• Tidak ada hasil yang ditemukan

J00847

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " J00847"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN WEB-BASED INSTRUCTIONAL AUTHORING TOOLS DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING

Mawardi mawardiu@gmail.com

Program Studi PGSD – FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ABSTRAK

Web-based authoring tools merupakan perangkat lunak yang sangat penting perannnya dalam mendesain pembelajaran berbasis e-learning. Perangkat lunak ini memiliki kemampuan untuk membuat, mengedit, review, konten pembelajaran dan mengintegrasikan dengan strategi pembelajaran dan teknologi penyampaian materi (delivery technology) yang sesuai. Authoring tools dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: 1) CD-ROM-based authoring tools, 2) Web-based authoring tools, 3) Course Management System/Learning Management System, 4) Learning Content Management System. CD-ROM-based authoring tools, dikenal sebagai multimedia authoring tools yang digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran. Web-based authoring tools merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk pengembangan media pembelajaran berbasis web. Course Management System (CMS) atau Learning Management System (LMS) merupakan perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk mendesain pembelajaran berbasis online delivery. Learning Content Management System (LCMS) merupakan perangkat lunak yang lebih menekankan pada kemampuan untuk mengelola konten dengan cara memberikan akses pengguna untuk memodifikasi obyek dan mengelola pembelajaran lebih lanjut dibandingkan LMS. Rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih web-based authoring tools, yaitu: 1) fitur perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan siswa dan sekolah, 2) fiturnya suport dengan teknologi internet yang mutakhir, 3) perangkat lunak tersebut direkomendasikan oleh para pakar e-learning dan berdasarkan hasil penelitian.

Kata kunci: web-based instructional authoring tools, pengembangan pembelajaran, e-learning

PENDAHULUAN

Berkaitan dengan terminologi pembelajara berbasis e-learning, Smaldino (2005:34), mengatakan bahwa e-learning merupakan desain penyampaian konten pembelajaran atau pengalaman belajar secara elektronik mengunakan media berbasis komputer. E-learning tidak sekedar meng-upload bahan ajar ke internet atau membaca konten pembelajaran dari internet, tetapi lebih merupakan rekontektualisasi dan rekonseptualisasi proses pembelajaran ke dalam paradigma baru, pedagogi digital. Pradigma ini memiliki implikasi pada perubahan kultur pembelajaran konvensional ke kultur e-learning.

(2)

bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah pemanfaatan teknologi internet. E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat kita catat beberapa filosofis e-learning berikut: 1) e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online; 2) e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional, sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi; dan 3) e-learning tidak ber-arti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan konten dan pengembangan teknologi pendidikan. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Pandangan Smaldino dan Rosenberg memberikan gambaran secara tersirat bahwa dalam mengembangkan e-learning perlu diperhatihan hal-hal berikut: 1) mendesain pembelajaran berbasis e-learning bukan sekedar mengunggah materi dalam portal internet, tetapi didasari oleh pradigma dan kultur pembelajaran era digital. Maknanya bahwa para pengembang pembelajaran berbasis e-learning harus memahami secara utuh model pedagogis yang mendasari rancangannya dan mengkonversinya secara digital. 2) Tujuan utama pembelajaran berbasis e-learning diarahkan dalam rangka meningkatkan kompetensi belajar siswa. Pernyataan ini membawa konsekuensi bahwa dalam mengembangkan pembelajaran berbasis e-learning perlu mempertimbangkan authoring tools atau perangkat lunak yang secara potensial mampu memfasilitasi siswa untuk belajar lebih bermakna. Oleh karena itu pemilihan perangkat lunak merupakan langkah awal yang sangat penting.

WEB-BASED INSTRUCTIONAL AUTHORING TOOLS

(3)

dapat digunakan tanpa bahasa pemrograman dan dapat digunakan oleh desainer atau pengajar dengan cepat.

Berking (2013: 6) menjelaskan bahwa authoring tools merupakan aplikasi perangkat lunak yang digunakan untuk mengembangkan produk pembelajaran berbasis e-learning.

