• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN REHABILITASI KARYA BERWAWASAN LINGKUNGAN BAGI PENYANDANG CACAT | Munzayanah | Paedagogia 132 407 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN REHABILITASI KARYA BERWAWASAN LINGKUNGAN BAGI PENYANDANG CACAT | Munzayanah | Paedagogia 132 407 1 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

*Alamat korespondensi: Tirtosari No. 17, Solo, 57141, Telp. (0271) 717330, HP 081548616107

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN REHABILITASI

KARYA BERWAWASAN LINGKUNGAN BAGI

PENYANDANG CACAT

Munzayanah* dan Abdul Salim

Program Pendidikan PLB, FKIP Universitas Sebelas Maret

Abstract:

Kata kunci:

Until recently, the government faced the problems of the handicapped's labor force. The management of handling those problems is much more complex than that of normal unemployment. The complexity is indicated by the following issues: (a) vacan-cies, (b) skills mastery, (c) high requirements to get a job, and (d) the internal interference of the handicapped's conditions. Based on these facts, the program of occupational rehabilitation service is crucial. This research aims to develop a model of occupational rehabilitation service based on environment view for the handicapped people. This research is also aimed at (a) figuring out the difference of their skill mastery before and after treatment and (b) knowing the feasibility of the applied model. The model comprises of (1) screening, (2) assessing and classifying the handicapped children and environ-ment, (3) planning occupational rehabilitation program, (4) implementing the program, (5) evaluating, (6) placement and follow up. This research is conducted in Surakarta. The subjects, 20 persons who graduate from junior and senior of special schools (SLTP and SMLB), were taken purposively as sample. To collect the data, the methods of obser-vation, interview, test, and document are used. The data then were analyzed through qualitative descriptive, descriptive statistic, and non parametric statistic. The result of the research showed that (a) the model of environment based on occupational rehabi-litation was feasible; (b) there was a significant difference of the handicapped children's skill mastery before and after treatment with less than 1% error.

penyandang cacat, model layanan rehabilitasi, karya pengembangan model, berwawasan lingkungan

PENDAHULUAN

Salah satu masalah nasional yang dihadapi bangsa Indonesia dan tampak sa-ngat menonjol sejak awal tahun 1998 ada-lah masaada-lah pengangguran baik pada orang normal maupun penyandang cacat. Proyek-proyek padat karya yang dicanangkan oleh pemerintah sebagai upaya mengatasi peng-angguran, tampaknya kurang efektif, ter-utama apabila ditinjau dari aspek (a) hasil kerja, (b) kemanfaatan hasil dan (c) keman-dirian tenaga kerja, masih sangat banyak

kelemahannya dan (d) projek-projek padat karya tersebut hampir tidak dapat menyen-tuh tenaga kerja penyandang cacat (Abdul Salim, 1998).

(2)

pengu-asaan keterampilan, (c) persysaratan yang dipersyaratkan oleh dunia kerja, maupun (d) kondisi internal penyandang cacat sendiri (Warsito, dkk., 1997). Oleh karena itu pro-gram layanan rehabilitasi karya bagi pe-nyandang cacat masih harus ditingkatkan.

Program rehabilitasi karya bagi pe-nyandang cacat secara formal sudah dilak-sanakan oleh pemerintah, yaitu melalui sekolah-sekolah luar biasa (SLB) mulai dari SLB untuk anak tunanetra, tunarungu wi-cara, tunagrahita, maupun SLB untuk anak tunadaksa. Di samping itu juga dilakukan melalui pusat-pusat rehabilitasi atau panti-panti rehabilitasi sosial, misalnya Pusat Re-habilitasi Sosial Binadaksa, Panti Rehabi-litasi Sosial Binagrahita, dan sebagainya. Namun demikian, permasalahan ketenaga-kerjaan penyandang cacat masih saja mun-cul dan belum dapat ditangani secara tuntas (Ancok, 1991; Depnaker, 1994).

