan pengkajian konsep-konsep tentang berbagai aspek dalam upaya
pemberdayaan ketenagakerjaan agar mampu berjalan secara optimal. 3) hasil
penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai faktor pendorong
memilih menjadi pedagang kaki lima (PKL). Sehingga pemimpin lembaga atau
institusi dapat mengambil langkah-langkah dalam hal penanganan masalah yang
ditimbulkan oleh pedagang kaki lima. 4) Diharapkan juga hasil penelitian ini
dapat menjadi rujukan penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB II METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan
deskriptif. Pendekatan deskriptif yakni sebuah bentuk penelitian yang di tujukan
untuk mendeskriptifkan fenomene fenomene yang ada. Baik fenomena alamiah
deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan
saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak
menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya
mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang
diteliti.
Populasi pada penelitian ini yaitu pedagang kaki lima yang berjualan di
Kecamatan Palu Timur berjumlah 121 orang yang tersebar di setiap Kelurahan
Besusu Barat, Besusu Tengah, Besusu Timur, Lolu Utara dan Lolu Selatan.
Penentuan sampel penelitian ini mengacu pada teori Arikunto (2006:112) yang
mengemukakan dalam pengambilan sampel penelitian, apabila subjeknya kurang
dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat di ambil antara
10%-15% dan 20%-25% atau lebih, untuk mempermudah peneliti dalam
pengambilan sampel dan juga menghemat biaya, waktu, dan tenaga, maka diambil
50% dari jumlah populasi sehingga dari hasil perhitungan jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 61 orang pedagang kaki lima.
Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan, yaitu melalui
orang-orang sebagai sumber data (informan/responden) yang dijadikan sebagai
subyek penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang diolah berupa
dokumen-dokumen maupun sumber-sumber lainnya, yang dilakukan melalui
teknik pengumpulan data. Guna mencapai tujuan penelitian, peneliti membahas
permasalahan ini dengan pendekatan kualitatif serta kajian yang bersifat deskriptif
analisis. Artinya, data, fakta, dan informasi yang terkumpul dari pengisian
kuesioner oleh masyarakat yang dijadikan sebagai sampel (responden),
pengamatan di lapangan (observation), dan analisis data sekunder (studi pustaka)
merupakan gambaran realitas yang terjadi mengenai pedagang kaki lima.
2.1.1. Observasi
Observasi dilakukan guna melihat realitas sosial yang terjadi pada
diharapkan terlihat realitas dampak keberadaan industri terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat serta memberikan gambaran mengenai lokasi penelitian
2.1.2. Kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan terhadap semua sampel penelitian dalam
bentuk pilihan. Setiap responden hanya menjawab satu kategori jawaban dari
setiap pertanyaan yang diberikan atau mengisi pertanyaan terbuka untuk
mendapatkan data tentang kondisi sosial ekonomi.
2.1.3. Dokumentasi
Teknik Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan gambar yang berkaitan dengan lokasi penelitian. Pengambilan
dokumentasi akan memperkuat data penelitian supaya lebih valid. Sehingga
penulis akan lebih mudah untuk menganalisis data dengan adanya bukti
dokumentasi.
