• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah prospek tenaga plb 13 sep 07

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "makalah prospek tenaga plb 13 sep 07"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK TENAGA KEPENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

oleh: Ishartiwi PLB-FIP

Universitas Negeri Yogyakarta

---A. Pendahuluan

Tenaga kependidikan anak berkebutuhan khusus (ABK), dilihat dari sudut

pandang profesi sama dengan tenaga kependidikan pada umumnya. Mereka

juga dikenai persyaratan profesi pendidik sama. Hal yang membedakan adalah

sasaran bidang garapan atau subyek didik bagi tenaga kependidikan ABK yaitu

individu penyandang kekhususan fisik, mental dan sosial, sementara pendidik

yang lain adalah individu normal.

Terkait dengan perbedaan subyek garapan tersebut maka membedakan pula

tindak pembelajaran guru. Guru bagi ABK harus memiliki kompetensi melakukan

pembelajaran terindividualisasikan. Hal ini karena masing-masing ABK

memerlukan program pembelajaran berbeda. Sementara itu cakupan jenis

kekhususan ABK sangat bervariasi dilihat dari jenis dan gradasinya. Kondisi

kekhususan ini merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh tenaga

kependidikan ABK.

Dilihat dari kancah atau lapangan tempat layanan ABK juga sangat

bervariasi, yaitu mencakup lembaga sekolah, keluarga dan tempat-tempat

layanan umum. Oleh karena itu tenaga kependidikan ABK harus memiliki

kesiapan untuk melaksanakan tugas di kancah manapun yang menjadi

tugasnya. Di sisi lain isi program layanan bagi ABK juga bervariasi dari program

pengembangan akademik, kemampuan adaptif dan program keterampilan kerja

bagi ABK. Dalam hal ini tenaga kependidikan ABK harus mampu menguasai

pengembangan bahan ajar bagi ABK. Tugas-tugas tersebut tercakup dalam

pelaksanaan kurikulum. Hal yang juga membedakan dengan tenaga pendidik

anak normal adalah dalam melaksanakan kurikulum tenaga pendidik ABK harus

mampu melaksanakan kurikulum plus.

Makalah disajikan dalam acara kuliah umum Jurusan PLB UNY, di Aula Regrestasi UNY, tanggal

(2)

Kurikulum plus adalah program intervensi bagi ABK untuk terapi baik fisik,

psikologis maupun sosial yang dinyatakan sebagai hambatan untuk menerima

seluruh program pendidikan.

Berdasarkan cakupan kompetensi tenaga kependidikan ABK tersebut di atas

maka program studi Pendidikan Luar Biasa (PLB) sebagai prodi penyelenggara

pendidikan pra-jabatan dan dalam jabatan bagi guru ABK berupaya memberikan

bekal pengetahuan yang komprehensif. Selam proses perkuliahanan mahasiswa

dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang pendidikan secara umum,

pengenalan terhadap peserta dididk ABK, program kekhususan, pengetahuan

psikhologi ABK dan pengetahuan dasar bidang medis yang terkait dengan

penyebab ABK. Proses perkuliahan dilakukan melalui kajian teoritik praktik

laboratorium dan praktik lapangan. Dalam hal ini diharapkan lulusan program

studi PLB memiliki kesiapan baik pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta

mental untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai tenaga

kependidikan ABK.