Perangkat lunak ini memiliki kemampuan untuk membuat, mengedit, review, tes, dan mengkonfigurasi e-learning. Secara lebih luas, software ini dapat digunakan untuk merancang pembelajaran dan pelatihan dengan mengintegrasikan strategi pembelajaran dan teknologi penyampaian materi (delivery technology) yang sesuai. Authoring tools juga memungkinkan penyebarluasan materi pembelajaran secara online dengan biaya lebih murah. Dewasa ini software authoring tools telah banyak tersedia. Semuanya menawarkan kemudahan untuk mengembangkan konten digital untuk mendukung e-learning. Authoring tool dalam pembelajaran berbasis web disebut juga e-learning authoring tool atau e-learning authoring software.

E-learning authoring tool memungkinkan pengajara untuk mengembangkan konten digital berbasis hypertext dan hypermedia. Pengajar juga dapat menggunakan kembali file digital yang sudah digunakan dari suatu mata pelajaran untuk mengembangkan mata pelajaran lainnya. Authoring tool dibutuhkan untuk dapat mengembangkan konten digital yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat mengikuti dinamika perubahan sistem pembelajaran (custom conten). Dengan menggunakan authoring tool, konten digital dapat di delivery dalam berbagai macam variasi bentuk publikasi seperti CD, LMS, HTML, Zip, PodCast sehingga lebih meluas jangkauannya. Selain itu, pengajar juga dapat mengembangkan konten pembelajaran secara cepat dengan tingkat interactivity sehingga mempercepat pemahaman siswa tehadap topik yang dibahas. Dabbagh & Bannan-Ritland (2005: 275) menjelaskan bahwa semua web-based instruction authoring tool memiliki karakteristik umum berikut. 1) Memiliki fitur antara muka (interface) dengan menu drop-down dan toolbars. 2) Memiliki kapasitas hypermedia-linkage dan kontrol navigasi. 3) Memiliki kemampuan memonitor perkembangan belajar siswa/mahasiswa selama proses pembelajaran berlangung, dengan cara mode toggling between an author and user mode. 4) Memiliki kemampuan untuk lebih fokus pada desain pembelajaran yang telah dirancang daripada fokus pada fitur-fitur teknologinya. 5) Mampu mengintegrasikan elemen multimedia, seperti gambar, suara dan video. 6) Memilki fitur impor dan ekspor file dan gambar k berbagai sistem. 7) Tampilan nyaman untuk dilihat. 8) Memiliki fungsi editing seperti mengkopi, menempel (paste), moving, inserting, dan menghapus elemen e-learning, dan 9) Memiliki kemampuan untuk menampilkan informasi dalam berbagai format, seperti format linier, non linier, option controlled.

Pengelompokan Authoring Tools

(4)

software graphic design dan software pemrograman HTML untuk membuat konten multimedia interaktif. Sedangkan Bannan-Ritland (2005:288) mengelompokkan authoring tool berdasarkan perkembangan fitur-fiturnya menjadi empat kelas, yaitu: 1) CD-ROM-based authoring tools, 2) Web-based authoring tools, 3) Course Management System / Learning Management System, 4) Learning Content Management System. CD-ROM-based authoring tools, kemudian dikenal juga sebagai multimedia authoring tools merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk mengembangkan media pembelajaran.

Dilihat dari perspektif desain media pembelajaran, multimedia authoring tools merupakan perangkat yang mula-mula digunkan untuk pengembangan desain pembelajaran berbasis komputer (Computer-based Instruction, CBI). Contoh multimedia authoring tools diantaranya adalah: Hypercard, Multimedia Authorware, ToolBook II, Director. Web-based authoring tools merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk pengembangan media pembelajaran berbasis web (Web-based Instruction, WBI) pada perkembangan awalnya. Contohnya: FrontPage, Dreamweaver, Claris HomePage, HomeSite).

