• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu Di Areal IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu Di Areal IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN

KAYU DI AREAL IUPHHK-HA PT WAPOGA MUTIARA

TIMBER UNIT II PAPUA

RESTU DWI ATMOKO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu Di Areal IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Restu Dwi Atmoko

(4)

ABSTRAK

RESTU DWI ATMOKO. Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu Di Areal IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua. Dibimbing oleh ELIAS

PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua melakukan pemanenan kayu jenis Merbau (Intsia sp.) yang merupakan salah satu jenis kayu komersil dengan harga jual yang tinggi. Aktivitas pemanenan yang dilakukan secara konvensional berdampak pada terjadinya kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal, sehingga penelitian terkait kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan, tipe kerusakan, dan keterbukaan areal yang terjadi. Penelitian dilakukan menggunakan plot berbentuk jalur dengan ukuran 20 meter x 500 meter sebanyak 5 plot. Pengukuran dilakukan terhadap semua jenis pohon dengan diameter ≥ 10 cm yang berada di dalam jalur pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kerusakan tegakan tinggal yang terjadi akibat pemanenan sebesar 24.60% yang termasuk pada kerusakan tingkat ringan. Tipe kerusakan terbesar yang dialami tegakan tinggal adalah tipe kerusakan pohon roboh/miring sebesar 36.80%. Berdasarakan tingkat keparahan luka, lebih dari separuh populasi pohon yang rusak termasuk kategori luka berat. Keterbukaan areal rata-rata yang terjadi yaitu sebesar 1774.64 m2 / hektar. Pemanenan kayu menyebabkan penurunan nilai INP jenis Merbau.

Kata kunci: keterbukaan areal, pemanenan, tegakan tinggal, tingkat kerusakan.

ABSTRACT

RESTU DWI ATMOKO. Damages of the Remaining Stands due to Timber Harvesting in the IUPHHK-HA Area of PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua. Supervised by ELIAS

PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua had harvested Merbau (Intsia sp) tree species, one kind of high-priced commercial timber. Conventional method of timber harvesting had caused damages to the remaining stands and created open areas. Therefore, it is necessary to conduct a study to learn about the damages level, damages types, and the open areas. The research was carried out using 5 strip-shaped plots measuring 20 m x 500 m. Measurements were performed on all species of trees with a diameter of ≥ 10 cm within the observation plots. The research result showed that the damages of the remaining stands were 24.60%, and categorized as low damages. The most severe type of damages was in form of fallen or tilted trees reaching 36.80%. More than half of the tree population were seriously injured. The average open area was 1774.64 m2 / hectare. The wood harvesting has decreased the important index value of Merbau species.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN

KAYU DI AREAL IUPHHK-HA PT WAPOGA MUTIARA

TIMBER UNIT II PAPUA

RESTU DWI ATMOKO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

(6)
(7)

Judul Skripsi : Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu Di Areal IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua Nama : Restu Dwi Atmoko

NIM : E14100042

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Elias Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu Di Areal IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Elias selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran, arahan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Susan Liliyanti Sunarti selaku Direktur PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua, Ir Hengki Rumfabe selaku Kepala Cabang Kantor di Jayapura, Bapak Raden Jusmanto, Bapak Yance Kamelane, Bapak Agus Suryanto dan seluruh staf PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua yang telah membantu selama kegiatan penelitian.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak (Darto), Ibu (Sutriandayani), Kurneliza Arifiawan, Desiana Rahmawati dan Risty Nurtyarti atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Terimakasih penulis ucapkan juga kepada teman-teman seperjuangan PKL (M Izzudin Faisal, Maya Rianasari, Marni Sumarningtias, dan Dwi Anjarsari) serta keluarga besar Manajemen Hutan angkatan 47 yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Jenis dan Sumber Data 2

Desain Petak Penelitian 3

Prosedur Penelitian 4

Pengolahan Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Komposisi dan Struktur Tegakan 8

Volume Pohon yang Ditebang 10

Kerusakan Tegakan Tinggal 11

Hubungan Intensitas Penebangan dengan Kerusakan Tegakan Tinggal dan

Keterbukaan Areal 15

Uji-T Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal dan Keterbukaan Areal Akibat

Perbedaan Intensitas Penebangan 16

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 18

(10)

DAFTAR TABEL

1 Indeks Nilai Penting (INP) jenis pohon yang mendominasi di plot

penelitian 9

2 Indeks Nilai Penting (INP) jenis pohon setelah dilakukan kegiatan

pemanenan kayu 9

3 Jumlah pohon sebelum dan setelah pemanenan 10

4 Volume pohon yang ditebang dan potensi volume pohon masak tebang

pada plot penelitian 11

5 Derajat kerusakan tegakan tinggal pohon diameter ≥ 10 cm 12 6 Tipe kerusakan pohon akibat kegiatan pemanenan 13 7 Keterbukaan areal akibat kegiatan pemanenanan 14 8 Data intensitas penebangan, kerusakan tegakan tinggal, dan

keterbukaan areal 15

9 Uji-T tingkat kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal akibat

perbedaan intensitas penebangan 16

DAFTAR GAMBAR

1 Desain petak penelitian 3

2 Desain jalur pengambilan data 4

3 Komposisi jenis pohon pada plot penelitian 8

4 Kurva struktur tegakan plot penelitian sebelum pemanenan (▲) dan

setelah pemanenan (● ) 10

5 Tingkat kerusakan pohon berdasarkan besarnya luka 12 6 Grafik hubungan antara intensitas penebangan dengan kerusakan

tegakan tinggal dan keterbukaan areal 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel rekapitulasi jumlah pohon pada plot penelitian 18 2 Jumlah pohon sebelum dan setelah penebangan berdasarkan kelas

diameter 18

3 Tabel Indeks Nilai Penting (INP) pohon di plot penelitian 19 4 Tabel Indeks Nilai Penting (INP) pohon setelah pemanenan kayu 19

