MAKNA BAHASA SLOGAN PADA BAK TRUK
(Analisis Semiotika Model Rolan Barthes)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh: ABDUR ROHIM
NIM. B06212039
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
ix
ABSTRAK
Abdur Rohim, NIM: B06212039 Tahun 2017. “Makna Bahasa Slogan Pada
Bak Truk (Analisis Semiotika Model Roland Barthes).”
Kata Kunci : Makna Bahasa Slogan, Bak Truk, Analisis Semiotika Model Roland Barthes
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa kita dapat mengetahui apa yang sedang dialami oleh penutur bahasa itu sendiri.
Adapun penelitian ini mengangkat bahasa slogan pada bak truk sebagai objek penelitian, menjadi hal yang menarik bagi peneliti. Karena pada truk ini merupakan media yang memiliki tanda visual yang berhubungan dengan tanda yang ada di kehidupan masyarakat. Tiap tanda memiliki relasi, sehingga menghasilkan makna yang tergantung dari sudut pandang pembaca teks. Bahasa slogan tersebut menurut peneliti memiliki nilai yang terdapat dalam tanda-tanda seperti makna bahasa slogan yang berkaitan dengan kehidupan.
DAFTAR ISI
HALAMAN HALAMAN JUDUL ...
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
A. Deskripsi Subyek, Obyek, dan Wilayah Penelitian ... 49
1. Deskripsi Subyek, Obyek ... 49 akna Bahasa Slogan Menurut Salah Satu Sopir ... 53
2. Wilayah Penelitian ... 57
B. Deskripsi Data Penelitian ... 60
BAB IV ANALISIS DATA ... 71
A. Temuan Penelitian ... 71
1. Bahasa Slogan Sebagai Pesan Suatu Harapan ... 76
2. Bahasa Slogan Sebagai Bentuk Penolakan ... 78
3. Bahasa Slogan Sebagai Pesan Moral ... 80
4. Bahasa Slogan Sebagai Representasi Kehidupan ... 82
xiii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1.1 ... 5
Tabel 1.2 ... 5
Tabel 1.3 ... 6
Tabel 1.4 ... 6
Tabel 3.1 ... 62
Tabel 3.2 ... 62
Tabel 3.3 ... 65
Tabel 3.4 ... 66
Tabel 3.5 ... 68
Tabel 3.6 ... 69
Tabel 4.1 ... 76
Tabel 4.2 ... 78
Tabel 4.3 ... 80
Tabel 4.4 ... 82
Tabel 4.5 ... 83
xv
DAFTAR BAGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap waktu, manusia tak pernah
luput dari berkomunikasi. Dari unit terkecil, kelompok orang-orang yang
hidup berdekatan seperti keluarga, kemudian keluar berhubungan dan
interaksi dengan lingkungannya. Shannon dan Weaver mengungkapkan
bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak
terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, seni dan teknologi.1
Pada komunikasi terdapat pesan yang akan ditujukan kepada
komunikannya. Pesan dapat berupa bahasa. Bahasa sebagai alat
komunikasi, memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dan berbicara
mengenai apa saja. Bahasa sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan,
konsep ataupun perasaan. Dalam ilmu dan teknologi bahasa berfungsi
sebagai sasaran untuk berkomunikasi.
Dari rentetan penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi dapat juga digunakan cara lain misalnya isyarat,
lambang-lambang gambar, atau kode-kode tertentu lainya serta komunikasi juga
2
memerlukan alat sebagai penyalur pesan. Bak truk merupakan bak besar
yang berada di belakang yang digunakan untuk mengangkut barang. Bak
truk berupa kotak tertutup dan berpintu. Bak truk telah menjelma tidak
saja menjadi alat transportasi namun juga media komunikasi visual seiring
dengan semakin banyaknya iklan yang memanfaatkan media ini dalam
mempromosikan suatu produk. Namun perjalanan bak truk menjadi media
promosi diawali oleh tulisan ungkapan slogan yang memanfaatkan bak
truk yang semula kosong di sisi kanan, kiri maupun belakang truk.
Ungkapan slogan banyak dipakai sebagai objek untuk menghias bak
truknya. Tulisan yang terdapat pada truk memiliki keunikan dan kekhasan
dalam menampakkan bahasanya, yaitu bentuk yang singkat tapi mengena
ketujuan yang ingin dicapai. Setiap hari apabila kita berada di jalan saat
kita menghindari sepeda motor atau mobil, setiap kali pula di temui
bermacam tulisan yang berada di bak truk. Biasanya tulisan itu terdapat
pada bak truk. Tulisannya beragam, umumnya berisi tentang peringatan
kepada pengendara di belakangnya untuk berhati-hati, selain
ungkapan-ungkapan lucu, ungkapan-ungkapan-ungkapan-ungkapan kasar, terdapat juga gambar-gambar
yang aneh, sampai kalimat-kalimat nasihat. Tulisan yang berada pada bak
truk tersebut bisa membuat orang yang membacanya tersenyum. Karena
lucu dan menimbulkan inspirasi serasa memunculkan ide, tetapi tidak
jarang juga tulisan tersebut membuat orang yang membacanya jengkel
karena tulisan tersebut norak.
Kemenarikan slogan yang digunakan dalam ungkapan yang terdapat
3
menulis ungkapannya tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan
masing-masing sesuai imajinasinya. Berdasarkan fakta yang ada di sekitar kita,
maka ungkapan yang terdapat pada bak truk ini memiliki banyak pesan,
bahasa, dan makna. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti
tertarik untuk menganalisis makna bahasa slogan yang terdapat pada bak
truk. Peneliti meneliti ungkapan bahasa pada bak truk di kawasan
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dengan analisis semiotika ini
digunakan untuk mengetahui bagaimanakah makna yang terkandung
dalam slogan di bak truk, serta mengetahui bagaimanakah tujuan yang
terkandung dibalik slogan yang ada pada bak truk di kawasan Tanjung
Perak Surabaya. Peneliti tertarik meneliti penelitian ini karena slogan
tersebut menarik untuk dikaji. Kemenarikan itu terdapat pada
macam-macam slogan yang berbeda-beda atas dasar itulah penulis melakukan
penelitian yang berjudul “Makna Bahasa Slogan pada Bak Truk (Analisis
Semiotika Model Roland Barthes)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka peneliti akan
menjabarkan pokok permasalahan yang akan dijabarkan dalam fokus
penelitian adalah bagaimana makna bahasa slogan pada bak truk di
4
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian atau dalam rumusan masalah selalu memiliki
tujuan. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai yaitu Mengupas dan
mendeskrpisikan makna bahasa slogan pada bak truk di Kawasan Tanjung
Perak Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis
dan praktis, yaitu :
1. Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti untuk mengetahui
makna bahasa slogan pada bak truk, yang ingin menganalisa bahasa
slogan dengan menggunakan metode semiotik dan kualitatif dalam
mengupas kandungan bahasa slogan serta mengetahui keterkaitan
dengan kehidupan supir.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi
penelitian selanjutnya mengenai kebahasaan yang digunakan dalam
berkomunikasi dalam Prodi Komunikasi. Penelitian ini juga dapat
diharapkan menjadi sumber informasi tentang makna bahasa slogan
yang terkandung pada bak truk yang masih belum diketahui
5
E. Penelitian Terdahulu
Dalam penyusunan suatu penelitian tidak lepas dengan adanya suatu
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian
yang disusun oleh peneliti. Adapun kajian terdahulu yang dipilih oleh
peneliti yaitu :
Tabel 1.1
Nama Peneliti Muhammad Thoyib Anshori Jenis Karya Skripsi
Tahun 2014
Judul
Representasi Pria Dalam Iklan Vaseline For
Men Versi Ariel Noah (Analisis Semiotika
Roland Barthez)
Perbedaan
Penelitian ini berfokus pada kehidupan pria
masa kini pada umumnya dan media yang
diambil adalah iklan.
persamaan
Sama-sama menggunakan analisi semiotika
Roland Barthes.
Tabel 1.2 Nama Peneliti Anifah
Jenis Karya Skripsi
6
Judul
Makna Hijab Dalam Program Miss Muslimah
2013 di ANTV
Perbedaan
Objek yang diambil adalah tentang sifat yang
melekat pada wanita muslimah. Penelitian ini
lebih kearah religius.
persamaan
Sama-sama menggunakan unsur gambar
dalam menganalisis semiotika dengan model
Roland Barthes.
Tabel 1.3 Nama Peneliti Yudi Alfan
Jenis Karya Skripsi
Tahun 2015
Judul
Makna Perlawanan Dalam film Dokumenter
Setitik Asa Dalam Lumpur (Analisis Semiotik
Model Roland Barthes)
Perbedaan
Media yang diambil pada penelitian ini
terdapan unsur audio dan gerak.
persamaan
Sama-sama menggunakan analisis semiotika
Model Roland Barthes.
Tabel 1.4 Nama Peneliti Maylani Nursita Dewi
7
Tahun 2014
Judul
Tindak Tutur Pada Ungkapan Bak Truk Di
Sepanjang Ringroad Solo-Sragen (Tinjauan
Pragmatik)
Perbedaan
Teori yang digunakan adalah teori tindak
tutur dan berfokus pada keguruan dan
pendidikan. Pemilihan gambar-gambar yang
dituju.
persamaan
Objek yang dituju yaitu gambar yang ada
pada bak truk.
F. Definisi Konsep Penelitian
Untuk memperoleh pemahaman tentang penelitian yang dilakukan
ini, maka peneliti perlu menjelaskan definisi konsep sesuai judul. Definisi
konsep dalam penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari judul
yang diteliti dan untuk menghindari salah penafsiran ttentang inti
persoalan yang diteliti. Definisi konsep dari penelitian ini yaitu tentang
makna bahasa slogan, kehidupan supir, bak truk, kawasan Tanjung Perak.
1. Makna Bahasa Slogan
Makna ada dalam diri manusia, kata DeVito. Menurutnya makna
tidak terletak pada kata-kata melainkan manusia. Tetapi, kata-kata ini
tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang
dimaksudkan.2 Makna, sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar,
8
sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling
dimengerti, dalam keseluruhannya memiliki tiga tingkat
keberadaannya. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi abstraksi
dalam kegiatan bernalar secara logis sehingga membuahkan proposisi
yang benar. Tingkat kedua makna menjadi isi dari suatu bentuk
kebahasaan. Tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang
mampu membuahkan informasi tertentu. Ada tiga hal yang dicoba
jelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha
menjelaskan istilah makna, yaitu : menjelaskan makna kata secara
alamiah, mendeskripsikan kalimat dengan alamiah, menjelaskan
makna dalam proses komunikasi.dalam kaitan ini Kempson
berpendapat untuk menjelaskan istilah makna makna harus dilihat dari
segi kata, kalimat, dan apa yang pembicara untuk berkomunikasi.3
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan
manusia secara teratur yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya.
Batasan pengertian bahasa yang lazim diberikan, yaitu bahasa adalah
sistem lambang arbitrer yang dipergunakansuatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi dan mengintenfikasi diri.beberapa hal
menarik yang dari batasan pengertian itu adalah (a) bahasa merupakan
suatu sistem, (b) sebagai sistem, bahasa bersifat arbitrer, dan (c)
sebagai sistem arbitrer bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi, baik
dengan orang lain maupun dengan diri sendiri.4
3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.
256.
4 Aminuddin, Semantik pengantar studi tentang makna (Bandung: Sinar Baru
9
Pengertian slogan menurut situs ensiklopedia online terbesar
Wikipedia adalah sebuah frase, kata-kata, kalimat atau motto yang
digunakan individu maupun kelompok dalam berbagai macam konteks
seperti politik, komersial, agama, pendidikan, lingkungan dan lain
sebagainya sebagai ekspresi sebuah ide dan tujuan yang mudah
diingat. Perlu diketahui bersama bahwa kata "slogan" berasal dari kata
"sluagh-ghairm" (bahasa Gaelik) yang artinya teriakan bertempur.
Dari rentetan istilah diatas dapat diketahui makna bahasa slogan
adalah suatu istilah yang terkandung dalam ucapan pikiran atau
perasaan manusia yang berbentuk kalimat atau kata-kata sebagai
ekspresi sebuah ide dan tujuan yang mudah diingat. Umumnya kita
melihat sebuah bahasa slogan dalam bentuk iklan, dimana penjual atau
produsen membuat slogan untuk menjelaskan dan mempromosikan
produk dan jasanya kepada masyarakat luas. Saat ini penggunaan
slogan sudah meluas kepada hal-hal lain seperti kampanye anti
korupsi, kampanye anti narkoba, dan salah satunya pada penelitian ini
yaitu bak truk.
2. Bak Truk
Bak adalah kotak besar.5 Sedangkan truk adalah alat transportasi
pengangkutan barang.6 Jadi bak truk adalah alat transportasi
pengangkut barang dengat kotak besar dibelakangnya. Truk yamg
besar pada umumnya mengangkut barang dari kota ke kota, bahkan
ada yang sampai luar pulau.
10
Bak truk berupa kotak tertutup dan berpintu. Bak truk telah
menjelma tidak saja menjadi alat transportasi namun juga media
komunikasi visual seiring dengan semakin banyaknya iklan yang
memanfaatkan media ini dalam mempromosikan suatu produk. Namun
perjalanan bak truk menjadi media promosi diawali oleh tulisan
ungkapan bahasa yang memanfaatkan bak truk yang semula kosong di
sisi kanan, kiri maupun belakang truk. Ungkapan bahasa banyak
dipakai sebagai objek untuk menghias bak truknya.
3. Kawasan Tanjung Perak
Tanjung Perak merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia,
yang berfungsi sebagai kolektor dan distributor barang dari dan ke
Kawasan Timur Indonesia, termasuk Jawa Timur. Karena letaknya
yang strategis dan didukung oleh dataran gigir atau hinterland yang
potensial maka Tanjung Perak juga merupakan Pusat Pelayaran
Interinsulair Kawasan Timur Indonesia.
Tanjung Perak merupakan pelabuhan tersibuk kedua di Indonesia
setelah Tanjung Priok di Jakarta. Pelabuhan ini juga menjadi
pelabuhan utama di wilayah Indonesia Timur.Pada awal mulanya,
untuk meningkatkan arus lalu lintas perdagangan, kargo dan
transportasi, fasilitas yang tersedia di Pelabuhan waktu itu tidak
memadai. Oleh karena itu pada tahun 1875 Ir. W. de Jonght
merencanakan untuk membangun Tanjung Perak untuk kegiatan
bongkar muat tanpa menggunakan tongkang dan perahu. Sayangnya,
11
dilaksanakan pembangunan, ternyata banyak sekali permintaan untuk
menggunakan kade yang belum seluruhnya selesai itu, dengan
demikian maka dilaksanakanlah perluasannya. Sejak saat itulah,
Pelabuhan Tanjung Perak telah memberikan suatu kontribusi yang
cukup besar bagi perkembangan ekonomi dan memiliki peranan yang
penting tidak hanya bagi peningkatan lalu lintas perdagangan di Jawa
Timur tetapi juga di seluruh Kawasan Timur Indonesia.Setelah tahun
1910, pembangunan Pelabuhan Tanjung Perak pun dimulai.7
G. Kerangka Pikir Penelitian
Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan dua Teori, antara lain
Teori Analisis Semiotika dan Teori Makna.
Bagan 1.1 Kerangka Pikir
Slogan Pada Truk
ANALISIS ROLAND BARTHES (Sign, Signifier, Signified)
Kandungan Makna Bahasa Slogan
12
Kerangka diatas menggambarkan proses penelitian pada teori
pertama yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Proses pertama pada
kerangka ini ialah observasi dan meneliti truk-truk berslogan yang ada
dikawasan Tanjung Perak Surabaya yang merupakan objek kajian dalam
penelitian ini. Kemudian beranjak ke proses kedua yaitu teori Roland
Barthes yang memuat aspek sign (tanda), signifier (penanda), dan
signified (pertanda). Di proses kedua ini, peneliti mulai mengaitkan sign
(tanda) yang ada pada truk-truk berslogan dengan signifier (penanda) dan
signified (pertanda) yang ada di masyarakat. Sign (tanda) yang diamati
pada truk-truk berslogan ini ialah kaitan dengan nilai kehidupan yang ada.
Maka diproses terakhir, akan ditemukan kaitan nilai kehidupan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif
semiotika. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena semiotika
berfokus pada studi mengenai tanda, atau cara-cara tanda digunakan dalam
menafsirkan peristiwa-peristiwa. Semiotika melihat pada cara pesan
disusun, jenis-jenis, tanda yang digunakan, dan makna dari tanda-tanda
yang dimaksudkan dan dipahami oleh produsen dan konsumen. Hal
tersebut sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yang berfokus pada
pengungkapan bahasa slogan pada truk. Sedangkan teori yang digunakan
dalama penelitian ini adalah teori makna. Pengujian teori tidak
dimaksudkan untuk mengujinya, melainkan sebagai dasar pijakan atau
kerangka dalam mengkaji makna pesan yang terkandung dalam bahasa
13
H. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Deskiptif artinya melukiskan variabel demi variabel
satu demi satu. Metode ini mengumpulkan data secara univerian yang
dititik beratkan pada observasi dan suasana ilmiah.8 Data yang diperoleh
bersumber dari deskripsi yang luas serta mengandung penjelasan tentang
proses yang terjadi dilingkungan setempat.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan Roland Barthes. Dalam
penelitian ini untuk jenisnya, penulis akan menggunakan penelitian
analisis isi dengan model analisis semiotik Ronald Barthes. Analisis isi
digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang
disampaikan dalam bentuk lambang dan bahasa atau teks. Penelitian
yang menggunakan analisis isi umumnya melalui tahap-tahap : (1)
perumusan masalah, (2) perumusan hipotesis, (3) penarikan sampel,
(4) pembuatan alat ukur atau koding, (5) pengumpulan data, (6)
analisis data.9 Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna
yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut
sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan.
Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai
ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran
masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan. Roland Barthes
8 Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi (Surabaya: Jaudar Press, 2012), hlm. 31.
14
berpendapat bahasa adalah sebuah system tanda yang mencerminkan
asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.10
2. Unit Analisis
Subyek dari penelitian ini adalah bak truk yang terdapat bahasa
slogan. Obyek penelitian ini adalah kajian semiotik bahasa slogan yang
terdapat pada bak truk. Untuk wilayah penelitian, peneliti akan
meneliti di kawasan Tanjung Perak, dimana disana adalah tempat
pemberhentian truk-truk, jalan tol dan banyak tempat-tempat
ekspedisi.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Adalah data pokok atau utama. Dalam penelitian ini yang
termasuk data utama adalah hasil dari observasi dan dokumentasi
dilapangan.
b. Data Sekunder
Adalah data tambahan. Dalam penelitian ini data tambahan
yang digunakan yaitu literatur buku, jurnal, internet, dan lain-lain
yang bersangkutan dengan tema penelitian.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian analisis
semiotik ini, antara lain :
10 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.
15
a. Mencari Topik Yang Menarik
Mencari topik yang menarik merupakan langkah awal yang
dilakukan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk
mengeksplorasi topik yang dianggap menarik sehingga peneliti
memutuskan untuk mengungkap makna bahasa slogan pada bak
truk.
b. Membangun Kerangka Konseptual.
Salah satu komponen penting dalam penelitian adalah
adanya kerangka teoritik. Kerangka teoritis adalah kumpulan teori
dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu.
c. Merumuskan Masalah.
Masalah dirumuskan berdasarkan sisi menarik topik yang
akan dikaji oleh peneliti beserta dengan kehendak yang akan
dicapai.
d. Merumuskan manfaat .
Manfaat dirumuskan berdasarkan dua pandangan, yakni
pandangan teoritis dan praktis. Manfaat teoritis pada penelitian ini
diharapkan berguna bagi pengembangan studi media khususnya
mengenai makna bahasa slogan. Sedangkan, manfaat praktis
penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang
akan melakukan penelitian mengenai makna bahasa slogan pada
bak truk dengan menggunakan analisis semiotik.
16
Pada tahap ini penulis memutuskan metode yang sesuai
dengan fenomena yang akan dikaji. Pada penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian analisis semiotik. Dikarenakan
tujuan dari penulis adalah untuk mengetahui makna bahasa slogan
pada bak truk.
f. Pengumpulan data
Dalam penelitian ini pengumpulan data melalui buku,
artikel, dokumentasi, jurnal, dan lain-lain.
g. Menganalisis data
Analisis data dilakukan dengan cara peneliti sebagai
instrumen riset memberi makna kepada data berdasarkan tingkat
rehabilitas dan validitas data menggunakan cara berpikir induktif
yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal khusus (empiris)
menuju hal-hal umum (tataran konsep).
h. Menarik kesimpulan.
Menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian
yang sudah di analisis dan disusun sistematis.
5. Tahapan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Studi literatur, dengan meneliti sejumlah literatur yang relevan
17
b. Observasi lapangan, melakukan pengamatan, dokumentasi dan
pencatatan secara langsung untuk mencari gejala atau fenomena
yang diselidiki dan untuk memperoleh data yang valid.
c. Penelusuran data online, menelusuri data dari media online seperti
internet, sehingga peneliti dapat memanfaatkan data informasi
online secepat dan semudah mungkin.
6. Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan untuk menarik kesimpulan data. Untuk
menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneneliti
menggunakan teknis analisa data deskriptif kualitatif, yang digunakan
untuk menganalisa data, baik data dari hasil observasi, interview,
maupun dokumentasi, dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul.
Analisis data pada penelitian ini lebih menggunakan analisis
semiotik. Analisis semiotik merupakan penelitian yang bersifat
pembahasan mendalam tentang sistem tanda atau isi suatu informasi
tertulis atau tercetak dalam media massa.
Analisis semiotik dapat digunakan untuk menganalisis segala
bentuk komunikasi Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi
maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain.
Pada penelitian ini analisa data pada obyek yaitu tentang makna
bahasa slogan peneleliti mengunakan analisis semiotik Roland Barthes.
Analisis yang dikemukanan oleh Roland Barthes berfokus pada
18
antara signifier dan signified didalam sebuah tanda terhadap realitas
eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling
nyata dari tanda.11 Sedangkan tahap kedua Signifikasi disebut dengan
konotasi, bagaimana menggambarkan tanda tersebut.
19
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka
berpikir dalam penulisan penelitian, untuk mudah memahami penulisan
penelitian ini, maka disusun sistematika pembahasan :
BAB I : Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian
terdahulu, definisi konsep penelitian, kerangka pikir
penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : Kajian teoritis, berisikan kajian pustaka, kajian teori.
BAB III : paparan data penelitian, berisikan profil data dan deskripsi
hasil.
BAB IV : Interpretasi hasil penelitian, berisikan analisis data dan
konfirmasi dengan teori.
20
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Bahasa
a. Asal Usul Bahasa
Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa
verbal. Teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah
ekstensi perilaku sosial. Bahasa ucap bergantung pada
perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara tepat
diberbagai lokasi dalam sistem milik manusia yang
memungkinkannya membuat berbagai suara kontras yang
diperlukan untuk menghasilkan ucapan.12 Sekitar 5000 tahun yang
lalu manusia melakukan transisi komunikasi dengan memasuki era
tulisan, sementara bahasa lisan pun terus berkembang. Transisi
paling dini dilakukan oleh bangsa Sumeria dan bangsa Mesir Kuno,
lalu juga bangsa Maya dan bangsa Cina yang mengembangkan
tulisan mereka secara independent.13
b. Hakikat Bahasa
Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga entitas yang erat
berpadu. Ketiadaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang
12 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 ), hlm. 263.
13 Deddy Mulyana,
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ( Bandung: PT. Remaja
21
lainnya. Didalam wadah masyarakat pasti hadir entitas bahasa.
Demikian pula, entitas bahasa itu pasti akan hadir kalau
masyarakatnya ada. Dalam arti luas, bahasa dapat ditafsirkan
sebagai suatu penukaran (komunikasi) tanda-tanda (dan ini berlaku
baik bagi bahasa menurut arti sempit: bahasa kata-kata, maupun
mengenai tanda-tanda lainnya).14
Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas.15
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan
manusia secara teratur yang mempergunakan bunyi sebagai
alatnya. Batasan pengertian bahasa yang lazim diberikan, yaitu
bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakansuatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengintenfikasi
diri. Beberapa hal menarik yang dari batasan pengertian itu adalah
(a) bahasa merupakan suatu sistem, (b) sebagai sistem, bahasa
bersifat arbitrer, dan (c) sebagai sistem arbitrer bahasa dapat
digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun
dengan diri sendiri.16 Hal ini menonjolkan beberapa segi berikut :
14 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ), hlm. 275
15 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 ), hlm. 260.
22
1) Sistem bahasa itu sukarela. Sistem berlaku secara umum, dan
bahasa merupakan peraturan yang mendasar. Sebagai contoh:
ada beberapa bahasa yang memulai kalimat dengan kata benda
seperti Bahasa Inggris, dan ada bahasa yang mengawali
kalimatnya dengan kata kerja. Dan seseorang tidak dapat
menolak aturan-aturan tersebut baik yang pertama maupun
yang kedua. Jadi tidak tunduk kepada satu dialek tertentu.
2) Bahasa itu pada dasarnya adalah bunyi, dan manusia sudah
menggunakan bahasa lisan sebelum bahasa lisan seperti halnya
anak belajar berbicara sebelum belajar menulis. Di dunia
banyak orang yang bisa berbahasa lisan, tetapi tidak dapat
menuliskannya. Jadi bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa
lisan (berbicara), adapun menulis adalah bentuk bahasa kedua.
Dengan kata lain bahasa itu adalah ucapan dan tulisan itu
merupakan lambang bahasa.
3) Bahasa itu simbol. Bahasa itu merupakan simbol-simbol
tertentu. Misalnya kata ”rumah” menggambarkan hakikat
sebuah rumah. Jadi bahasa itu adalah lambang-lambang
tertentu. Pendengar atau pembaca meletakkan simbol-simbol
atau lambang-lambang tersebut secara proporsional.
4) Fungsi bahasa adalah mengekspresikan pikiran dan perasaan.
Jadi tidak hanya mengekspresikan pikiran saja. Peranan bahasa
terlihat jelas dalam mengekpresikan estetika, rasa sedih senang
23
perasaan dan bukan pikiran. Karena itu bahasa itu mempunyai
peranan sosial, emosional disamping berperan untuk
mengemukakan ide.
c. Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau
menjuluki orang, objek, dan peristiwa. Penamaan adalah dimensi
utama bahasa dan basis bahasa, dan pada awalnya itu dilakukan
manusia sesuka mereka, yang lalu menjadi konvensi. Menurut
Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi yaitu: penamaan
(naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha
mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut
namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi
interaksi, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan
kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada
orang lain.17
Bahasa merupakan satu bagian yang sangat esensial dari
manusia untuk menyatakan dirinya maupun tentang dunia yang
nyata. Adalah keyakinan yang naif kalau kita menyederhanakan
fungsi bahasa yang seolanh-olah menjadi alat untuk melambangkan
pikiran dan perasaan saja, yang lebih penting dari bahasa adalah
bagaimana memaknakan simbol atau tanda yang telah
24
diorganisasikan dalam sistem kebahasaan.menurut Saussure,
bahasa merupakan sistem tanda dimana tanda-tanda ini akan saling
berhubungan membentuk struktur.18
Komunikasi dengan menggunakan bahasa bersifat umum dan
universal. Adapun fungsi dari bahasa adalah sebagai berikut:19
1) Untuk tujuan praktis, yaitu komunikasi antar manusia dalam
pergaulan.
2) Untuk tujuan artistik, yaitu ketika manusia mengolah bahasa
guna menghasilkan ungkapan yang seindah-indahnya seperti
dalam cerita, kisah, syair, puisi, gambar, lukisan, musik, dan
pahatan-pahatan.
3) Untuk tujuan filologis, yaitu ketika kita mempelajari
naskah-naskah kuno, latar belakang sejarah, kebudayaan, adat istiadat
manusia, serta perkembangan bahasa.
4) Untuk menjadi kunci dalam mempelajari
pengetahuan-pengetahuan lainnya.
Dalam buku Filsafat Ilmu menjelaskan fungsi bahasa sebagai
berikut (a) Adanya bahasa memungkinkan kita untuk memikirkan
sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun obyek yang kita
pikirkan tersebut tidak berada didekat kita, (b) dengan bahasa
bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat
mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang
lain, (c) dengan bahasa kita juga dapat mengekspresikan sikap dan
18 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 4.
25
perasaan kita, (d) dan dengan adanya bahasa maka manusia hidup
dalam dunia yaknipengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang
dinyatakan dengan bahasa.20
d. Karasteristik Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer,
produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa
adalah abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
1) Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang
dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah
dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut
mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda”
melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa
dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan. Meskipun bersifat
abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu
bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang
‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas
bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep
yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar
konvensi itu.
26
2) Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar
unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran
yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa
Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata,
tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan
kalimat yang tidak terbatas.
3) Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak
lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu
dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja:
fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada
setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang
muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak
digunakan lagi.
4) Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu
yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur
yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan
kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam,
baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun
pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di
27
Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda
dengan yang digunakan di Arab Saudi.
5) Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki
manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki
hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak
isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam
menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah,
tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk
mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa
bahasa itu bersifat manusiawi.
e. Ragam Bahasa
Mengingat fungsi dan situasi yang berbeda-beda dalam
setiap komunikasi antarmanusia, terdapat bermacam-macam ragam
bahasa.
Pertama, dari segi pembicara/penulis, ragam bahasa dapat
dirinci berdasarkan daerah, pendidikan, dan sikap.21
1) Ragam daerah lebih dikenal dengan nama logat atau dialeg.
Faktor aksen, kosakata, dan variasi gramatikal, umpamanya,
sering kali berpengaruh sebagai pembeda ragam dialek.
2) Ragam bahasa ditimjau dari segi pendidikan
pembicara/penulis. Pembedaan ini diadasarkan pada tingkat
pendidikan formal dan nonformal pembicara/penulis.
28
3) Ragam bahasa ditinjau dari segi sikap pembicara/penulis
bergantung kepada sikap terhadap lawan komunikasi. Ragam
ini dipengaruhi oleh pokok pembicaraan, tujuan dan arah
pembicaraan, sikap pembicaraan, dan sebagainya.
Kedua, dari segi pemakaiannya ragam bahasa diperinci
berdasarkan pokok persoalan, sarana, dan gangguan campuran.22
1) Ragam bahasa ditinjau dari segi pokok persoalan berhubungan
dengan lingkungan yang dipilih dan dikuasai, begantung pada
luasnya pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran,
pengalaman, dan sebagainya. Pemilihan ragam bahasa yang
menyangkut pokok persoalan sering menyangkut hal pemilihan
kata, ungkapan khusus dan kalimat khusus.
2) Ragam bahasa ditinjau dari segi sarananya dibedakan menjadi
ragam lisan dan tulisan. Unsur-unsur aksen, tinggi rendah dan
panjang-pendeknya suara, serta irama kalimat sulit
dilambangkan dengan ejaan ke dalam bahasa tulisan. Itulah
sebabnya, ragam tulisan harus selalu mengingat keutuhan
dalan kelengkapan fungsi gramatikal.
3) Ragam bahasa dalam pemakaiannya sering terjadi gangguan
undur daerah maupun asing. Antara bahasa daerah dan bahasa
indonesia terjadi kontak aktif yang mempengaruhi
perkembangan kosakata, demikian juga pengaruh bahasa asing
terhadap bahasa indonesia.
29
f. Tindak Tutur
Tindak tutur atau tindak ujaran termasuk kedalam salah satu
ungkapan bahasa dari penutur. Tutur adalah tindakan yang
ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung
3 tindak yang saling berhubungan.23 Pertama adalah tindak lokusi,
merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan
linguistik yang bermakna. Kedua adalah tindak ilokusi ditampilkan
melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Ketiga adalah tindak
perlokusi yaitu bergantung pada keadaan, Anda akan menuturkan
dengan asumsi bahwa pendengar akan mengenali akibat yang akan
ditimbulkan.
Tindak tutur merupakan fenomena pragmatik penyelidikan
linguistik klinis yang sangat menonjol. Kondisi-kondisi dimana
kapasitas seseorang untuk memulai komunikasi belum berkembang
secara normal atau terus menerus mengalami kerusakan,
pemroduksian tindak tutur merupakan indikator penting bagi fungsi
pragmatik. Tindak tutur adalah kategori yang kaya akan
fenomena-fenomena pragmatik untuk dikaji oleh para ahli linguistik klinis.24
Tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung,
tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur
tidak literal.25
23 George Yule, Pragmatik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 83.
24 Louise Cummings, Pragmatik sebuah perspektif multidisipliner (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 363.
30
1) Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung
Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat
dibedakan kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya
(interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Secara
konvensional kalimat berita digunakan untk memberikan suatu
(informasi), kalimat tanya untukmenanyakan sesuatu dan
kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan,
permintaan, atau permohonan.
Kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk
mengatakan seuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat
perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan
sebagainya. Tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur
langsung (direct speech act). Disamping itu untuk berbicara
secara sopan, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita
atau kalimat tanya agar orang yang dierintah tidak merasa
diperintah. Bila hal ini terjadi, terbentuk tindak tutur tidak
langsung (indirect speech act).
2) Tintak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal
Tindak Tutur Literal adalah tindak tutur yang maksudnya
sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan
tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya
tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata
31
Sistem klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum
yang ditunjukkan oleh tindak tutur, sebagai berikut:26
1) Deklaratif adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia
melalui tuturan.
2) Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa
yang diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu
fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.
3) Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu
yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan
pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan
kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau
kesengsaraan.
4) Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur
untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak
tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur.
Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan,
pemberian saran.
5) Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur
untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan- tindakan di
masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja
yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa;
janji, ancaman, penolakan, ikrar.
32
2. Slogan
Pengertian slogan menurut situs ensiklopedia online terbesar
Wikipedia adalah sebuah frase, kata-kata, kalimat atau motto yang
digunakan individu maupun kelompok dalam berbagai macam
konteks seperti politik, komersial, agama, pendidikan, lingkungan dan
lain sebagainya sebagai ekspresi sebuah ide dan tujuan yang mudah
diingat. Perlu diketahui bersama bahwa kata "slogan" berasal dari kata
"sluagh-ghairm" (bahasa Gaelik) yang artinya teriakan bertempur.
Ada beberapa pengertian slogan, diantaranya adalah :27
a. Sebuah kata atau kalimat pendek, menarik dan mudah untuk
diingat yang digunakan untuk memberitahukan atau
menyampaikan suatu informasi.
b. Sebuah kata atau kalimat pendek dan menarik, mencolok, serta
mudah diingat yang digunakan untuk menjelaskan ideologi
organisasi tertentu misalnya perusahaan atau partai politik, dsb.
c. Motto yang dipakai dalam berbagai konteks seperti politik, sosial,
agama, komersial, dan lainnya sebagai ekpresi sebuah ide atau
tujuan.
Sama halnya dengan sesuatu yang lain, slogan pun memiliki
ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan yang lain. Adapun ciri-ciri-ciri-ciri
slogan adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan tentang sesuatu, apakah itu suatu produk atau
layanan masyarakat.
33
b. Umumnya adalah sebuah perkataan yang menarik dan mudah
diingat.
c. Slogan juga bisa berupa frase, klausa, kalimat ataupun motto.
d. Slogan juga bisa berupa semboyan sebuah organisasi atau
masyarakat.
Pembuatan slogan tentu ada maksud dan tujuan tertentu, dan
dibawah ini adalah beberapa maksud dan tujuan dari dibuatnya sebuah
poster yang umum kita lihat:28
a. Menyampaikan informasi.
b. Mempengaruhi orang lain.
c. Menghimbau orang lain.
d. Memotivasi orang lain.
e. Menyadarkan masyarakat.
Umumnya kita melihat sebuah slogan dalam bentuk iklan,
dimana penjual atau produsen membuat slogan untuk menjelaskan dan
mempromosikan produk dan jasanya kepada masyarakat luas. Saat ini
penggunaan slogan sudah meluas kepada hal-hal lain seperti
kampanye anti korupsi, kampanye anti narkoba, dll.
Ada beberapa jenis slogan yang dapat ditemukan sehari-hari
antara lain:
a. Slogan Kesehatan, adalah slogan yang mengajak untuk hidup
sehat, contoh: didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
34
b. Slogan Pendidikan, slogan ini berisi tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan pendidikan, contoh: budayakan membaca
sejak dini.
c. Slogan Kebersihan, sebuah ajakan untuk hidup sehat dengan
menjaga lingkungan, contoh: kebersihan adalah sebagian dari
iman.
d. Slogan Produk, berisi tentang ajakan untuk membeli produk atau
menikmatinya dengan kata lain promosi tentang produk itu,
contoh: pria punya selera.
e. Slogan Lingkungan, slogan ini menghimbau untuk menjaga
lingkunagan sekitar, contoh: hijaulah alamku lestarilah
lingkunganku.
f. Slogan Motivasi, slogan yang bersifat memotivasi, contoh:
merdeka atau mati.
B. Kajian Teori
1. Analisis Semiotik
Semiotika merupakan salah satu pendekatan yang sedang diminati
oleh para ahli sastra dewasa ini, tidak terkecuali para peminat sastra di
Indonesia. Akhir-akhir ini semakin banyak tulisan yang menggunakan
model-model konsep dari semiotika. Sementara itu , di Indonesia
seperti juga di bagian dunia lainnya banyak orang belum mengerti
benar apa yang dimaksud dengan semiotika.29
35
Semiotika atau semiologi merupakan terminology yang merujuk
kepada makna yang sama. Istilah ‘semiotika’ lebih lazim digunakan
ilmuan Amerika, sedangkan ‘semiologi’ sangat kental dengan nuansa
Eropa (khususnya Perancis). Semiologi lebih dikenal di Eropa yang
mewarisi tradisi linguistic Saussurean, yang oleh Barthes dibela
matimatian dan dipilih sebagai bidangnya.30
Sementara istilah ‘semiotika’ cenderung dipakai oleh para
penutur bahasa Inggris atau mereka yang mewarisi tradisi Peircian.
Namun demikian seiring perkembangan zaman, istilah ‘semiotika’
lebih popular dari istilah ‘semiologi’ sehingga, para penganut Seassure
pun sering menggunakannya.31
Secara etimologis istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani
“semeion” yang berarti ’tanda’ atau seme, yang berarti ”penafsir
tanda”. Semiotika kemudian didefinisikan sebagai studi tentang tanda
dan cara tanda-tanda itu bekerja.
Van Zoest, mengartikan semiotika sebagai ilmu tanda atau sign
dan segala yang behubungan dengannya, mulai dari cara berfungsinya,
hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, penerimaannya oleh
mereka yang menggunakan.32 Sementara itu, berbeda dengan para
pakar sastra, salah satu tokohnya, semisal Teew memberi batasan
semiotika adalah tindakan komunikasi.
30 Anthon Freddy Susanto, Semiotika Hukum; Dari Dekontruiksi teks Menuju
Progresivitas Makna (Bandung : PT Refika Aditama, 2005), hlm. 23.
36
Sedangkan Dick Hartoko memberi batasan semiotika adalah
bagaimana karya itu ditafsirkan oleh pengamat dan masyarakat lewat
tanda-tanda atau lambang-lambang.33 Secara elementer, terjadinya
komunikasi berarti suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada pihak lain sebagai komunikannya. Pesan komunikasi terdiri
dari dua aspek, yakni pesannya (the content of the message) dan
lambang (symbol). Isi pesan komunikasi merupakan pikiran, termasuk
juga perasan seseorang. Lambang yang digunakan sebagai media pada
umumnya adalah bahasa (verbal). Symbol lainnya dapat berbentuk
gambar, warna, mimic muka, isyarat, kial (gesture), dan lain
sebagainya yang dapat menimbulkan makna atau arti.34
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign),
berfungsi tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi
seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala
sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda.
Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak
adanya peristiwa, struktur yang ditemukan adalah sesuatu, suatu
kebiasaan, semua ini dapat disebut benda. Sebuah bendera kecil,
sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, suatu kebiasaan
makan, sebuah gejala mode, suatu gerak syaraf, peristiwa memerahnya
wajah, suatu kesukaan tertentu, letak bintang tertentu, suatu sikap,
setangkah bunga, rambut uban, sikap diam membisu, gagap. Bicara
cepat, berjalan sempoyongan, menatap, api, putih, bentuk bersudut
33 Ibid, hlm. 96.
37
tajam, kecepatan, kesabaran, kegilaan, kekhawatiran, kelengahan
semuanya itu dianggap sebagai tanda.35
Pemaknaan simbol dapat menggunakan denotatif dan konotatif
atau nilai-nilai ideologis (atau mitologi dalam istilah Roland Barthes)
dan kultural. Melalui analisis semiotika dapat dikupas tanda dan
makna yang diterapkan pada sebuah naskah pidato, iklan, novel, film,
dan naskah lainnya. Hasil analisis rangkaian tanda itu akan dapat
menggambarkan konsep pemikiran yang hendak disampaikan oleh
komunikator, dan rangkaian tanda yang terinterpretasikan menjadi
suatu jawaban atas pertanyaan nilai-nilai ideologi dan kultural yang
berada di balik sebuah naskah.
Berkenaan dengan studi semiotika, menurut John Fiske terdapat
tiga area penting dalam studi semiotik, yakni: a) Tanda itu sendiri.
Berkaitan dengan tanda yang beragam. Tanda buatan manusia dan
hanya dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya. b) Kode
atau sistem dimana lambang-lambang disusun. c) Kebudayaan dimana
kode atau lambang beroperasi.
2. Analisis Semiotik Roland Barthes
Roland Barthes sebagai salah satu tokoh pakar semiotik. Ia
berasal dari daratan eropa, maka sangat wajar jika ia sangat kagum
terhadap Ferdinand de Saussure. Oleh karena itu, teori semiotikanya
pun tidak akan lepas dari pemikiran Ferdinand de Sassure. Meskipun
ada berbagai perubahan-perubahan dalam memaknai tentang tanda.
38
Namun demikian pada prinsipnya sama, yaitu melalui proses
struktur.36
Roland Barthes merupakan salah satu pemikir strukturalis yang
getol mempraktekkan semiologi Saussurian. Ia juga intelektual
Perancis dalam bidang kritik sastra yang ternama, eksponen
strukturalisme dan semiotika dalam studi sastra. Roland Barthes juga
bisa disebut tokoh yang memiliki peranan sentral dalam strukturalisme
di era 60-an hingga 70-an.37
Barthes lahir pada tahun 1915 dari kalangan kelas menengah
protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kesil dekat
pantai Atlantik di sebelah Barat Daya Perancis. Ayahnya seorang
perwira angkatan laut dan meninggal dalam pertempuran di Laut Utara
sebelum usia Barthes genap satu tahun. Sepeninggal ayahnya itu,
kemudian Barthes diasuh oleh kakek, ibu dan neneknya.38
Sedangkan dalam sejarah pendidikannya, Barthes merajutnya
setelah ia beusia Sembilan tahun, yaitu saat ia pindah ke Paris. Namun
sayangnya saat di kota ini, ia mengalami sakit tuberkulosa atau TBC.
Dalam masa istirahatnya itulah, ia banyak membaca buku-buku
tentang banyak hal, sehingga ia dapat menerbitkan artikel pertamanya
tentang Nadre Gide.39
Saat ia sakit selama satu tahun ini, kemudian ia kembali ke Paris
dan melanjutkan sekolahnya ke Universitas Sorbonne dengan
36 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 63. 37 Ibid, hlm 63.
39
mengambil studi mata kuliah Sastra Perancis dan Klasik. Pada waktu
perang tahun 1939, Barthes dibebastugaskan dari pekerjaannya di
Lycees dan di Biaritz dan Paris. Sehingga memaksa dia tinggal di
Sanatorium Alps. Setelah itu, ia kemudian mengaku menjadi Marxian
dan Sartrean.40
Kejayaan intelektual Barthes itu tidak hanya sampai disini,
namun ia juga sempat mengajar bahasa dan sastra Perancis di Bukarest
(Romania) dan di Kairo (Mesir). Namun setelah mengajar di kedua
lembaga itu, kemudian ia kembali ke Perancis dan mengabdikan
dirinya dalam lembaga penelitian di Center National de Rechererche
Scientifique. Di Perancis inilah, Barthes menapaki kejayaannya
dengan menerima gelar profesor untuk semiologi literer di College de
France. Selanjutnya pada tahun 1980 ia meninggal dalam usia 64 tahun
akibat kecelakaan mobil di Paris sebulan kemudian.41
Ada banyak karya yang dihasilkan oleh Roland Barthes selama
ia menapaki dalam sejarah pendidikannya. Karya yang cukup
monumental yang dihasilkan Roland Barthes yaitu, Le degre zero de
Tcriture (1953/atau Nol Derajat di Bidang Menulis). Setahun
kemudian Barthes menerbitkan Michelet (1954). Kemudian menulis
buku, Mythologies (mitologi-motologi). Lalu terbit pula Critical
Essays (1964). Selanjutnya, Barthes juga menghasilkan karya yang
berjudul Element de Semiologi (Beberapa Unsur Semiologi).
Kemudian juga menghasilkan karya, Sistem de La Mode (Sistem
40
Mode) selain itu, Empire Des Signes (Kekaisaran Tanda-Tanda) dan
yang terakhir adalah Roland Barthes Pare Roland Barthes (Roland
Barthes oleh Roland Barthes).
Semiotik menjadi pendekatan penting dalam teori media pada
akhir tahun 1960-an, sebagai hasil karya Roland Barthes. Dia
menyatakan bahwa semua obyek kultural dapat diolah secara tekstual.
Menurutnya, semiotik adalah “ ilmu mengenai bentuk”. Studi ini
mengkaji signifikasi yang terpisah dari isinya. Semiotik tidak hanya
meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang
mengikat mereka, yang berhubungan secara keseluruhan. Teks yang
dimaksud Roland Barthes adalah dalam arti luas. Teks tidak hanya
berarti berkaitan dengan aspek linguistik saja. Semiotik dapat meneliti
teks di mana tanda-tanda terkodifikasi dalam sebuah sistem. Dengan
demikian, semiotik dapat meneliti bermacam-macam teks seperti
berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi, dan drama.42
Dalam pembahasan mengenai semiotika, Barthes juga
mengemukakan asumsi bahwa bahasa adalah sistem tanda yang
mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam
waktu tertentu, walaupun merupaka sifat asli tanda membutuhkan
keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar
mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan
tentang tataran kedua, yang di bangun di atas sistem lain yang telah
ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan
41
konotatif, yang di dalam buku mythologies-nya secara tegas ia
bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Hubungan antara signifier dan signified ini dibagi tiga, yaitu: a)
Ikon adalah tanda yan memunculkan kembali benda atau realitas yang
ditandainya, misalnya foto atau peta. b) Indeks adalah tanda yang
kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan yang ditandai,
misalnya asap adalah indeks dari api. c) Simbol adalah sebuah tanda
dimana hubungan antara signifier dan signified semata-mata adalah
masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan.
Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam
menganalisis makna dari tanda-tanda. fokus perhatian Barthes lebih
tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of
signification) seperti terlihat pada Tabel berikut:
Bagan 2.1
signifikasi dua tahap Roland Barthes
Pertandaan (signification) merupakan hubungan antara penanda
dan petanda. Penanda (signifier) adalah citraan atau kesan mental dari
sesuatu yang bersifat verbal atau visual, seperti suara, tulisan, atau Konotasi
Mitos Denotasi
42
benda. Sedangkan petanda (signified) adalah konsep abstrak atau
makna yang dihasilkan oleh tanda.43
Dari peta Barthes diatas dapat dijelaskan bahwa signifikasi
tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified
didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya
sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. konotasi adalah
istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap
kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda
bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari
kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau
paling tidak intersubjektif.44
Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak hanya sekedar
memiliki makna tambahan melainkan juga mengandung kedua bagian
tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Tanda konotasi identik
dengan operasi ideologi, yang disebutnya dengan mitos, dan berfungsi
untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai
dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Mekanisme kerja
mitos dalam suatu ideologi adalah sebagai naturalisasi sejarah. Suatu
mitos akan menampilkan gambaran dunia yang seolah terberi begitu
saja (alamiah). Nilai ideologis dari mitos muncul ketika mitos tersebut
menyediakan fungsinya untuk mengungkap dan membenarkan
nilai-nilai dominan yang ada dalam masyarakat.45 Mitos merupakan tipe
43 Yasraf A. Piliang, Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang
Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme (Bandung: Penerbit Mizan, 1998), hlm. 19.
43
wicara. Sebab mitos merupakan sistem komunikasi, yakni sebuah
pesan. Hal ini membenarkan seseoranguntuk berprasangka bahwa
mitos tidak bisa menjadi sebuah obyek, konsep atau ide: mitos adalah
cara pemaknaan sebuah bentuk. Sebab mitos adalah tipe wicara, maka
segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah
wacana.46
Didalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda,
dan tanda, namun sebagai suatu system yang unik, mitos dibangun
oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan
kata lain, mitos adalah juga suatu system pemaknaan tataran kedua.
Didalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.
Pada dasarnya semua hal bisa menjadi mitos. Satu mitos timbul
untuk sementara waktu dan tenggelam untuk waktu yang lain karena
digantikan oleh berbagai mitos lain. Mitos menjadi pegangan atas
tanda-tanda yang hadir dan menciptakan fungsinya sebagai penanda
pada tingkatan yang lain.
Mitos oleh karenanya bukanlah tanda yang tidak berdosa, netral,
melainkan menjadi penanda untuk memainkan pesan-pesan tertentu
yang boleh jadi berbeda sama sekali dengan makna asalnya. Kendati
demikian, kandungan makna mitologis tidaklah dinilai sebagai sesuatu
yang salah („mitos‟ diperlawankan dengan „kebenaran‟). Cukuplah
dikatakan bahwa praktik penandaan seringkali memproduksi mitos.
Produksi mitos dalam teks membantu pembaca untuk menggambarkan
44
situasi sosial budaya, mungkin juga politik yang ada disekelilingnya.
Bagaimanapun mitos juga mempunyai dimensi tambahan yang disebut
naturalisasi. Melaluinya sistem makna menjadi masuk akal dan
diterima apa adanya pada suatu masa, mungkin tidak untuk masa yang
lain.
Menurut John Fiske, semua kode memiliki sejumlah sifat dasar
antara lain:47
a. Kode mempunyai sejumlah unit (atau kadang-kadang satu unit)
sehingga seleksi dapat dilakukan. Inilah dimensi paradigmatik.
Unit-unit tersebut mungkin bisa dipadukan berdasarkan aturan atau
konvensi. Inilah dimensi sintagmatik.
b. Semua kode menyampaikan makna. Unit-unit kode adalah
tanda-tanda yang mengacu pada sesuatu di luar dirinya sendiri melalui
berbagai sarana.
c. Semua kode bergantung pada kesepakatan dikalangan para
penggunanya dan bergantung pada latar belakang budaya yang
sama. Kode dan budaya berinterelasi secara dinamis.
d. Semua kode menunjukkan fungsi sosial atau komunikatif yang
dapat diidentifikasi.
e. Semua kode bisa ditranmisikan melalui media atau saluran
komunikasi yang tepat.
47 John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling
45
Sedangkan ada lima kode yang diteliti oleh Barthes :48
a. Kode Hermeneutik (kode teka-teki), berkisar pada harapan
pembaca untuk mendapatkan ”kebenaran” bagi pertanyaan yang
muncul dalam teks.
b. Kode Semik (makna konotatif), banyak menawarkan banyak sisi.
Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks.
c. Kode Simbolik , merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling
khas bersifat struktural.
d. Kode Paraoretik (logika tindakan), kode tindakan/lakuan dianggap
sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang; artinya semua
teks bersifat naratif.
e. Kode Gnomik (kode cultural), merupakan acuan teks ke
bendabenda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya.
Tatanan Pertandaan (Order of Signification) Roland Barthes terdiri
dari:49
a. Denotasi, makna kamus dari sebuah kata atau terminology atau
objek.
b. Konotasi, makna-makna kultural yang melekat pada sebuah
terminologi.
c. Metafora, mengomunikasikan dengan analogi.
48 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 65.
49 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
46
d. Simile, subkategori metafor dengan menggunakan kata-kata
”seperti”. Metafora berdasarkan identitas, sedangkan simile
berdasarkan kesamaan.
e. Metonimi, mengomunikasikan dengan asosiasi. Asosiasi dibuat
dengan cara menghubungkan sesuatu yang diketahui dengan
sesuatu yang lain.
f. Synecdoche, subkategori metonimi yang memberikan makna
”keseluruhan” atau ”sebaliknya”, artinya sebuah bagian digunakan
untuk mengasosiasikan keseluruhan bagian tersebut.
g. Intertextual, hubungan antar teks (tanda) dan dipakai untuk
memperlihatkan bagaimana teks saling bertukar satu dengan yang
lain, sadar ataupun tidak sadar. Parodi merupakan contoh
intertextual dimana sebuah teks (prilaku seseorang misalnya)
meniru prilaku orang lain dengan maksud humor.
3. Teori Makna
Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada teori yang
berkaitan dengan judul yang diambil, yaitu Makna Bahasa Slogan
dalam Kehidupan Sopir memfokuskan dua teori, adapun teori yang
diajukan dalam peneliti ini dalam rumusan masalah yang telah
dituliskan sebelumnya.
Pengujian teori ini tidak dimaksudkan untuk mengujinya,
melainkan sebagai dasar pijakan atau kerangka dalam mengkaji makna
pesan yang terkandung dalam Bahasa Slogan pada Bak Truk. Adapun