BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya. Bagian ini merupakan intisari dari hasil penelitian, jawaban dari
apa yang dipersoalkan dari penelitian dan temuan hasil penelitian.
A. KESIMPULAN
Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah pemilu legislatif yang paling banyak
mengahadirkan kaum perempuan. Terkhusus ketika ada kebijakan afirmatif dan kuota
30% melalui beberapa pasal dalam UU No 2 Tahun 2008 tentang partai politik yang
mengakomodir 30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan
partai politik dan kepengurusan partai politik. Demikian pula pada pasal 53 dan pasal
55 UU No 10 Tahun 2008, ditentukan minimal 30%keanggotaan perempuan di
parlemen. Hadirnya UU ini merupakan jaminan bagi perempuan yang tertarik di
bidang politik. Keharusan bagi setiap partai untuk melibatkan pempuan sebagai
kebijakan affirmatif, mengharuskan partai untuk memenuhi ketentuan UU sehingga
mereka boleh lolos verifikasi dan bersaing dalam pemilu legislatif.
Keterwakilan perempuan adalah harapan dari perubahan wajah politik di
Indonesia. Rekruitmen politik yang dilakukan kepada perempuan dalam pemenuhan
kuota 30% dan terlaksananya UU politik yang menjamin keterwakilan perempuan
dalam politik pada dasarnya adalah hasil dari perjuangan politik perempuan yang
politik inilah kemudian yang direspon oleh perempuan di Kelurahan Tewah
kabupaten Gunung mas pada Pemilu Legislatif tahun 2009.
Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kelurahan Tewah, 11 orang perempuan
ikut menjadi caleg perempuan yang turut “bersaing” mendapatkan kursi legislatif untuk tingkat Kabupaten Gunung Mas dan tidak satupun dari mereka yang lolos.
Rekruitmen politik yang mendadak, peluang yang tidak dimanfaatkan dengam
maksimal dan perolehan suara yang minim adalah faktor yang menyebabkan merega
gagal meraih kursi legislatif. Ketika mereka direkrut hanya untuk memenuhi
ketentuan UU dan persyaratan partai sebagai peserta pemilu, maka keterwakilan
mereka hanyalah sebagai pelengkap dari kepentingan politik orang lain. Keterwakilan
mereka bukanlah keterwakilan yang merepresentasikan politik perempuan yang
mengusung tujuan dari politik perempuan yang mewakili kepentingan perempuan
dalam kualitas politik. Meskipun Pemilu legislatif 2009 memberikan banyak peluang,
namun jika tidak ditangkap secara maksimal, maka peluang itu tidak akan memberi
keuntungan. Perolehan suara adalah final dari proses pencalonan diri, maka ketika
para caleg perempuan di Kelurahan Tewah tidak memenuhi target suara, mereka
tidak akan lolos.
Berkaitan dengan realitas yang ada, mengenai perempuan dan politik di
Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas.
Beberapa hal yang disebutkan diatas sebagai faktor penyebabab kegagalan mereka,
menggambarkan keterwakilan politik perempuan di tempat ini belum
mengimplementasikan perwakilan politik yang sebenarnya. Peluang politik yang
dimanfaatkan secara maksimal. Ketika mereka memiliki motivasi politik yang belum
jelas, mengikuti Pemilu Legislatif adalah untuk coba-coba berpolitik, sebagai
pelengkap syarat, berharap dengan kehadiran sebagai caleg perempuan, kandidat
yang sukses, maka tidaklah selaras dengan teori perwakilan politik itu sendiri.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Lovenduski, bahwa perwakilan politik sebuah
kelompok dapat dipahami sebagai kehadiran dari anggota-anggota kelompok tersebut
dalam lembaga-lembaga politik formal. Teorinya, pada tingkat yang paling
sederhana, adalah para wakil itu bertindak demi kelompok yang mereka wakili. Para
wakil memiliki dorongan untuk mewakili kepentingan mereka. Maka ketika
representasi politik itu adalah mengabaikan kepentingan dari kelompok yang mereka
wakili, maka perwakilan politik yang diimplementasikan tidaklah senada dengan teori
perwakilan politik sebuah kelompok.