Banyak faktor yang menjadi kendala, di antaranya: (1) penyandang cacat memiliki keterbatasan kemampuan, sehingga me-merlukan bimbingan yang kontinyu; (2) pemberian pendidikan keterampilan kepada penyandang cacat tidak dapat hanya se-potong-sepotong, melainkan harus secara utuh; (3) selama ini pelaksanaan pendidikan keterampilan di SLB masih sepotong-sepo-tong oleh karena harus memenuhi target kurikulum dan hanya sesuai dengan jadwal pelajaran yang tersedia; (4) selama ini be-lum ada model layanan rehabilitasi karya bagi siswa SLB yang sistematik dan

; (5) kurikulum keterampilan di SLB belum berwawasan lingkungan sehingga kendala dalam pengadaan bahan baku, pe-laksanaan pendidikan serta kualitas produk belum memenuhi yang diharapkan; dan (6) pendidikan keterampilan yang ada di SLB belum banyak mempertimbangkan kemam-puan penyandang cacat secara individual, sehingga sangat sulit diterapkan di sekolah-sekolah.

Dalam rangka mencari alternatif pena-nganan masalah ketenagakerjaan penyan-dang cacat maka penelitian ini mengem-bangkan model layanan rehabilitasi karya berwawasan lingkungan, khususnya bagi

inte-grated

penyandang cacat lulusan SLB jenjang SLTPLB dan SMLB.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model rehabilitasi karya berwawasan lingkungan bagi penyan-dang cacat. Secara khusus tujuan penelitian adalah untuk: (a) mengetahui perbedaan ke-terampilan penyandang cacat antara sebe-lum dengan sesudah perlakuan; (b) menge-tahui keberjalanan model yang dikembang-kan; (c) mengetahui bentuk perlakuan pada pelatihan pembuatan asesoris dan lenan ru-mah tangga.

Dengan demikian penelitian ini lebih berorientasi pada penelitian pengembangan untuk menemukan model layanan rehabili-tasi karya berwawasan lingkungan bagi pe-nyandang cacat. Hal ini dirasa mendesak, karena berdasarkan hasil penelitian ternyata pelatihan keterampilan penyandang cacat yang tidak berwawasan lingkungan setem-pat sangat sulit dalam penemsetem-patan kerja. Umumnya mereka juga kalah bersaing da-lam bersaing di pasaran kerja. Model yang dikembangkan ini diharapkan siap disebar-luaskan di daerah lain dalam rangka meng-atasi masalah pengangguran penyandang cacat usia produktif.

Pentingnya penelitian ini antara lain: (a) ditemukan model rehabilitasi kerja bagi penyandang cacat, sebagai alternatif dalam mempersiapkan ketenagakerjaan penyan-dang cacat yang siap berkarya; (b) ditemu-kan macam keterampilan yang dapat diku-asai penyandang cacat sesuai dengan gra-dasi kecacatan dan jenis kecacatan; (c) ter-jaminnya lapangan kerja penyandang cacat sehingga terjamin pula kelangsungan pen-dapatan/penghasilannya; dan (d) tercipta-nya jaringan kerja yang saling mengun-tungkan antara penyedia bahan baku (mitra usaha) dengan penyandang cacat.

Jenis penelitian ini termasuk

pengem-bangan ( ) Model

yang dikembangkan terdiri atas komponen model. Masing-masing komponen model merupakan satu kesatuan sistem layanan

METODE PENELITIAN

(3)

rehabilitasi karya berwawasan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain-nya.

Komponen model yang dikembangkan apabila digambar menjadi Gambar 1 berikut ini.