Course Management System(CMS) / Learning Management System (LMS) merupakan perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk mendesain pembelajaran berbasis online delivery. Perangkat lunak ini merupakan evolusi dari Web-based authoring tools seperti FrontPage. Perkembangannya terlihat bahwa CMS/LMS dapat memfasilitasi migrasi pembelajaran face-to-face ke pembelajaran yang berbasis web secara penuh (full online). Ini jelas berbeda dengan FrontPage yang belum bersifat “one stop, one shop”, artinya masih memerlukan pengintegrasian dengan perangkat lunak lain untuk mengembangkan pembelajaran online. Dewasa ini sudah banyak authoring tools CMS/LMS yang bersifat komersial maupun open source (bisa diunduh secara gratis). Contohnya: 1) CMS/LMS komersial: WebCT, TopClass, Virtual-U, ANGEL Learning, ApexLaerning, Blackboard, dan lain-lain., 2) CMS/LMS open source: Atutor, Moodle, Claroline, LON-CAPA, DotLRN, dan lain-lain.

(5)

Learning Content Management System (LCMS)

LMS/CMS

Web-based Authoring Tools

[image:5.595.173.466.66.328.2]

CD-ROM-based authoring tools

Gambar 1. Four Classes Of Authoring Tools (Bannan-Ritland (2005:288)

(6)

Fungsi pertama, pengelolaan lingkungan pembelajaran e-learning secara umum, misalnya pendaftaran matakuliah, registrasi pengguna dan pembuatan akun merupakan fungsi Learning Management System (LMS). Pengelolaan sistem ini umumnya dilakukan oleh seorang administrator sistem. Fungsi yang kedua, pengelolaan matapelajaran/matapelatihan seperti peserta kelas, penataan topik pembelajaran, sistem penilaian, pengelolaan tugas dan lain-lain merupakan fungsi Course Management System (CMS). Fungsi pengelolaan matapelajaran dilakukan oleh pengajar (course creator). Jadi penggabungan akronim tersebut memiliki dasar yang kuat.

PEMILIHAN LCMS SEBAGAI AUTHORING TOOLS DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING

Pada bagian pengelompokkan authoring tools telah disampaikan bahwa dalam pembelajaran berbasis e-learning atau pembelajaran berbasis web (web-based instruction), perangkat lunak yang digunakan adalah LMS / CMS (LCMS). Dalam dunia pembelajaran berbasis e-learning, telah banyak tersedia LCMS. Pertanyaan mendasar berkaitan dengan berbagai pilihan tersebut adalah: LCMS yang manakah yang paling baik untuk digunakan dalam mengembangkan pembelajaran berbasis e-learning?. Tentu tidak mudah menjawab pertanyaan tersebut secara angsung, mengingat luasnya faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh pengembang atau guru. Namun demikian sebagai bahan pertimbangan, rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai acuan. Pertama, pastikan bahwa rencana pembelajaran berbasis e-learning yang akan dikembangkan didasarkan pada kebutuhan siswa dan sekolah.

Kebutuhan siswa, terutama berkaitan dengan upaya memperbaiki proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan pertimbangan kebutuhan siswa ini memberikan gambaran LCMS mana yang memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja pembeajaran. Kebutuhan sekolah, terutama berkaitan dengan biaya, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Sekolah yang memiliki daya dukung biaya, sarana dan prasarana yang memadai, tentu saja dapat memilih LCMS yang komersial, karena lebih stabil interaksi antar mukanya. Sekolah yang memiliki biaya dan sarana yang kurang memadai, lebih baik memilih LCMS yang open source. Tabel 1 berikut memaparkan jenis LCMS yang sudah ada dipasaran, baik yang komersial maupun yang open source.

