1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
yang membutuhkan individu lainnya untuk kelangsungan hidup
selanjutnya. Hal ini merupakan sesuatu yang sudah dibawa oleh setiap
individu sejak individu tersebut lahir. Pertumbuhan dan perkembangan anak
merupakan momen istimewa yang senantiasa menjadi bagian perhatian bagi
setiap orang tua. Setiap kemampuan baru yang berhasil dicapainya
merupakan anugrah tak ternilai bagi setiap orang tua. Sebaliknya, setiap
hambatan dalam tumbuh kembangnya merupakan hal yang sangat
merisaukan orang tua.
Kemunduran perkembangan anak termasuk salah satu diantara hal
yang cukup mengkhawatirkan bagi setiap orang tua. Terlebih jika anak
sampai menerima label-label yang negatif dari lingkungannya, dan tersebut
dapat menyebabkan anak akan mengalami kesulitan dalam membangun
hubungan yang baik dengan lingkungannya.1
Manusia di dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan
lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik (alam dan
buatan), dan sosial. Interaksi antara manusia dengan lingkungan dan bersifat
sepihak atau timbal balik. Artinya manusia dapat dipengaruhi oleh
lingkungan, ataupun mempengaruhi lingkungan, atau saling
1 Maria Ulfa, Beragam Gangguan yang Paling Sering Menyerang Anak (Yogyakarta: Flashbooks,
2
mempengaruhi. Lingkungan dalam berinteraksi tersebut tidak
dipisah-pisahkan antara fisik dan sosial. Interaksi antara manusia dan lingkungan,
tentunya akan berproses dalam diri manusia. Proses yang terjadi dalam diri
manusia dapat dilihat dari aspek psikologis atau biologis.2
Kemampuan dalam berinteraksi dengan baik dengan lingkungan
merupakan sebuah social skill yang harus dimiliki oleh setiap individu agar
terciptanya sebuah hubungan yang harmonis dikehidupan, social skill yang
dimaksud adalah kemampuan dalam bidang sosial, seperti halnya
berinteraksi dengan lingkungan, menggunakan lingkungan, berpartisipasi
(ikut-serta) dengan lingkungan, menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Interaksi sosial yang dimaksud adalah suatu hubungan antara individu atau
lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.3
Sejak usia dini, anak mulai membentuk citra atau gambaran tentang
dirinya. Gambaran atau citra ini umumnya mengacu pada konsep diri anak
dan banyak dilandasi oleh cara anak diperlakukan oleh orang-orang yang
bermakna dalam kehidupannya. Ketika anak memasuki lingkungan baru,
seperti halnya masuk ke sekolah baru maka anak akan menemukan
orang-orang baru yang mungkin belum dikenal oleh anak sebelumnya. Anak yang
memiliki konsep diri yang baik akan mudah melakukan interaksi dengan
lingkungan barunya tersebut. Akan tetapi berbeda dengan anak yang
memiliki konsep diri yang buruk, berada di lingkungan yang baru akan
3
membuat anak tersebut mengalami banyak tekanan dan dapat menimbulkan
masalah-masalah baru bagi anak.
Dengan demikian, anak akan mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya sehingga menyebabkan
perkembangan anak menjadi tidak sempurna. Akibatnya sangat fatal
terhadap anak, akan terdapat banyak penyimpangan yang dilakukan oleh
anak. Penyimpangan dapat diartikan semua tindakan yang menyimpang,
melanggar, keluar dari norma-norma yang berlaku pada sistem sosial dan
menimbulkan penyimpangam dibeberapa pihak.
Dewasa ini kita semua menerima pendapat bahwa dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ia
selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga kepribadian
individu, kecakapan-kecakapannya, ciri-ciri kegiatannya baru menjadi
kepribadian individu yang sebenar-benarnya apabila keselurahan sistem
psycho-physik tersebut berhubungan dengan lingkungannya, tanpa
hubungan ini individu bukanlah individu lagi.4
Woodworth menjelaskan bahwa hubungan manusia dengan
lingkungan meliputi banyak pengertian yaitu:
a. Individu dapat bertentangan dengan lingkungan
b. Individu dapat menggunakan lingkungan
c. Individu dapat berpartisipasi (ikut-serta) dengan lingkungan
d. Individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
4
Telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an bagaimana manusia
mengalami banyak fase dalam penciptaannya hingga akhirnya manusia
berhasil menjadi seutuhnya yang mampu merasa, berfikir, belajar dan
membangun dan memakmurkan bumi.5 Ajaran Islam mengajarkan
bagaiamana membangun hubungan baik dengan masyarakat yang
merupakan sebuah kewajiban, yang mana dalam hidup bermasyarakat
manusia dituntut untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan, saling
sehat menasehati.
Bahkan Al-Qur’an menjelaskan bahwa umat Islam itu bersaudara
sebagaimana yang tertulis dalam Surat Al-Hujarot Ayat 10;
َأَفةَو
ۡخِإ َنوُنِمۡؤُمۡلٱ اَمَِإ
َأ َ َۡۡ ب ْاوُحِلۡص
ُُملَََل َمَٱ ْاوُُم َٱََ
َُُۡۚۡۡوَخ
َنوََُۡرُ َ ۡۚ
١٠
“Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS.
Al-Hujarot: 10).6
Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan tentang memantapkan ukhwah, yaitu:
َيََِ ِمَٱ ِلۡبَِِ ْاوُمِصَتۡعٱََ
ا
َلََ
مرَفَ َ
ْاوُق
ََ
َلَع ِمَٱ َتَمَِۡن ْاَُرُك
ذٱ
ۡ
ُۡۚتنُك
ۡذِإ ُُۡۚۡي
ءٓاَدۡعَأ
َفملَأَف
َ َۡۡ ب
ُُِۡۚبوُلُ ق
ُۚت ۡحَبۡصَأَف
ِهِتَمَِۡنِب
اَٰو
ۡخِإ ٓۦ
ُۡۚتنُكََ
ٰىَلَع
اَفَش
ةَر
ۡفُح
َنِ م
ُِ َۡ بُ ۡ َكِلَٰذَك
ۗاَهۡ نِ م ُۚكَذَُنَأَف ِرامنلٱ
ٱ
ۡهَ َ ُُۡۚملَََل ۦِهِتَٰۡاَء َُُۡۚل ُمَ
َنَُدَت
١٠٣
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
5 Musfir Bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi (Saudi Arabia, Bahadur Press, 1424 H), hal. 391. 6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Darussunnah,
5
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Al-Imron: 103)7
Untuk membangun hubungan yang baik dengan lingkungan
dibutuhkan Social skill. Social skill ini perlu dikembangkan sejak anak
masih berusia dini yang dimulai dari lingkungan keluarganya hingga
lingkungan sekolahnya nanti. Mengingat banyaknya kejahatan sosial yang
muncul dalam kehidupan dan simbol-simbol sosial yang harus dipahami
oleh seorang anak.
