• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas konseling dengan terapi menggambar dalam mengurangi emosi negatif siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al Mukhlishin Ciseeng Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas konseling dengan terapi menggambar dalam mengurangi emosi negatif siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al Mukhlishin Ciseeng Bogor."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENGURANGI EMOSI NEGATIF SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH AL-MUKLISHIN CISEENG-BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

KHOIRUL AKBAR NIM: B53213053

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN DAKWAH

(2)

NIM : B53213053

Judul : Efektivitas Konseling dengan Terapi Menggambar dalam Mengurangi Emosi Negatif Siswa Kelas VIII Madrasah

Tsanawiyah Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 10 Juli 2017

Dosen Pembimbing,

Lukman Fahmi, S.Ag., M.Pd NIP. 197311212005011002

(3)

Skripsi oleh Khoirul Akbar ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Surabaya, 20 Juli 2017 Mengesahkan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Dekan,

Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si NIP. 196004121994031001

Penguji I,

Lukman Fahmi, S.Ag., M.Pd NIP. 197311212005011002

Penguji II,

H. Rudy Al Hana, M.Ag NIP. 196809031991031001

Penguji III,

Dra. Faizah Noer Laila, M.Si NIP. 196012111992032001

Penguji IV,

(4)

Nama : Khoirul Akbar

NIM. : B53213053

Program Studi : Bimbingan dan Konseling Islam

Alamat : Kampung Bojong Indah, RT/RW 004/001, Desa Bojong

Indah, Parung, Bogor, Jawa Barat

Judul : “Efektivitas Konseling dengan Terapi Menggambar dalam

Mengurangi Emosi Negatif siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor”

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa:

1. Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi

manapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2. Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan

merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.

3. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil

plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang

berlaku.

Surabaya, 20 Juli 2017

Yang menyatakan,

(5)
(6)

ABSTRAK

Khoirul Akbar (B53213053), Efektivitas Konseling dengan Terapi Menggambar dalam Mengurangi Emosi Negatif siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimana efektivitas konseling dengan terapi menggambar dalam mengurangi emosi negatif siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan proses treatment dengan menggunakan tahapan Pendekatan Humanistik. Sementara untuk membuktikan apakah terapi menggambar efektif dalam mengurangi emosi negatif siswa kelas VIII, maka peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan bentuk pretest-posttest control group design yang berfungsi untuk mengungkap hasil dari semua data dan fakta yang telah diperoleh selama penelitian ini berlangsung.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah, konseling dengan terapi menggambar (variabel bebas), dan emosi negatif siswa kelas VIII (variabel terikat). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A, B, dan C yang terbagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol dengan jumlah total 60 siswa. Sementara metode pengumpulan data yang dipilih oleh peneliti adalah berupa wawancara, angket dan dokumentasi.

Untuk menguji apakah konseling dengan terapi menggambar efektif dalam mengurangi emosi negatif siswa kelas VIII, maka peneliti menguji hasil pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan rumus uji independent sample t-test.

Hasil pengujian tes tersebut menunjukan bahwa konseling dengan terapi menggambar belum efektif dalam mengurangi emosi negatif siswa kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kerangka Teori dan Hipotesis ... 8

F. Metode Penelitian ... 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 10

3. Variabel dan Indokator Penelitian ... 11

4. Definisi Operasional ... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

6. Teknik Analisis Data ... 18

G. Sistematika Pembahasan... 19

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Konseling ... 21

1. Pengertian Konseling ... 21

2. Konseling Person-Centered Therapy ... 22

B. Tinjauan Tentang Terapi Menggambar ... 24

1. Pengertian Terapi Menggambar ... 24

2. Gambar Sebagai Diagnosa ... 25

3. Langkah-Langkah Terapi Menggambar ... 26

C. Tinjauan Tentang Emosi Negatif ... 30

1. Pengertian Emosi Negatif ... 30

2. Emosi Negatif dalam Islam ... 32

3. Fungsi Emosi ... 38

4. Jenis-Jenis Emosi Negatif ... 41

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emosi Negatif ... 47

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 48

(8)

BAB III: PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Umum Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin ... 52

1. Profil Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin ... 52

2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ... 53

3. Kondisi Eksternal Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin ... 54

4. Data Kependidikan dan Non Kependidikan ... 56

5. Jumlah Siswa ... 58

6. Kegiatan Pengembangan Diri ... 58

B. Deskripsi Penilaian, Indikator, dan Responden ... 60

1. Penilaian Angket... 60

2. Aspek dan Indikator Angket ... 61

3. Responden Terapi Menggambar dalam Mengurangi Emosi Negatif ... 62

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

1. Proses Terapi Menggambar dalam Mengurangi Emosi Negatif Siswa Kelas VIII MTs Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor ... 64