Tabel 1

Macam-macam LCMS komersial maupun open source

NO LCMS komersial LCMS open source

1 ANGEL Learning Atutor

2 ApexLearning Claroline

3 Blackboard Dokeos

4 Desire2Learn dotLRN

5 eCollege, eFront

(7)

Kedua, kenali fitur-fitur utama yang terdapat dalam LCMS yang telah dinominasikan untuk dipilih. Baik yang komersial maupun yang open source, kenali fitur-fitur utama berikut: 1) fitur dalam LCMS tersebut suport dengan teknologi internet yang mutakhir, 2) fitur teknologi dalam sistem LCMS tersebut bersifat open system, 3) fitur-fiturnya navigasinya mudah digunakan, 4) memiliki konten yang dinamis, 5) tersedia fitur untuk mengembangkan pembelajaran yang aktif dan kolaboratif, 6) memiliki fitur khusus untuk administrator, guru (course creator) dan siswa, 7) telah tertanam (embedded) perangkat e-mail, chatting, forum diskusi dan fitur grup, 8) dapat diandalkan sebagai alat utama dalam pembelajaran berbasis e-learning di sekolah.

Ketiga, mengkaji literatur dan hasil penelitian tentang web-basedauthoring tools yang dapat mengarahkan pemilihan LCMS yang tepat. Berikut berbagai acuan literatur dan hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai panduan.

1) Kriteria pemilihan LCMS sebagai software pembelajaran menurut Pujiriyanto (2012:129) merupakan keputusan pedagogis yang penting, bukan sekedar preferensi atau menurut intuisi pengajar. Pemilihan software pembelajaran hendaknya memperhatikan : a) kesesuaiannya dengan kurikulum, b) kesesuaian dengan model pedagogis yang dikembangkan, dan c) ditinjau terlebih dahulu oleh pengajar dan institusi pendidikan yang bersangkutan. Sementara Dabbagh & Bannan-Ritland (2005:300) menyatakan bahwa pemilihan LCMS sebaiknya berdasarkan teknologi LCMS yang telah familier dengan lingkungan institusi pendidikan penyelenggara. Bukan berdasarkan pada fitur-fitur yang tersedia. 2) Romi Satria Wahono (2008) dalam situsnya www.romisatriawahono.net (diakses

tgl 19 januari 2013) menulis tentang memilih sistem e-learning berbasis open source. Tulisan tersebut berisi rambu-rambu pemilihan LCMS disesuaikan dengan kebutuhan di sekolah dan universitas masing-masing. LCMS dengan fiturnya terlalu sederhana mungkin tidak mencukupi untuk sekolah atau universitas yang ingin menerapkan e-learning secara penuh. Di lain pihak LCMS yang kompleks dan fiturnya banyak belum tentu sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan. Beberapa sekolah dan universitas bahkan ada yang tercukupi hanya dengan menggunakan LCMS blog semacam wordpress. Sekali lagi jangan mengejar teknologi, tetapi pilih yang sesuai untuk memecahkan masalah yang ada.

7 Learn.com Freestyle Learning

8 Meridian KSI KEWL.nextgen

9 NetDimensions LON-CAPA

10 Open Learning Environment (OLE)

MOODLE OLAT

11 Saba Software Spaghetti Learning

(8)

3) Empy Effendi dan Hartono Zhuang (2005:94) menjelaskan bahwa beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih perangkat lunak dalam mengembangkan e-learning. Pilihlah perangkat lunak yang memungkinkan aspek-aspek e-learning seperti aspek tampilan, akses, interaksi, desain pembelajaran, dan kontrol navigasi terakomodir dengan baik.

Komponen tampilan, umumnya berkaitan dengan background atau latar belakang laman portal, tampilan gambar, foto, audio, video ataupun animasi. Upayakan tampilan menarik secara visual, tetapi jangan sampai mengganggu konsentrasi pembelajar. Untuk latar belakang, pilih gambar, foto atau animasi yang halus dan warna yang tidak terlalu kuat atau mencolok agar tidak mengganggu tulisan materi pembelajaran. Warna yang kuat akan membuat silau dan melelahkan mata. Apabila latar belakakng laman materi dilengkapi dengan grafik, perlu dibuat berwarna yang menarik. Untuk menambah kesan dekat dengan dunia nyata, dapat ditambahkan foto sehingga akan memberikan kesan pengalaman otentik. Kesan mendalam dan natural terhadap materi pelatihan dapat ditimbulkan oleh suara baik musik, suara narator atau original sound. Untuk memberikan hasil terbaik, dapat menggunakan video karena video akan memberikan gambar hidup yang menampilkan kondisi nyata materi yang dipelajari, menampilkan animasi, suara, musik dan original sound sekaligus.