5 Tingkat kerusakan berdasarkan besarnya luka 20

6 Tipe kerusakan pohon 20

7 Tabel jenis pohon di areal PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua 20

8 Dokumentasi kerusakan tegakan tinggal 21

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanenan hutan merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang merubah pohon dan biomassa lain menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan dan ekonomi masyarakat (Elias 2008). Kegiatan pemanenan perlu mempertimbangkan berbagai aspek agar pemanenan dapat dilakukan secara efisien, ekonomis, dengan tingkat kerusakan lingkungan yang minimal. Pemanenan yang tidak dilakukan secara baik dan benar dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kerusakan lingkungan yang paling dominan akibat kegiatan pemanenan kayu adalah kerusakan tanah dan kerusakan vegetasi (tegakan tinggal). Kerusakan tanah dapat menyebabkan menurunnya kapasitas penyerapan air oleh tanah sehingga memicu terjadinya erosi, dalam jangka panjang dapat menyebabkan menurunnya kesuburan tanah dan produktivitas lahan hutan. Teknik Reduce Impact Timber Harvesting (RITH) merupakan salah satu teknik yang didesain untuk merencanakan kegiatan pemanenan kayu dengan tujuan meminimalkan dampak kerusakan baik kerusakan tanah maupun vegetasi. Elias (2002) menyatakan bahwa penerapan teknik RITH sangat penting untuk kelangsungan pengusahaan hutan, industri perkayuan, dan untuk menjaga kelestarian hutan.

Perencanaan pemanenan kayu yang baik dan benar diharapkan mampu meminimalkan tingkat kerusakan tegakan tinggal dalam kegiatan pemanenan. Tingkat kerusakan tegakan tinggal perlu diperhatikan secara baik terkait dengan upaya penyelamatan permudaan untuk regenerasi tegakan setelah dilakukan kegiatan pemanenan kayu. Kegiatan pemanenan kayu dapat berlangsung secara berkelanjutan apabila tegakan tinggal jenis komersil maupun non komersil dapat dipertahankan. Penyelamatan jenis permudaan komersil memungkinkan agar tidak terjadi penurunan produktivitas penebangan pada siklus tebang berikutnya pada sistem tebang Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) yang diterapkan oleh pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) di Indonesia.

(12)

2

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menghitung tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu. 2. Mengidentifikasi tipe-tipe kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu. 3. Mengukur luas keterbukaan areal akibat kegiatan pemanenan kayu.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat kerusakan tegakan tinggal yang terjadi akibat aktivitas kegiatan pemanenan kayu. Selain itu, diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai pertimbangan perusahaan dalam penentuan sistem pemanenan serta menyusun rencana pemanenan agar dapat meminimalkan kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan pemanenan kayu.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Kabupaten Sarmi, Papua pada bulan Februari hingga April 2014.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita meter, pita ukur, tali tambang, patok kayu, tally sheet, kertas milimeter blok, label, kompas, kamera, planimeter, dan software Microsoft Word dan Microsoft Excel 2010. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tegakan hutan di petak tebang PT Wapoga Mutiara Timber Unit II yang merupakan obyek kajian dalam penelitian ini.

Jenis dan Sumber Data

(13)

3 mengetahui data pohon layak tebang, peta areal pengusahaan hutan, dan data pengelompokkan jenis kayu.

Desain Petak Penelitian

Plot penelitian yang digunakan adalah 5 plot ukur berbentuk jalur dengan luasan masing-masing jalur 1 hektar. Pengamatan dilakukan secara systematic sampling dengan ukuran jalur 20 meter x 500 meter dan jarak antar jalur sepanjang 200 meter berdasarkan kegiatan pemanenan yang dilakukan. Jalur pengamatan dibuat di dalam petak tebang yang telah ditentukan sebelumnya secara purposive sampling. Desain pembuatan petak penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Desain petak penelitian

(14)

4

G

Gambar 2 Desain jalur pengambilan data

Keterangan: nomor 1,2,3 dst adalah nomor sub petak 20 x 20 m di dalam jalur pengamatan/survey.

Prosedur Penelitian

1. Survey Penentuan Lokasi atau Pembuatan Petak Penelitian

Petak penelitian dibuat pada petak tebang dimana dalam petak tersebut akan dilakukan kegiatan pemanenan kayu. Dalam petak tebang yang terpilih kemudian dibuat plot penelitian dan jalur pengambilan data sebagaimana disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)

Data ITSP yang diambil pada plot penelitian sebelum penebangan diantaranya adalah jenis pohon, diameter pohon yang diukur pada setinggi dada (1,3 meter) dengan diameter ≥ 10 cm, koordinat pohon, dan keadaan lapangan lain di sekitar jalur penelitian. Pohon yang di inventarisasi adalah pohon-pohon yang berada di dalam jalur pengamatan. Pohon yang lokasinya terkena garis jalur pengamatan dihitung setengah pohon.