2. Efektivitas Terapi Menggambar dalam Mengurangi Emosi Negatif Siswa Kelas VIII MTs Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor ... 72

3. Uji Keabsahan Instrumen ... 75

4. Pengujian Hipotesis ... 78

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Tahap Pertama ... 81

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 81

2. Uji Normalitas ... 83

3. Uji Hipotesis ... 85

B. Analisis Tahap Kedua ... 87

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 87

2. Uji Normalitas ... 90

3. Uji Hipotesis ... 91

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu karakter bernama Ai Haibara dalam serial anime Jepang

Detective Conan: Crossroad Ancient Capital karya Aoyama Gosho, pernah

mengatakan “manusia tidak dapat selalu akur satu sama lain. Emosi, atribut

menyusahkan yang tidak terlihat, manusia memiliki itu”.

Emosi adalah salah satu kondisi keberadaan manusia yang memiliki

akar evolusi yang sangat panjang. Saat manusia semakin mengembangkan

fungsi-fungsi kognitif mereka dalam proses evolusi yang panjang, keintiman

mereka dengan emosi mengalami transformasi. Pada manusia, emosi

merupakan bagian integral dari keberadaa mereka, tetapi di saat yang sama,

dengan berkembanganya kemampuan kognitif dan metakognitif yang

canggih, menjadi mungkin bagi manusia untuk mengambil jarak dan

menelaah emosinya sendiri. Meskipun tidak dapat (dan tidak perlu)

melepaskan diri dari emosi, manusia dapat menentukan sikap pada emosinya

sendiri, ia dapat berpikir tentang emosinya, mencoba memahaminya, dan

menguasainya.2

Melalui pemahaman tersebut kita dapat mengambil garis besar bahwa

emosi adalah hal yang pasti ada pada manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa

seorang Nabi sekalipun pasti pernah merasakan kesedihan, kemarahan,

(10)

ketakutan. Pada suatu kisah dalam Al-Qur’an, sekembalinya Nabi Musa a.s

dari gunung sinai untuk menerima wahyu, kaum Nabi Musa menyembah

patung anak sapi yang terbuat dari emas. Melihat apa yang diperbuat

kaumnya, Nabi Musa menjadi marah dan sedih. Kisah ini diabadikan dalam

Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 150:

َََو

ا܅ݙ

َ

َِهِمۡوَقَ ٰ

َِإَ ٓ ََوُ َ َعَجَر

َ

ۦَ

ََܱۡ

َ

أَ ۡݗُتۡݖِجَع

َ

أَۖ يِܯۡعَبَ ۢݚِمَ ِِوُݙُتۡفَݖَخَاَݙَسۡئِبَ َلاَقَامفِسَأَ َݚَٰبۡضَغ

َ ََۡل

َ

أَوَۖۡݗُكِ بَر

ََحاَو

ۡ َ ۡ

ۡٱ

َ

َُه܆ُܱ َََِهيِخ

َ

أَ ِس

ۡ

أَِܱبَََܰخ

َ

أَو

َ ۥَ

َ َلاَقَِۚهۡ

ََِإ

ََݚۡبٱ

َ

َ ܅نِإَ܅م

ُ

أ

ََمۡوَقۡلٱ

َ

َِِوُفَع ۡضَتۡسٱ

ََوَ

َْاوُل ََ

ََ َِِ ۡتِݙ ۡش

ُتَ َََفَ َِِنوُݖُتۡقَي

ََء اَܯۡع

َ ۡ

ۡٱ

َ

ََعَمَ ِِ

ۡݖَعۡ َََ َََو

َِمۡوَقۡلٱ

َ

ََيِݙِݖٰ ܅ظلٱ

َ

٠

َ

َ

“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim”. (QS. Al-A’raf [7]: 150).3

Masalah yang berkaitan dengan emosi ini tidak hanya terjadi pada

mereka yang sudah dewasa, anak-anak hingga remaja juga bisa

mengalaminya. Menurut Mappiare, masa remaja berlangsung sejak umur

12/13 tahun sampai dengan usia 17/18 tahun sebagai masa remaja awal,

sedangkan usia 17/18 tahun hingga usia 21/22 tahun sebagai masa remaja

akhir.

(11)

3

Secara psikologis, Piaget mengatakan bahwa remaja adalah suatu usia

dimana seorang individu menjadi terintegrasi dengan masyarakat dewasa.