Data yang telah diperoleh diolah sesuai dengan indikator-indikator dari
variabel penelitian dan kemudian disajikan dalam bentuk:
a. Tabulasi, yaitu penyajian data dalam bentuk tabel, meliputi tabel deskripsi
lokasi penelitian, karakteristik responden, pola persebaran pedagang kaki
lima serta tabel persentase dari jawaban responden pada setiap pertanyaan
serta tabel pendapatan responden;
b. Gambar dan diagram, yaitu menyajikan data dalam bentuk gambar dan grafik
yang inovatif sehingga mudah dibaca, meliputi gambar peta persebaran
pedagang kaki lima, diagram persentase karakteristik responden yang terdiri
dari; jenis kelamin, usia dan pendidikan. Diagram juga digunakan untuk
melihat persentase jawaban dari responden pada setiap pertanyaan
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian
3.1.1. Pola Persebaran Pedagang kaki lima di Kecamatan Palu Timur Sesuai dengan tujuan dan teknik analisis data pada metode penelitian
sebelumnya, untuk mengetahui pola persebaran pedagang kaki lima di Kecamatan
langsung tempat usaha dari masing-masing pedagang kaki lima yang ada pada
setiap Kelurahan di Kecamatan Palu Timur. Adapun persebaran pedagang kaki
lima pada setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Palu Timur seperti pada tabel
3.1 berikut ini :
Tabel 3.1. Pola Persebaran Pedagang Kaki Lima (PKL)
Kategori f Pola Persebaran
kelurahan di Kecamatan Palu Timur hanya dua jenis yaitu mengelompok dan acak
Mahasiswa Pr ogr am St udi Pendidikan Geogr afi P.IPS. FKIP UNTAD Pener bit : E-Jour nal Geo-Tadulako UNTAD
3.1.2. Persebaran Pedagang kaki lima Berdasarkan Etnis di Kecamatan Palu Timur
Hasil dari survei lapangan yang telah dilakukan menegenai persebaran
pedagang kaki lima berdasarkan etnis pada setiap kelurahan yang ada di
Kecamatan Palu Timur di dapatkan 5 etnis/suku, hal tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5. Persebaran Pedagang Kaki Lima (PKL) Berdasarkan Etnis
Kelurahan Etnis/Suku Jumlah
Berdasarkan tabel 4.5 persebaran pedagang kaki lima berdasarkan etnis
pada setiap kelurahan di Kecamatan Palu Timur yaitu di Kelurahan Besusu Barat
dari 38 pedagang kaki lima yang tersebar secara acak didapatkan 4 pedagang kaki
lima beretnis Sunda, 13 pedagang kaki lima beretnia Jawa, 2 pedagang kaki lima
beretnis Bugis, 1 pedagang kaki lima beretnis Padang dan tidak ada pedagang
secara acak terdapat 19 pedagang kaki lima yang beretnis Jawa, 1 pedagang kaki
lima yang beretnis Bugis, 1 pedagang kaki lima yang beretnis Padang serta tidak
ada pedagang kaki lima yang beretnis Padang dan Madura, untuk Kelurahan Lolu
Utara dari 23 didapatkan masing-masing 1 pedagang kaki lima yang beretnis
Bugis, Padang, Sunda dan Madura, serta 18 pedagang kaki lima beretnis Jawa, di
Bugis, 2 pedagang kaki limayang beretnis Sunda dan tidak ada pedagang kaki
lima yang beretnis Madura dan Padang. Untuk lebih jelasnya mengenai
persebaran pedagang kaki lima berdasarkan etnis/suku pada setiap kelurahan di
Kecamatan Palu Timur dapat dilihat pada peta persebaran pedagang kaki lima
Mahasiswa Pr ogr am St udi Pendidikan Geogr afi P.IPS. FKIP UNTAD
3.2. Pembahasan
Mengenai pola persebaran pedagang kaki lima di Kecamatan Palu Timur
dilatar belakangi oleh berbagai alasan. Semua itu tidak lepas dari peluang yang
ada di tempat mereka berjualan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bintarto
(1987: 75), untuk mengetahui persebaran bisa dilakukan dengan membagi pola
persebaran dalam tiga jenis. Pertama adalah yang pola mengelompok, kedua
adalah pola random atau acak, dan yang ketiga adalah pola seragam, setelah
melihat dan meniliti kondisi di lapangan peneliti mengemukakan menganai pola
persebaran pedagang kaki lima di Kecamatan Palu Timur, yaitu secara umum pola
persebarannya secar acak akan tetapi, jika dilihat dari pembagian jalan terdapat
pula bentuk pola persebaran mengelompok terjadi pada kawasan aktivitas formal
seperti pada kawasan pasar atau pusat perbelanjaan, yang selalu ramai dikunjungi
oleh masyarakat serta taman dan lapangan.
Pola penyebaran mengelompok yang terjadi di Jalan Kimaja Kelurahan
Besusu Barat, di Jalan Sultan Hasanuddin, Jalan Teratai Kelurahan Lolu Utara
dan di Jalan Monginsidi Kelurahan Lolu Selatan hal ini disebabkan oleh alasan
para pedagang kaki lima memilih lokasi berjualannya, selain pemilihan lokasi
pertimbangan pedangang lainnya adalah jarak dari tempat tinggal mereka.