3. Inventarisasi Kerusakan Tegakan Tinggal

Inventarisasi tegakan tinggal (ITT) dilakukan terhadap pohon-pohon yang berada di dalam jalur pengamatan. Pohon yang lokasinya terkena garis jalur pengamatan dihitung setengah pohon. Kegiatan inventarisasi pada tahap ini dapat dibedakan menjadi 3 kegiatan yaitu:

a. Inventarisasi jenis dan jumlah pohon yang rusak.

b. Menentukan tipe kerusakan pohon yang dikelompokkan ke dalam beberapa tipe, yaitu kerusakan tajuk, kerusakan batang dan kulit, kerusakan banir dan akar, kerusakan batang utama patah, kerusakan pohon roboh, dan pohon miring.

c. Menentukan tingkat keparahan kerusakan tegakan tinggal berdasarkan besarnya luka setiap individu pohon yang terkena dampak pemanenan. Menurut Elias (2008) tingkat keparahan kerusakan tegakan tinggal dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Tingkat kerusakan berat: a. Batang pohon patah b. Pecah batang

(15)

5 d. Rusak tajuk > 50%

e. Rusak banir > ½ banir rusak atau perakaran rusak f. Luka batang (rusak kulit) > ½ keliling batang 2. Tingkat kerusakan sedang:

a. Rusak tajuk 30% - 50%

b. Luka batang (luka kulit) ¼ sampai ½ dari keliling batang c. Rusak banir ¼ sampai ½ banir rusak

d. Batang pohon miring > 450 dari permukaan tanah 3. Tingkat kerusakan ringan:

a. Rusak tajuk < 30%

b. Rusak batang/rusak kulit < ¼ keliling batang dengan panjang luka < 1 ½ meter

c. Rusak banir < ¼ banir

Apabila pada pohon yang rusak terdapat lebih dari satu tipe kerusakan, maka tingkat kerusakan dapat dinilai sebagai berikut:

1 rusak ringan + 1 rusak ringan = rusak sedang 1 rusak ringan + 1 rusak sedang = rusak sedang 1 rusak sedang + 1 rusak sedang = rusak berat 1 rusak sedang + 1 rusak berat = rusak berat

4. Pengukuran Keterbukaan Areal akibat Kegiatan Pemanenan Kayu

Pengukuran keterbukaan areal akibat kegiatan pemanenan kayu dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap arah sudut (azimuth) dan jarak antar titik pada garis batas areal yang terbuka di dalam jalur pengamatan. Luas keterbukaan areal dihitung menggunakan planimeter pada kertas milimeter blok dengan skala 1 : 100.

Pengolahan Data

Komposisi dan Struktur Vegetasi

Struktur tegakan dianalisis dengan membuat grafik struktur tegakan (kurva J terbalik) untuk mengetahui perbedaan struktur tegakan masing-masing jalur pengamatan. Komposisi dan struktur vegetasi pada plot penelitian dihitung menggunakan rumus Sorianegara dan Indrawan (1988) sebagai berikut:

a era atan s at enis in ivi s at enis as eta contoh

b era atan re ati s at enis era atan se r h enis era atan s at enis 100

c re ensi s at enis ot item an s at enis m ah se r h ot

(16)

6

e ominasi s at enis as bi an asar b s s at enis as eta contoh

ominasi re ati s at enis ominasi se r h enis ominasi s at enis 100

n e s i ai entin

Pemetaan Pohon Sebelum dan Setelah Pemanenan

Pemetaan pohon sebelum dan setelah pemanenan menggunakan data hasil kegiatan ITSP dan ITT yang telah dilakukan. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan dalam melihat perubahan komposisi pohon di dalam jalur pengamatan dan menghitung jumlah pohon yang rusak akibat kegiatan pemanenan. Pembuatan peta pohon dilakukan di kertas milimeter blok dengan skala 1 : 100.

Potensi Tegakan

Potensi tegakan pada plot penelitian dilakukan dengan pendekatan perhitungan volume pohon menggunakan persamaan alometrik volume yang disusun oleh Krisnawati et al. (2012). Pendugaan potensi tegakan digunakan untuk mengetahui jumlah volume pohon dengan diamater ≥10 cm di dalam jalur pengamatan, dan mengetahui volume tegakan yang hilang/rusak akibat kegiatan pemanenan. Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Kelompok Meranti Volume = 0.0000129D3.229

b. Kelompok Rimba Campuran dan Kayu Indah Volume = 0.0004179D2.2079 c. Jenis Merbau Volume = 0.0000762D2.5792

Besar Kerusakan Tegakan Tinggal

Kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan pemanenan dianalisis dengan menggunakan perhitungan parameter sebagai berikut:

1. Persen Kerusakan Tingkat Populasi

Besarnya tingkat kerusakan tegakan tinggal tingkat populasi dalam petak penelitian digunakan rumus berikut (Elias 2008):

K = ∑ r b

∑b a × 100%

Keterangan:

∑ r = m ah ohon ber iameter ≥10 cm yan r sa sete ah eneban an

∑ a = m ah ohon ber iameter ≥10 cm yan sehat sebe m penebangan 2. Tingkat Keparahan Kerusakan