TENAGA KERJA CACAT

POTENSIAL Asesmen dan

Klasifikasi Tenaga Kerja Cacat (2)

Perencanaan Pelatihan Intensif (3) Penjaringan

Tenaga Kerja Cacat (1)

Evaluasi (5) NAKER

CACAT DAN TERAMPIL Program

Penyaluran Naker Cacat (6)

Gambar 1. Komponen Model

Pelaksanaan Pelatihan Intensif (Teori dan

Praktek) (4)

Perencanaan pelatihan intensif. Kegi-atan ini dilakukan bersama-sama antara tim peneliti dengan tutor/pembantu peneliti, un-tuk membuat kesepakatan tentang: Perta-ma, menyusun kurikulum pelatihan/reha-bilitasi karya. Pembahasan bersama ini un-tuk membuat kesepakatan tentang: (a) isi materi pelatihan, yaitu menitikberatkan pada keterampilan membuat asesoris dan lenan rumah tangga, dengan bahan baku limbah tekstil dari pabrik tekstil; (b) penye-lesaian asesoris dan lenan rumah tangga de-ngan teknik penjahitan dan perekatan; (c) teknik menjahit dengan sistem menyam-bung, mengelim/melipit, merekat, mema-sang hiasan dengan jahit tangan dan teknik lain yang dibutuhkan; (d) bentuk garis jahit-an adalah jahitjahit-an lurus djahit-an lengkung de-ngan tingkatan kesukaran yang relatif mu-dah; (e) tempat dan waktu pelaksanaan re-habilitasi karya di SLB/C YPSLB Kerten Surakarta. Waktu pelaksanaan setiap hari antara pukul 08.00 s.d. 12.00 WIB. Lama waktu pelaksanaan selama 12 minggu mulai tanggal 2 Agustus 1999 s.d. 16 Oktober 1999, (f) Jenis asesoris dan lenan rumah tangga yang dilatihkan meliputi 15 jenis meliputi beberapa model, yaitu: (1) cempal, (2) tempat tisu kecil, (3) tutup telepon, (4) tempat koran, (5) serbet wastafel, (6)

(alas piring meja makan), (7) taplak meja hias, (8) tutup dispenser (aqua), (9) tup tempat tisue, (10) tutup kulkas, (11) tu-tup komputer, (12) alas gelas es, (13) tempat

table-mad

Yang dimaksudkan penjaringan tenaga kerja cacat di sini adalah tenaga kerja cacat usia produktif, yang dilakukan melalui pela-cakan para alumni di 7 SLB tingkat SLTP-LB atau SMSLTP-LB dan Panti Rehabilitasi Kar-ya di Surakarta Kar-yang sudah tidak melanjut-kan sekolah atau belum memiliki pekerjaan yang pasti. Jenis kecacatannya meliputi ca-cat grahita (mental subnormal), caca-cat rungu dan wicara, dan cacat daksa. Adapun krite-ria subjek penelitian meliputi: (a) usia mini-mal 18 tahun (usia produktif); (b) memiliki minat atau potensi untuk kegiatan menjahit; (c) ada kemauan untuk mengikuti pelatihan menjahit serta bersedia dan bersemangat untuk bekerja mandiri; (d) ada persetujuan dari keluarga/orangtua; (e) tempat tinggal di Kotamadya Surakarta atau perbatasan, se-hingga terjangkau dengan mudah ke tempat pelatihan.

Yang dimaksud asesmen dan klasifikasi adalah mengakses potensi dan minat pe-nyandang cacat, serta mengelompokkan-nya menurut pertimbangan: (a) jenis keca-catan; (b) hasil tes perbuatan tentang ke-mampuan awal; (c) pertimbangan kelom-pok alumni jenjang pendidikan SLTPLB dan SMLB; serta (d) potensi lingkungan tempat tinggal.

(4)