Pada masa ini, seorang anak merasa bahwa dirinya tidak berada di bawah

tingkatan orang yang lebih tua darinya, melainkan sama atau paling tidak

sejajar. Remaja menjadi masa tanpa tempat yang jelas. Seorang remaja bukan

lagi anak-anak, namun bukan juga orang dewasa. Oleh karena itu, seringkali

masa remaja dikenal sebagai masa pencarian jati diri, dimana individu terus

berkembang baik fisik, mental, dan emosional.4

Problema masa remaja ini juga dapat terjadi dimana pun, kapan pun dan

terjadi pada siapa pun. Begitu pula pada siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah

Al-Mukhlishin Ciseeng, Bogor, dimana ada kemungkinan terjadi pertikaian

antar siswa baik itu dalam kelas yang sama ataupun dalam kelas yang

berbeda. Hal ini dapat terjadi karena Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin

berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Al-Mukhlishin, dimana

terdapat siswa yang mukim di pondok pesantren, juga siswa yang setiap

harinya pergi-pulang ke sekolah yang sama. Perbedaan tersebut

memungkinkan adanya kelompok-kelompok antar siswa.5

Meskipun demikian, permasalahan yang bersifat emosional ini

dianggap lumrah terjadi di kalangan anak-anak yang sedang beralih ke masa

remaja, dimana mereka masih dalam proses mengenali diri mereka sendiri.

Dalam menghadapi masalah seperti ini, terkadang siswa menunjukkan sikap

4 Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 9

(12)

penolakan terhadap gurunya. Apabila terjadi masalah dengan

teman-temannya, biasanya mereka menjauh. Hal ini ditandai dengan tempat duduk

berjauhan, yang biasanya saling menyapa menjadi saling mendiamkan, atau

menunjukkan emosinya di sosial media. Oleh sebab itu, mereka

membutuhkan tempat untuk berbagi atau mencurahkan isi hati kepada orang

yang bisa dipercaya, khususnya di lingkungan sekolah. Kebanyakan dari

siswi tentunya bisa saja menceritakan masalahnya kepada ibu guru atau guru

yang disenanginya, namun bagi siswa masih jarang sekali yang mau terbuka

kepada guru ataupun orang lain.6

Selain itu, siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin belum

sepenuhnya mengerti dan mengikuti program layanan konseling individu

yang diadakan guru bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, sedikit sekali

siswa maupun siswi yang dengan kesadaran tinggi untuk berbagi masalahnya

dengan guru bimbingan dan konseling, baik itu masalah dengan

teman-temannya, dengan guru, orang tua ataupun masalah pribadi.7

Di zaman yang serba modern ini, dimana teknologi semakin canggih,

banyak kita temukan fenomena yang disebutkan oleh reporter teknologi New

York Times, Matt Ritchell sebagai “invasi layar”. Dalam fenomena ini orang

-orang baik anak-anak, remaja maupun dewasa lebih banyak membenamkan

diri pada teknologi seperti handphone dan internet, serta mengabaikan dunia

sekitar. Keterlibatan kita bersama orang sekitar menjadi berkurang. Perhatian

6 Lihat Lampiran 2, Hasil Wawancara dengan Ibu Nina Yulyana, S.Pd.I (Wali Kelas VIII) pada tanggal 20 Mei 2017 di Ruang Guru MTs. Al-Mukhlishin

(13)

5

kita teralihkan. Dengan demikian kita semakin merasakan dorongan yang

kuat, namun tidak diimbangi dengan kepuasan yang biasanya tercapai setelah

melakukan hal produktif. Hal ini bukannya menjadikan kita rileks, sikap

seperti ini dapat menimbulkan kegelisahan, keterasingan, dan stress jika

dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.8

Di sisi lain, gambar merupakan bahasa universal yang telah ada dan

berkembang sebelum masa ditemukannya tulisan. Pada masa prasejarah

manusia primitif telah menggunakan gambar sebagai bahasa rupa. Hal ini

dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan di dinding goa. Pada

gambar-gambar tersebut biasanya memiliki kesamaan tema yang pada umumnya

mengenai kehidupan manusia sehari-hari pada zaman itu.