Komponen akses berkaitan dengan kemudahan dalam mengakses perkuliahan, kemudahan pengoperasian program perkuliahan dan juga penggunaan bahasa yang dapat dipahami. Komponen interaksi atau hubungan timbal balik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran atau pelatihan, baik interaksi antara fasilitator dengan peserta maupun peserta dengan peserta. Interaksi akan memudahkan penguasaan terhadap materi yang dipelajari serta memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga peserta tidak bosan. Interaksi dalam e-learning dapat dibuat dengan berbagai variasi tampilan dan kegiatan bagi pembelajar sehingga pembelajar dapat melakukan respon, inisiatif, bertanya, bahkan sharing pengalaman dengan peserta lain. Misalnya chatting, message, forum diskusi dan fitur-fitur untuk memberikan balikan pada mahasiswa berkaitan dengan skor (grade) terhadap kuis, tugas (assignment)dan lain-lain.

Komponen desain pembelajaran berkaitan dengan penataan materi pembelajaran. Materi hendaknya ditata semenarik mungkin dengan memperhatikan kaidah-kaidah pengembangan materi. Misalnya kesesuaianya dengan tujuan pembelajaran, metode, media, alokasi waktu dan karakteristik mahasiswa. Materi juga diupayakan dapat memancing motivasi dan keaktifan belajar mahasiswa. Demikian juga perlu dirancang agar dapat meminimalisir ketidakjujuran mahasiswa dalam pembelajaran (bila memungkinkan perlu di-instal fitur plagiarism checking.

(9)

Agar mahasiswa dapat mengontrol kecepatan belajarnya sendiri sesuai urutan materi yang harus dipelajari ataupun tugas-tugas yang harus dikerjakan, perlu diperhatikan penataan menu utama, sub menu dan direktori yang sistematis. Demikian juga panel navigasi atau user interface, dalam menyajikan suatu topik atau pokok bahasan, harus ada panel untuk mengontrol maju mundurnya halaman. Materi harus dilengkapi pula dengan tombol panel dimana peserta akan berhenti sementara dan keluar dari pembelajaran kapanpun. Tombol Help, akan menolong mahasiswa apabila tidak mengetahui tombol yang harus ditekan dengan melihat menu help atau pertolongan dengan menekan tombol help atau tanda tanya.

4) Penelitian dari Graf dan List (2005) yang dibiayai oleh European Social Fund (ESF) tentang evaluasi dan komparasi LCMS berbasis open source menarik untuk dicermati dalam rangka memilih web-based authoring tools. Graf menggunakan satu metode evaluasi produk software bernama QWS (Qualitative Weight and Sum).QWS menghitung bobot (weight) menggunakan enam simbol kualitatif berdasarkan tingkat kepentingannya (importance level). Simbol-simbol kalau diurutkan dari yang paling penting: E (Essential), * (Extremely Valuable), # (Very Valuable), + (Valuable), | (Marginally Valuable), 0 (Not Valuable). Ada 8 kategori yang dievaluasi yaitu: Communication Tools, Learning Objects, Management of User Data, Usability, Adaptation, Tehnical Aspect, Administration dan Course Management. Masing-masing kategori memiliki subkategori, misalnya di Communication Tools akan dilihat fiturForum, Char, Mail/Message, Announcements, Conferences, Collaboration, dan Synchronous/Asynchronous Tools. Hasilnya adalah bahwa secara umum LCMS Moodle menempati urutan pertama, terutama di kategori Communication Tools, Learning Objects, Management of User Data, Usability, dan Adaptation. Dokeos di urutan kedua, sedangkan urutan ketiga adalah Atutor, LON-CAPA, Spaghettilearning. Sementara dotLRN ada di posisi terakhir.