Menurut Elias (2008) berdasarkan jumlah populasi pohon, kerusakan tegakan tinggal dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(17)

7 3. Persen Keterbukaan Areal

Keterbukaan areal akibat kegiatan pemanenan kayu dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Elias 2008):

10 000 m 100

Keterangan:

K = Keterbukaan areal dalam jalur pengamatan 20 m x 500 m (%) L = Luas areal yang terbuka karena pemanenan (m2)

Hubungan Intensitas Penebangan dengan Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal dan Keterbukaan Areal

Hubungan antara intensitas penebangan dengan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal dapat diperoleh dengan analisis regresi sederhana dengan persamaan sebagai berikut:

y = b0 + b1x Keterangan:

y = Kerusakan tegakan tinggal atau keterbukaan areal (%) b0 = Koefisien regresi

x = Intensitas penebangan (pohon/hektar)

Uji –T Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal dan Keterbukaan Areal Akibat Perbedaan Intensitas Penebangan

Perbedaan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal yang diakibatkan oleh intensitas penebangan, dianalisis menggunakan analisis statistika Uji-T. Hipotesis uji yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kerusakan tegakan tinggal

H0: intensitas penebangan tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan tegakan tinggal

H1: intensitas penebangan berpengaruh nyata terhadap kerusakan tegakan tinggal

2. Keterbukaan areal

H0: intensitas penebangan tidak berpengaruh nyata terhadap keterbukaan areal H1: intensitas penebangan berpengaruh nyata terhadap keterbukaan areal Kriteria Uji:

(18)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi dan Struktur Tegakan

Kelompok jenis pohon di areal PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu Kelompok Jenis Meranti yang terdiri dari jenis Celtis (Celthis spp.), Mersawa (Anisoptera polyandra), Matoa

(Pometia spp.), Nyatoh (Palaqium spp.), Kenari (Canarium indicum), Pulai

(Alstonia scholaris), Resak (Vatica papuana), dan Merbau (Intsia spp.). Kelompok Jenis Rimba Campuran yang terdiri dari jenis Ketapang (Terminalia spp.), Terentang (Camnosperma sp.), Binuang (Octomeles sumatrana), Terap

(Artocarpus spp), Pala Hutan (Myristica spp.), Medang (Alseodaphone sp.), dan jenis lain. Kelompok Kayu Indah terdiri dari jenis Dao (Dracontomelon edule)

dan Lingguwa (Pterocarpus indicus). Jenis kelompok pohon yang mendominasi pada plot penelitian adalah jenis Rimba Campuran dengan jumlah rata-rata 350 pohon/hektar atau 57.53%, kemudian kelompok jenis Meranti dengan jumlah rata-rata 251 pohon/hektar atau 41.29%, dan kelompok Kayu Indah dengan jumlah rata-rata 7 pohon/hektar atau 1.18%. Komposisi jenis pada plot penelitian tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3 Komposisi jenis pohon pada plot penelitian

(19)

9 Tabel 1 Indeks Nilai Penting (INP) jenis pohon yang mendominasi di plot

penelitian

Jenis Indeks Nilai Penting (INP)

Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5

Kegiatan pemanenan kayu dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada susunan dan bentuk suatu tegakan. Berkurangnya individu dalam satu jenis tertentu menyebabkan bergesernya nilai INP suatu jenis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, terjadi perubahan nilai INP pada jenis pohon Merbau setelah dilakukan pemanenan kayu seperti yang disajikan pada Tabel 2. Penurunan nilai INP jenis ini dapat menunjukkan bahwa permudaan pohon jenis Merbau perlu mendapatkan pengayaan jenis, agar ketersediaan permudaan dapat terus terjaga sehingga kelestarian produksi dapat tercapai. Penurunan nilai INP jenis Merbau disebabkan karena perusahaan hanya memanen jenis tersebut. Jenis-jenis komersil lainnya hanya ditebang untuk membuat prasarana PWH, tidak dipanen untuk dipasarkan. Mawazin dan Subiakto (2012) menyatakan bahwa jenis-jenis yang memiliki nilai INP tertinggi berpeluang lebih besar untuk mempertahankan pertumbuhannya dan kelestarian jenisnya.

Tabel 2 Indeks Nilai Penting (INP) jenis pohon setelah dilakukan kegiatan pemanenan kayu

Jenis Indeks Nilai Penting (INP)

Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5

(20)

10

Gambar 4 Kurva struktur tegakan plot penelitian sebelum pemanenan (▲) dan setelah pemanenan (●)

Jumlah pohon diameter ≥ 10 cm pada penelitian ini berkisar antara 554-687 pohon/hektar. Jumlah kerapatan pohon yang diperoleh dari plot penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai kerapatan hasil penelitian Pradata (2012) di areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alas Mandiri Papua. Kerapatan tegakan di areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alas Mandiri berkisar antara 234-463 pohon/plot atau sekitar 284 pohon/hektar. Jumlah kerapatan pohon per hektar pada penelitian ini sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan pemanenan tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah pohon sebelum dan setelah pemanenan Plot Timber Unit II Papua periode 2012-2021, sistem silvikultur yang diterapkan pada areal kerja yaitu sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Sistem silvikultur TPTI merupakan salah satu bentuk pengelolaan hutan alam tropika Indonesia pada hutan tidak seumur yang bertujuan untuk mewujudkan hutan dengan komposisi dan struktur yang optimal dan sesuai dengan sifat biologi dan keadaan tempat tumbuh aslinya.

