• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASIONALISME TAKWA.doc 48KB Jun 13 2011 06:28:15 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASIONALISME TAKWA.doc 48KB Jun 13 2011 06:28:15 AM"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

NASIONALISME TAKWA

Umat Islam saatnya untuk terbuka dan bersatu memikirkan bangsa ke depan. Turut memberikan

sumbangan –sumbangan pemikiran dan ide-ide yang berkualitas untuk merevisi nasionalisme, di antaranya memberdayakan politisi Islam dengan penuh kesadaran untuk bersatu dalam sebuah aspirasi besar. Para politisi Islam harus segera meninggalkan kerja mereka yang sepotong-potong, kerja sendiri, berkelompok dalam wadah sempit dan terpecah-pecah dalam berbagai bentuk ‘serpihan’ kecil.

Kekuatan Islam yang sebetulnya sangat besar, menjadi tidak efisien manakala kesadaran mereka untuk memberikan sumbangan besar kepada bangsa menjadi tidak terarah dan bertujuan. Tokoh-tokoh Islam semenjak lahirnya KHA Dahlan, hingga sampai Prof.H. Abdul Kahar Muzakkir, Hamka, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Muhammad Natsir , mereka cukup besar berperan melahirkan gagasan-gagasan mutakhir yang dapat memberikan sumbangsih kepada bangsa . Baik lewat ‘pintu’ politik atau pun non politik praktis , pemikiran-pemikiran besar para tokoh Islam nyatanya pernah dilahirkan dan memberikan manfaat besar kepada bangsa.

Misalnya, kita melihat betapa besar sumbangan pemikiran para tokoh Islanm ketika meletakkan dasar- negara atau kita kenal dengan Pancasila. Peran dan sumbangan islam cukup besar terhadap bangsa, dimana islam telah merelakan dan bersedia menyediakaan ‘ruang’ dan ‘waktu’ untuk sebuah tempat ‘toleransi’ Ketika saat ini, dimana krisis kebangsaan dan krisis nasionalisme mendekati titik kritis yang tergambar dalam puncak perseteruan di tingkat elit politik, antar suku dan golongan semakin meruncing. Kita sangat memerlukan adanya sebuah seruan ‘nyaring’ dari peran Islam untuk mencapai kesadaran kembali pada tujuan utamanya.

Kesadaran ini sangat memerlukan proses yang panjang, untuk membangkitkannya kembali, kendati sebetulnya memiliki keuntungan luar biasa, karena mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam. Sebagai basis Islam sudah sangat jelas, tinggal bagaimana untuk mengolah dan memprosesnya sehingga menjadi sebuah kekuatan. Proses seperti ini sangat rasional dan merupakan salah satu bentuk yang harus dilakukan bersama.

“Yang dibutuhkan Indonesia adalah sebuah moral force,” kata sejarawan UGM, Drs. Adaby Darban SU. Yaitu sebuah gerakan moral untuk melakukan pembenahan di berbagai bidang, kendati untuk itu harus melakukan tawakal kepada Allah dan berupaya kuat untuk mewujudkannya.

Umat Islam memiliki tanggungjawab moral untuk mengembangkan rahmatan lil alamin. Mempertahankan negara tidak harus berujud perang, tetapi dapat dengan jalan memakmurkan, mengadilkan,

mensejahterakan kehidupan di muka bumi. Selain itu umat Islam harus memperjuangkan kesejahteraan dan kecerdasaan bangsa. Karena Allah akan meningkatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan ke beberapa tingkat derajad. Tidak ada kata lain bagi umat islam untuk terus meningkatkan iman dan ilmu pengetahuan.

“Islam,” kata Adaby, “sudah sangat jelas memiliki ruh, yaitu sebuah konsep persatuan. jihad fi sabilillah, amar makruf nahi munkar dan membina kesejahteraan, lingkungan hidup dan termasuk mempertahankan negara.” Mempertahankan negara adalah sebuah bentuk keharusan nasionalisme karena merupakan bentuk karunia Allah.

Rakyat di bawah pimpinan para ulama, diajar oleh agamanya untuk ‘berjihad fi sabilillah’ dimana para penjajah dahulu merasakan kekalahannya. Selain itu, juga diajarkan nilai tidak mementingkan diri sendiri dan kesediaan hidup dan memberi hidup. Islam berkata: nilai ini harus dipelihara baik-baik dan dihidup-suburkan agar semua lapisan masyarakat dapat sama-sama merasakan kemakmuran hidup. Dan dimana bertemu dengan manusia yang dipengaruhi oleh nafsu tamak dan rakus dan hendak memperkaya diri dengan menumpuk harta, emas dan perak sekedar untuk dilihat dan dihitung-hitung untuk kesenangan diri sendiri dengan tidak mengacuhkan masyarakat di sekelilingnya, maka dengan tegas pula islam mencegah dan memberantas nafsu yang demikian itu, yang dalam bahasa lain lebih populer disebut dengan

kapitalisme.