Berdasarkan hasil penelitian Sabine Graf dan Beate List (2005), terbukti bahwa LCMS Moodle termasuk yang terbaik secara kelengkapan fitur dibandingkan dengan software LCMS lain. Tercatat lebih dari tiga puluh ribu institusi pendidikan menggunakan LCMS Moodle sebagai engine dasar e-learning mereka. Termasuk sebagian besar Sekolah dan Universitas di Indonesia menggunakan LCMS Moodle. Salah satu yang menarik di Moodle adalah proses customization yang relatif tidak merepotkan, bahkan meskipun kita tidak memahami skill pemrograman dengan baik. Template dan theme yang disediakan juga banyak, dan mendukung 40 bahasa termasuk bahasa Indonesia. Fitur

“Lesson” Moodle juga menarik dan tidak ada di LCMS lain. Fitur “Lesson” ini

(10)

Mengacu pandangan Dabbagh & Bannan-Ritland,Romi Satria Wahono, dan hasil penelitian Graf & List yang telah diuraikan di atas, maka LCMS Moodle merupakan pilihan yang dapat tepat. Pertimbangannya adalah: 1) LCMS Moodle sudah familier di kalangan institusi pendidikan di Indonesia, 2) tersedia dalam bahasa Indonesia, sehingga memu-dahkan dosen, mahasiswa dan staff admin untuk mengakses dan mengelolanya, 3) proses customization yang relatif tidak merepotkan, bahkan meskipun kita tidak memahami skil pemrograman dengan baik,4) Template dan theme yang disediakan memadai, 5) pertimbangan praktis, terutama biayanya lebih ringan (kecuali biaya internet) karena bersifat open source (gratis) dan 6) secara empirik berdasarkan hasil penelitian terbukti sebagai LCMS yang handal.

Rekomendasi dari hasil kajian literatur dan hasil penelitian yang menyatakan bahwa LCMS Moodle merupakan web-based authoring tools tidaklah mengagetkan. Karena LCMS tersebut telah digunakan diberbagai institusi pendidikan di Indonesia. Untuk itu, perlu disampaikan sekedar sebagai pengantar tentang Moodle.

LEARNING COURSE & MANAGEMENT SYSTEM (LCMS) MOODLE

LCMS merupakan aplikasi yang mengotomasi dan mem-virtualisasi proses belajar mengajar secara elektronik. LCMS secara umum memiliki fitur-fitur standard pembelajaran elektronik antara lain: a) fitur kelengkapan belajar mengajar: daftar mata kuliah dan kategorinya, silabus mata kuliah, materi kuliah (berbasis text atau multimedia), daftar referensi atau bahan bacaan, b) fitur diskusi dan komunikasi: forum diskusi atau mailing list, instant messenger untuk komunikasi realtime, papan pengumuman, porfil dan kontak instruktur, file and directory sharing, c) fitur ujian dan penugasan, meliputi ujian online (exam), tugas mandiri (assignment), rapor dan penilaian.

Pengertian LCMS Moodle

(11)
[image:11.595.168.475.248.415.2]

Aplikasi program Moodle ini memungkinkan siswa/mahasiswa masuk ke dalam “ruang kelas” digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran dimanapun dan kapanpun (lepas dari ruang dan waktu). Dengan Moodle, pengajar dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik, diskusi, forum, dan lain-lain. Herman D. Sujono (2010:6) menjelaskan bahwa LMS (maksudnya LCMS-pen) adalah perangkat lunak untuk membuat materi perkuliahan on-line (berbasis web), mengelola kegiatan pembelajaran serta hasil- hasilnya, memfasilitasi interaksi, komunikasi, kerjasama antar dosen dan mahasiswa. LMS mendukung berbagai aktivitas, antara lain: administrasi, peyampaian materi pembelajaran, penilaian (tugas, quiz), pelacakan/tracking & monitoring, kolaborasi, dan komunikasi/interaksi.