Seiring perkembangan zaman, menggambar juga mengalami

perkembangan. Tiap suku memiliki gaya tersendiri dalam menggambar,

dimana gambar-gambar tersebut memiliki makna dan filosofi yang dianggap

sakral. Namun dewasa ini, menggambar sudah beralih fungsi dan makna. Saat

ini menggambar sudah menjadi keilmuan yang memiliki banyak cabang

menurut fungsinya, tidak terkecuali yang berhubungan dengan bidang ilmu

psikologi.9

Dewasa ini, menggambar menjadi salah satu tren cara untuk

mengekspresikan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Baik seniman lukis, komikus dan profesi sejenisnya terbiasa menyalurkan

8 Suni Brown, The Doodle Revolution Kekuatan Rahasia Untuk Berpikir Secara Berbeda, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2016), hal. 32

(14)

emosi positif atau negatif melalui goresan-goresan pensil pada kertas, atau cat

pada kanvas. Dikutip dari intisari-online.com, Jason Abrams, seorang seorang

akuntan manajer di salah satu perusahaan Public Relation ternama di New

York. Kecemasan tinggi akan jadwal yang super padat dan tugas-tugas penuh

deadline membuat Jason membutuhkan sesuatu untuk menangani stresnya.

Delapan tahun lalu, ia menggunakan buku mewarnai sebagai terapi untuk

menenangkan diri.

Tidak semua orang mampu menjadi pelukis hebat (dalam konteks

menjadi seniman berbakat), tapi semua orang entah ketika kanak-kanak atau

saat berada di bangku sekolah, pasti pernah menggambar, mewarnai, atau

mencorat-coret sesuatu. Maka dari itu, semua orang bisa menggunakan cara

yang positif untuk mengungkapkan tekanan-tekanan dalam dirinya, yakni

dengan menggambar.

Berdasarkan dua hal di atas, peneliti memahami bahwa melalui

menggambar kita dapat mengurangi emosi negatif yang terpendam, atau

secara tidak langsung, emosi negatif dapat disalurkan dengan cara

menggambar, begitu pula emosi negatif pada remaja yang dalam penelitian

ini adalah siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

(15)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

konseling dengan terapi menggambar efektif dalam mengurangi emosi negatif

siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk

mengetahui keefektifan konseling dengan terapi menggambar dalam

mengurangi emosi negatif siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah

Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain

sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta bahan

pertimbangan, khususnya bagi konselor dan umunya tenaga pendidik

dalam memberikan pendidikan kepada siswa-siswi di sekolah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi siswa-siswi yang

merasa sulit untuk mengatur emosi negatifnya.

c. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih berupa

pemikiran kepada guru BK dan konselor di sekolah dalam

(16)

menggambar sebagai salah satu upaya dalam mengurangi emosi

negatif siswa-siswi.

2. Manfaat Teoritis

a. Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan dapat

memberikan wawasan keilmuan, pemikiran serta tambahan

pengetahuan yang berkaitan dengan penggunaan kegiatan menggambar

dalam mengurangi emosi negatif siswa-siswi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan

referensi pada penelitian yang sejenis di masa mendatang.

E. Kerangka Teori dan Hipotesis

1. Kerangka Teori

Adanya kerangka teori dalam sebuah penelitian dimaksudkan untuk

memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan

dipakai sebagai landasan dalam penelitian termasuk variabel-variabel

permasalahan yang akan diteliti.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan dan

untuk menjaga agar tidak terjadi penafsiran yang bermacam-macam dan

pemahaman yang menyimpang, maka selanjutnya peneliti membatasi

masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya dalam

ruang lingkup rumusan masalah berikut:

a. Ada tidaknya efektivitas bimbingan konseling dengan menggunakan

(17)

9

b. Sejauh mana taraf signifikansi konseling dengan terapi menggambar

terhadap berkurangnya emosi negatif pada siswa kelas VIII Madrasah

Tsanawiyah Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor.

2. Hipotesis

a. Hipotesis Penelitian/Kerja (Ha)

Konseling dengan terapi menggambar efektif dalam mengurangi emosi

negatif siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin

Ciseeng-Bogor.

b. Hipotesis Nol (Ho)

Konseling dengan terapi menggambar tidak efektif dalam mengurangi

emosi negatif siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin

Ciseeng-Bogor.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan jenis desain penelitian eksperimen murni (true experimental

design). Desain penelitian ini disebut dengan true experimental design

karena peneliti dapat mengontrol variabel luar yang mempengaruhi

jalannya eksperimen. Sehingga validitas internal (kualitas rancangan

penelitian) dapat menjadi tinggi.

Bentuk desain penelitian ini adalah pretest-posttest control group

design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara

(18)

merupakan subjek penelitian dimana anggotanya diberikan treatment.

sedangkan kelompok kedua yang juga dipilih secara acak, namun setara

dengan kelompok eksperimen, yakni kelompok yang tidak diberi

treatment disebut kelompok kontrol. Kedua kelompok ini diberikan pretest

dan posttest namun hanya satu kelompok yang diberikan treatment yaitu

kelompok eksperimen.10

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi merupakan suatu wilayah yang terdiri dari obyek atau

subyek secara menyeluruh, yang memiliki kuantitas dan karasteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk ditarik kesimpulan.