Fakta menunjukkan dari sisi jumlah kebutuhan tenaga kependidikan ABK

masing sangat kurang baik di Provinsi Jawa maupun di luar Jawa (wawancara

guru SLB di Banjarmasin tahun 2007, Pemerintah Kota Banjarmasin membuka

formasi guru ABK dan tidak ada pendaftar). Kondisi ini disebabkan karena

perguruan tinggi (PT) yang menghasilkan ttenaga kependidikan ABK masih

sangat terbatas. Di seluruh Indonesia baru ada sebanyak sembilan (9) PT

tersebar di delapan (8) provinsi, yaitu delapan (8) LPTK ex-IKIP dan satu (1)

universitas swasta di Jawa Barat. Terkait dengan berbagai gambaran tentang

luasnya bidang tugas tenaga Kependidikan ABK, maka uraian singkat dalam

kuliah umum ini akan memberikan gambaran tentang bagamana prospek tenaga

kepandidikan ABK dilihat dari cakupan subyek garapan dan area wilayah tempat

kerja serta sistem layanan pendidikan ABK. Wawasan ini diharapkan dapat

memberikan gambaran kepada mahasiswa terutama yang mengikuti program

pendidikan pra-jabatan tentang arah lulusan program studi PLB. Dan juga dapat

digunakan sebagai motivasi untuk mengmbangakan karier sebgai lulusan

(3)

B. BEBERAPA LANDASAN KEBIJAKAN

Tenaga kependidikan ABK sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional,

sehingga terikat juga dengan peraturan kebijakan yang berlaku secara nasional.

Meskipun ada beberapa kebijakan khusus yang mengatur tentang ABK dan

layanan pendidikannya (khusus kebijakan ABK tidak dibahas dalam makalah ini,

karena menjadi bagian penyaji laiinya). Adapun beberpa landasan kebijakan

Nasional yang penting untuk diketahui bagi semua tenaga kependidikan, anatara

lain sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar RI 1945 (hak pendidikan semua warga

negara)

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS,

(pasal 32 ayat 1, tentang Layanan Pendidikan Khusus)

3. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

4. Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (Standr kompetensi Pendidik)

5. Standar Kompetensi Guru Pemula PLB Tahun 2004 (kualifikasi

lulusan PLB)

6. Pola Pembinaan Sistem Tenaga Kependidikan: Pendidikan Luar

Biasa Tahun 2004 (Profil Lulusan PLB)

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta: Deparetemen Pendidikan Nasional.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Pendidikan

Anak Luar Biasa. Jakarta.

Selain kebijakan nasional dalam penyelenggaraan pendidikan ABK juga

dilandasai adanya komitmen dunia (global), terutama tentang hak azasi manusia

dan pendidikan untuk semua. Aplikasi dari komitmen ini dalah memberikan

(4)

dengan kemampuannya. Adapun beberpa kebijakan dunia (global) yang

mempengaruhi pendidikan ABK, antara lain:

1. Deklarasi Hak Asasi Manusia, 1948 (Declaration of Human Rights)

2. Konvensi Hak Anak, 1989 (Convention of the Rights of the Child)

3. Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua, 1990 (World

Conference on Education for All)

4. Persamaan Kesmpatan bagi Orang Berkelainan, 1993 (the

Standard Rules on the Equalization of Opportunities for Person with

Disebilities)

5. Pernyataan Salamanca tentang Pendidikan Inklusif, 1994 (the

Salamanca Steatment on Inclusive Education)

C. CAKUPAN BIDANG GARAPAN TENAGA KEPENDIDIKAN PLB

Bidang garapan PLB mencakup individu yang memerlukan layanan khusus

dalam belajar, yang secara konseptual disebut Individu with Special Needs. Di

indonesia diterjemahkan menjadi anak berkebutuhan khusus (ABK). Sebutan

secara umum adalah penyandang cacat atau anak berkelainan. Cakupan

kekhususan tersebut meliputu mereka yang memiliki kondisi kecerdasan di

bawah anak normal, dan di atas normal, serta mereka dengan kondisi

kecerdasan normal tetapi mengalami gangguan fungsi emosi, fisik dan sosial.