Gambar 2. Logo Moodle Prinsip implementasi LCMS Moodle dalam perkuliahan

Siragosa (2005) mengidentifikasi tujuh hal yang harus dicermati dalam mengembangkan Moodle e-learning, yaitu: a) struktur, b) konten,c) motivasi, d) umpanbalik/bantuan, e) interaksi, f) strategi belajar, dan g) peran pengajar. Sedangkan strategi pembelajaran yang perlu dipertimbangkan: kolaborasi (collaboration), konstruktivisme (contructivism), eksplorasi, proyek online, belajar berbasis masalah dan studi kasus, belajar dengan pengaturan sendiri, mempertanyakan dan diskusi, serta Simulasi (simulation). Berhubungan dengan hal-hal yang harus dicermati tersebut, Siragosa mengemukakan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran dengan LCMS Moodle e-learning berikut ini.

a) Prinsip multimedia, gunakan teks dan grafik atau gambar ketimbang hanya kata-kata. Gambar yang digunakan sebaiknya gambar yang benar-benar berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan. Fungsinya adalah untuk edukasi, bukan dekorasi.

b) Prinsip contiguity, letakkan teks dan gambar yang saling berhubung-an berdekatan satu sama lain.

(12)

d) Prinsip redundancy, sebuah teks yang ditampilkan di layar dan dibacakan pada saat bersamaan hanya akan mengganggu pembela-jaran.

e) Prinsip coherence, menambahkan materi yang terlalu detail karena dipandang dapat nenarik perhatian siswa justru dapat mengganggu keterpaduan pembelajaran.

f) Prinsip personalization, gunakan percakapan sehari-hari untuk berkomunikasi dengan learner (misalnya : dear mahasiswa).

Tipe materi pembelajaran dengan menggunakan LCMS Moodle

Tipe materi pembelajaran dengan LCMS Moodle e-learning menurut Clark & Mayer (2008:15) dikategorikan menjadi lima tipe, yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Fakta adalah sesuatu yang unik dan spesifik, misalnya simbul-simbul dalam rumus program MS Excel. Konsep adalah satu kategori yang terdiri dari banyak contoh seperti rumus-rumus dalam program MS Excel. Proses merupakan urutan kejadian atau aktivitas, misalnya bagaimana sistem kerja spreadsheets dalam program MS Excel; prosedur merupakan suatu tugas yang dilakukan langkah-demi langkah, contohnya bagaimana menuliskan rumus dalam spreadsheets program MS Excel. Sedangkan prinsip adalah suatu tugas yang dilakukan sesuai dengan panduan yang dibuat, misalnya bagaimana membuat proyeksi keuangan menggunakan spreadsheets program MS Excel. Jenis-jenis materi ini menja-di bahan utama dalam penyusunan LOM dan program mapping.

Persyaratan kompetensi awal bagi learners dan instructor dalam implementasi LCMS Moodle

Prasyarat kompetensi bagi learner dan instructor diperinci berikut. Bagi e-learner: lancar menggunakan teknologi belajar online, memiliki kebutuhan berafiliasi, memahami dan menganggap penting pembelajaran kolaboratif, mampu mengontrol belajarnya sendiri , memiliki academic self-concept yang tinggi dan memiliki pengalaman belajar mandiri (Dabbagh & Bannan-Ritland, 2005:39). Sedangkan bagi dosen selaku pengajar (instructors)adalah: mampu mengembangkan kemampuan siswa sebagai learners online learning, mampu mengadaptasikan gaya mengajarnya terhadap berbagai perbedaan siswa, memahami dan mampu mengembangkan teknonogi penyampaian pembelajaran online dan berfungsi secara efektif sebagai fasilitator yang cakap dalam menyediakan konten pembelajaran (Dabbagh & Bannan-Ritland.2005:47)

Komponen LCMS Moodle

(13)

Pengajar, yaitu Pengajar Utama (Course Creator). Fungsinya mengelola CMS (Course Management System). Pengajar utama dibantu oleh Pengajar biasa (Pengajar), Asisten (Non-editing teacher).; dan c) Student (Siswa), yaitu Siswa terdaftar, dan SiswaTamu (Guest).