Populasi menggambarkan berbagai karakteristik subjek penelitian

untuk kemudian menentukan pengambilan sampel.11 Berdasarkan penjelasan tersebut, maka populasi subyek dalam penelitian ini adalah

siswa-siswi kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin

Ciseeng-Bogor.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu

mewakili populasi dalam penelitian. Untuk mendapatkan kesimpulan

pada populasi maka perlu mempelajari sampel. Kesimpulan pada

sampel berlaku secara menyeluruh pada populasi. Oleh karena itu,

10 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 112-113

(19)

11

sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar dapat mewakili

keseluruhan populasi.12

Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti mengambil sampel

sebanyak 30 orang untuk kelompok eksperimen dan 30 orang untuk

kelompok kontrol dari keseluruhan populasi kelas VIII Madrasah

Tsanawiyah Al-Mukhlishin Ciseeng-Bogor sebanyak 77 orang.

c. Teknik Sampling

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

teknik sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Sampling purposive ini termasuk dalam

nonprobability sampling dimana dalam pengambilan sampling tidak

diberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel.13 Pengambilan sampel dilakukan secara merata atau seimbang dari setiap kelas yang menjadi

subyek penelitian.

3. Variabel dan Indikator Penelitian

a. Variabel Penelitian

Menurut Y. W Best yang disunting oleh Sanpiah Faisal dalam

(Hadi, Amirul dan Haryono, 1998: 204-205) variabel penelitian adalah

kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti

dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam satu penelitian.

12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hal. 118

(20)

Variabel dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu variabel bebas atau

variabel independen (x) dan variabel terikat atau variabel dependen (y).

Variabel bebas adalah kondisi-kondisi atau

karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk

menerangkan hubungannya dengan fenomena diobservasi. Sedangkan

variabel terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau

muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah atau mengganti

variabel bebas. Dengan demikian, kedua variable dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Variabel bebas (x) : Konseling dengan Terapi Menggambar

2) Variabel terikat (y) : Emosi Negatif

b. Indikator Penelitian

Dalam hal ini, indikator penelitian ditentukan sesuai dengan sub

variabel atau aspek dari variabel terikat. Selanjutnya, peneliti

menentukan sub variabel dari emosi negatif yang dikemukakan oleh

beberapa ahli. Untuk emosi marah, peneliti menggunakan karakteristik

kemarahan oleh W. Robert Nay yaitu, (a) pasif-agresi, (b) sarkasme,

(c) kemarahan dingin, (d) permusuhan, dan (e) agresif.14

Sementara itu untuk emosi sedih, sub variabel diambil dari

gabungan beberapa teori yakni Gohm dan Clore yaitu (a) kejelasan, (b)

14 W. Robert Nay, Mengelola Kemarahan; Terapi Menangani Konflik, Melanggengkan

(21)

13

ekspresi,15 ditambah dengan mengambil kriteria yang disebutkan Robert E. Lane yakni (c) respons fisiologis.16

Untuk emosi takut, peneliti mengambil pendapat Darwis Hude

yakni (a) perubahan tingkah laku, dan (b) respon fisiologis. Sedangkan

untuk emosi malu, sub variabelnya adalah (a) ekspresi wajah dan (b)

tingkah laku. Selanjutnya peneliti menentukan indikator penelitian

sesuai dengan sub variabel dari emosi negatif, sebagai berikut:

Tabel 1.1 Indikator Penelitian

No Sub Variabel/ Aspek Indikator

1

Marah

Pasif-Agresi Menahan pujian atau

kepedulian

Melanggar komitmen Membuat orang kesal

2 Sarkasme Melontarkan sindiran atau

“banyolan” yang menyakitkan Mengeraskan suara

Bersikap menjengkelkan

3 Kemarahan

dingin

Menjauhkan diri dari orang lain selama beberapa waktu Menjaga jarak

Menolak untuk menunjukkan masalah

Menghindari pembicaraan emosional

4 Permusuhan Menunjukkan perasaan

bergejolak

Meninggikan volume suara lebih tertekan

Tergesa-gesa seprti diburu waktu

Menunjukkan kekesalan secara jelas

5 Agresif Menghina, sumpah serapah,

menuduh orang lain dengan

15 Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi; Sebuah Panduan Cerdas

Bagaimana Mengelola Emosi dalam Hidup Anda, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),hal. 17-18