pensil, (14) tas sekolah, (15) tas santai. Ke-dua, membuat kesepakatan bersama tentang teknik pelaksanaan pelatihan, antara lain: (a) pelatihan dilaksanakan secara fleksibel, artinya secara situasional materi pelatihan dapat dirubah/modifikasi, tergantung pada kondisi penyandang cacat, ketersediaan ba-han, dan mengurangi kejenuhan penyan-dang cacat (b) waktu kunjungan tim peneliti dua kali seminggu dengan tidak terjadwal; (c) dalam setiap minggu dilakukan pemba-hasan antara peneliti dengan tutor dan pe-nyandang cacat. Ketiga, persiapan bahan dan alat bantu pelaksanaan rehabilitasi kar-ya, meliputi: (a) bahan pokok berupa limbah tekstil (perca kain) maupun bahan peleng-kap seperti macam renda, macam-macam bisban, biku-biku, benang jahit, pe-rekat kain, elastik, pita hias, pita kain, dakron atau furing busa, dan sebagainya; (b) alat-alat perlengkapan kerajinan seperti me-sin jahit, gunting kain, jarum jahit, jarum pentul, jarum tangan, pita ukuran, pengga-ris, pensil hitam dan kapur tulis; (c) model, pola dan ukuran asesoris dan lenan rumah tangga disiapkan bersama, dan Keempat, membuat kesepakatan jadwal pelaksanaan rehabilitasi karya/ pelatihan.

Pelaksanaan pelatihan keterampilan kerja disesuaikan dengan perencanaan yang disusun sebelumnya dengan lama waktu an-tara 3 sampai dengan 4 bulan, diakhiri de-ngan evaluasi. Yang paling utama dalam pelaksanaan rehabilitasi karya bagi penyan-dang cacat di sini adalah perlunya fleksibi-litas pelaksanaan sesuai dengan situasi dan kondisi penyandang cacat, bahan baku dan kemungkinan adanya kejenuhan penyan-dang cacat.

Evaluasi dimaksudkan untuk mengeta-hui kemampuan para penyandang cacat, baik kemampuan secara teoritis sederhana melalui tes tertulis, maupun kemampuan praktis keterampilan yang diperoleh selama latihan dengan melalui observasi secara sistematis. Di samping itu evaluasi juga da-pat diperoleh melalui kegiatan pelatihan se-hari-hari melalui observasi. Dari hasil eva-luasi ini diperoleh tenaga kerja cacat yang telah memiliki sikap kemandirian dan

te-rampil sesuai dengan bidang ketete-rampilan yang dilatihkan, yaitu kerajinan menjahit asesoris dan lenan rumah tangga.

Program penyaluran dimaksudkan para tenaga kerja cacat yang sudah terampil ter-sebut kemudian disalurkan ke lapangan ker-ja, dalam bentuk membuka usaha mendiri (didampingi keluarga), kelompok usaha bersama dengan dicarikan bapak angkat (pengusaha mitra) maupun dalam bentuk

.

Langkah-langkah penelitian dalam rangka pengembangan model rehabilitasi karya berwawasan lingkungan yang dalam penelitian ini dibatasi khusus dalam hal karya kerajinan menjahit asesoris dan lenan rumah tangga bagi penyandang cacat, di-tempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1) persiapan, (2) studi pendahuluan, (3) ke-giatan pra rehabilitasi, (4) pelaksanaan re-habilitasi, (5) evaluasi, dan (6) tindak lanjut. Variabel penelitian hanya melibatkan dua variabel, yaitu variabel-variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah berupa pelatihan keterampilan kerja yang berwawasan lingkungan. Sedang vari-abel terikat terdiri dari: (a) keterampilan pe-nyandang cacat pada sebelum dan sesudah pelatihan, (b) keberjalanan model yang di-kembangkan.

Macam data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu: (a) identitas dan karak-teristik penyandang cacat; (b) kondisi kelu-arga, lingkungan dan karakteristik peng-usaha calon mitra peng-usaha penyandang cacat; (c) keterampilan awal dan akhir penyan-dang cacat; dan (d) keberjalanan model yang dikembangkan.

Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meli-puti metode dokumentasi, observasi, wa-wancara mendalam, dan tes kemampuan awal dan akhir. Semua instrumen yang di-gunakan dalam penelitian ini dikembang-kan oleh peneliti yang sebelumnya di la-pangan terlebih dahulu dilakukan ujicoba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas-nya.

Metode analisis data adalah metode sta-tistik, yaitu statistik deskriptif kualitatif,

(5)

statistik deskriptif dan statistik nonparame-trik.