PT Wapoga Mutiara Timber hanya melakukan pemanenan pohon pada jenis Merbau, sedangkan jenis kayu komersil lain akan dipanen apabila terdapat kebutuhan pemakaian kayu untuk perbaikan fasilitas Pembukaan Wilayah Hutan (PWH), sehingga pada penelitian ini volume pohon produksi yang dihitung hanya

0

10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 >60

(21)

11 jenis Merbau. Berdasarkan hasil kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) pada plot penelitian, diperoleh data potensi pohon yang dapat dipanen yaitu 218.38 m3/hektar, dengan jumlah rata-rata pohon masak tebang (pohon berdiameter ≥ 40 cm) adalah 56 pohon/hektar yang terdiri dari jenis-jenis komersil antara lain adalah jenis Bintangur, Celtis, Ketapang, Kenari, Matoa, Merbau, Mersawa, Nyatoh, Pala Hutan, Resak dan Terentang sebanyak 34 pohon/hektar dan jenis-jenis non komersil sebanyak 22 pohon/hektar. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data volume rata-rata yang dipanen pada plot penelitian sebanyak 50.97 m3/hektar. Secara lebih jelas data volume yang dipanen setiap plot penelitian disajikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Volume pohon yang ditebang dan potensi volume pohon masak tebang

Keterangan : *volume diameter 40 cm up semua jenis pada plot penelitian

Kerusakan Tegakan Tinggal

Sistem pemanenan yang digunakan pada areal PT Wapoga Mutiara Timber adalah pemanenan secara konvensional. Menurut Elias (2008), sistem pemanenan secara konvensional dapat didefinisikan sebagai sistem pemanenan yang ditandai dengan perencanaan yang kurang, penggunaan teknik pemanenan yang kurang tepat dan kurang terkontrol, serta kurang menerapkan teknik pemanenan kayu yang berpedoman pada TPTI. Sistem pemanenan konvensional dapat menyebabkan kerusakan tegakan tinggal yang lebih besar jika dibandingkan dengan sistem pemanenan ramah lingkungan.

Derajat Kerusakan Tegakan Tinggal

(22)

12

Tabel 5 Derajat kerusakan tegakan tinggal diameter ≥ 10 cm Plot

Tabel 5 menjelaskan bahwa kerusakan tegakan tinggal terkecil terdapat pada plot penelitian ke-3 dengan intensitas penebangan 6 pohon/hektar dengan kerusakan sebesar 17.88%, sedangkan kerusakan terbesar terdapat pada plot penelitian ke-5 dengan intensitas penebangan 13 pohon/hektar dengan kerusakan tegakan tinggal sebesar 38.12%. Dari hasil tersebut maka diperoleh rata-rata kerusakan tegakan tinggal di PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua adalah 24.60% yang termasuk ke dalam tingkat kerusakan ringan karena masih kurang dari 25%. Hasil penelitian Elias (1995) dalam Elias (2008) di areal HPH PT Narkata Rimba dan PT Kiani Lestari Kalimantan Timur besarnya kerusakan tegakan tinggal paling besar berasal dari intensitas penebangan 17 pohon/hektar dengan kerusakan tingkat populasi sebesar 35.43% dengan jumlah pohon sebelum pemanenan 748 pohon/hektar dan jumlah pohon yang rusak sebesar 259 pohon/hektar. Sedangkan pada intensitas penebangan 6 pohon/hektar menghasilkan kerusakan tegakan tinggal sebesar 21.13%. Hasil penelitian yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Elias (1995), sehingga dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi intensitas penebangan yang dilakukan maka akan semakin tinggi pula tingkat kerusakan tegakan tinggal dan semakin rendah intensitas penebangan maka kerusakan tegakan tinggal yang diakibatkan akan semakin kecil pula.

Tingkat Kerusakan Pohon Berdasarkan Besarnya Luka

Kerusakan yang dialami oleh pohon akibat kegiatan pemanenan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat besarnya luka yang terjadi. Menurut Elias (2008), tingkat kerusakan pohon berdasarkan besarnya luka dibagi ke dalam tiga jenis yaitu kerusakan berat, sedang, dan kerusakan ringan.

Gambar 5 Tingkat kerusakan pohon berdasarkan besarnya luka

(23)

13 Gambar 5 menunjukkan bahwa kerusakan tingkat berat yang terjadi pada plot penelitian sebesar 53.95%, kerusakan tingkat sedang sebanyak 26.24%, dan kerusakan tingkat ringan sebanyak 19.81%. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Andina (2013) di PT Sarmiento Parakantja Timber di Kalimantan Tengah. Berdasarkan hasil penelitian Andina (2013) tingkat kerusakan pohon di PT Sarmiento Parakantja Timber yaitu kerusakan tingkat berat sebesar 49.30%, kerusakan tingkat sedang sebesar 20.88%, dan kerusakan tingkat ringan sebesar 29.82%. Menurut Elias (2008), kerusakan yang dialami oleh pohon dapat diminimalkan dengan adanya rencana sistem pemanenan yang baik sehingga kerusakan tingkat berat dapat dikurangi. Pohon yang mengalami kerusakan tingkat berat dapat diprediksikan tidak akan mampu tumbuh kembali secara normal karena mengalami kerusakan patah batang utama, pecah batang, pohon roboh dengan sudut > 450 dari permukaan tanah, mengalami rusak tajuk lebih dari 50%, dan luka batang atau banir dengan keliling lebih dari setengah keliling batang pohon tersebut.