Masalah sosial pada hakikatnya juga merupakan fungsi-fungsi
struktural dari totalitas sistem sosial, yaitu berupa produk atau konsekuensi
yang tidak diharapkan dari satu sistem sosio-kultural.8 Dari sejak usia
dini, anak mulai membentuk citra atau gambaran tentang dirinya.
Gambaran atau citra ini umumnya mengacu pada konsep diri anak dan
banyak dilandasi oleh cara anak diperlakukan oleh orang-orang yang
bermakna dalam kehidupannya. Adapun yang dimaksud konsep diri
adalah cara pandang diri manusia dalam melakukan penilaian pada dirinya
sendiri.9
Menyangkut hal itu, pendidikan tentang lingkungan yang
merupakan nilai-nilai dan norma tetap penting pada anak-anak yang telah
menginjak usia remaja. Nilai-nilai yang telah terbentuk pada usia
perkembangan sebelumnya akan terus diperkuat. Bahkan pendidikan pada
7 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Darussunnah,
2002), hal. 64
8 Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013), hal. 4 9
6
usia anak perlu memperhatikan bagaimana dinamika usia anak yang
banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya.10
Agar terciptanya social skill yang baik pada anak dibutuhkan
dukungan penuh dari orang-orang terdekat anak. Seperti halnya orang tua,
teman-teman, guru dan lain sebagainya. Anak yang selalu selalu dikucilkan
oleh lingkungannya seringkali bertindak yang negatif seperti halnya suka
menyerang, bertindak anti sosial, agresif, tidak suka berpartisipasi dengan
lingkungannya dan berbagai tindakan yang melanggar norma yang berlaku
di masyarakat. Contohnya norma kesopanan seperti mencela orang lain,
menolong orang yang sedang dalam kesusahan, menolong orang yang
sussah dan lain sebagainya.
Seorang anak sebagai klien yang berasal dari keluarga yang
mengalami disharmonis dengan keluarganya, disharmosis tersebut muncul
ketika kakak ipar klien tersebut menikah untuk yang kedua kalinya dengan
seorang gadis. Setelah menikah, kakak iparnya mengalami perubahan pada
sikap dan tingkag lakunya, yang awalnya bersikap ramah kini berubah
menjadi sosok yang tidak ramah dan suka memancing keributan antar
anggota keluarga, bahkan kakak iparnya tersebut tidak mau mengerjakan
tugas utamanya sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Klien sebagai adek berusaha untuk merubah sikap kakak iparnya
tersebut, berulang kali klien menasehatinya, namun klien mendapat
perlakuan yang tidak baik berupa hinaan, cacian bahkan pukulan dari kakak
7
iparnya tersebut, sikap tidak baik dari kakak iparnya serta kondisi keluarga
yang sering menjadi pembicaraan para tetangga.
Kondisi keluarga yang seperti ini membuat klien berubah menjadi
sosok yang tertutup dan tidak suka melakukan interaksi dengan
lingkungannya, secara tidak sadar klien mengalami banyak perubahan pada
sikapnya. Perlakuan tidak baik yang diterimanya membuat klien menjadi
merasa terisolasi yang menyebabkan klien menjadi pribadi yang tidak
matang secara sosial, emosional dan spiritual. Klien akan memiliki
kepribadian yang terganggu karena perlakuan dari kakak iparnya yang
sering kali menjatuhkan semangatnya yang menyebabkan klien menjadi
pribadi yang anti sosial, akibatnya klien tidak bisa mengembangkan
hubungan harmonis dengan orang lain.
Mengetahui hal ini pihak yayasan cabang Lumajang membawa
santriwati tersebut ke Surabaya untuk dilakukan pembinaan dan akan
melanjutkan sekolahnya di Surabaya. Berada dilingkungan baru ternyata
bukanlah hal yang menyenangkan bagi santriwati tersebut, santriwati
mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya. Hal ini
terlihat dari kesehariannya yang sering menutup diri, beberapa ciri-ciri yang
sering ditunjukkan oleh santriwati tersebut antara lain yaitu: lebih sering
sendiri, menyudutkan diri, hanya mau berbicara dengan beberapa
teman-teman tertentu saja dan tidak banyak memiliki teman-teman, sering sakit,
8
Terdapat sebuah lembaga yang bergerak dibidang sosial di kota
Surabaya, ialah Yayasan Ummi Fadhilah merupakan Yayasan yang di
dirikan oleh ibu Immarianis S.Pd, M.Si, Kons. Berdiri sejak 17 Februari
2004, yayasan ini mempunyai banyak anak binaan yang terdiri dari anak
jalanan, anak yatim piatu, anak yang putus sekolah serta ibu-ibu binaan.
Yayasan ini memiliki banyak kegiatan yang bergerak dibidang
sosial, antara lain yaitu:
Bidang konseling yang dijalani:
1. Konseling Keluarga Sakinah
2. Konseling pra-nikah
3. Konseling remaja
Selain itu, yayasan Ummi Fadhilah juga bergerak di bidang:
1. Pondok Tahfidz Putri
2. Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling
3. Pusat pemberdayaan ibu-ibu binaan
4. Bimbingan belajar yatim dan dhuafa
5. Taman Pendidikan Al-quran (TPQ)
6. Perpustakaan ummat dan taman baca anak sholeh
7. Sekretariat berbagai aktivitas sosial.
Hal-hal yang terjadi diatas antara lain lebih sering sendiri,
menyudutkan diri, hanya mau berbicara dengan beberapa teman-teman
tertentu saja dan tidak banyak memiliki teman, individualistis, kurangnya
rasa kepekaan sosial, masalah disharmonis dalam keluarga yang
berpengaruh terhadap social skill klien, tentu saja bimbingan dan konseling
ikut ambil andil dalam menangani masalah atau hambatan santriwati
9
Bimbingan pribadi sosial diharapkan dapat diterapkan untuk
mengubah pola social skill yang kurang baik agar menjadi lebih baik.
Bimbingan pribadi sosial dapat dilakukan sebagai bantuan kepada klien
yang mengalami kesulitan dalam membangun interaksi dengan lingkungan
barunya.