Sehingga secara tidak langsung para pedagang kaki lima menerapkan sistem
konsep ruang yang dikemukakan oleh Tarigan secara relatif, selain keadaan fisik
juga diperhatikan aspek sosial ekonomi, misalnya jarak diukur secara fungsional
berdasarkan unit waktu ongkos dan usaha. Konsep ruang yang digunakan
tergantung pada masalah yang dibahas. Permasalahan sosial dan ekonomi
umumnya menggunakan konsep ruang relatif, sedangkan dalam perencanaan fisik
(terutama untuk ruang sempit) umumnya menggunakan konsep ruang absolut”.
Tarigan dalam Aziz Budianta, dkk (2011 :15).
Mengenai pesebaran pedagang kaki lima berdasarkan etnis/suku yang
berjulan pada setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Palu Timur yaitu terdapat 5
etnis pedagang Jawa, Madura, Sunda, Padang dan Bugis. Pedagang kaki lima
yang berjulan pada setiap kelutrahan yang ada di Kecamatan Palu Timur itu
pedagang yang beretnis Sunda berjumlah 8 orang, pedangan yang beretnis Bugis
berjumlah 6 orang dan pedagang yang beretnis Padang berjumlah 3 orang serta 1
orang pedagang beretnis Madura.
Para pedagang kaki lima yang berjualan di setiap Kelurahan yang ada di
Kecamatan Palu Timur itu kebanyakan dari mereka menggunakan fasilitas umum
sebagai tempat menjajakan jualannya, hal ini tentunya dapat mengganggu
aktivitas masyarakat lainnya, seperti torotoar, pinggir jalan dan fasilitas umum
lainnya. keadaan ini sesuai Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 30 Tahun 2001
Tentang Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang kaki lima menyatakan bahwa
Pedagang kaki lima adalah mereka yang didalam usahanya menggunakan sarana
dan atau perlengkapan yang mudah dibongkar pasang serta mempergunakan
tempat–tempat untuk kepentingan umum yang bukan diperuntukkan bagi tempat
usaha, atau tempat lain yang bukan miliknya.
Aktivitas Pedagang kaki lima di setiap Kelurahan yang ada di Kecamatan
Palu Timur terbilang strategis sebab lokasi berjualan berada dekat dengan
kawasan pertokoan, jasa, pusat pendidikan serta lokasi berjualan berada pada
aksesibilitas yang tinggi sehingga memberi suatu kemudahan terjadinya transaksi
dengan konsumen, pedagang kaki lima juga menempati taman kota dengan alasan
lokasi ini ramai sebab merupakan kawasan untuk berbagai kegiatan seperti olah
raga, konser dan tempat rekreasi.
Dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas pedagang kaki lima yang ada di
Kecamatan Palu Timur dapat berdampak positif dan berdampak negatif. Dampak
positif dari aktivitas pedagang kaki lima yaitu dapat memberikan kemudahan bagi
masyarakat, dimana para pedagang kaki lima menyediakan produk yang dapat
dijangkau oleh masyarakat yang tergolong menengah kebawah. Selain itu,
aktivitas para pedagang kaki lima yang berada di pinggir jalan juga memudahkan
konsumen untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan dalam hal ini makanan.
Adapun dampak negatif yang terjadi akibat dari aktivitas pedagang kaki
lima yang ada di Kecamatan Palu Timur adalah hambatan pada kecepatan
konsumen yang ingin berbelanja memarkir kendaraannya didepan pedagang
tersebut yang tentunya mengganggu kelancaran sejumlah kendaraan yang
melintasi jalan tersebut khususnya di Jalan Sultan Hasanuddin atau pintu masuk
pertokoan. Selain menganggu kelancaran lalu lintas keberadaan pedagang kaki
lima juga menimbulkan kesan kumuh dan kotor sehingga para pedagang kaki lima
cenderung tidak memperhatikan tata ruang kota.