Jumlah penyandang cacat yang dijaring dalam penelitian ini sebanyak 134 orang dari berbagai jenis kelainan pada 7 SLB ne-geri dan swasta di Kotamadya Surakarta. Dari sejumlah subjek tersebut yang meme-nuhi syarat untuk dijadikan subjek peneli-tian sebanyak 20 orang. Dari jumlah terse-but 10 orang alumni SLB jenjang SLTPLB dan 10 orang lainnya dari jenjang SMLB. Jenis kelamin mereka 16 orang perempuan dan sisanya (4 orang) laki-laki. Usia pe-nyandang cacat yang menjadi subjek pene-litian bergerak antara 18 s.d. 27 tahun, yang seluruhnya belum bekerja. Dari 20 orang subjek sampel tersebut dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam 4 kelompok dan setiap kelompok didampingi oleh seorang pembimbing/instruktur/pembantu peneliti.

Kedua puluh orang penyandang cacat yang menjadi subjek penelitian ini berasal dari 16 keluarga. Dengan demikian ada em-pat keluarga yang subjek penelitiannya le-bih dari satu. sebagian besar keluarga pe-nyandang cacat (75%) tinggal di Kotama-dya Surakarta. Selebihnya ada yang dari Sukoharjo, Karanganyar dan Boyolali. Pada umumnya mereka berasal dari keluarga kurang mampu (87,5%) selebihnya cukup mampu. Pekerjaan orangtua, sebagian besar swasta (81,25%), selebihnya pegawai nege-ri. Semua keluarga penyandang cacat setuju bila anaknya memperoleh pelatihan kete-rampilan dan bersedia mendukung peralat-annya (mesin jahit). Pengusaha calon mitra yang sampai akhir penelitian mendukung pelaksanaan program rehabilitasi karya se-banyak 7 orang, yaitu satu orang pengusaha tekstil (Sari Warna), 4 orang pengusaha konveksi dan 2 orang penjahit.

Macam keterampilan yang dilatihkan meliputi: (1) cempal, (2) tempat tisu kecil, (3) tutup telepon, (4) tempat koran, (5) ser-bet wastafel, (6) table mat (alas piring meja makan), (7) taplak meja hias, (8) tutup dis-penser (aqua), (9) tutup tempat tissue, (10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

tutup kulkas, (11) tutup komputer, (12) alas gelas es, (13) tempat pensil, (l4) tas sekolah, (15) tas santai. Hasil analisis deskriptif (di-ketahui bahwa nilai rata-rata awal keteram-pilan penyandang cacat sebesar 95,8 se-dangkan pada nilai akhir diperoleh nilai rata-rata sebesar 117,8. Hasil analisis statis-tik nonparameterik dengan rumus

yang diguna-kan untuk mengetahui perbedaan keteram-pilan awal dengan keteramketeram-pilan akhir yang dimiliki penyandang cacat, diperoleh nilai z = -4,058 dengan P sebesar 2,480-05. Yang berarti ada perbedaan yang bermakna seca-ra statistik dengan taseca-raf kesalahan kuseca-rang dari 1% atau dengan tingkat kepercayaan le-bih dari 90%. Untuk mengetahui keberja-lanan model rehabilitasi karya yang dikem-bangkan, data diperoleh dari Kepala SLB (7 orang). Kepada mereka disodorkan 10 buah pertanyaan berkaitan dengan program reha-bilitasi karya berwawasan lingkungan kepa-da para alumninya. Hasilnya menunjukkan bahwa: (1) Dalam bidang model, seluruh-nya meseluruh-nyatakan sangat praktis dan mudah diadopsi oleh SLB; (2) dalam bidang per-siapan layanan rehabilitasi, sebanyak 71,4% menyatakan baik, sedang sisanya menyatakan cukup baik; (3) dalam bidang pelaksanaan rehabilitasi sebanyak 85,7% menyatakan baik dan sisanya menyatakan kurang; (4) dari 6 komponen model yang di-kembangkan, hampir seluruhnya dapat ber-jalan dengan baik, hanya pada komponen penyaluran, masih sebanyak 2 anak yang belum berhasil oleh karena yang bersang-kutan pindah tempat tinggal. Dengan demi-kian secara umum dapat dikatakan bahwa model telah dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil analisis data diper-oleh nilai z = -4,058 dengan P sebesar 2,480-05, berarti ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara keterampilan awal dengan keterampilan akhir para penyan-dang cacat. Nilai rata-rata keterampilan akhir penyandang cacat lebih baik (117) dari sebelumnya (95).