Merujuk kepada permasalahan yang sebelumnya tentang pentingnya
menumbuhkan social skill bagi anak agar mempermudah anak dalam
melakukan interaksi dengan lingkungan, melalui bimbingan pribadi sosial
diharapkan anak akan diberikan informasi yang berasal dari berbagai
sumber yang berkaitan erat dengan keterampilan sosial yang khususnya
kepada penyesuaian diri dengan lingkungan sosial anak.11 Oleh karena itu,
peneliti menuangkannya dalam sebuah skripsi dengan judul “Bimbingan
Pribadi Sosial dengan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)
dalam Meningkatkan Social skill pada Santriwati Pondok Tahfidz
Yayasan Ummi Fadhilah Surabaya.”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan pribadi sosial dengan
Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam meningkatkan social skill
kepada seorang santriwati Pondok Tahfidz Yayasan Ummi Fadhilah
Surabaya?
10
2. Bagaimana hasil bimbingan pribadi sosial dengan Rational-Emotive
Behavior Therapy (REBT) untuk meningkatkan social skill pada
seorang santriwati Pondok Tahfidz Yayasan Ummi Fadhilah Surabaya?
C. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui proses pelaksaan bimbingan pribadi sosial dengan
Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam meningkatkan
social skill yang dimiliki santriwati Pondok Tahfidz Putrri Yayasan
Ummi Fadhilah Surabaya.
2. Untuk mengetahui hasil dari proses bimbingan pribadi sosial dengan
Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam meningkatkan
social skill yang dimiliki santriwati Pondok Tahfidz Putri Yayasan
Ummi Fadhilah Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberi informasi bagi para peneliti, orang tua, instansi dan juga
para akademis khususnya di bidang bimbingan dan konseling.
b. Memberi masukan untuk peneliti lain untuk mengembangkan
penelitian sejenis untuk menambah khazanah keilmuan.
c. Memberi pengertian pada khalayak ramai bahwa setiap individu
memiliki social skill yang harus dikembangkankan untuk kehidupan
11
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu anak dalam mengatasi
kemungkinan memiliki kesulitan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
b. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan acuan dalam menangani kasus
yang sama dengan menggunakan bimbingan pribadi sosial.
E. Defenisi Konsep.
Judul dalam skripsi ini adalam Bimbingan Sosial Pribadi untuk
Meningkatkan Social skill pada seorang Santriwati Pondok Tahfidz
Yayasan Ummi Fadhilah Surabaya. Untuk memperjelas judul diatas
tersebut maka perlu dilakukan penjabaran dari setiap veriabelnya. Hal
ini bertujuan agar tidak terjadinya kesalahpahaman dalam memahami
pengertiannya.
a. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi yaitu bimbingan dalam memahami
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam
batinnya sendiri dalam mengatur diri sendiri dibidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu
seksual dan lain sebagainya.12 Dari penjelasan tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya bimbingan pribadi
sosial sama dengan bimbingan pada umumnya, yaitu membantu
individu dalam memecahkan masalahnya, akan tetapi lebih
12 Didik Wahyu Agustino, “ Pengertian Bimbingan Pribadi”,
12
difokuskan pada masalah klien yang lebih bersifat sosial, yaitu usaha
bimbingan dalam membantu menghadapi dan menyelesaikan
masalah pribadi sosial seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik
dan pergaulan.
Adapun tahap-tahap pelaksaan bimbingan pribadi sosial
antara lain:
1. Perencanaan
Perencaan ini sangat diperlukan agar hasil bimbingan sukses
sepenuhnya dan perencanaan ini juga perlu untuk tahap
selanjutnya.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan bimbingan pribadi sosial meliputi beberapa
kegiatan antara lain, Penerapan metode, teknik dan alat
layanan bimbingan pribadi sosial. Penggunaan metode dan
teknik serta alat-alat ini harus sesuai dengan bimbingan yang
akan dilaksanakan.
3. Evaluasi kegiatan layanan bimbingan pribadi sosial.
Menyimpulkan hasil dari bimbingan pribadi sosial yang sudah
dilaksanakan dan menindaklanjuti kegiatan selanjutnya.
b. Pengertian pendekatan dengan Rational-Emotive Behavior
Therapy (REBT).
Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)
adalah sistem psikoterapi yang mengajari individu bagaimana
13
pada berbagai peristiwa dalam kehidupannya. Rational Emotif
menolak keras pandangan psikoanalisis yang mengatakan bahwa
pengalaman msa lalu adalah penyebab gangguan emosional
individu.
Konselor menggunakan pendekatan Rational-Emotive
Behavior Therapy (REBT) yang memandang manusia sebagai
individu yang didominasi oleh sistem berfikir dan sistem perasaan
yang berkaitan dalam sistem psikis individu. Rational-Emotive
Behavior Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis melalui
beberapa tahapan.
c. Pengertian Social skillSocial
Social skill adalah kemampuan atau kecakapan untuk hidup
bermasyarakat. Hal ini berarti bahwa social skill merupakan
kemampuan yang dimiliki anak untuk mendapatkan peran yang
sesuai di lingkungannya. Social skill merupakan kemampuan
memecahkan masalah sehingga dapat beradaptasi secara harmonis
dengan masyarakat sekitarnya.13
Social skill cukup erat kaitannya dengan berbagai
kemampuan lainnya seperti menjalin kerjasama dalam kelompok,
menjalin hubungan pertemanan baru, menangani konflik dan belajar
bekerjasama.
13 Nurma Izzati, “ Pengaruh Keterampilan Sosial Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis
14
Social skill adalah kemampuan individu untuk
berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun
nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu,
dimana keterampilan ini merupakan prilaku yang dipelajari. Dengan
keterampilan sosial akan mampu mengungkapkan perasaan baik
positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal tanpa harus
melukai orang lain. Dalam kamus besar bahasa indonesia
keterampilan sosial diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan
untuk hidup bermasyarakat.
d. Pengertian santri
Menurut islatilah, santri berasal bahasa cantrik (dalam
agama hindu) berarti orang-orang yang ikut belajar dan mengembara
dengan empu-empu ternama. Namun ketika diterapkan dalam
agama islam, kata cantrik berubah menjadi santri yang berarti
orang-orang yang belajar pada guru agama.14
Secara umum santri diartikan sebagai murid yang tinggal
dan menuntut ilmu dipesantren. Santri tahfidzul qur’an adalah santri
yang menuntut ilmu dipesantren namun lebih fokus kepada
menghafal Al-Qur’an.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam
14 Nur Kholis Majid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997),
15
penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Yang mana
pendekatan kualitatif merupakan suatu proses untuk menemukan
pengetahuan dengan lebih mengdepankan orang atau manusia sebagai
objeknya, di sini peneliti merupakan pihak kunci, untuk memperoleh
pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap keadaan yang
diteliti sehingga data yang diperoleh lebih akuran dan mendalam.