Tipe Kerusakan Pohon

Kegiatan pemanenan kayu menyebabkan perbedaan jenis atau tipe kerusakan yang dialami oleh pohon di dalam populasi. Tipe kerusakan yang dialami pohon dapat dibedakan menjadi beberapa tipe diantaranya adalah kerusakan tajuk, kerusakan pada batang dan kulit, kerusakan pada banir dan akar, patah batang utama, dan pohon miring atau pohon roboh.

(24)

14

umum ditemukan akibat kegiatan penyaradan adalah pohon roboh karena penyingkiran pohon untuk pembuatan jalan sarad.

Keterbukaan Areal Akibat Pemanenan Kayu

Elias (2008) menjelaskan bahwa keterbukaan tanah hutan adalah permukaan tanah kehilangan perlindungannya, antara lain dari tajuk-tajuk pohon, semak belukar, tumbuhan bawah lain, dan serasah yang menutupi tanah. Sebagai akibat dari keterbukaan tanah, maka akan terjadi penurunan intersepsi dan transpirasi dari tegakan, yang selanjutnya akan meningkatkan aliran permukaan dan peningkatan erosi tanah. Kegiatan pemanenan yang dilakukan pada plot penelitian menyebabkan keterbukaan areal yang berbeda karena intensitas penebangan setiap plot penelitian berbeda. Besar keterbukaan areal pada plot penelitian disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Keterbukaan areal akibat kegiatan pemanenan Plot

Rata-rata 1774.64 17.75

(25)

15 menjadi lebih kecil. Perencanaan arah rebah dan jalan sarad yang baik di lapangan dapat meminimalkan tingkat keterbukaan areal yang terjadi.

Hubungan Antara Intensitas Penebangan dengan Kerusakan Tegakan Tinggal dan Keterbukaan Areal

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara intensitas penebangan dengan dampak yang ditimbulkan, baik terhadap kerusakan tegakan tinggal maupun keterbukan areal. Plot penelitian ke-5 memiliki intensitas penebangan paling besar yaitu 13 pohon/hektar, dampak yang ditimbulkan juga paling besar dibandingkan dengan plot penelitian lainnya. Kerusakan tegakan tinggal pada plot penelitian ke-5 mencapai 38.12% dan keterbukaan areal sebesar 27.31%. Plot penelitian ke-3 dengan intensitas penebangan 6 pohon/hektar menghasilkan kerusakan sebesar 17.88% dan keterbukaan areal sebesar 12.84%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa intensitas penebangan berkorelasi positif terhadap kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal yang dihasilkan. Semakin tinggi intensitas penebangan maka akan semakin tinggi pula tingkat kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal yang terjadi. Besarnya kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal akibat kegiatan pemanenan berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Data intensitas penebangan, kerusakan tegakan tinggal, dan keterbukaan areal

Persamaan regresi sederhana yang menunjukkan hubungan antara besar kerusakan tegakan tinggal (y) dengan intensitas penebangan (x) dinyatakan dalam persamaan y = 2.9634x - 2.20695 dengan nilai R2 = 95.26%. Nilai koefisien determinasi hubungan antara intensitas penebangan dan kerusakan tegakan tinggal sebesar 95.26% yang menunjukkan bahwa 95.26% kerusakan tegakan tinggal dapat dijelaskan oleh intensitas penebangan. Sedangkan persamaan regresi sederhana yang menunjukkan hubungan antara antara besar keterbukaan areal (y) dengan intensitas penebangan (x) dinyatakan dalam y = 188.61x + 77.15, dengan nilai koefisien determinasi sebesar 86.25% yang menunjukkan bahwa sebanyak 86.25% keterbukaan areal dapat dijelaskan oleh intensitas penebangan yang dilakukan. Grafik hubungan antara intensitas penebangan dengan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal disajikan pada Gambar 6.

(26)

16

Gambar 6 Grafik hubungan antara intensitas penebangan dengan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal

Uji-T Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal dan Keterbukaan Areal Akibat Perbedaan Intensitas Penebangan

Berdasarkan Uji-T kerusakan tegakan tinggal dan keterbukan areal yang terjadi akibat perbedaan intensitas penebangan dalam kegiatan pemanenan, nilai T hitung ≥ T tabel yang berarti bahwa perbedaan intensitas penebangan berpengaruh nyata pada tingkat kepercayan 95%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Muhdi (2001) dan Andina (2013) yang menyatakan bahwa perbedaan intensitas penebangan akan berpengaruh nyata terhadap kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal yang terjadi. Perbedaan kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal yang dialami oleh kelima plot penelitian yang digunakan dapat dijelaskan dengan Uji-T seperti yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Uji-T tingkat kerusakan tegakan tinggal dan keterbukaan areal akibat

Tingkat kerusakan tegakan tinggal rata-rata berdasarkan jumlah populasi pohon berdiameter ≥ 10 cm akibat pemanenan kayu di PT Wapoga Mutiara Timber Unit II termasuk kerusakan tingkat ringan, tetapi berdasarkan tingkat keparahan luka lebih dari separuh populasi pohon yang rusak termasuk kategori

(27)

17 luka berat. Keterbukaan areal yang terjadi akibat penebangan satu pohon sebesar 197.18 m2. Kerusakan tegakan tinggal dan luas keterbukaan areal dipengaruhi oleh intensitas penebangan dimana semakin tinggi intensitas penebangan maka kerusakan dan keterbukaan areal akan semakin besar.