Adapun secara lebih terperinci tipe kekhususan mencakup:

1. Gangguan penglihatan (individu dg kebutuhan khusus) 2. Gangguan wicara dan bahasa

3. Gangguan komunikasi 4. Gangguan pendengaran 5. Gangguan perkembangan 6. Gangguan motorik

7. Gangguan kesehatan

8. Gangguan emosi dan tingkah laku

(5)

11.Autisme

12.Individu pasca kecanduan psikotropika dan penyakit kronis 13.Individu dengan multi kelainan

C. AREA LAYANAN PENDIDIKAN ABK

Berdasarkan tipe kekhususan yang menjadi subyek bidang garapan tenaga

kepandidikan PLB, maka area layanan pendidikan ABK sangat luas sesuai

dengan usia ABK baik mereka yang masih balita, usia anak-anak, remaja dan

ABK lansia. Oleh karena itu area layanan ABK meliputi sebagai berikut:

1. Pendidikan Khusus Usia Dini

2. Pendidikan Khusus Usia Sekolah (di SLB, Sekolah Umum,

Layanan Rehabilitasi)

3. Pendidikan Khusus ABK Remaja Drop Out dan Belum Sekolah

4. Pendidikan Khusus ABK Lanjut Usia

5. Pendidikan bagi orangtua ABK / Masyarakat

6. Pendidikan ABK Pasca Kecanduan Obat

7. Pendidikan ABK Pasca Sakit

8. Pendidikan Teknologi Informasi bagi ABK

9. Pendidikan Seks bagi ABK

10. Pengendalian perilaku ABK

11. Pendidikan ABK untuk Menyertai Tindakan Medis

12. Pendidikan Vokasional ABK Pasca Sekolah

D. PELUANG TENAGA KEPENDIDIKAN ABK

Untuk membahas mengenai peluang tenaga kependidikan ABK perlu

dipahami dulu mengenai sistem kelembagaan pendidikan ABK. Setidaknya ada

tiga (3) sistem kelembagaan pendidikan ABK yang di kemukaan oleh Sunardi

(1995), yaitu: 1) sistem sekolah segregatif, yaitu bentuk sekolah khusus bagi

ABK dengan satu tipe kekhusussan atau campuran, yang di sebut sekolah luar

biasa (SLB), 2) sistem sekolah mainstreaming, yaitu sekolah terpadu ABK

bersekolah di sekolah umum bersama-sama dengan anak normal, 3) sistem

(6)

diberi kesempatan secara leluasa untuk menempuh pendidikan seperti anak

normal di semua jenis sekolah, dan sekolah menyediakan program dan pendidik

sesuai dengan kebutuhan ABK. Untuk melaksanakan pendidikan inklusif ini

diperlukan perubahan tata aturan pendidikan dan perubahan masyarakat

yerhadap ABK.

Terkait dengan sistem pendidikan ABK maka menurut Pola Pembinaan

Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan PLB (2004), disebutkan tenaga

kependidikan PLB mencakup: 1) Guru Kelas di SLB , 2) Guru PLB di Sekolah

Reguler, 3) Guru Mata Pelajaran di SMLB, 4) Guru Bidang Keahlian Khusus

PLB, 4) Guru PLB Non-Persekolahan, 5) Administrator PLB, 6) Konsultan PLB

(Kualifikasi Pendidikan Magister), 7) Peneliti dan Pengembang PLB (Kualifikasi

Pendidkan Magister dan Doktor)

E. KUALIFIKASI PENDIDIK PLB

Persyaratan pendidik bidang PLB secara umum sama seperti pendidik di

sekolah normal. Kualifikasi Pendidik secara umum di atur dalam UU Nomor 14

Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen pasal 2, 8,9,10, 11, 14, 20, 34, dan 82,

juga dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

pasal 28 sd 41. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan

sertifikasi pendidik, sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani,

serta memilki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Kualifikasi

Akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi jenjang S1 atau D4. pendidik juga

herus memiliki ompetensi yang mencakup: kompetensi pedagogik, kepribadian

serta kompetensi sosial dan Profesional. Untuk menetapkan profesionalisme

pendidik sesuai peraturan tersebut pemerintah mengaturnya dengan uji

sertifikasi guru baik melalui uji portofolio maupun melalui pendidikan profesi bagi

guru dalam jabatan.