Adapun jenis penelitiannya, penulis akan menggunakan jenis
pebelitian studi kasus (case study), penelitian studi kasus merupakan
penelitian dengan pengujian secara rindi terhadap satu latar belakang
atau satu orang subjek atau tempat penyimpanan dokumen atau
peristiwa tertentu. Pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan
dengan memusatkan pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
2. Subjek Penelitian.
Subjek penelitian adalah seorang yang mengalami masalah
sesuai dengan apa yang sedang diteliti. Adapun subjek penelitiannya
adalah seorang santriwati Pondok Tahfidz Yayasan Ummi Fadhilah
Surabaya yang mengalami masalah ketidakharmonisan dalam
hubungan keluarga yang berakibat klien menutup diri di
lingkungannya.
3. Tahap-tahap penelitian.
Beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam melakukan
penelitian antara lain:
16
Tahap ini merupakan tahap penjajakan penelitian lapangan
dalam suatu penelitian. Sebelum memulai penelitian beberapa hal
yang harus dilakukan adalah:
1. Menyusun rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang dimaksud adalah proposal
yang mana isinya menjelaskan tentang rancangan penelitian
yang diusulkan atau yang akan dilakukan.
2. Memilih tempat dilakukannya penelitian.
Memilih tempat penelitian sangat penting karena itu
merupakan sumber peneliti mendapatkan informasi.
3. Mengurus perizinan penelitian
Agar penelitian berjalan lancar maka perlu mengurus
perizinan dari pihak jurusan atau lembaga-lembaga yang terkait
dalam penelitian.
4. Menilai keadaan lapangan.
Sebelum memulai penelitian perlu dilakukannya
penilaian langsung oleh peneliti untuk memahami keadaan
lingkungan sosial, fisik dan lain-lain.
5. Memilih dan memanfaatkan informan.
Informan adalah sumber yang bisa kita manfaatkan
untuk memberikan informasi terkait subyek yang diteliti.
6. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Perlengkapan penelitian diantaranya yaitu bolpoin,
17
7. Persoalan etika penelitian
Etika penelitian sangat penting untuk diperhatikan
terlebih ketika melakukan penelitian di lapangan, karena ini
merupakan tingkah laku yang ditunjukkan seorang kepada
peneliti terhadap subyek yang akan diteliti.
b. Tahap pengerjaan lapangan
Pada tahap ini peneliti mencari data-data dari subyek utama
dengan terjun langsung ke lapangan yang kemudian didukung
dengan teman-teman terdekatnya, guru-guru dan orang tuanya. Pada
tahap ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi.
c. Analisis dan penyajian data
Data yang sudah didapat bari dari subyek utama maupun dari
sumber data pendukung lainnya baik melalui wawancara, observasi
atau dokumentasi dianalisis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan.
4. Jenis dan sumber data
Jenis data pada penelitian ini adalah jenis menggunakan jenis
data primer dan jenis data sekunder. Data primer adalah data yang
didapatkan dari langsung dari subjek yang sedang diteliti langsung
tanpa adanya perantara, yaitu seorang santri pondok tahfidz Yayasan
Ummi Fadhilah yang berasal dari daerah lain, dan adapun data sekunder
adalah data yang didapatkan dari selain sumber data primer, dalam
artian data sekunder adalah data yang didapat melalui perantara seperti
18
penelitian ini didapatkan dari orang-orang terdekatnya yaitu orang tua,
keluarga, pengasuh yayasan dan teman-teman.
Sumber data penelitian adalah asal dari mana data tersebut
didapatkan, dalam penelitian ini sumber data primer didapatkandari
subyek langsung seorang santri pondok tahfidz Yayasan Ummi
Fadhilah yang berasal dari daerah lain. Dan untuk sumber data sekunder
didapatkandari hasil wawancara dan dokumentasi yang dilakukan oleh
peneliti kepada orang tua, keluarga, pengasuh yayasan dan
teman-teman.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa menegtahui teknik pengumpulan data, maka
penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data
dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting).15
Adapun teknik yang digunakan peneliti pada penelitian ini antara lain:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi
salah satu teknik pengambilan data apabila sesuai dengan tujuan
15 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), hal.
19
penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis dan dapat
dikontrol keandalannya.
Observasi merupakan proses yang kompleks yang tersusun
dari proses biologis dan psikologis. Dalam menggunakan teknik
observasi yang terpenting adalah mengandalkan pengamatan dan
ingatan peneliti.16
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi
pastisipatif, dimana peneliti terlibat langsung dalam berbagai
kegiatan yang ada di dalamnya guna mengetahui secara pasti apa
saja yang dikerjakan dan dirasakan oleh objek penelitian.
Adapun observasi partisipasif yang digunakan peneliti
adalah Observasi Pasrtisipatif Pasif, yakni penulis datang ke tempat
kegiatan yang diamati, tetapi tidak ikut terlibt aktif dalam kegiatan
tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa objek
yang dijadikan sebagai fokus dalam observasi penelitian ini
meliputi:
1) Space; ruang dalam aspek fisiknya.
2) Actor; semua orang yang terlibat dalam situasi sosial.
3) Activity; seperangkat kegiatan yng dilakukan oleh objek
penelitian.
4) Object; benda-benda yang terdapat di tempat tersebut.
5) Act; perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu.
20
6) Event; rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang yang
berhubungan dengan objek penelitian.
7) Time; urutan kegiatan yang dilakukan oleh objek penelitian.
8) Feeling; perasaan dan emosi yang dirasakan oleh objek
penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dan orang yang diwawancarai dengan atau
tanpa menggunakan pedoman.17 Wawancara juga dapat diartikan
sebagai tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung.
Pewawancara disebut dengan intervieuwer sedangkan orang yang
diwawancara disebut dengan interviewee.18
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.19
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan subyek
utama yaitu seorang santri putri pondok tahfidz Yayasan Ummi
Fadhilah Surabaya dan orang tua, keluarga, pengasuh yayasan dan
teman-teman.
21
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah adalah teknik yang digunakan
untuk menelusuri data historis.20 Dokumentasi merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu, dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang seperti buku
harian, laporan berkala, jadwal kegiatan, foto peraturan pemerintah,
surat-surat resmi dan lain sebagainya. Dari proses dokumentasi ini
diharapkan mendapatkan kejelasan tentang aktivitas sehari-hari
subyek sehingga diharapkan didapatkan alasan subyek memiliki
keterampilan social skill subyek rendah. Alasan utama penulis
menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
karena hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih
kredibel atau dapat dipercaya jika dilengkapi dengan dokumentasi
terhadap peristiwa tersebut.
6. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalaam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di fahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.21
20 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hal. 124
21 Sugiyono, Metode Penel itian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), hal.
22
Adapun proses analisis data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Peneliti mengumpulkan semua data dari berbagai sumber, baik hasil
dari wawancara, observasi maupun dokumentasi untuk di
pilah-pilah.
b. Kemudian peneliti melakukan reduksi data terhadap semua data
yang sudah tersedia.
c. Hasil dari reduksi data disusun untuk selanjutnya di kategorisasikan,
sambil membuat koding.
d. Kemudian melakukan keabsahan data, keabsahan data
menggunakan teknik deskriptif kooperatif, yaitu peneliti
membandingkan sebelum dilakukannya treatmen dan sesudah
dilakukannya treatmen kepada subyek yang di teliti.
7. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data digunakan untuk mengetahui kevalidan data
yang di peroleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
keabsahan data sebagai berikut:
a. Perpanjangan keikutsertaan.
Dalam setiap penelitian, kehadiran peneliti dalam setiap tahap
penelitian kualititatif membantu peneliti untuk memahami semua
data yang di himpun dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti
23
b. Ketekunan pengamatan.
Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka
jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam
pengamatan di lapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik
pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan
pancaindra, namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk
adalah pendengaran, perasaan, dan insting peneliti.
Dengan meningkatkan ketekunana pengamatan di lapangan
maka derajat keabsahan data telah di tingkatkan pula. Dalam hal ini
peneliti tidak hanya mengamati subyek yang sedang diteliti
melainkan juga megikuti keseharian subyek tersebut.
c. Trianggulasi
Dalam teknik pengumpulan data, trianggulasi diartiakan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.22
Dalam penelitian ini peneliti membandingkan antara data yang
sudah di dapat dari penelitian dengan data dari sumber dan metode
yang sudah ada.
G. Sistematika Pembahasan
1. Bab 1
Dalam bab ini berisi pendahuluan yang didalamnya terdiri dari
beberapa bagian antara lain adalah: Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Defenisi Konsep,
24
Metode Penelitian. Adapun metode penelitian meliputi: Pendekatan dan
Jenis Penelitian, Sasaran dan Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data,
Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis
Data dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. Dan yang terakhir yang
dibahas dalam bab ini adalah Sistematika Pembahasan.
2. Bab 2
Bab ini berisi tinjauan pustaka yang didalamnya membahas
kajian teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan. Adapun kajian
teoritik meliputi pengertian bimbingan pribadi sosial, tujuan dan fungsi
bimbingan pribadi sosial, asas-asas bimbingan pribadi sosial dan
teknik-teknik bimbingan pribadi sosial. Selanjutnya membahas tentang
pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT). Bagian ini
juga membahas tentang social skill yang didalamnya meliputi
pengertian social skill, mecam-macam social skill, faktor-faktor
penghambat social skill dalam bagian ini juga dibahas tentang
bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan social skill dari objek.
Dan di akhir bab ini akan membahas tentang penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan.
3. Bab 3
Bab ini berisi tentang penyajian data, yang mana fokus
pembahasan pada bab ini adalah deskirpsi umum subyekpenelitian dan
deskripsi hasil penelitian. Pada bagian deskripsi penelitian meliputi:
deskripsi konselor, deskripsi klien, deksripsi masalah objek, deksripsi
25
membahas tentang hasil dari bimbingan pribadi sosial dalam
meningkatkan social skill subyek yang diteliti. Kemudian di
deskripsikan pula tentang hasil penelitian yang didapat dari penelitian
tetsebut.
4. Bab 4
Bab ini hanya meliputi analisis data yang mana didalamnya
menganalisis data dalam meningkatkan social skill dari santri putri
pondok thafidz Yayasan Ummi Fadhilah Surabaya, analisis proses
bimbingan pribadi sosial dalam meningkatkan social skill santri putri
pondok tafhidz Yayasan Ummi Fadhilah Surabaya.
5. Bab 5
Bab ini berisi penutup yang meliputi antara lain: kesimpulan
dan saran. Kesimpulan berisi nilai-nilai penting dari keseluruhan hasil
penelitian diatas sedangkan saran berisi masukan-masukan yang
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Tinjauan tentang Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial merupakan ragam dari jenis-jenis
bimbingan yang masih tergolong dalam perangkat bimbingan dan
konseling, Bimbingan jika ditinjau dari masalahnya dibagi menjadi 4
bagian yaitu bimbingan akademik, bimbingan sosial pribadi, bimbingan
karier dan bimbingan keluarga.
Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk
membantu para individu dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah-masalah akademik yang dilakukan dnegan mengembangkan suasana
belajar mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar.
Adapun yang termasuk masalah-masalah akademik, yaitu pengenalan
kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian
tugas-tugas dan latihan, pencarian serta penggunaan sumber belajar,
perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-lain.
Adapun yang dimaksud dengan bimbingan karir adalah bimbingan
untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan
penyelesaian masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap
jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri,
27
penyesuaian pekerjaan dan penyelesaian masalah-masalah karier yang
dihadapi.
Sedangkan bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian
bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga
agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis,
memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan
menyesuaikan diri dengan norma keluarga yang bahagia. 1
a. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial
Jika ditelaah dari berbagai macam sumber akan dijumpai
pengertian-pengertian yang berbeda mengenai bimbingan,
tergantung dari jenis sumbernya dan merumuskan pengertian
tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan kelainan pandangan dan
titik tolak, tetapi perbedaan tekanan atau dari sudut pandang yang
berbeda.
Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”.
Kata “guidance” yang kata dasarnya adalah “guide” mempunyai
beberapa arti antara lain:
1) Menunjukkan jalan (showing the way)
2) Memimpin (leading)
3) Memberikan petunjuk (giving instuction)
4) Mengatur (regulating)
1
28
5) Mengarahkan (governing)
6) Memberi nasehat (giving advice)
Makna bimbingan bisa diketahui melalui akronim kata
bimbingan itu sendiri, bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang
dibimbing mampu mandiri atau mampu mencapai kemandirian
dengan mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi dan
pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan
berlandaskan norma-norma (kode etik) yang berlaku.2 Menurut
Hibana S Rahman, bimbingan pribadi adalah layanan bimbingan
yang diberikan kepada siswa untuk menemukan dan
mengembangkan bimbingan diri pribadinya sehingga mampu
bersosialisasi dengan baik dan bertanggungjawab terhadap
lingkungannya.3
Bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat faham akan dirinya dan dapat bertindak secara wajar
sesuai dengan tuntutan.4 Sedangkan berdasarkan pasal 27 peraturan
pemerintah nomor 29/90 tentang pelaksanaan jabatan dan fungsional
guru dan angka kreditnya, menyebutkan bahwa bimbingan
2 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 15,16,20
3
Hibana S Rahman, Bimbingan dan Konseling pola 17 (Yogyakarta: UCY Press, 2003), hal. 39
4
29
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka
upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan
masa depan” (Depdikbud, 1994)5
Dari pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu
dengan tujuan agar individu yang diberi bantuan dapat memecahkan
masalah dan menjalankan hidup sesuai dengan norma yang berlaku
di kehidupannya dan memiliki kemandirian dalam hidupnya.