16 Qomaruzzaman Awwab, Laa Tahzan for Teens; Menjadi Remaja Bebabs Stres ‘n Selalu

(22)

suara tinggi

Memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain Menumpahkan kemarahan dengan tindakan mendorong atau memukul

6 Sedih Kejelasan Tidak memahami penyebab

kesedihan

Mencemaskan masalah Diam dan atau merenung Menolak bercerita Menceritakan kesedihan

7 Perubahan

tingkah laku

Menghindari keramaian Wajah muram

Menangis tiba-tiba

Enggan melakukan kegiatan Menangis tersedu-sedu/histeris Pengambilan keputusan

8 Fisiologis Degup jantung

Tenggorokan kering Nafsu makan hilang Sulit tidur (insomnia)

9 Takut Perubahan

tingkah laku Terkejut Melarikan diri Mendadak diam Berteriak histeris Menutup telinga Menghindar Enggan mencoba

10 Fisiologis Sakit kepala

Keringat dingin

Jantung berdebar-debar Pucat

Lemas

Nyeri lambung

11 Malu Ekspresi Wajah Pipi merah

Pendiam

Menghindari pandangan orang Minder

Menghindari keramaian Gugup gemetar

(23)

15

4. Definisi Operasional

Definisis operasional diperlukan dalam penelitian, untuk

menghindari pemahaman yang keliru dalam menafsirkan maksud dan

tujuan penelitian beserrta permasalahan yang dibahas. Dalam penelitian ini

terdapat dua variabel sesuai dengan judulnya, maka definisi operasioanl

dari kedua variabel adalah sebagai berikut:

a. Konseling

Konseling merupakan hubungan profesional antara konselor

dengan klien. Hubungan ini dapat bersifat individu ataupun melibatkan

lebih banyak orang. Konseling didesain untuk menolong klien

mencapai tujuan tertentu. Rogers mendefinisikan konseling sebagai

hubungan yang membantu, dalam artian menyediakan keterampilan

yang dapat membuat individu dapat membantu dirinya sendiri.17

b. Terapi Menggambar

Menggambar merupakan salah satu teknik dalam terapi seni.

Melalui terapi menggambar, dua buah disiplin ilmu (psikologi dan

seni) bergabung menjadi sebuah terapi yang apik. Gambar-gambar

yang tercipta dari seseorang yang mengalami tekanan dalam dirinya

memiliki interpretasi tersendiri. Dengan menggambar, tidak hanya

seniman tapi juga individu pada umumnya mampu mengekspresikan

isi hatinya.

(24)

c. Emosi Negatif

Daniel Goleman memberikan definis emosi dengan merujuk

pada makna harfiah yang diambil dari Oxford English Dictionary,

dimana emosi memiliki makna sebagai setiap pergolakan pikiran,

perasaan, keadaan mental yang meluap-luap.18 Emosi negatif adalah keadaan dalam diri seseorang yang tidak menyenangkan, sehingga

mempengaruhi sikap dan perilaku dirinya dalam berinteraksi dengan

orang lain.19

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor

penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana

cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan alat yang digunakan.

Ada berbagai macam teknik pengumpulan data yang bisa dipakai

dalam suatu penelitian pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Ada

perbedaan yang signifian antara teknik yang dipakai dalam penelitian

pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Khusus untuk penelitian

dengan pendekatan kuantitatif, teknik yang dipakai dan menghasilkan

instrumen penelitian harus sudah ditentukan di awal sebelum melakukan

penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara, dokumentasi, dan kuesioner (angket).

18 Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 62

(25)

17

a. Angket

kuesioner (angket) adalah teknik pengumpulan data dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang akan

dijawab oleh subyek penelitian.20 Dalam penelitian ini, angket yang digunakan dalam bentuk skala psikologi untuk mengukur variabel

terikat (dependen) yaitu skala angket emosi negatif karena emosi

negatif menjadi variabel terikat dalam penelitian ini.

Skala angket emosi negatif disusun berdasarkan alternatif

jawaban dengan metode skala psikologi yaitu metode yang digunakan

untuk mengukur perilaku dengan menyatakan sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau kelompok orang tentang suatu objek sosial.21 Skala angket ini terdiri dari empat alternatif jawaban subyek penelitian,

yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak

sesuai (STS). Angket disebarkan kepada semua anggota kelompok

eksperimen dan kontrol dua kali penyebaran, yaitu saat pretest dan

posttest.

b. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan subyek penelitian, serta

pihak lain yang terkait seperti guru bimbingan dan konseling, Wali

kelas VIII, guru mata pelajaran dan lain-lain. Wawancara dilakukan

20 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hal. 199

(26)

untuk mendapatkan data secara langsung dari sumber-sumber terkait

agar mendapat data yang valid.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dapat peneliti peroleh dari dari pihak-pihak sekolah

terkait, seperti kepala sekolah untuk memperoleh data tentang sejarah

dan perkembangan sekolah, dan tata usaha untuk memperoleh

data-data sarana dan prasarana sekolah, keadaan siswa dan guru serta

masalah-masalah yang berhubungan dengan administrasi sekolah yaitu

berupa arsip dan lain-lain bisa didapatkan di kesekretariatan Madrasah

Tsanawiyah Al-Mukhlishin.

6. Teknik Analisia Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk

menguraikan keterangan atau data-data yang diperoleh agar dapat

dipahami. Data yang diperoleh dari hasil angket, selanjutnya diolah

dengan menggunakan rumus statistik deskriptif seperti menghitung mean

(nilai rata-rata), median, modus, mencari deviasi standar (simpangan

baku), dan lain-lain.22

Setelah data diolah dengan rumus statistik deskriptif, selanjutnya

data diolah dengan rumus statistik inferensi untuk menguji hipotesis.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini melalui perbandingan dari hasil

dua kali analisis. Analisis pertama adalah menguji perbedaan emosi

negatif awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu dari

(27)

19

hasil pretest dengan menggunakan rumus t-test untuk sampel terpisah

(independent samples t-test). Rumusnya adalah sebagai berikut:23

t = M − M

√ ∑ xn + n − 2 + ∑ x2 n + n

Keterangan:

Ma dan Mb = mean kelompok a dan b

xa dan xb = deviasi kelompok a dan b

na dan na = jumlah subyek kelompok a dan b

Analisis kedua adalah untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Teknik analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut

adalah memakai rumus yang sama seperti rumus diatas.

G. Sistematika Pembahasan

1. BAB I PENDAHULUAN: berisi tentang pengantar bagi pembaca untuk

dapat memahami latar belakang permasalahan dalam penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA: berisi tentang tinjauan pustaka dari objek

penelitian yang dikaji yakni mengenai efektivitas terapi menggambar

dalam mengurangi emosi negatif siswa dari segi kajian teoritiknya, hasil

penelitian terdahulu yang relevan, serta hipotesis penelitian.

(28)

3. BAB III PANYAJIAN DATA: bab ini berisi tentang deskripsi umum

obyek penelitian, deskripsi hasil penelitian, serta pengujian hipotesis

melalui data yang telah didapatkan.

4. BAB IV ANALISIS DATA: dalam bab ini diterangkan tentang

argumentasi teoritis terhadap hasil pengujian hipotesis disertai dengan

memberikan alasan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilengkapi dengan

analisis statistik deskriptif, uji normalitas, dan uji hipotesis

5. BAB V PENUTUP: bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian serta

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Konseling 1. Pengertian Konseling

Konseling diambil dari bahasa latin “Counselium” yang memiliki arti

“bicara bersama-sama” atau dalam hal lain berarti pembicaraan antara

konselor dengan seseorang atau beberapa klien. Rogers berpandangan

bahwa konseling adalah hubungan konselor dan klien dengan tujuan untuk

melakukan perubahan pada diri klien.24

Menurut The American Psychology Association, Division of

Counseling Psychology, Committe on Definition, mendefinisikan konseling

sebagai “sebuah roses membantu individu untuk mengatasi maslah

-masalahnya dalam perkembangan dan membantu mencapai perkembangan

yang optimal dengan menggunakan sumber-sumber dirinya”.

Dari definisi di atas dapat dililhat bahwa konseling memiliki berbagai

variasi makna. Burks dan Stefflre menekankan pada ide hubungan

profesional dan pentungnya tujuan self-detemination. Sedangkan Rogers

dan Cavanagh berpendapat bahwa konseling merupakan hubungan yang

membantu, dimana di dalamnya mengandung proses yang harus dibangun

(30)

oleh konselor dan konseli, serta melibatkan proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan konseling.25

2. Konseling Person-Centered Therapy

Konseling person-centered therapy (PCT) atau biasa disebut

psikoterapi Rogerian pertama kali dikembangkan oleh Dr. Carl Ransom

Rogers yang pada awalnya disebut dengan Client-Centered yakni sebuah

terapi bicara non-direktif pada 11 Desember 1940. Dalam PCT, proses

konseling bersifat nondirektif drngan pendekatan empati dan bertujuan

untuk memberdayakan dan memotivasi klien dalam prosesnya. PCT

menerima setiap individu sebagai pribadi dengan kapasitas dan keinginan

untuk bertumbuh dan berubah. Rogers menamakan dorongan alamiah ini

sebagai aktualisasi diri.26

Rogers seringkali mempertanyakan validitas keyakinan bahwa dalam

proses konseling, konselor dianggap sebagai orang yang paling mengetahui.