Paradigma Baru

Mengapa Indonesia saat ini sangat memerlukan sebuah sumbangan besar dari Islam untuk membangun nasionalisme-nya?

(2)

Hak mermartabat, kata Masyhuri, memiliki dimensi yang luas. Bagian penting Islam dalam nasionalisme adalah martabat manusia. Tidak mungkin mengembangkan nasionalisme sendiri dengan membuat bangsa lain tidak bermartabat. “Kita tidak boleh memakmurkan bangsa sendiri dengan memiskinkan bangsa lain,” katanya.

Salah satu HAM dalam Al Quran adalah tidak boleh berpendirian nasionalisme sempit. Martabat manusia di Quran dijunjung begitu tinggi. Dengan demikian sekat-sekat kebangsaan menjadi tidak penting lagi. Islam tidak pernah mengajarkan nasionalisme sempit dimana bangsa sendiri diakui sebagai yang paling tinggi dan paling mulia. Menurut Allah manusia yang paling tinggi derajadnya adalah manusia yang paling bertakwa. “Oleh sebab itu derajad semua manusia dan semua bangsa adalah sama.” Yang membedakan satu dengan yang lain, kata Masyhuri, adalah takwa dan mulianya di depan Tuhan. “Nasionalisme semacam inilah yang dikembangkan oleh Islam.”

Indonesia pernah menjadi sebuah negara tujuan dari beberapa negara Asean, di mana Malaysia, Thailand dan beberapa negara lainnya menimba pengalaman dari Indonesia. Mereka belajar pertanian, perkebunan, kelautan dsb. Pernah suatu ketika, presiden pertama kita dulu, Ir. Soekarno, mengatakan, di negara agraris dimana rakyat sangat menggantungkan kepada hasil bumi lewat pertanian , perkebunan dimana cuaca memegang peranan penting terhadap kondisi alam dengan turunnya hujan dan adanya panas kemarau membuat kedalaman qalbu tentang adanya yang maha ‘ghaib’, makin menguatkan tumbuhnya religiusitas yang ada dalam masyarakat. Itu berbeda misalnya, dengan era industrialisasi dimana manusia merasa sudah ‘ada’ kepastian-kepastian lewat hasil-hasil industri. Misalnya, jika gelap cukup memencet tombol listrik dll. Sehingga banyak yang sudah tidak mengakui kepada tuhan lagi. Tetapi Soekarno tetap berkata,”…..bagiku sebagai Bung Karno, Tuhan ada.”

Dan yang menjadi kenyataan adalah Indonesia sekarang ini harus mengakui ketertinggalannya dengan berbagai bangsa-bangsa lain. Indonesia dengan nasionalismenya yang semakin ‘luntur’, mau tak mau harus belajar kembali dengan bangsa-bangasa yang sebelumnya sempat belajar kepada kita. Dalam berbagai krisis ini, sangat terlihat adalah kemerosotan moral religiusitas bangsa, nilai-nilai ketimuran yang identik dengan pendalaman ‘qalbu’ semakin ditinggalkan. Kendati untuk saat ini telah muncul satu kesadaran atas segala kesalahan itu selama ini, maka tidak ada kata terlambat untuk memperbaikinya kembali.

Ketika Indonesia masih dipimpin oleh sebagian besar umat Islam yang saleh, dimana konsep-konsep idenya masih sangat segar dan bersemangat yang keluar dari balik keikhlasan untuk memperjuangkan nasionalisme, sehingga pernah menjadi sebuah negara yang disegani karena beberapa pembangunannya yang cukup berhasil.

Tetapi apa yang terjadi sekarang ini, adalah terjadinya sebuah penurunan rasa nasionalisme, krisis moralitas, dsb. Sehingga yang sering terlihat muncul di permukaan adalah adanya sebuah pertarungan berbagai kepentingan, konflik horisontal, konflik antar suku dan ras, agama, sosial serta maraknya cara-cara premanisme. Dan semua itu diakibatkan karena adanya rasa nasiolisme yang sangat sempit, dengam membanggakan diri lebih baik dari yang lain, lebih unggul dibanding suku lain, lebih maju dibanding dengan golongan lain dan berbagai kebanggan sempit lainnya.

Padahal kita pernah dikenal sebagai bangsa yang mencintai tanah airnya, dimana cinta tanah air dan bangsa itu memang fitrah manusia. Nilai inipun harus dipupuk dan dipelihara. Apa kata Islam tentang nilai ini? Al Quran menjawab,” Wa ja’alnakum syu’ubanwa qabailalita’arafu.” Artinya, “Kami jadikan kamu

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bangsa, agar kamu kenal-mengenal yang menimbulkan harga-menghargai, memberi dan menerima serta tolong-menolong.”