Fitur-fitur yang dikembangkan harus dapat memfasilitasi berbagai kegiatan yang dilakukan secara online. fitur-fitur tersebut antara lain manajemen bahan ajar (content management), manajemen isi perkuliahan (content/course management), manajemen pengguna (user management), tugas, quiz, komunikasi (communication tools) baik yang asynchronous maupun synchronous.

PENUTUP

Sebagai penutup, berikut beberapa catatan rekomendatif bagi para guru maupun pengembang pembelajaran berbasis e-learning. Pertama, Pengembangan e-learning didasarkan pada hasil analisis kebutuhan siswa. Analisis dilakukan dengan melihat kesenjangan antara kompetensi ideal yang ditetapkan dengan kompetensi nyata yang dicapai. Kesenjangan tersebut menjadi dasar untuk mencari solusi melaluipembelajara berbasis e-learning. Kedua, Pilih perangkat lunak yang bersifat open source, tetapi cukup stabil, agar biaya dapat menghemat biaya yang dikeluarkan oleh lemabaga, sekaligus tetap menjaga mutu pembelajaran. Ketiga, kenali fitur-fitur perangkat lunak dengan melihat aspek-aspek berikut: 1) fitur dalam LCMS tersebut suport dengan teknologi internet yang mutakhir, 2) fitur teknologi dalam sistem LCMS tersebut bersifat open system, 3) fitur-fiturnya navigasinya mudah digunakan, 4) memiliki konten yang dinamis, 5) tersedia fitur untuk mengembangkan pembelajaran yang aktif dan kolaboratif, 6) memiliki fitur khusus untuk administrator, guru (course creator) dan siswa, 7) telah tertanam (embedded) perangkat e-mail, chatting, forum diskusi dan fitur grup, 8) dapat diandalkan sebagai alat utama dalam pembelajaran berbasis e-learning di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Berking, Peter. (2013). Choosing authoring tools. ADL Instructional Design Team. Available: http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/3.0/

Dabbagh, Nada & Bannan-Ritland, Brenda. (2005). Online learning, concepts, strategies, and application.Upper Saddle River, N.J: Pearson Education, Inc.

Empy Effendi dan Hartono Zhuang. (2005). E-learning, konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Graf, Sabine & List, Beate (2005). An evaluation of open source e-learning platforms stressing adaptation issues.Vienna: Vienna University of Technology.

(14)

Pujiriyanto. (2012). Teknologi untuk pengembangan media dan pembelajaran. Yogyakarta:UNY Press.

Romi Satria Wahono. (2008). Memilih sistem e-learning berbasis open source. Retrieved from http://www.romisatriawahono.net (diakses tgl 19 januari 2014)

Gambar

Gambar 1. Four Classes Of Authoring Tools (Bannan-Ritland (2005:288)
Gambar 2. Logo Moodle

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Proses wawancara dilakukan dengan menyiapkan beberapa pertanyaan agar mendapat informasi untuk mengembangkan multimedia interaktif perakitan komputer. Wawancara

Dalam agreement tim peneliti menemukan bahwa transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pembeli adalah transaksi jual beli putus, sehingga dengan

(Murdock LJ. 1986) Sebagai bahan penelitian agregat yang digunakan adalah agregat halus atau pasir. Pasir yang digunakan dalam penelitian adalah pasir yang berasal

Saran yang dapat diberikan adalah (1) Bagi Siswa: Dengan adanya bimbingan kelompok diharapkan siswa dapat meningkatkan minat siswa dalam ekstrakurikuler pramuka; (2) Bagi

Penggunaan mulsa plastik hitam perak memberikan hasil tidak berbeda nyata pada komponen pertumbuhan seperti jumlah daun, luas daun, dan bobot segar total tanaman

Seorang CPA yang berpraktik publik harus mempelajari prinsip kode etik perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan.

Berdasarkan data yang diperoleh yang dapat menggambarkan bahwa uraian tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Daerah Provinsi Banten sudah dijalankan oleh