Aplikasi berbagai persyaratan umum tersebut di atas bagi lulusan PLB,

diwujudkan dalam bentuk kompetensi minimal lulusan.yang mencakup:

(7)

2. Penguasaan landasan pendidikan umum, antara lain: landasan

sosiologis, landasan medis, dan landasan yuridis landasan

kependidikan, landasan psikologis,

3. Bidang kekhususan PLB, antara lain: asesmen dan intervensi

ke-PLB-an, orientasi mobilitas, braille, bina bicara dan bahasa,

pendidikan kompetensi adaptif (bina diri, bina gerak, bina pribadi

dan sosial, bina vokasional, bina kreativitas), manajemen jejaringan

SLB dengan dunia usaha/lembaga terkait, menguasai rancangan

dan menerapkan program pembelajaran terindividualisasikan,

4. Penguasaan matapelajaran tertentu,

5. Pendidikan kewirausahaan, dan

6. Kemampuan dasar penelitian bidang PLB

F. PENUTUP

Ketenagaan bidang PLB terutama guru ABK masih sangat dibutuhkan

baik di sekolah maupun di lembaga non-persekolahan. Kebutuhan ini terkait erat

dengan variasi cakupan bidang garapan PLB. Hal ini karena belum semua

provinsi di indonesia memiliki perguruan tinggi yang menghasilkan guru PLB.

Tuntutan guru PLB dari segi kualitas tersebut sebaiknya diimbangi dengan

kualitas lulusan. Tamatan program studi PLB sebaiknya memiliki kompetensi

yang komprehensif untuk ditempatkan di lembaga sekolah maupun non-sekolah.

Selama proses pendididkan pra-jabatan sebaiknya kompetensi tersebut

dikemabngkan (program studi PLB saat ini masih cenderung meleluskan guru

PLB untuk konsumsi sekolah).

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah pwmbwnahan kurikulum

pendidikan guru PLB pra-jabatan, atau setidaknya cakupan pembenahan praktik

lapangan bagi mahasiswa PLB dikembangkan mencakup lembaga sekolah dan

non-sekolah, serta dengan sasaran ABK dari usia dini, orangtua ABK dan ABK

usia lansia serta pendidikan masyarakat. Bagi mahasiswa PLB sebaiknya mulai

menekuni profesinya ini sejak proses pendidikan dan menentukan pilihan

(8)

layanan. Kekhususan substansi bidang kajian PLB bagi mahasiswa ini penting

agar mahasiswa memiliki kelampuan yang mendalam untuk mendasari tugasny

sebagai tenaga kepandidikan ABK.

Daftar Pustaka

Crews, N.J. & Jekti Wismoady Wahono 1992. Buku Pegangan Guru untuk Anak Cacat: Bahan Seminar Regional, Pendidikan Anak Cacat: Yayasan Dwituna Rawinala. Jakarta, 22 Agustus – Oktober 1992.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan. 2004.

Pola Pembinaan Sistem Tenaga Kependidikan: Pendidikan Luar Biasa.

Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan. 2004.

Standar Kompetensi Guru Pemula Pendidikan Luar Biasa. Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

E. Mulyasa. (2007). Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Johnsen, B.H. & Skoten, M.D. 2001. Education –Special Need Education: An Introduction.Oslo: Unipub Forlag.

Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional.

Moh. Uzer Usman. (2006). Menjadi Guru Profesional.Bandung Rosdakarya. Sunardi. 2000. Pengembangan Pendidikan Luar Biasa di Indonesia: Makalah

disajikan dalam Konverensi Nasional Pendidikan, Jakarta, 19-22 September.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Referensi

Dokumen terkait

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai pedoman3. Peraturan

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Konsep dan

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri

Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor

Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor