• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA) SISWA KELAS IV A MI NIZHAMIYAH JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA) SISWA KELAS IV A MI NIZHAMIYAH JOMBANG."

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

HESTIN KUSMIANINGSIH

NIM. D07212049

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: Drs. H. Munawir, M. Ag.

Kata Kunci: Keterampilan membaca intensif, strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA), Bahasa Indonesia

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya keterampilan membaca intensif siswa kelas IV A. Sebagian besar siswa kurang antusias dan tidak berminat dalam melakukan kegiatan membaca pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia. Siswa juga cenderung pasif dan belum berani mengemukakan pendapat serta mengajukan pertanyaan. Hal tersebut dikarenakan guru sering menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Dengan demikian, siswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan. Kesulitan tersebut, akhirnya mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan isi bacaan. Untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa, maka peneliti mengambil tindakan pembelajaran melalui strategiDirected Reading Thinking Activity(DRTA).

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana keterampilan membaca intensif siswa kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkan strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA)?, (2) Bagaimana penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang?, (3) Bagaimana peningkatan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) di kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang?.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui keterampilan membaca intensif siswa kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA), (2) Mengetahui penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang, (3) Mengetahui peningkatan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi Directed Reading Thinking Activity(DRTA) di kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang.

Model penelitian ini merupakan PTK dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus yang terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR DIAGRAM ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tindakan Yang dipilih... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Lingkup Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Membaca Intensif ... 10

1. Pengertian Keterampilan Membaca Intensif ... 10

(8)

3. Teknik-teknik Membaca Intensif ... 16

4. Jenis-jenis Membaca Intensif... 18

5. Tujuan Membaca Intensif ... 20

6. Indikator dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca... 23

B. Bahasa Indonesia... 27

1. Pengertian Bahasa Indonesia... 27

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia... 30

3. Karakteristik Bahasa Indonesia... 34

4. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia... 34

C. StrategiDirected Reading Thinking Activity(DRTA) ... 36

1. Pengertian Strategi DRTA ... 36

2. Tujuan Strategi DRTA ... 37

3. Langkah-langkah Strategi DRTA ... 39

4. Kelebihan dan Kekurangan Strategi DRTA... 45

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 48

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian... 52

C. Variabel yang Diteliti ... 53

D. Rencana Tindakan ... 53

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 61

F. Analisis Data ... 78

G. Indikator Kinerja ... 83

H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 86

1. Sejarah Sekolah ... 86

2. Identitas Sekolah ... 87

3. Visi dan Misi Sekolah ... 88

4. Struktur Organisasi Sekolah... 89

(9)

B. Hasil Penelitian ... 91

1. Pra Siklus ... 92

2. Siklus I ... 96

3. Siklus II ... 119

C. Pembahasan... 147

1. Keterampilan membaca intensif siswa kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkan strategi Directed Reading Thinking Activity(DRTA) ...140

2. Hasil Penelitian tentang penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang ...143

3. Hasil penelitian tentang peningkatan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) di kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang...145

BAB V PENUTUP A. Simpulan ...148

B. Saran...149

DAFTAR PUSTAKA ...151

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

RIWAYAT HIDUP

(10)

DAFTAR TABEL

3.1 Pelaksanaan observasi aktivitas guru ... 65

3.2 Pelaksanaan observasi aktivitas siswa... 69

3.3 Instrumen wawancara... 72

3.4 Kisi-kisi tes tulis... 75

3.5 Rubrik penilaian produk ringkasan ... 76

4.1 Identitas MI Nizhamiyah ... 87

4.2 Struktur organisasi MI Nizhamiyah ... 89

4.3 Data siswa MI nizhamiyah ... 91

4.4 Hasil nilai pra siklus ... 93

4.5 Hasil nilai siklus I... 105

4.6 Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I ... 109

4.7 Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I... 113

4.8 Hasil nilai siklus II ... 126

4.9 Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II ... 131

4.10 Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II ... 135

(11)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Prosedur PTK model Kurt Lewwin ... 52

4.1 Guru mengondisikan siswa siklus I ... 98

4.2Semua siswa berdo’a sebelum pelajarandimulai siklus I ... 99

4.3 Guru mengajak siswaice breakingsiklus I ... 100

4.4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran siklus I ... 100

4.5 Guru menempelkan gambar siklus I ... 101

4.6 Siswa menjawab pertanyaan guru siklus I... 101

4.7 Kondisi siswa saat berdiskusi siklus I ... 102

4.8 Siswa sedang membaca teks secara intensif siklus I ... 104

4.9 Siswa mempresentasikan hasil diskusi siklus I ... 104

4.10 Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I... 104

4.11 Kondisi siswa saat guru masuk kelas siklus II ... 120

4.12 Guru mengajak siswaice breakingsiklus II... 121

4.13 Guru menjelaskan materi pelajaran siklus II ... 121

4.14 Guru menuliskan judul teks di papan tulis siklus II ... 122

4.15 Guru menunjuk siswa untuk menjawab siklus II... 122

4.16 Guru menempelkan gambar siklus II... 123

4.17 Kondisi siswa saat berdiskusi siklus II ... 124

4.18 Siswa mempresentasikan hasil diskusinya siklus II ... 125

(12)

DAFTAR DIAGRAM

4.1 Diagram hasil observasi aktivitas guru... 143

4.2 Diagram hasil observasi aktivitas siswa ... 144

4.3 Diagram nilai rata-rata siswa ... 146

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Validasi RPP Siklus I

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 3 : Lembar Validasi Aktivitas Guru Siklus I

Lampiran 4 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I

Lampiran 5 : Lembar Validasi Aktivitas Siswa Siklus I

Lampiran 6 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Lampiran 7 : Lembar Validasi Butir Soal Siklus I

Lampiran 8 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 9 : Hasil Penilaian Post Test Siklus I

Lampiran 10 : Lembar Validasi RPP Siklus II

Lampiran 11 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 12 : Lembar Validasi Aktivitas Guru Siklus II

Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II

Lampiran 14 : Lembar Validasi Aktivitas Siswa Siklus II

Lampiran 15 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

(14)

Lampiran 17 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 18 : Hasil Penilaian Post Test Siklus II

Lampiran 19 : Surat Tugas Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Lampiran 20 : Surat Ijin Penelitian Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Lampiran 21 : Surat Keterangan Penelitian MI Nizhamiyah Jombang

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Pendidikan merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain, untuk dapat mencapai suatu cita-cita tertentu.2 Pada hakekatnya, tujuan pendidikan ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal. Dengan pendidikan, peserta didik juga dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya serta kepribadian masyarakat.3

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) menghargai dan bangga 1

Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, (Jakarta: Dinas Pendidikan, 2007), hal. 1.

2

Suwarno,Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), hal. 6.

3

(16)

menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.4

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen keterampilan berbahasa. Menurut Tarigan keterampilan berbahasa (atau

language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills).5 Doyin mengemukakan bahwa keterampilan menyimak dan membaca berdasarkan fungsinya termasuk keterampilan berbahasa yang reseptif dan apresiatif, artinya keterampilan tersebut digunakan untuk menangkap dan memahami informasi yang disampaikan melalui bahasa tulis.6

Salah satu jenis membaca yang dipelajari di sekolah dasar adalah membaca intensif. Menurut Saddhono dan Slamet membaca intensif adalah

4

BNSP,Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI, (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2006), hal. 317.

5

Henry Guntur Tarigan,Membaca: sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,(Bandung: Angkasa, 2008), hal. 1.

6

(17)

membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya dikuasai siswa/pembaca. Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan seksama untuk memahami isi dari bacaan tersebut. Membaca intensif dilakukan agar anak lebih memahami secara mendalam tentang suatu bacaan.7

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV A Madrasah Ibtidaiyah Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang, pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV A menunjukkan bahwa keterampilan membaca intensif siswa masih rendah.8 Hal tersebut dikarenakan sebagian besar siswa kurang antusias dan tidak berminat dalam melakukan kegiatan membaca pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia. Siswa cenderung pasif dan belum berani mengemukakan pendapat serta mengajukan pertanyaan, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan. Kesulitan tersebut, akhirnya mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan isi bacaan. Cara mengajar guru yang masih tradisional yakni berpusat pada guru (teacher centered) juga menjadi salah satu penyebab rendahnya keterampilan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini akan membuat siswa merasa bosan dan tidak kreatif sehingga menjadikan siswa pasif yaitu hanya menerima dan hanya mendengarkan tanpa berfikir. Proses pembelajaran yang didominasi oleh

7

Saddhono dan Slamet,Meningkatkan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi), (Bandung: CV. Putra Karya Daryati, 2012), hal. 84.

8

(18)

metode ceramah kurang memberikan arahan pada proses pencarian, pamahaman, penemuan dan penerapan.

Rendahnya keterampilan membaca pada siswa kelas IV A tersebut, didukung dengan data hasil evaluasi membaca intensif yang menyatakan bahwa keterampilan membaca intensif siswa masih rendah. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 75. Data hasil evaluasi membaca intensif siswa menunjukkan nilai terendah yang diperoleh adalah 45. Dari 32 siswa hanya 12 siswa (37,5%) yang mendapat nilai diatas KKM, sedangkan sisanya yaitu 20 siswa (62,5%) masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Dengan melihat data hasil evaluasi tentang keterampilan membaca intensif tersebut, maka perlu diadakan peningkatan keterampilan membaca intensif pada siswa kelas IV A Madrasah Ibtidaiyah Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut, peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif dengan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA). Strategi ini sangat cocok diterapkan dalam kegiatan membaca karena strategi ini bertujuan untuk melatih siswa berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius. Menurut Stauffer (dalam Rahim) strategi

(19)

hipotesis, memproses informasi, dan mengevaluasi solusi sementara.9 Strategi DRTA memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks karena siswa memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan mengkaji masalah tersebut melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul

“Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia melalui Strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA) Siswa Kelas IV A MI NizhamiyahJombang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan membaca intensif siswa kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkan strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA)?

2. Bagaimana penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi Directed Reading Thinking

9

(20)

Activity (DRTA) di kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang?

C. Tindakan yang Dipilih

Untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV A Madrasah Ibtidaiyah Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang, peneliti memilih strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA). Strategi ini merupakan suatu cara yang efektif untuk melatih siswa berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius. Dengan demikian, untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV A Madrasah Ibtidaiyah Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang, penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) sangat baik untuk dilaksanakan dalam kegiatan membaca intensif.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui keterampilan membaca intensif siswa kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkan strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA).

2. Mengetahui penerapan strategi Directed Reading Thinking Activity

(21)

mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang.

3. Mengetahui peningkatan keterampilan membaca intensif KD 7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui strategi Directed Reading Thinking Activity(DRTA) di kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang.

E. Lingkup Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, peneliti hanya membahas tentang peningkatan keterampilan membaca intensif siswa menggunakan Strategi

Directed Reading Thinking Activity (DRTA) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang.

Sehubungan dengan kegiatan penelitan ini, maka perlu diberikan batasan penelitian dengan tujuan supaya penelitian ini tidak terlalu luas dan sesuai dengan harapan peneliti.

Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, maka permasalahan tersebut dibatasi pada hal-hal dibawah ini:

1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang semester genap tahun ajaran 2015/2016.

(22)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi penelitian penulis karya selanjutnya. Dan hasilnya dapat dijadikan gambaran konseptual dalam melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

Penelitian ini dapat menjadikan gambaran bahwa strategiDirected Reading Thinking Activity (DRTA) sangat cocok digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

1) Guru dapat mengetahui langkah-langkah pelaksanaan strategi

Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa.

2) Guru dapat menambah pengalaman dalam mengajar dengan menerapkan strategiDirected Reading Thinking Activity(DRTA). 3) Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan di

(23)

b. Bagi Siswa

1) Siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang mereka miliki dalam keterampilan membaca intensif.

2) Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang bersangkutan. 2) Meningkatkan kredibilitas dan kualitas sekolah.

d. Bagi peneliti

1) Hasil perbaikan pembelajaran dapat menambah pengetahuan yang sangat berharga sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas pendidikan.

2) Sebagai tambahan pengalaman di dalam perbaikan juga sebagai wadah penerapan dari teori kepada praktiknya.

e. Bagi Masyarakat

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Membaca Intensif

1. Pengertian Keterampilan Membaca Intensif

Secara bahasa keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Kemudian mendapat imbuhan ke-an menjadi keterampilan yang artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas.10

Sedangkan menurut istilah, pengertian keterampilan dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Menurut Muhibbin syah, keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah, seperti menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.11

10

✁ ✂✄ ☎✆yusu✆✝ ✞✂us ✄✞sut ✄ ☎✂✟✁✆ ✞✞✆✠✞✆✄☎✆✡ ☎ ✂✟ ✞✆✡ ✞✆ B✞☛ ✞s✞☞ Kamus Besar Bahasa

Indonesia,✌✍✞✎✞✏ ✑✞: B✞✒✞✁✄ust✞✎✞☞1994✓ ☞☛ ✞✒ ✔1043. 11

(25)

b. Menurut Reber, keterampilan merupakan kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.12

c. Menurut Oemar Hamalik, keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara jasmaniah (menulis, berbicara dan sebagainya) dan dapat juga berarti rohaniah (membedakan, menganalisis dan sebagainya).13

Dari definisi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa keterampilan adalah kecakapan atau kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu dengan baik dan tersusun rapi baik secara jasmaniah maupun rohaniah dan semuanya itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga yang diberikan kepada umat manusia. Membaca merupakan jalan yang akan mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa membaca adalah syarat utama guna membangun peradaban yang mulia, yang sesuai dengan fitrah manusia.14 Allah berfirman dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

12 Ibid. 13

Harjanto,Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 221. 14

(26)

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.

5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Membaca intensif menurut Kholid Harras, Endah, dan Titik adalah membaca secara cepat dan akurat untuk memahami teks secara tepat dan akurat.15Dawud juga mengatakan bahwa membaca intensif dapat diartikan dengan menempuh berbagai cara yang intensif dan efektif untuk menangkap makna suatu bacaan.16 Membaca informasi secara cepat dan akurat, itulah yang disebut membaca intensif.17

Menurut Brooks, membaca intensif adalah studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.18 Yang diutamakan dalam membaca intensif bukan keterampilan yang tampak, melainkan hasilnya, seperti pemahaman yang mendalam dan rinci terhadap teks yang dibaca. Bahannya berupa teks

15

Kholid Harras, dkk,Membaca I(Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal. 5.7. 16

Dawud,Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Malang: UM Press, 2008), hal. 55. 17

Johan Wahyudi dan Darmiyati Zuchdi,Bahasaku Bahasa Indonesia 2, (Solo: Platinum, 2009), hal. 195.

18

(27)

singkat dan panjangnya tidak lebih dari 500 kata yang dapat dibaca dalam waktu dua menit dengan kecepatan kurang lebih lima kata per detik.19

Sejalan dengan pemikiran Brooks, Asep mengatakan bahwa membaca intensif adalah kegiatan membaca secara sungguh-sungguh untuk memperoleh dan memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif singkat dan akhirnya mampu memberikan penilaian terhadap isi bacaan tersebut.20 Membaca secara intensif diperlukan untuk memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih berbobot, lebih kental, yang lebih merupakan kebulatan (keseluruhan). Membaca secara intensif menuntut kita mampu berpikir secara saling hubung dan sekaligus melatih kita untuk mewujudkan pemikiran saling hubung (relational thinking) itu. Kemampuan berpikir secara saling hubung penting dan perlu untuk mempelajari isi buku secara mendalam dan terperinci.21

Membaca intensif merupakan membaca pemahaman yang mempunyai tujuan memahami bacaan dengan kecepatan dan kecermatan untuk mendapatkan pemahaman dari sebuah teks bacaan. Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan keterampilan membaca intensif, pembaca dapat memahami baik pada tingkatan literal, interpretatif, kritis, dan evaluatif.22 Berkenaan dengan hal

19

Subana dan Sunarti,Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 229.

20

Asep Ganda Sadikin, dkk,Bahasa Indonesia 2, (Bandung: Facil, 2011), hal. 158. 21

Widyamartaya,Seni Membaca Untuk Studi, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 60. 22

(28)

tersebut, pengembangan kemampuan membaca intensif sangat penting dimiliki bagi semua orang yang selalu ingin belajar.

Dalam membaca intensif, seorang pembaca memperhatikan setiap detail bacaan agar tidak ada yang terlewatkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membaca intensif:

a. Pada saat membaca, mulut tidak bersuara.

b. Kepala tidak ikut bergerak mengikuti alur teks yang sedang dibaca. c. Pada saat membaca, jari tangan tidak menunjuk pada teks. Hal ini

dilakukan agar mata dapat lebih berkonsentrasi pada bacaan.23

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca intensif adalah membaca secara cepat dan tepat. Dalam membaca intensif, yang terpenting ialah pembaca mendapatkan informasi dari bahan bacaan dan dapat memahami isi bacaan secara keseluruhan. Sedangkan keterampilan membaca intensif adalah kecakapan atau kemampuan seseorang dalam membaca yang dilakukan secara cepat, cermat dan teliti terhadap teks yang dibaca.

2. Karakteristik Membaca Intensif

Membaca merupakan syarat pertama dan utama bagi keberhasilan manusia. Tidaklah mengherankan jika membaca menjadi tuntunan pertama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Allah SWT berfirman:

23

(29)

...

...

Artinya: “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat”.(QS. Al-Mujadalah: 11)

Menurut Tarigan, membaca intensif memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

a. Membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan tujuan mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dengan membaca detail keseluruhan bahan bacaan. Rata-rata bahan bacaan yang digunakan adalah bacaan singkat sekitar 500-600 kata dengan kecepatan tertentu.

b. Sebagai dasar pemahaman yang baik, cara membaca ini akan mengingat lebih lama bahan bacaan. Dengan pemahaman yang mendalam dari hasil membaca detail, maka apa yang diperoleh dari bahan bacaan akan tersimpan lama dalam memori pembaca.

c. Yang dilihat bukan hanya sekedar keterampilan membaca, tetapi lebih pada pemahaman karena akan sia-sia apabila mampu membaca cepat namun pemahaman akan bacaan tersebut masih kurang.

(30)

e. Membaca intensif bisa memberikan kemampuan bagi pembacanya untuk bisa memberikan uraian dari bahan bacaan yang padat sehingga akan lebih mudah untuk memahami bahan bacaan tersebut.24

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik membaca intensif yang paling utama ialah melatih peserta didik untuk berpikir lebih kritis, kreatif, dan inovatif dalam memahami suatu bacaan atau teks.

3. Teknik-teknik Membaca Intensif

Dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang ini, terasa sekali bahwa kegiatan membaca boleh dikatakan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Berbagai informasi sebagian besar disampaikan melalui media cetak, dan bahkan yang melalui lisan pun bisa dilengkapi dengan tulisan, atau sebaliknya. Oleh karena itu, di Indonesia suatu saat kegiatan membaca akan menjadi kebutuhan hidup sehari-hari seperti yang terdapat di negara-negara maju. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Israa’ ayat 85:

. . .

)

(

Artinya:”... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.

(QS. Al-Israa’: 85)

Menurut Dawud, ada beberapa teknik-teknik membaca intensif, yaitu:

24

(31)

a. Kemampuan membaca dengan cepat

Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk memperoleh kemahiran membaca yang andal diperlukan kecepatan membaca yang memadai.

b. Kemampuan mengenali kata pengacu dan perangkai

Isi bacaan umumnya terdiri atas beberapa gagasan utama dan tiap-tiap gagasan utama tersebut terdiri dari gagasan penjelas. Hubungan gagasan yang satu dengan gagasan lainnya itu terwujud dalam penggunaan kata-kata pengacu dan kata-kata perangkai yang tertuang dalam bacaan.

c. Kemampuan mengenali pola paragraf

Paragraf dikembangkan berdasarkan satu pikiran utama dengan beberapa pikiran penjelas. Dalam mengembangkan pokok pikiran itu, penulis dapat melakukannya dengan mengembangkan paragraf deduktif, induktif, dan campuran. Pembaca yang baik harus mampu mengenali pola paragraf dengan cepat.

d. Kemampuan mengenali pola wacana

Pada prinsipnya, pola wacana yang perlu dikenali dan diamati mirip dengan pola pengembangan paragraf. Dalam wacana juga terdapat pokok pikiran dan pikiran penjelas.25

25

(32)

Membaca intensif mengharuskan pembacanya untuk dapat memahami secara akurat apa yang dibaca, meringkas, menilai isi, menjelaskan, menyusun pertimbangan, bahkan menyunting penggunaan teks yang dibacanya. Tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana.26

Dari pemaparan di atas, terdapat empat teknik yang harus dikuasai oleh peserta didik sebelum melakukan kegiatan membaca secara intensif. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik dapat mengenali dan memahami bacaan secara cepat dan akurat, serta dapat menemukan ide-ide pokok dari suatu bacaan.

4. Jenis-jenis Membaca Intensif

Jenis-jenis membaca intensif antara lain: a. Membaca Teliti

Membaca ini bertujuan untuk memahami secara detail gagasan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut untuk melihat organisasi penulisan atau pendekatan yang digunakan oleh si penulis.

Pembaca dalam hal ini dituntut untuk dapat mengenal dan menghubungkan kaitan antara gagasan yang ada, baik yang terdapat dalam kalimat maupun dalam setiap paragraf.

26

(33)

b. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi.

c. Membaca Kritis

Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis dan bukan hanya mencari kesalahan.

d. Membaca Ide

Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan. Membaca ide merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atau pertanyaan berikut dari suatu bacaan:

1) Mengapa hal itu merupakan judul atau topik yang baik.

2) Masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut.

3) Hal-hal apa yang dipelajari dan yang dilakukan oleh sang tokoh. e. Membaca Bahasa Asing

(34)

mengembangkan kosakata, dalam tataran yang lebih luas. Hal ini bertujuan untuk mencapai kefasihan.

f. Membaca Sastra

Membaca sastra merupakan kegiatan membaca karya sastra, baik dalam hubungannya dengan kepentingan studi dan kepentingan pengkajian.27

g. Membaca Literal

Membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna yang tersirat.28

5. Tujuan Membaca Intensif

Artinya: “Siapa saja yang menginginkan sukses di dunia, maka

raihlah dengan ilmu. Siapa saja yang menginginkan sukses di akhirat, maka raihlah dengan ilmu. Dan siapa saja yang menginginkan sukses di

dunia dan di akhirat, maka raihlah keduanya dengan ilmu”. (HR. Turmudzi)

27

Henry Guntur Tarigan,Membaca: Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa, . . . , hal. 36. 28

(35)

Kemampuan membaca merupakan faktor yang sangat mendasar bagi pengembangan sumber daya manusia. Kemampuan membaca bagi siswa juga merupakan kemampuan dasar dalam belajar. Melalui membaca, siswa dapat menggali informasi, mempelajari pengetahuan, memperkaya pengalaman, mengembangkan wawasan, dan mempelajari segala sesuatu.29

Dalam melakukan sebuah kegiatan tentunya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sama halnya dengan kegiatan membaca intensif yang memiliki tujuan tertentu. Soedarso mengungkapkan tujuan membaca intensif adalah untuk memahami isi bacaan, mengenali fakta-fakta, dan menginterprestasikan apa yang telah dibaca. Hal ini berarti pembaca benar-benar mengerti isi bacaan yang dibaca, dapat mengidentifikasi atau mengenali fakta-fakta yang tercantum dalam bacaan serta dapat menginterprestasikan ide-ide yang terdapat dalam bacaan tersebut dan dapat pula membuat simpulan yang terkandung di dalam bacaan tersebut.30

Greeny dan Patty dalam Tarigan mengatakan membaca intensif mempunyai tujuan agar para siswa dapat:

a. Menentukan ide pokok, kalimat, paragraf atau wacana. b. Memilih butir-butir penting.

29

Jauharoti Alfin, dkk.Bahasa Indonesia I, . . . , hal 7.14. 30

(36)

c. Mengikuti petunjuk-petunjuk.

d. Menentukan organisasi bahan bacaan.

e. Menentukan citra visual dan citra lainnya dari bacaan. f. Menarik kesimpulan.

g. Menduga makna dan meramalkan dampak-dampak dan kesimpulan. h. Merangkum wacana yang dibaca.

i. Membedakan fakta dan pendapat.

j. Memperoleh informasi dari aneka sumber, seperti ensiklopedia, atlas atau peta.31

Sedangkan tujuan pengajaran membaca intensif yang dijabarkan Rahim sebagai berikut:

a. Para siswa dapat mengajukan pertanyaan mengenai isi bacaan yang dibacanya.

b. Para siswa dapat menemukan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam teks.

c. Para siswa dapat menyusun ringkasan.

d. Para siswa dapat mengungkapkan kembali isi wacana dengan kata-katanya sendiri secara tepat dan sistematis.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari membaca intensif adalah agar siswa dapat mengembangkan keterampilannya dalam membaca dengan cara yang detail. Dalam hal ini

31

(37)

lebih menekankan pada pengertian kata, kalimat, maupun pengembangan kosakata serta pemahaman pada seluruh isi wacana.

6. Indikator dalam Peningkatan Keterampilan Membaca

Pada dasarnya proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek yang nantinya dapat disimpulkan menjadi suatu indikator yang diharapkan untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas IV A MI Nizhamiyah Rejoagung Ploso Jombang.

Aspek-aspek tersebut yakni:

a. Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami symbol-symbol tertulis.

b. Aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol.

c. Aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada.

d. Aspek berfikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari.

(38)

Interaksi antara kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi yang baik antara penulis dengan pembaca.32

Dalam Tarigan dikemukakan bahwa keterampilan yang bersifat pemahaman bacaan(comprehension skills)mencakup aspek berikut ini:

a. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal). b. Memahami signifikansi atau makna (maksud dan tujuan pengarang,

relevansi atau keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca). c. Evaluasi atau penilaian (meliputi isi dan bentuk).

d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan yang ideal.33

Sedangkan Turner mengungkapkan bahwa seorang pembaca dikatakan memahami bahan bacaan secara baik apabila mendapatkan sebagai berikut:

a. Mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui maknanya.

b. Mengetahui makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan.

c. Memahami seluruh makna secara kontekstual.

32

Novi Resmini, dkk.,Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya, (Bandung: UPI PRESS, 2006), hal. 93.

33

(39)

d. Membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalamaan membaca.34

Pandangan lain yang menganggap membaca sebagai proses menerapkan perangkat keterampilan dengan tokoh terkemuka dari teori William S Gray. Pendapatnya yaitu bahwa membaca tidak lain dari kegiatan pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan itu. Jenis-jenis keterampilan yang dianggapnya mendasar sifatnya ialah:

a. Keterampilan mengenal atau merekognisi kata

b. Keterampilan memahami isi tersurat, yang mencakup:

1) Keterampilan menangkap ide pokok paragraf dan ide-ide penjelas 2) Keterampilan menemukan hubungan antara ide dalam bacaan 3) Keterampilan menangkap isi pokok bacaan

c. Keterampilan memahami isi yang tersirat yang meliputi:

a. Keterampilan mengidentifikasi tujuan atau maksud pengarang,

mood”, serta sikapnya terhadap pembaca.

b. Keterampilan menalarkan pemilihan kata-kata, gaya bahasa, dan retorik dari pengarang.

c. Keterampilan menentukan nilai dan fungsi isi bacaan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya oleh pembaca.35

34

(40)

Sehubungan dengan kompetensi yang dituntut dalam membaca, Munby dalam Grellet, menyatakan bahwa ada sembilan belas kompetensi yang dituntut agar seseorang dapat membaca dengan baik. Selanjutnya, dia menjelaskan bahwa indikator keterampilan membaca tersebut dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam (1) menetapkan ide pokok, (2) memilih butir-butir penting, (3) mengikuti petunjuk-petunjuk, (4) menentukan organisasi bahan bacaan, (5) menentukan citra visual dan citra lainnya dalam bacaan, (6) menarik kesimpulan-kesimpulan, (7) menduga dan meramalkan dampak dari kesimpulan, (8) merangkum bacaan, (9) membaca fakta dari pendapat, (10) memperoleh informasi dari aneka sarana khusus, seperti ensiklopedia.36

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan difokuskan pada keterampilan membaca intensif yang dilakukan dengan membaca dalam hati. Membaca intensif pada pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV A MI Nizhamiyah salah satunya dapat kita temukan pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator berikut ini:

SK: Membaca. 7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun.

KD: 7.1 Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif

35

Jauharoti Alfin,Bahasa Indonesia, (Surabaya: PMN Katalog: 2011), hal. 7.10. 36

(41)

Indikator : a. Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf.

b. menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks.

c. Meringkas teks dengan kalimat yang runtut.

B. Bahasa Indonesia

1. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional bangsa Indonesia. Sesuai dengan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan Bahasa Negara, maka bahasa mempunyai fungsi untuk sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, dan untuk menjaga kelestarian dan kemurnian Bahasa Indonesia maka diperlukan berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian Bahasa Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan Bahasa Indonesia dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia dengan benar, baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk melestarikan Bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan Bahasa Indonesia sejak dini.

(42)

Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dirumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak berada dirumah bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal inilah guru yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan akan Bahasa Indonesia. Sedangkan pendidikan nonformal dilaksanakan di luar rumah dan sekolah, dapat melalui kursus, pelatihan-pelatihan, pondok pesantren dan lain sebagainya.

Pendidikan Bahasa Indonesia di lembaga formal di mulai dari SD. Jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas I, II, dan III sebanyak 6 jam pelajaran. Sedangkan kelas IV, V, dan VI sebanyak 5 jam pelajaran. Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui bahasa yang baik pula.37

Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasioanal. Kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945

37

(43)

tercantum pasal khusus, (Bab XV Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia, yang menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.

Dengan kata lain, ada dua macam kedudukan Bahasa Indonesia. Pertama, Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan sumpah pemuda 1928, dan kedua Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.38

Kegiatan Bahasa Indonesia merupakan suatu kegiatan yang berencana dan bertujuan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya diperlukan teknik-teknik pembelajaran agar tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dapat tercapai. Bagi bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia tidak hanya sekedar merupakan alat komunikasi atau alat penyerap berbagai informasi. Bahasa itu juga merupakan kekayaan nasional yang sangat berharga yang mempersatukan suku-suku bangsa, serta menunjukkan jati diri bangsa Indonesia. Dengan demikian, Bahasa Indonesia peranannya sangat penting, yaitu sebagai sarana komunikasi juga berperan sebagai alat untuk mengantar dan menyampaikan berbagai ilmu pengetahuan di semua jenjang pendidikan.39

38

Zaenal Arifin, dkk.,Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa, 1988), hal. 9.

39

(44)

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara.

b. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.

c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial.

d. Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).

e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Siswa menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.40

Berikut ini merupakan fungsi pembelajaran Bahasa Indonesia, antara lain:

40

(45)

a. Untuk meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik, dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar siswa.

b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional, serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.

c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, dengan jalan perencanaan program pendidikan yang lebih sistematis, serta pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian perilaku.

d. Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan meningkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media komunikasi, serta penyajian informasi dan data secara lebih konkrit.

e. Memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit, serta memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

f. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan alat media massa.41

41

(46)

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai (a) lambang kebanggaan kebangsaan, (b) lambang identitas nasional, (c) alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya, dan (d) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia.42

Teknik pembelajaran Bahasa Indonesia adalah teknik, cara, atau kiat yang digunakan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Teknik ini biasanya lebih dikaitkan dengan kegiatan penyajian bahan dikelas serta segala cara dan upaya guru dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya, teknik pembelajaran bahasa lain tidak banyak bedanya.43Sebagai lambang kebanggaan nasional, Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan pegangan hidup. Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia dipelihara dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia.44

Bahasa Indonesia memiliki ragam bahasa yang tidak sedikit jumlahnya. Bahkan, dapat dikatakan ragam atau laras bahasa itu banyak sekali jumlahnya. Karena berbagai pertimbangan kepentingan dan perhitungan konteksnya, hadirlah ragam-ragam bahasa yang wujudnya

42

Zaenal Arifin, dkk.,Cermat Berbahasa Indonesia, . . . , hal. 10. 43

Subana, dkk,Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, . . . , hal. 195. 44

(47)

dapat bermacam-macam. Terdapat tiga macam ragam Bahasa Indonesia jika konteks waktu dijadikan bahan utama pertimbangan pembedaannya. Dalam seting waktu pula sebuah bahasa akan dapat diperinci menjadi (a) bahasa ragam lama atau bahasa ragam kuno, (b) bahasa ragam baru atau bahasa ragam modern, dan (c) bahasa ragam kontemporer, yakni ragam bahasa yang banyak mencuat akhir-akhir ini.45

Dengan Bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi dijajah oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan Bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, Bahasa Daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah Bahasa Indonesia.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan Bahasa Indonesia, kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan, untuk berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda, dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi. Masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama.

45

(48)

3. Karakteristik Bahasa Indonesia

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda. Mata pelajaran Bahasa Indonesia juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Di bawah ini merupakan karakteristik mata pelajaran Bahasa Indonesia, antara lain:

a. Materi bahasannya antara lain berupa bunyi-bunyi bahasa, kosakata, ungkapan, istilah, kalimat, dan sebagainya.

b. Kaidah-kaidah yang tersirat terletak pada pengucapannya, penyusunan kata, istilah, ungkapan dan kalimat-kalimatnya, serta penulisannya. c. Sistem dan strukturnya terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, dan

sistematisnya.

d. Kebiasaan-kebiasaan yang tampak pada pemakaiannya sebagai alat komunikasi.46

4. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:47

a. Mendengarkan

Kompetensi untuk aspek mendengarkan yang diajarkan di kelas IV yaitu, mendengarkan penjelasan tentang petunjuk denah, simbol

46

Muslich Masnur,Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi, . . . , hal. 78. 47

(49)

daerah/lambang korps, mendengarkan pengumuman, dan pembacaan pantun.

b. Berbicara

Pada aspek berbicara, standar kompetensi di kelas IV meliputi, mendeskripsikan secara lisa tempat sesuai denah dan petunjuk penggunaan suatu alat, mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon.

c. Membaca

Standar kompetensi untuk asapek membaca pada kelas IV yaitu, memahami teks agak panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata dalam kamus/ensiklopedi dan memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun.

d. Menulis

Pada aspek menulis, standar kompetensi yang diajarkan di kelas IV meliputi, mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk percakapan, petunjuk, cerita, surat, karangan, pengumuman, dan pantun anak.

(50)

sastra anak, kemudian menuliskan apa-apa yang terkandung dalam pikiran, perasaan, dan sebagainya).48

C. StrategiDirected Reading Thinking Activity(DRTA)

1. Pengertian StrategiDirected Reading Thinking Activity(DRTA)

Strategi berasal dari kata Yunanistrategiayang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat atau laut. Strategia dapat pula diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum sering dikemukakan bahwa strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.49

Menurut Kozma dan Gafur dalam Uno menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan menurut Gerlach dan Ely dalam Uno, strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.50

48

Zulela,Pembelajaran Bahasa Indonesia: Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 5.

49

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 2.

50

(51)

Strategi membaca dan berpikir secara langsung atau DRTA (Directed Reading Thinking Activity) adalah untuk melatih siswa untuk berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius. Stauffer dalam Rahim menciptakan kegiatan “Directed Reading Thinking Activity” (DRTA) yang digunakan untuk kemampuan berpikir kritis.51

Program ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa anak-anak dapat berpikir, bertindak dengan sadar, menyelidik, menggunakan pengalaman dan pengetahuannya, menilai fakta dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta, dan menghakimi atau membuat keputusan. Selain itu, mereka terlibat secara emosional memiliki berbagai minat, mampu belajar, dapat membuat generalisasi, dan mampu memahami sesuatu.52

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

Directed Reading Thinking Activity (DRTA) adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pengajar untuk mengajak peserta didik dalam membaca dan Berfikir Secara Langsung (MBL) serta memfokuskan keterlibatan siswa dengan memprediksi dan membuktikan teks bacaan ketika mereka membaca.

2. Tujuan StrategiDirected Reading Thinking Activity(DRTA)

KegiatanDirected Reading Thinking Activity(DRTA) menekankan kegiatan berpikir pada waktu membaca. Anak-anak dilatih memeriksa, membuat hipotesis, menemukan bukti, menunda penghakiman, dan 51

Farida Rahim,Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar, . . . , hal. 47. 52

(52)

mengambil keputusan berdasarkan pengalama dan pengetahuan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam pengajaran kelompok dan invidual. Kegiatan

Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Beck dan Mc Keown dalam Kurniawan menyatakan bahwa bahan yang digunakan dapat berupa cerita fiktif atau tulisan non fiktif. Secara lebih rinci tujuan-tujuan yang mencakup:

a. Pengembangan pemahaman. Kegiatan latihan keterampilan dasar yang mencakup diskusi, membaca lebih lanjut, dan menulis.

b. Pengembangan tujuan membaca. Tujuan membaca setiap individu dan kelompok ditentukan oleh pengalaman, kecerdasan, pengetahuan bahasa, minat, serta kebutuhan siswa.

c. Penyesuaian antara kecepatan membaca dengan tujuan yang ingin dicapai dengan taraf kesulitan bahan. Penyesuaian ini menghasilkan berbagai jenis membaca.

d. Pengamatan bacaan. Pengamatan ini mencakup kegiatan memperhatikan kesanggupan untuk menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan dan kesulitan bacaan, konsep, dan keperluan untuk membaca ulang.53

Dari beberapa tujuan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) menuntut 53

Kurniawan, Peningkatkan Kemampuan Memahami Dongeng Melalui StrategiDirected Reading Thinking Activity(DRTA) Di Kelas V Sekolah Dasar, (Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak

(53)

siswa terlihat aktif pada saat pembelajaran. Hal itu dikarenakan strategi

Directed Reading Thinking Activity (DRTA) melibatkan siswa dengan bacaan secara intensif. Sebelum membaca, siswa membuat prediksi-prediksi dari petunjuk judul dan gambar, setelah itu mencocokkan prediksi-prediksi tersebut dengan teks. Barulah setelah itu, siswa membaca teks utuh, lalu mengajarkan tes yang berkaitan dengan bacaan.

3. Langkah-langkah StrategiDirected Reading Thinking Activity(DRTA)

Menurut Achadiah (dalam Alek dan Achmad) strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) menekankan kegiatan berfikir pada waktu membaca. Siswa dilatih memeriksa, membuat hipotesis, menemukan bukti, dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan.54 Strategi Directed Reading Thinking Activitiy (DRTA) menurut Stauffer (dalam Resmini) menekankan pentingnya penggunaan prediksi selama pra membaca untuk mengangkat pengawasan siswa mengenai pemahaman mereka selama waktu pengarahan pelajaran.55

Stauffer menjelaskan strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA) memiliki tiga tahap kegiatan yaitu: memprediksi (Predicting), membaca (Reading), dan membuktikan (Proving) yang melibatkan interaksi siswa dan guru terhadap teks secara keseluruhan. Berikut

54

Alek dan Achmad,Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 78.

55

(54)

penjelasan langkah-langkah Strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA):

a. Memprediksi

Pada langkah pertama, guru menyiapkan siswa untuk membaca dan membantu mereka berfikir tentang apa yang akan mereka baca sebelum memulai pembelajaran. Siswa belajar untuk memprediksi apa yang akan mereka baca berdasarkan pada petunjuk yang tersedia di dalam teks, seperti gambar, tulisan tebal dalam bagian teks dengan membaca sekilas. Para siswa belajar untuk membuat pertanyaan tentang apa yang akan mereka baca dan untuk mengatur prediksi sebelum kegiatan membaca dimulai. Selama langkah ini, peran guru adalah untuk mengaktifkan keduanya dengan bertanya kepada siswa tentang prediksi mereka. Ini adalah waktu untuk menebak, mengantisipasi dan menghipotesa.

b. Membaca

(55)

c. Membuktikan

Selama langkah ini, siswa membaca kembali teks agar mereka dapat memverifikasi prediksi mereka. Siswa memverifikasi keakuratan prediksi mereka dengan menemukan pernyataan dalam teks dan membacanya secara lisan dalam kelas. Guru berfungsi sebagai pembimbing, penyaring, dan memperdalam bacaan atau proses berfikir. Langkah ini telah dibangun pada tahap-tahap sebelumnya, dimana siswa membuat prediksi dan membaca untuk menemukan bukti. Pada langkah ini, siswa akan mengkonfirmasi atau merevisi prediksi mereka.56

Abidin mengemukakan bahwa strategi DRTA dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembelajaran sebagai berikut:

a. Guru memperkenalkan bacaan, dengan jalan menyampaikan beberapa tentang isi bacaan.

b. Siswa membuat prediksi bacaan yang akan dibacanya. Jika siswa belum mampu guru harus memancing siswa untuk membuat prediksi. Diusahakan dihasilkan banyak prediksi sehingga akan timbul kelompok yang setuju dan kelompok yang tidak setuju.

c. Siswa membaca dalam hati wacana untuk mengecek prediksi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini guru harus mampu membimbing agar siswa melakukan kegiatan membaca untuk menemukan kalimat utama,

(56)

makna bacaan, memperhatikan perilaku baca siswa, dan membantu siswa yang menemukan kesulitan memahami makna kata dengan cara memberikan ilustrasi kata, bukan langsung menyebutkan makna kata tersebut.

d. Menguji prediksi, pada tahap ini siswa diharuskan mengecek prediksi yang telah dibuatnya. Jika prediksi yang dibuat siswa salah, siswa harus mampu menunjukkan letak ketidaksesuaian tersebut dan mampu membuat gambaran baru tentang isiwacana yang sebenarnya.

e. Pelatihan keterampilan fundamental. Tahapan ini dilakukan siswa untuk mengaktifkan kemampuan berpikirnya. Beberapa kegiatan yang dilakukan siswa adalah menguji kembali cerita, menceritakan kembali cerita, membuat gambar, diagram, ataupun peta konsep bacaan, dan membuat peta perjalanan tokoh (perjalanan yang menggambarkan keberadaan tokoh pada beberapa peristiwa yang dialaminya).57

Sedangkan menurut Farida Rahim, dalam meningkatkan keterampilan membaca intensif dengan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activity( DRTA ) dapat dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah 1: Membuat prediksi berdasarkan petunjuk judul

Guru menuliskan judul cerita atau bab yang dipelajari di papan tulis, kemudian guru menyuruh salah seorang siswanya untuk 57

(57)

membacakannya. Kemudian dari judul yang dituliskan di papan tulis siswa memprediksi apa isi dari teks bacaan yang akan dibaca. Semua prediksi mereka diterima tanpa memperhatikan masuk akal atau tidaknya prediksi yang mereka buat.

b. Langkah 2: Membuat prediksi dari petunjuk gambar

Setelah siswa membuat prediksi dari judul teks bacaan, guru menyuruh mereka membuka buku dan memperhatikan gambar yang ada. Dari petunjuk gambar tersebut siswa dapat mengemukakan pendapatnya tentang gambar tersebut.

c. Langkah 3: Membaca bahan bacaan

Guru meminta siswanya untuk membaca secara intensif bagian yang telah mereka pilih. Kemudian guru menyuruh menghubungkan bagian-bagian dari cerita itu dengan judul cerita.

d. Langkah 4: Menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikan prediksi

Ketika siswa membaca bagian pertama dari cerita, guru mengarahkan suatu diskusi dengan mengajukan pertanyaan seperti:

“Siapa yang memprediksi dengan benar apa yang diceritakan pada

bagian ini?”, kemudian guru menyuruh mereka yang merasa yakin

(58)

guru menyuruh mereka menyesuaikan prediksinya yang didasarkan pada teks yang baru saja mereka baca. Beberapa dari siswa mungkin merasa bahwa prediksi mereka hampir tepat, yang lain mungkin membuang prediksi mereka karena tidak sesuai dengan teks asli. Kemudian membuat prediksi baru berdasarkan masukan baru.

e. Langkah 5: Guru mengulang kembali prosedur 1 sampai 4

Guru mengulang kembali prosedur 1 sampai 4 hingga semua bagian pelajaran telah tercakup. Pada setiap tempat berhenti, guru mengulang kembali. Langkah terakhir, guru menyuruh siswa membuat ringkasan cerita sesuai dengan versi mereka masing-masing. Kemudian bisa dilanjutkan dengan menanyakan nilai-nilai yang terkandung dari cerita itu. Siswa bersama guru dapat mengambil kesimpulan dan hikmah dari bacaan tersebut.58

Pembelajaran membaca merupakan salah satu aspek pembelajaran keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk memberikan informasi baru kepada siswa agar dapat dipahami maksudnya dan dapat diaplikasikan dalam dunia nyata. Sedangkan Directed Reading Thinking Activity

(DRTA) sendiri merupakan strategi yang dapat mendukung terlaksananya pembelajaran membaca intensif ini. Adapun langkah dalam pembelajaran membaca intensif dengan strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA) adalah:

58

(59)

a. Siswa membuat prediksi berdasarkan petunjuk judul teks bacaan. b. Siswa membuat prediksi dari petunjuk gambar dari teks bacaan. c. Guru memberikan bahan bacaan.

d. Siswa menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikan prediksi dengan bahan bacaan.

e. Siswa menentukan kalimat utama pada tiap paragraf. f. Guru membimbing kembali prosedur 1 sampai 4. g. Guru merefleksikan pelajaran membaca tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan penenerapan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) akan menekankan pada pentingnya prediksi mereka dalam memotivasi siswa dengan dua alasan. Pertama, bisa membangkitkan minat siswa yakni ketika mereka menemukan bahwa banyak latar belakang pengetahuan dan pengalaman mereka yang relevan dengan topik pelajaran. Kedua, minat mereka juga dipertahankan ketika latar belakang pengetahuan dan pengalaman mereka menjadi bagian yang penting dari suatu mata pelajaran.

4. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Directed Reading Thinking

Activity(DRTA)

(60)

a. Strategi DRTA ini berisi banyak jenis-jenis strategi membaca sehingga guru dapat menggunakan dan dapat memperhatikan perbedaan yang ada pada peserta didik.

b. Strategi DRTA merupakan suatu aktivitas pemahaman yang meramalkan cerita hingga dapat membantu siswa untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari suatu materi yang sudah dibacanya.

c. Strategi DRTA dapat menarik minat siswa untuk belajar, karena dalam strategi DRTA menggunakan berbagai metode yang tidak hanya melayani siswa secara audio-visual, tetapi juga kinestesis.

d. Strategi DRTA menunjukkan cara belajar yang bermakna bagi murid, sebab belajar bukan hanya untuk belajar akan tetapi mempersiapkan untuk hidup selanjutnya.

e. Strategi DRTA dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran baik isi maupun prosedur mengajar.

Selain memiliki banyak kelebihan, strategi Directed Reading Thinking Activity(DRTA) juga memiliki kelemahan yaitu:

a. Strategi DRTA seringkali menyita banyak waktu jika pengelolaan kelas tidak efisien.

(61)

c. Strategi ini menuntut guru berpengetahuan luas.

d. Melalui pemahaman membaca langsung, informasi tidak dapat diperoleh dengan cepat, berbeda halnya ketika siswa memperoleh abstraksi melalui penyajian secara lisan oleh guru.

(62)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jean Mc Niff mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri.59 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan oleh guru di kelas dengan penekanan pada penyempurnaan atu peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.60

Istilah penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris classroom action research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya. Dari hasil penelitian ini kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.61

Dalam dunia pendidikan, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik. Guru akan mendapatkan

(63)

umpan balik yang sistematis tentang apa yang dilakukan selama ini dalam pembelajaran. Ini terjadi setelah guru meneliti sendiri kegiatannya di kelas dengan melibatkan siswanya melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengan demikian, guru akan mampu membuktikan kebaikan atau kelemahan teori pembelajaran yang telah dilakukannya di kelas.62

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi tiga unsur atau konsep, yakni sebagai berikut:

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.

3. Kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pembelajaran yang sama dari seorang guru.63

Menurut Rochiati, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat

62

Ibid, hal. 21.

63

Kunandar,❋ ●❍ ■ ❏ ●❑▲ ▼ ◆ ● ❑❖ P❍P◗❘ ❙❘ ●❍❚❘❍◆ ●❏ ●❍❯ P◗ ●❱❱P❲ ●■ ●❘❖P❍■P❳ ❲ ●❍■ ●❍❖ ❨❩❬ P❱❘❭▼❨▼,

Gambar

  Gambar 3.1      Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewwin
Tabel 3.1Lembar Observasi Aktivitas Guru
gambar yang telah diamati
        Tabel 3.2Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan faktor yang mempengaruhi kesepian pada subjek adalah faKtor psikologis karena subjek kehilangan orangorang yang disayanginya yaitu ibu subjek meninggal dunia disaat

Perpres No 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. © Fitri Aprilia 2014 Universitas

Dengan ini diberitahukan bahwa penetapan pemenang seleksi sederhana sesuai Penetapan Kelompok Kerja (POKIA) IV (empat) ULP Kabupaten Batang Hari Nomor :

[r]

Bagian dari kesuksesan Blue Bird Group adalah kemampuan dalam mempertahankan standar kualitas yang tinggi dan pelayanan yang memuaskan selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut: prinsip perencanaan dalam pendidikan dan pelatihan adalah materi harus diberikan

[r]