Pemanenan kayu yang hanya terfokus pada jenis Merbau, menyebabkan penurunan nilai INP Merbau yang nyata. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya potensi Merbau pada siklus tebang berikutnya.

Saran

1. Kegiatan pemanenan harus memperhatikan aspek lingkungan, agar kerusakan tegakan tinggal dapat diminimalkan, oleh karena itu disarankan melakukan perencanaan pemanenan kayu yang baik agar kegiatan pemanenan dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien.

2. Pengayaan jenis Merbau perlu dilakukan setelah pemanenan kayu untuk meningkatkan potensi Merbau pada siklus tebang berikutnya.

3. Pemanenan kayu diusahakan dari banyak jenis, jangan hanya jenis Merbau.

DAFTAR PUSTAKA

Andina D. 2013. Kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dan penyaradan kayu di PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah [skripsi]. (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Elias. 2002. Reduced Impact Logging. Bogor (ID): IPB Press. Elias. 2008. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor (ID): IPB Press.

Krisnawati H, Adinugroho WC, Immanudin R. 2012. Monograf Model-Model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di Indonesia. Bogor (ID): Puskonser, Balitbang Kementrian Kehutanan Indonesia.

Mawazin, Subiakto A. 2012. Keanekaragaman dan komposisi jenis permudaan alam hutan rawa gambut bekas tebangan di Riau. Indonesian Forest Rehabilitation Journal. 1(1): 59-73.

Muhdi. 2001. Studi kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu dengan teknik pemanenan kayu berdampak rendah dan konvensional di hutan alam [tesis]. (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pradata AA. 2012. Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan pohon di PT Mamberamo Alas Mandiri Papua [skripsi]. (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

PT Wapoga Mutiara Timber Unit II. 2012. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam Periode 2012-2021. Kabupaten Sarmi. Papua.

(28)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel rekapitulasi jumlah pohon pada plot penelitian Pengelompokkan Jenis Plot Penelitian

Kelompok Meranti Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5

(29)

19 Lampiran 3 Tabel Indeks Nilai Penting (INP) pohon di plot penelitian

Jenis Indeks Nilai Penting (INP)

Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5

Celtis 16.86 18.39 16.69 17.24 19.12

Jambu Hutan 8.39 5.51 5.45 10.08 6.93

Kelat 34.62 38.45 35.64 31.90 34.27

Kenari 32.63 33.78 30.51 31.04 28.92

Ketapang 11.34 17.85 17.40 16.14 15.91

Labu 6.09 6.29 7.57 17.19 16.29

Malas 14.14 11.49 14.59 10.95 11.97

Manggis 9.49 7.49 4.43 12.32 6.01

Marindom 7.16 3.87 4.11 4.63 0.72

Matoa 29.09 26.32 25.14 21.23 22.87

Merbau 19.50 13.67 18.01 25.44 26.13

Mersawa 18.06 5.14 15.05 14.49 10.59

Nyatoh 17.82 9.58 14.56 11.61 19.57

Pala Hutan 29.17 37.13 31.37 35.40 34.15

Resak 13.20 11.90 6.65 6.47 13.55

Lampiran 4 Tabel Indeks Nilai Penting (INP) setelah pemanenan kayu Jenis Indeks Nilai Penting (INP)

Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5

Celtis 19.19 20.40 17.08 17.19 20.32

Jambu Hutan 10.87 5.12 5.90 10.28 6.27

Kelat 39.58 39.77 37.22 35.45 30.19

Kenari 35.78 34.04 31.49 33.32 29.35

Ketapang 11.81 18.27 17.45 12.43 19.34

Labu 5.97 6.36 8.68 19.47 19.12

Malas 13.44 11.46 17.47 12.50 9.30

Manggis 7.53 6.64 4.64 13.85 5.61

Marindom 7.49 4.45 4.46 3.58 1.07

Matoa 30.47 26.72 26.21 24.04 31.04

Merbau 0.00 10.68 6.35 9.42 7.75

Mersawa 20.91 5.22 16.83 12.81 14.28

Nyatoh 17.09 9.43 17.58 13.75 18.23

Pala Hutan 29.94 37.07 31.50 40.91 39.11

(30)