Menurut Bimo Walgito, bimbingan pribadi sosial adalah
upaya dalam membantu mengembangkan sikap, jiwa dan tingkah
laku pribadi daam kehidupan kemasyarakatan dari lingkungan yang
besar (negara dan masyarakat dunia), beradasarkan ketentuan yang
menjadi landasan bimbingan dan penyuluhan yakni dasar negara,
haluan negara, tujuan negara dan tujuan pendidikan nasional. Yaitu
mencerdaskan keidupan bangsa dan mengembangkan manusia
indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. 6
5 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal. 18
6
30
Adapun pengertian bimbingan pribadi sosial adalah
bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan untuk membantu
para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi.
Adapun yang tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi
adalah masalah hubungan dengan sesama teman, dosen, serta staf,
pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal serta
penyelesaian konflik.7
Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan
kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam
menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan
layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang
dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam
permasalahan yang dialami oleh individu.
Bimbingan pribadi sosial diberikan dengan cara
menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang
akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap
yang positif serta keterampilan-keterampilan sosial-pribadi yang
tepat.
Dalam bidang bimbingan sosial, membantu individu
mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang
7
31
dilandasi budi pekerti luhur, tanggungjawab kemasyarakatan dan
kenegaraan. Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan dalam
menghadapi keadaan batinnya sendiri dengan mengatasi
pergumulan-pergumulan dalam hatinya sendiri dalam mengatur
dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian
waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan seagainya serta
bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama
di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).8
Jadi yang dimaksud dengan bimbingan pribadi sosial
adalah upaya pemberian bantuan kepada individu berupa
bimbingan, dilakukan secara individu yang lebih difokuskan
kepada permasalahan sosial yang tengah dihadapi oleh subyek.
b. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi mengandung
makna bahwa konselor dalam kaitannya dengan pelaksanaan
bimbingan diharapkan mampu memberikan bantuan kepada klien.9
Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat:
1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan
karir serta kehidupan pada masa yang akan datang.
2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin.
8 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2002), hal. 39.
32
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masayarakat, serta lingkungan kerjanya.
4) Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam
studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan masyarakat,
ataupun lingkungan kerja.10
Syamsu Yusuf menyebutkan tujuan-tujuan dari bimbingan
pribadi sosial antara lain:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman
sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada
umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain dengan
agama lain dengan saling menghormati dan memelihara hak
dan kewajibannya masing-masing.
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat
fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak
menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara
positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
10 Achmad Juantika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang
33
4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konsturktif baik yang terkait dengan keunggulan dan
kelemahan baik fisik maupun psikis.
5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan
orang lain.
6) Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau
menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga
dirinya.
8) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam
bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.
9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship)
yang diwujudkan dalam bentuk persabatan, persaudaraan atau
silaturahmi dengan sesama manusia.
10)Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah)
baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan
orang lain.
11)Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara
efektif.11
Mengingat bimbingan merupakan bagian intgral dari
pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan merupakan
11
34
bagain tak terpisahkan dari tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
nasional adalah menghasilkan manusia yang berkualitas yang
dideskripsikan dengan jelas dalam UU No.2 tentang sistem
pendidikan nasional dan GBHN 1993, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggungjawab,
dan produktof serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik,
cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, ksetiakawanan
sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan,
dan berorientasi pada masa depan.
Secara khusus layanan bimbingan disekolah dasar
bertujuan untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas
perkembangan yang meliputi aspek pribadi sosial, pendidikan dan
karier sesuai dengan tuntutan lingkungan. Dalam aspek
pekembangan pribadi sosial, layanan bimbingan membantu:
1) Memiliki kesadaran diri.
2) Mengembangkan sikap positif.
3) Membuat pilihan kegiatan secara sehat.
4) Mempu menghargai orang lain
5) Memiliki rasa tanggung jawab
6) Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
35
8) Dapat membuat keputusan secara baik.12
Bimbingan pribadi sosial dimaksudkan juga untuk
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial dalam
mewujudkan pribadi yang takwa, mandiri, dan
bertanggungjawab.13 Tujuan utama dari bimbingan adalah
menjadikan subyek yang dibimbing untuk menyelesaikan masalah
pribadi yang tengah dihadapi dan mampu menjadi lebih baik lagi
untuk mencapai kebahagiaan dunia maupun akhirat.
c. Metode dan Teknik Bimbingan Pribadi Sosial
Berikut konsep metode bimbingan dan konseling yang
dijelaskan oleh Anas Salahuddin yang dijadikan rujukan dalam
menjelaskan metode bimbinga pribadi sosial yang juga merupakan
bagian dari bimbingan dan konseling. Metode lazim diartikan
sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang
memuaskan, sementara teknik merupakan penerapan metode
tersebut dalam praktek.14berikut konsep metode bimbingan pribadi
sosial:
12 Furqon, Konsep dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling di Dasar (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2005), hal. 19-21.
13 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2002), hal. 29.
14 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam(Yogyakarta: UII Press, 2001), hal.
36
1). Metode langsung
Metode langsung adalah metode yang mana antara
pembimbing dan yang dibimbing melakukan bimbingan secara
langsung bertatap muka tanpa adanya perantara apapun. Dalam
prosesnya harus dilakukan secara rasional, pembimbing tidak
boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun dikatakan
langsung. Larangan-larangan yang sifatnya langsung, dan
petuah yang didaktik serta sifatnya yang mengatur sebaiknya
dihindari.15Adapun yang termasuk dalam metode langsung
antara lain adalah:
a) Bimbingan kelompok (Group Guidance)
Metode ini dipergunakan dalam membantu siswa
dalam merencanakan masalah-masalah melalui
kegiatan-kegiatan kelompok. Artinya masalah itu dirasakan oleh
kelompok atau oleh individu sebagai anggota kelompok.
Beberapa bentuk khusus cara bimbingan ini adalah sebagai
berikut:
(1) Home room program
Hoom room program yaitu suatu program
kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru
mengenal murid-muridnya lebih baik sehingga dapat
membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan
37
dalam ruang dalam bentuk pertemuan antara
pembimbing dan yang dibimbing di luar jam-jam
pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang
dianggap perlu.
Dalam program home room ini, hendaknya
diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan
sehingga yang dibimbing dapat mengutarakan
perasaanya seperti di rumah. Dalam kata lain, home
room ialah membuat suasana ruangan menjadi rumah.