Proses politik yang diikuti para perempuan yang menjadi caleg di Kelurahan
Tewah, adalah gambaran perjuangan politik dalam pemberdayaan representasi
perempuan di bidang politik yang harus terus dibenahi dan diperjuangkan, demi
kesuksesan dari perjuangan kesetaraan. Kegagalan politik yang dialami para caleg
perempuan di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah masalah
dalam representasi politik perempuan. Persoalan ini terjadi karena para caleg
perempuan ini memang sejak awal menyadari akan keterbatasan mereka untuk
bersaing, dan mereka pun gagal. Seperti yang dikatakan oleh Chusnul Mar‟iyyah yang melihat politik sebagai power yang juga dapat dilihat dalam arti ability
(kemampuan), capacity (kecakapan), faculty (kemampuan), potential (kesanggupan),
pengertian ini yang masih minim dimiliki para caleg perempuan di tempat ini sebagai
bentuk kesiapan politik mereka.
Kegagalan para caleg perempuan di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif
Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas adalah pembelajaran politik yang baik bagi
perempuan yang akan berpartisipasi secara aktif di bidang politik bahkan sebagai
caleg perempuan pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 yang akan datang. Pengalaman
partisipasi dan kegagalan yang dialami para caleg perempuan di Kelurahan Tewah
memberikan pembelajaran bahkan penyadaran bagi perempuan yang berpolitik.
Sehingga representasi perempuan dalam perwakilan politik perempuan tidaklah
representasi yang mengabaikan kesiapan politik. Representasi politik perempuan
adalah representasi yang berkualitas, dan siap untuk bersaing meraih tujuan politik.
Hadir sebagai figur yang memiliki karisma politik yang memiliki power politik.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa saran yang ingin
disampaikan oleh penulis dalam kepentingan studi mengenai perempuan dan politik,
khususnya berkenaan dengan Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada
Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas. Seperti berikut ini :
1. Bagi para caleg perempuan di Kelurahan Tewah yang telah gagal pada Pemilu
Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, dan masih memiliki niat
untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi pada Pemilu Legislatif Tahun
2014 yang akan datang dengan mencalonkan diri kembali, maka harus
masyarakat, mengikuti kegiatan partai yang akan dipergunakan sebagai
sarana politik secara aktif, dan mengadakan sosialisasi yang baik dengan
warga masyarakat. Mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan
hal-hal yang berguna bagi representasi politik yang akan dijalani.
2. Bagi para perempuan yang baru akan memulai aksi politik bahkan berniat
berpartisipasi sebagai caleg perempuan pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 di
Kabupaten Gunung Mas yang akan datang, maka semenjak dini harus
mempersiapkan diri secara matang. Pengalaman para caleg perempuan yang
telah gagal pada pemilu sebelumnya, hendaknya dapat dijadikan
pembelajaran politik yang baik. Dari kondisi perempuan dan politik yang
mengalami kegagalan hendaknya menjadi penyemangat yang dapat
memperbaiki kualitas politik perempuan di Kelurahan Tewah. Sehingga ke
depannya representasi politik yang dilakukan adalah perwakilan politik
perempuan yang memiliki power politik.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Mas, disarankan untuk membuat
program-program bagi pemberdayaan perempuan khususnya di bidang
politik. Program bagi Perempuan pada umumnya di seluruh Kabupaten
Gunung Mas dan secara khusus Perempuan di Tewah. Dengan adanya
program pemberdayaan perempuan di bidang politik diharapkan menjadi
wawasan dan pembelajaran politik bagi perempuan di daerah ini dalam
menghadapi Pemilu Legislatif 2014. Diharapkan dalam program
pemberdayaan politik bagi perempuan dilibatkan pihak laki-laki, guna
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapakan sedapat mungkin melakukan
pengembangan penelitian mengenai kondisi perempuan dan politik di
Kelurahan Tewah. Karena penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan
tentunya akan menguak banyak realitas yang belum ditangkap dalam
penelitian kali ini. Studi mengenai perempuan dan politik khususnya di
Kelurahan Tewah akan memberikan pengembangan pengetahuan bagi
perempuan di tempat ini secara khusus, yang diharapkan banyak memberikan
kontribusi dalam pengetahuan perempuan dan politik, guna representasi