Sebagaimana diketahui bahwa pe-nyandang cacat meskipun mereka memi-liki kecacatan, tidak berarti kemudian tidak

(6)

memiliki kemampuan sama sekali. Di anta-ra mereka masih memiliki sisa-sisa kemam-puan yang dapat digali dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga sisa kemampuan yang semula masih berujud potensi tersebut dapat diaktualisasikan menjadi kenyataan.

Dalam penelitian ini subjek penelitian-nya adalah pepenelitian-nyandang cacat rungu dan wi-cara, penyandang cacat grahita, dan pe-nyandang cacat daksa. Pepe-nyandang cacat rungu dan wicara, memiliki potensi pada se-gi kecerdasan dan kemampuan fisik. Pe-nyandang cacat grahita, mereka secara fisik memiliki kemampuan, di samping juga da-lam batas-batas tertentu kemampuan inte-lektualnya juga dapat ditingkatkan. Pe-nyandang cacat daksa, memiliki sisa ke-mampuan fisik dan keke-mampuan intelektual yang dapat dikembangkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bah-wa pada penyandang cacat telah terjadi pe-ningkatan kemampuan khususnya pada ke-terampilannya dalam membuat asesoris dan lenan rumah tangga. Peningkatan kemam-puan penyandang cacat tersebut sangat ber-makna secara statistik. Hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa penyandang cacat memang memiliki keter-batasan kemampuan, namun dengan strate-gi perlakuan tertentu dan dalam batas-batas tertentu kemampuan mereka dapat diting-katkan (Madumma & Gudalefsky, 1997; Hallahan & Kaufman, 1998; Mercer, 1983). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan ha-sil penelitian Warsito, dkk. (1997) bahwa untuk mengatasi permasalahan ketenaga-kerjaan penyandang cacat dapat ditempuh melalui: (a) latihan keterampilan secara khusus dan profesional, (b) perlu adanya usaha jalinan kemitraan kerja, (c) usaha-usaha mandiri baik perorangan maupun ke-lompok (usaha bersama). Model rehabilita-si karya berwawasan lingkungan yang di-kembangkan dalam penelitian ini tampak-nya merupakan salah satu alternatif yang cocok untuk mengatasi permasalahan kete-nagakerjaan penyandang cacat.

Untuk penyebarluasan model yang di-kembangkan dan ternyata hasilnya baik, maka sebaiknya dilakukan hal-hal berikut:

(1) model perlu disebarluaskan ke instansi yang menangani rehabilitasi bagi penyan-dang cacat, dengan SLB sebagai motornya; (2) pelaksanaan penerapan model perlu menerapkan beberapa prinsip yang sekali-gus sebagai pendekatan sebagai berikut: (a) fleksibilitas program. Artinya, pelaksanaan rehabilitasi karya yang menerapkan model yang dikembangkan perlu fleksibel pelak-sanaannya, terutama fleksibel dalam waktu dan tempat rehabilitasi karya; (b) bertahap dan berkelanjutan. Maksudnya latihan dila-kukan secara sedikit demi sedikit, dari yang sederhana ke tingkat yang sulit, sebentar-sebentar diselingi kegiatan lain guna meng-hindari kejenuhan dan kemungkinan ada-nya kelelahan peada-nyandang cacat; (3) pe-nyandang cacat yang dikenai program seba-iknya minimal telah mengikuti pendidikan pada jenjang SL TPLB, dan lebih baik yang sudah pada jenjang SMLB; (4) ciri khas dari model rehabilitasi karya berwawasan ling-kungan adalah adanya pendekatan dengan para pengusaha calon mitra. Oleh karena itu setiap lembaga yang menerapkan model ini sebaiknya berusaha menciptakan jaringan kerjasama dengan para pengusaha khusus-nya perusahaan tekstil dan industri kera-jinan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di-simpulkan bahwa: (1) model rehabilitasi karya berwawasan lingkungan bagi penyan-dang cacat yang dikembangkan telah dapat berjalan dengan baik, dan (2) ada perbedaan yang bermakna secara statistik keterampil-an awal dengketerampil-an keterampilketerampil-an akhir penyketerampil-an- penyan-dang cacat, dengan tingkat kesalahan ku-rang dari 1%.