Dalam kesempatan ini diadakan tanya jawab,
menampung pendapat, merencanakan suatu kegiatan
dan sebagainya. Program home room dapat diadakan
secara periodik (berencana) atau dapat pula dilakukan
sewaktu-waktu.
(2) Karyawisata
Disamping berfungsi sebagai kegiatan rekreasi
atau sebagai metode mengajar, karyawisata dapat
berfungsi sebagai salah satu cara dalam bimbingan
kelompok. Dengan karyawisata, siswa meninjau
objek-objek menarik dan mereka mendapat informasi yang
lebih baik dari objek itu.
Siswa-siswa juga mendapat kesempatan untuk
38
misalnya pada diri sendiri juga dapat mengembangkan
bakat dan cita-cita yang ada.
(3) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan
masalah bersama-sama. Setiap siswa mendapat
kesempatan untuk menyumbangkan pikiran
masing-masing dalam memecahkan masalah. Dalam diskusi
tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri.
Masalah-masalah yang dapat didiskusikan misalnya:
(a) Perencanaan suatu kegiatan
(b) Masalah-masalah pekerjaan
(c) Masalah belajar
(d) Masalah penggunaan waktu senggang dan
sebagainya.
(4) Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan cara yang baik
dalam bimbingan karena individu mendapat kesempatan
untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak
kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam
kelompok. Dengan kegiatan ini, anak dapat
menyumbangkan pikirannya dan dapat pula
39
(5) Organisasi siswa
Organisasi siswa baik dalam lingkungan sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah merupakan alah satu
cara dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi
banyak masalah yang sifatnya individual maupun
kelompok dapat diselesaikan. Dalam organisasi, siswa
mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai
aspek kehidupan sosial. Ia dapat mengembangkan bakat
kepemimpinannya di samping memupuk rasa tanggung
jawab dan harga diri.
(6) Sosiodrama
Yakni bimbingan yang dilakukan dengan cara
bermain peran untuk memecahkan/mencegah timbulnya
masalah (psikologis)
(7) Psikodrama
Yaitu bimbingan yan dilakukan dengan cara bermain
peran untuk memecahkan /mencegah timbulnya masalah
(psikologis)
b) Metode Individual
Dalam hal ini pembimbing melakukan komunikasi
langsung dengan yang dibimbing, metode ini memiliki dua
teknik antara lain:
40
Pembimbing melakukan bimbingan secara
langsung dengan bertatap muka dengan yang di bimbing
tanpa adanya perantara. Dalam hal ini pembimbing
bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya
menunjukkan sikap turut merasakan apa yang dirasakan
oleh yang sedang dibimbing. Adapun empati artinya
berusaha nemempatkan diri dalam situasi diri klien
dengan segala masalah yang dihadapinya.16
(2) Kunjungan rumah (home visit)
Kunjungan rumah (home visit) merupakan salah
satu alternatif dalam pemecahan permasalahan.
Kunjungan rumah (home visit) mempunyai dua tujuan,
yaitu pertama untuk memperoleh berbagai keterangan
atau data yang diperlukan dalam pemahaman
lingkungan dan kedua bertujuan untuk pembahasan dan
pemecahan masalah.
Kegiatan kunjungan rumah (home visit) dapat
berbentuk pengamatan dan wawancara terutama tentang
kondisi rumah tangga, fasilitas belajar dan hubungan
antaranggota keluarga dalam kaitannya dengan
permasalahan yang sedang dialami. Masalah yang
41
dibahas mencakup masalah pribadi, sosial, belajar dan
bidang bimbingan karir.17
2. Metode tidak langsung
Metode tidak langsung adalah metode bimbingan /konseling
yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal.
a. Metode individual
1) Melalui surat menyurat
2) Melalui telepon
b. Metode kelompok atau massal
1) Melalui papan bimbingan
2) Melalui surat kabar atau majalah
3) Melalui brosur
4) Melalui radio
5) Melalui televisi
Metode dan teknik yang digunakan dalam melaksanakan bimbingan
tergantung pada:
1. Masalah atau problem yang sedang dihadapi
2. Tujuan penggarapan masalah
3. Keadaan yang dibimbing
4. Kemampuan pembimbing
17 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
42
5. Sarana dan prasarana yang tersedia
6. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar
7. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan
8. Biaya yang tersedia18
d. Tahap-tahap Pelaksanaan Bimbingan Pribadi Sosial
Pelaksanaan bimbingan pribadi sosial sebagai bagian dari
bimbingan dan konseling memiliki tahap-tahap antara lain sebagai
berikut:
1. Perencanaan.
Keberhasilan bimbingan pribadi sosial merupakan tujua
akhir dari proeses bimbingan. Oleh karena itu, perencaan awal
sangat dibutuhkan sebagai persiapan sebelum melakukan proses
bimbingan tersebut untuk persiapan juga menghadapi tahap
selanjutnya.
2. Pelaksanaan.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan pelaksanan bimbingan pribadi
sosial mencakup beberapa kegiatan antara lain:
a. Membangun hubungan
Membangun hubungan dijadikan langkah pertama
karena antara pembimbing dan yang dibimbing harus saling
mengenal dan menjalin kedekatan emosional sebelum sampai
18 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal.
43
pada pemecahan masalahnya. Dalam proses bimbingan harus
tercipta a working relatioship, yaitu hubungan yang berfungsi,
bermakna dan berguna.
b. Penerapan metode, teknik, alat dan media yang akan
digunakan dalam proses bimbingan.
Metode, teknik, alat dan media yang digunakan harus
sesuai dengan tingkat masalah yang sedang dihadapi.
c. Evaluasi dan tindak lanjut kegiatan layanan bimbingan.
Evaluasi dilakukan terhadap hasil bimbingan yang
sudah dilakukan secara keseluruhan. Yang menjadi ukuran
keberhasilan bimbingan akan tampak pada kemajuan tingkah
laku yang di bimbing yang berkembang ke arah yang lebih
positif.19
Setelah kegiatan bimbingan untuk sementara
dipandang cukup dan hasilnya sudah diketahui, maka
pembimbing masih bisa melakukan tindak lanjut yang bersifat
pencegahan (preventif), pemeliharaan (preservatif),
penyembuhan (curatif), dan pengembangan (educative).20
Tahap pertama dalam melakukan evaluasi adalah
menentukan tujuan evaluasi. Penentuan tujuan ini merupakan
hal yang sangat penting kerena berdasarkan tujuan inilh
19 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktek
(Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hal. 85
20 Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islam(Teori dan Praktek) (Yogyakarta: Pustaka
44
konselor akan melakukan evaluasi. Tujuan evaluasi secara
umum berkaitan dengan dua hal yaitu berkaitan dengan aspek
yang akan dievaluasi dengan objek evaluasi.