Ayat tersebut menegaskan mengakui adanya kebangsaan. Malah lebih teliti disitu disebutkan, bahwa kebangsaan itu tidak usah melenyapkan suku-suku bangsa. Dan malah ayat itu menunjukkan hikmat Tuhan mengadakan bangsa dan suku bangsa. Yakni supaya dengan demikian terjadi kenal-mengenal dan harga-menghargai.

Ini yang kemudian ditegaskan oleh Muhammad Natsir, dengan mengatakan, perasaan kebangsaan seperti itu termasuk fitrah manusia. Islam dalam seluruh ajarannya senantiasa memperhatikan apa yang menjadi fitrah manusia. Maka tidak heran apabila kita mendengar ayat tadi dengan sengaja menegaskan bahwa bangsa-bangsa dan suku bangsa itu dijadikan untuk tujuan yang baik, yang ringkasnya bekerjasama. Dan dengan sendirinya islam memelihara cinta tanah air dan bangsa sebagai nilai yang baik dan sesuai dengan fitrah manusia.

(3)

Nilai Islam

Mohammad Natsir suatu ketika berpendapat, di Indonesia ini sebagian terbesar daripada bangsa kita jiwanya dituntun oleh wahyu Illahi yang melalui Islam. Maka sesungguhnya pilihan kita itu tidaklah sulit. “Yakni adalah logis dan praktis bahwa kita memilih wahyu Illahi yang melalui islam sebagai dasar,” kata Natsir dalam sebuah orasi debat dasar negara tahun 1957.

Selanjutnya Natsir mengatakan, menurut kenyataan yang ada di Indonesia sekarang ini, maka tidaklah dapat disangkal, bahwa adalah logis dan praktis, negara ini didasarkan atas wahyu yang melalui islam, yang menjadi sumber penggerak jiwa rakyatnya. Sehingga negara sebagai institusi akan berurat dan akan berdiri dengan teguh. Dia bahkan menegaskan, “ditilik daripada prinsip demokratisasi-pun hal ini adalah logis.” Pengalaman dari ucapan Muhammad Natsir dalam konstituante tersebut, mengingatkan kepada satu kenyataan yang ada bahwa Islam sangat kaya akan konsep-konsep yang dapat dijadikan pilar nasionalisme. Dan selama ini nilai-nilai Islam sudah tersosialisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi dalam perjalanannya telah mengalami berbagai upaya peminggiran, tekanan dan upaya lain untuk

mengecilkerdilkan peran islam yang sesungguhnya. Sehingga yang tampak adalah islam yang terkesan tidak menyejukkan.

Perjuangan islam untuk memberikan sumbangan kepada bangsa ini, telah diberikan contoh dan dipelopori kembali oleh ormas islam terbesar di Indoenesia yang mengencarkan dengan gerakan dakwah kultural. Gerakan kultural dipandang perlu digencarkan untuk memperbaiki kondisi bangsa ini. Dimana Islam telah mengalami keterdesakan dalam kancah perjuangan di jalur struktural politik legislatif dan eksekutif. Memperjuangkan Islam lewat jalur kultural, menurut pendapat Dr Kuntowidjojo, strateginya berusaha mempengaruhi perilaku sosial (cara berpikir masyarakat). Cara utama strategi kultural ialah penyadaran lewat berbagai forum, penerbitan,dakwah, lobi, media massa dan sifatnya individual (mempengaruhi perorangan).

Sementara lakon lain terus berlangsung, dan lakon baru atau perpaduan dari kedua, menjadi fenomena harapan untuk memperbaiki citra bangsa, maka pertanyaannya tentu seberapa lama waktu yang diperlukan dapat menjawab hasil mewujudkan terhadap segala perbaikan cara bernegara dan berbangsa.***

Bahan: nafi, ton, mwh dan am. Penulis: ru

Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh account representative dan modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama

[r]

Sumber Penyakit Pengetahuan mengenai sumber penyakit yang sering dapat menyebabkan ikan terserang penyakit, selain sangat membantu dalam upaya pengobatan, juga bermamfaat

Sesuai Berita Acara nomor : 07/PAN-BUKIDE/UPP.TAHUNA/I/2012 tanggal 24 Januari 2012 tentang Evaluasi Koreksi Aritmatik Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Faspel Laut

Bagi peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang berkeberatan atas penetapan ini, dapat mengajukan sanggahan secara tertulis dan disampaikan kepada Panitia Pengadaan

2012 Nomor:4SIPBJ-KUPP.Ba'alU2A12 tanggal2S Januari 2012telah melaksanakan Rapat Perhitungan Hasil Koreksi Aritmatik terhadap masing-masing Dokumen Penawaran untuk

Salah satu objek wisata alam yang terkenal di daerah Kabupaten Bandung Barat adalah Curug Cimahi. Obyek wisata ini mulai dibuka untuk umum pada tahun 1978, dengan menempati

ISI PENGUMUMAN : Diumumkan bahwa Pemenang dan Calon Pemenang 1 Pekerjaan Lanjutan Perkerasan Taxiway, Apron dan Fillet termasuk Marking Volume 12.610 M2 adalah