Para pedagang kaki lima melakukan kegiatan jual beli dengan
menggunakan fasilitas umum bertujuan untuk memperoleh keuntungan sehingga
mereka dapat mengikatkan kondisi sosial ekonominya, hendaknya setiap usaha
yang dilakukan guna untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi sebaiknya tidak
merugikan anggota masyarakat lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Adi,
(1996: 20) bahwa Kondisi sosial ekonomi adalah tatanan kehidupan sosial
material maupun spiritual yang meliputi rasa keselarasan, kesusilaan, ketentraman
lahirnya dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan usaha untuk pemenuhan kebutuhan sosial lainnya yang sebaik
mungkin bagi diri sendiri keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak- hak asasi manusia serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan para pedagang kaki lima
cukup tinggi pada setiap kelurahan di Kecamatan Palu Timur, rata-rata
pendapatan pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan Besusu Barat sebesar
Rp.6.181.000 perbualannya. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang
berjualan di Kelurahan Besusu Tengah sebesar Rp. 5.850.000 perbualannya,
rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan Besusu Timur
sebesar Rp. 7.388.000 perbualannya,rata-rata pendapatan pedagang kaki lima
yang berjualandi Kelurahan Lolu Utara sebesar Rp. 7.521.000 serta rata-rata
pendapatan pedagang kaki lima yang berjualandi Kelurahan Lolu Selatan sebesar
Rp. 4.876.000. Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan upah
minimum regional Kota Palu Tahun 2014 sebesar Rp.1.450.000/bulan.
Pendapatan masyarakat antara satu sama lain berbeda-beda tergantung dari apa
Kaitan penelitian dengan pendidikan geografi sangatlah erat. Geografi
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang fenomena fisik
maupun sosial yang terjadi pada suatu wilayah dengan berbagai konsep
pendekatannya.Pada penelitian ini konsep pendekatan yag dapat digunakan dalam
kaiatanya dengan ilmu Geografi adalah konsep penggunaan lahan dan
perncanaan/penataan ruang sehinggaapa yang akan dilakukan khususnya dalam
memutuskan sebuah kebijakan yang berhubungan dengan penataan tempat
pedagang kaki lima bisa berjalan dengan baik serta dapat menciptkan tata ruang
kota yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan
Setelah hasil penelitian dan pembahasan dideskripsikan maka peneliti
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola persebaran pedagang kaki lima yang berjualan pada setiap kelurahan di
Kecamatan Palu Timur secara umum pola persebarannya yaitu pola
persebaran acak, akan tetapi jika dika dilihat dari segi pembagian jalan
terdapat beberapa Jalan yang ada di masing-masing Kelurahan di
Kecamatan Palu Timur yaitu Pola persebaran pedagang kaki lima
mengelompok.
2. Kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima yang berjualan pada setiap
kelurahan di Kecamatan Palu Timur cukup baik, rata-rata pendapatan
pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan Besusu Barat sebesar
Rp.6.181.000 perbualannya. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang
berjualan di Kelurahan Besusu Tengah sebesar Rp. 5.850.000 perbualannya,
rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualan di Kelurahan
Besusu Timur sebesar Rp. 7.388.000 perbualannya,rata-rata pendapatan
pedagang kaki lima yang berjualandi Kelurahan Lolu Utara sebesar Rp.
7.521.000 serta rata-rata pendapatan pedagang kaki lima yang berjualandi
jika dibandingkan dengan upah minimum regional Kota Palu Tahun 2014
sebesar Rp.1.450.000/bulan.
4.2. Saran
1. Bagi pedagang kaki lima hendaknya bisa taat dan mematuhi aturan
pemerintah mengenai lokasi/tempat yang diperuntukkan bagi pedagang
kaki lima serta bersikap bijak untuk membayar pajak;
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bahwa
keberadaan pedagang kaki lima yang berjualan dengan menggunakan
fasilitas umum dapat mengganggu masyarakat lainnya.
3. Bagi para peneliti yang mempunyai kepentingan yang sama dapat
dijadikan bahan kajian atau referensi penelitian selanjutnya
BAB V DAFTAR RUJUKAN
Anonimus. Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 30 Tahun 2001 Tentang Pengaturan Dan Pembinaan Pedagang kaki lima.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aziz Budianta, dkk. (2011). Perencanaan Pengembangan Wilayah. Palu: Maghza Pustaka.
Bintarto. (1984). Metode Analisa Geografi. Jakarta : Penerbit LP3S.