Penentuan aspek input menandakan bahwa konselor
menginginkan strategi yang digunakan dapat efektif dalam
mencapai tujuan program. Objek evaluasi, yaitu program
bimbingan mengarahkan bahwa input yang dimaksud terbatas
pada lingkup bimbingan. Berdasarkan dua hal itu, maka pada
spek input ini evaluasi bertujuan untuk mengetahui ketepatan
strategi yang ditetapkan konselor dalam mencapai tujuan
program.21
e. Bimbingan Pribadi Sosial dalam Perspektif Islam
Tuhan Yang Maha Pemurah memberikan segenap
kemampuan potensian kepada manusia, yaitu kemampuan yang
mengarah pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang
mengarah pada hubungan manusia dengan sesama manusia dan
dunianya. Penerapan segenap kemampuan potensial itu secara
langsung berkaitan dengan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.22
Tumbuh dan berkembangnya kesadaran beragama (Religious
consciusness) dan pengalaman beragama (religious experience),
21
Aip Badrujjaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling (Jakarta: Indeks, 2011), hal. 85.
45
ternyata melalui proses yang gradual dan tidak sekaligus.23 Dalam
islam, sosok individu yang ingin dicapai seperti disebutkan dalam
tujuan bimbingan dan konseling yang identik dengan individu yang
“kaffah”atau “insan kamil”.
Individu yang kaffah atau insan kamil merupakan sosok
individu atau pribadi yang sehat baik rohani (mental dan psikis)
dan jasmasninya (fisiknya). Dengan perkataan lain, sehat fisik dan
psikisnya individu atau pribadi yang kaffah atau insan kamil juga
merupakan sosok individu yang mampu mewujudkan potensi
iman, ilmu dan amal serta dzikir sesuai kemampuannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Secara operasional individu atau pribadi yang kaffah atau
insan kamil adalah individu yang mampu: pertama: berfikir secara
positif sebagai hamba Allah Swt. Yang tugas utamanya adalah
mengabdi kepadanya. Kedua, berfikir positif tentang diri dan orang
lain di lingkungannya. Ketiga, mewujudkan potensi pikir dan zikir
dalam kehidupan sehari-hari. Keempat,mewujudkan akhlak
al-karimah dan senantiasa berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari
baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya.24
Sesungguhnya konsep dalam Islam adalah konsep yang
menyeluruh bagi kehidupan. Konsep yang mampu membawa
23 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), hal. 260.
24 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: PT
46
kebahagiaan, ketenangan dan keridhoan bagi manusia. Konsep
yang mampu mengarahkan manusia menuju jalan yang terbaik,
jalan pengaktualisasikan diri hingga mengantarkannya menjadi
manusia yang sempurna.25 Dan konsep-konsep tersebut di atas
menjadi tujuan akhir dilakukannya bimbingan berdasarkan
perspektif agama islam.
Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di muka bumi
ini secara berpasang-pasangan. Sebab itulah setiap individu pasti
membutuhkan individu lain untuk melangsungkan kehidupannya,
tidak ada individu yang bisa hidup sendirian. Dan ini sudah tercatat
dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 1:
آَٰي
ذلٱ ُمُكبَر ْاوُق تٱ ُسانلٱ اَه يَأ
س ۡف ن ن م مُكَقَلَخ ي
ةَد حَٰو
َقَلَخَو
اَه ۡ ن م
اَهَجۡوَز
ثَبَو
اَمُهۡ ن م
ااَج ر
ار ثَك
َس نَو
ءٓا
َو
ي ذلٱ ََٱ ْاوُق تٱ
َسَت
ۦ ه ب َنوُلَءٓا
َلَع َناَك ََٱ ن إ
َماَحۡرَ ۡۡٱَو
ۚ
قَر ۡمُكۡي
ابي
ا
ا
Artinya:Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (Q.S An-Nisa: 1)26
Dalam Islam juga sudah dijelaskan bahwasannya setiap
mukmin itu adalah bersaudara, sehingga diwajibkan atas setiap
mereka membangun serta menjaga hubungan antar sesama
25 Musfir bin Said Azzahrani, Konseling Terapi (Saudi Arabia: Bahadur Press, 1421 H), hal. 16. 26 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Darussunnah,
47
mukmin lainnya. Hal ini terdapat dalam firman Allah surat
Al-Hujarot Ayat 10:
ۡيَوَخَأ َ َۡۡ ب ْاوُح لۡصَأَف ةَو
ۡخ إ َنوُن مۡؤُمۡلٱ اََ إ
َُُُۡۡ ت ۡمُكلَََل ََٱ ْاوُق تٱَو
ۚۡمُك
َنو
١٠
Artinya:
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (Q.S
Al-Hujarot: 10)27
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan
bahwasannya bimbingan pribadi sosial menurut pandangan Islam
sama halnya dengan bimbingan pribadi sosial pada umumnya.
Namun bimbingan pribadi sosial menurut perspektif Islam
bertujuan untuk membantu individu untuk mencapai kebahagiaan
yang tidak hanya kebahagiaan dunia akan tetapi juga akhirat yang
merupakan tujuan akhir dari hidupan.
f. Faktor-faktor yang Menentukan Keberhasilan Bimbingan
Pribadi Sosial.
Faktor yang merupakan hal (keadaan, peristiwa) yang ikut
menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan dan konseling yang termasuk
di sini adalah layanan bimbingan pribadi sosial antara lain:
1) Faktor terkait konselor.
Kemampuan konselor sangatlah berpengaruh terhadap cara
membantu kliennya dalam mengatasi masalah. Konselor
27 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Darussunnah,
48
yang memiliki kemampuan yang baik akan menghasilkan
bimbingan yang lebih baik dibandingkan dengan konselor
yang kemampuannya kurang baik, hubungan konselor dan
klien juga sangat berpengaruh terhadap hasil layanan
bimbingan. Selain itu, jenis dan metode yang digunakan
seperti metode bimbingan kelompok, individual atau
kombinasi keduanya.
2) Faktor yang terkait dengan klien
Motivasi, harapan, usia klien, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, intelegensi, status sosial ekonomi, sosial budaya
dan kepribadian klien saat mengikuti bimbingan juga
berpengaruh terhadap hasil dan proses layanan bimbingan
yang diikuti.
3) Faktor yang terkaiFakt dengan masalah.
Jenis masalah, berat ringannya masalah merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap hasil bimbingan pribadi
sosial, masalah yang berat lebih membutuhkan pelayanan
yang lebih lama.28
28
49
B. Tinjauan Tentang Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy
(REBT).
1. Pengertian Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy
(REBT).