20

Lampiran 5 Tingkat kerusakan berdasarkan besarnya luka

Tingkat kerusakan JL1 JL2 JL3 JL4 JL5 Jumlah Persen

Ringan 31 20 21 31 45 148 19.81

Sedang 31 41 28 34 62 196 26.24

Berat 74 63 54 80 132 403 53.95

Lampiran 6 Tipe kerusakan pohon

Tipe Kerusakan JL1 JL2 JL3 JL4 JL5 Rekap

Lampiran 7 Tabel jenis pohon di areal PT Wapoga Mutiara Timber Unit II Papua

Nama Lokal Pohon Nama Latin Famili

Bintangur Calophyllum brasli Guttiferae Bipa Pterygota horsfieldii Spercuciaceae

Celtis Celthis spp. Spercuciaceae

Dao Dracontomelon edule Annacardiaceae

Jabon Anthocephalus cadamba Rubiaceae Jambu Hutan Eugenia anomala Myrtaceae

Kelat Euginia spp. Myrtaceae

Kenari Canarium indicum Burceraceae

Ketapang Terminalia spp. Combretaceae

Labu Endospermum sp. Euphorbiaceae

Lingguwa Pterocarpus indicus Papilionaceae

Medang Alseodaphone sp. Lauraceae

Malas Araucaria cuninghamii Araucariaceae

Marindom Macaranga spp Euphorbiaceae

Matoa Pometia spp. Sapindaceae

Merbau Intsia spp. Fabaceae

Mersawa Anisoptera polyandra Dipterocarpaceae

Nyatoh Palaqium spp. Sapotaceae

Pala Hutan Myristica spp. Myrtaceae

Pulai Alstonia scholaris Apocynaceae

Resak Vatica papuana Dipterocarpaceae

Suren Toona sureni Meliaceae

Terentang Camnosperma sp. Anacardiceae

(31)

21 Lampiran 8 Dokumentasi kerusakan tegakan tinggal

Rusak kulit Rusak banir

Rusak tajuk Patah batang utama

(32)

22

Lampiran 9 Peta sebaran pohon kegiatan ITSP

Skala 1: 2000

U T

S

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap, pada tanggal 7 November 1991. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Darto dan Ibu Sutriandayani. Penulis menempuh pendidikan jenjang menengah atas di Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Sidareja Kabupaten Cilacap Jawa Tengah tahun 2007-2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasisiwa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di kegiatan organisasi maupun kegiatan karya tulis ilmiah. Penulis menjadi pengurus Forest Management Student Club (FMSC) dalam divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) periode tahun 2011-2012. Pada tahun 2012 penulis kembali aktif di FMSC sebagai penanggung jawab Kelompok Studi (KS) Pemanfaatan Sumber Daya Hutan periode tahun 2012-2013. Penulis juga aktif dalam organisasi ektra kampus dengan menjadi Pengurus Pusat Sylva Indonesia periode 2012-2014 sebagai sekretaris Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa Kehutanan (PSDMK) Indonesia. Dalam kegiatan ilmiah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan yang diselengggarakan oleh departemen maupun fakultas. Pada tahun 2012 penulis mengikuti kegiatan Ecological Social Mapping (ESM), dan Bina Hutan Rakyat (BHR). Pada tahun 2012 penulis mengikuti lomba Pekan Ilmiah Mahasiswa Kehutanan Nasional (Piknas) dan penulis juga berkesempatan mengikuti kegiatan Pekan Imliah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang diselenggarakan di Universitas Muhamadiyah Yogyakarta (UMY) pada tahun 2011. Penulis juga pernah aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Pemanenan Hutan pada tahun 2013.

Penulis melaksanakan praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di jalur Pangandaran-Gunung Sawal Ciamis pada tahun 2011. Pada tahun 2012 Penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Wapoga Mutiara Timber Unit II di Kabupaten Sarmi Provinsi Papua. Penulis juga pernah melaksanakan kegiatan magang mandiri di Perhutani KPH Banyumas Barat tahun 2011. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada program studi Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB,

en is menye esai an s ri si en an “ er sa an Te a an Tin a A ibat

Pemanenan Kayu di Areal IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Unit II

Gambar

Gambar 1 Desain petak penelitian
Gambar 3 Komposisi jenis pohon pada plot penelitian
Tabel 1 Indeks Nilai Penting (INP) jenis pohon yang mendominasi di plot  penelitian
Gambar 4 Kurva struktur tegakan plot penelitian sebelum pemanenan ( ▲) dan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Volume seharusnya dapat dimanfaatkan dari satu pohon yang ditebang adalah 100%, tetapi pada saat penebangan dilakukan terjadi limbah kayu baik karena faktor alam, keadaan

Tahapan penelitian Pemanfaatan SIG dalam Pemetaan Potensi Pohon Merbau di Areal IUPHHK-HA PT Wapoga Mutiara Timber Papua ini terdiri dari: 1) persiapan, 2) pengolahan

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan diterapkan teknik pemanenan kayu RITH dapat mengurangi/menekan kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon sebesar

Hal ini berarti persamaan matematika yang disusun untuk kedua kelompok jenis pada hutan sekunder memiliki kecocokan yang lebih tinggi dalam menduga kerapatan

Dengan demikian, maka model-model persamaan penduga biomasa total pohon tersebut dapat digunakan untuk menduga biomasa pohon pada hutan alam tropika yang

kerusakan pohon berdiameter ≥ 20 cm yang disebabkan pemanenan kayu menggunakan metode RIL dan CL; (2) Menganalisis hubungan tingkat kerusakan pohon berdiameter ≥ 20 cm

Untuk memperhitungkan emisi karbon potensial akibat pemanenan kayu maka dapat diduga dari besarnya biomassa hutan yang terdapat pada pohon yang dipanen, pohon yang

Tipe Kerusakan Akibat Penebangan Tipe kerusakan yang terjadi pada setiap plot pengamatan di areal IUPHHK PT Megapura Mambramo Bangun khususnya pada 30 plot