Berdasarkan kesimpulan penelitian, da-pat diajukan saran sebagai berikut: (1) mo-del rehabilitasi karya berwawasan ling-kungan bagi penyandang cacat ini perlu di-sebarluaskan ke instansi yang menangani rehabilitasi bagi penyandang cacat, dengan SLB sebagai motornya; (2) pelaksanaan pe-nerapan model perlu menerapkan beberapa prinsip yang sekaligus sebagai pendekatan

(7)

(a) fleksibilitas program dan (b) bertahap dan berkelanjutan; (3) penyandang cacat yang dikenai program sebaiknya minimal telah mengikuti pendidikan pada jenjang SLTPLB, dan lebih baik yang sudah pada jenjang SMLB; (4) ciri khas model rehabi-litasi karya berwawasan lingkungan adalah

adanya pendekatan dengan para pengusaha calon mitra. Oleh karena itu setiap lembaga yang menerapkan model ini sebaiknya ber-usaha menciptakan jaringan kerjasama de-ngan para pengusaha khususnya perusahaan tekstil dan industri kerajinan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Salim, Choiri. (1998). “Penelitian Masalah Kecacatan”. Sura-karta: PPRR UNS bekerjasama dengan PRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

Ancok, Djamaludin. (1991). “Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Hidup Penyandang Cacat”. Jakarta: Departemen Sosial RI.

Madumma, Ching & Gudalefsky, Adam. (1997). USA: Inter-aid.

Departemen Tenaga Kerja. (1994). “Sistem Latihan Kerja Nasional”.

Jakarta: Direktorat Pembinaan dan Penempatan Kerja Departemen Tenaga Kerja RI.

Hallahan & Kaufman. (1998). USA: Prentice Hall International Inc.

Mercer. (1983). .

Ja-karta: Sekretariat Negara.

Warsito dkk. (1997). “Sistem dan Pola Pendekatan Penyaluran Kerja”. , Surakarta: PPRR UNS.

Laporan Penelitian.

Makalah Seminar.

Education for Exeptional.

Makalah Seminar.

Exeptional Children.

Learning Disabilities, Theories Diagnosis and Teaching Strategies

Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.

Gambar

Gambar 1. Komponen Model

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang telah dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mamuju belum maksimal dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pengembangan

Pemilihan mikroorganisme biasanya didasarkan pada jenis substrat (bahan) yang digunakan sebagai medium, misalnya untuk menghasilkan etanol digunakan khamir

Leal dan Coppen (1996) menjelaskan tujuan program pemuliaan nenas untuk buah segar adalah jumlah tunas akar tidak lebih dari dua tunas, umur panen lebih singkat,

Bila organisasi tidak memahami kualitas dan karakteristik dari suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan, maka kita tidak dapat memilih calon karyawan yang tepat untuk pekerjaan

Penegakan hukum terhadap korupsi – dalam hal putusan (vonis) hakim – tidak dapat dilepaskan dengan adanya faktor-faktor yang menentukan dalam proses penangannya di pengadilan,

maupun wide-area network (WAN), banyak komputer terhubung satu dengan lainnya untuk melayani user..  Dalam hal pelayanan

Perlakuan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, tinggi bunga, bobot bunga

Meskipun pola reaksi yang paling umum dari molekul oksigen dengan kompleks logam transisi adalah oksidasi, yaitu ekstraksi elektron dari logam (atau