Dalam pandangan Rogers manusia pada dasarnya dapat dipercaya dan

memiliki potensi untuk memahami dirinya sendiri dan mengatasi

masalahnya tanpa intervensi langsung dari konselor.

Pendekatan PCT meyakini bahwa manusia pada dasarnya baik.

Menurut PCT manusia adalah insan yang rasional, makhluk sosial, realistis

dan berkembang. Manusaia memiliki perasaan negatif dan emosi anti-sosial

25 Gantina Komalasari dkk., Teori dan Teknik Konseling, hal. 10

(31)

23

merupakan hasil dari kefrustasian atas tidak terpenuhinya impuls-impuls

yang berhubungan dengan hirarki kebutuhan Maslow.27

Rogers tidak mengemukakan teorinya sebagai suatu pendekatan yang

terapi yang tetap dan tuntas. Ia mengharapkan orang lain akan memandang

teorinya sebagai sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan dengan

perkembangan prosees terapi, dan bukan sebagai suatu dogma.28

Di era selanjutnya, person-centered therapy inilah yang

menggambarkan dasar pilosofis dari expressive art therapy yang

dikembangkan oleh anak dari Carl Rogers, Natalie Rogers. Natalie

mengatakan “client-centered therapy atau person-centerd therapy yang

dikembangkan oleh ayahku, Carl Rogers, menekankan peran konselor yang

empati, terbuka, jujur, kongruen, dan peduli dengan apa yang didengarnya

secara mendalam, dan memfasilitasi perkembangan individu atau

kelompok. Filosofi ini menggabungkan kepercayaan bahwa masing-masing

individu memiliki harga diri, martabat dan kapasitas untuk mencapai

self-direction.

Sikap empati dan penerimaan memberikan seseorang kesempatan

untuk memperkuat dirinya dan menjelajahi potensi uniknya. Aftmosfir dari

pengertian dan penerimaan ini juga akan memberikan cukup rasa aman pada

27 Gantina Komalasari dkk, Teori dan teknik Konseling, hal. 262

(32)

konselor dan klien untuk mencoba expressive art sebagai jalan menuju

kesempurnaan.29

B. Tinjauan Tentang Terapi Menggambar 1. Pengertian Menggambar

Menggambar adalah kegiatan yang dapat dilakukan dengan rileks dan

menyenangkan dalam mengekspresikan perasaan, pikiran, kreativitas, dan

keunikan seseorang. Menggambar merupakan cara meluapkan isi hati dan

pikiran baik positif maupun negatif mengenai diri sendiri, keluarga maupun

dunia. Ketika imajinasi dan kreativitas yang kita buat dinilai oleh orang lain,

rasa menghargai diri akan berkembang.

Pada dasarnya menggambar adalah keterampilan yang bisa dipelajari

oleh setiap orang, terutama bagi yang memiliki minat. Menggambar adalah

sebuah proses kreasi yang harus dilakukan secara intensif dan

terus-menerus. Menggambar merupakan suatu cara pengeksplorasian teknik dan

gaya, penggalian gagasan dan kreativitas, bahkan dapat dijadikan sarana

untuk aktualisasi diri. Hal ini dikarenakan selain memiliki fungsi praktis,

menggambar juga memiliki fungsi sebagai terapi psikologis.30

Menggambar juga dapat dijadikan sebagai terapi alternatif atau

komplementer untuk mengatasi kecemasan. Contohnya dalam penelitian

yang dilakukan oleh Dyah Utari dari fakultas kedokteran Universitas

Brawijaya. Dyah menggunakan terapi menggambar untuk mengatasi

29 Natalie Rogers, The Path to Wholeness: Person-Centered Expressive Art Therapy, 2005, (http://www.psychoterapy.net/article/expressive-art-therapy diakses pada tanggal 22 Juli 2017)

(33)

25

kecemasan anak yang akan dikhitan. Menggambar merupakan media yang

paling ekspresif, yang secara langsung dapat mengekspresikan gagasan dari

dalam diri seorang anak.31

Menggambar merupakan kegiatan paling sederhana. Kapanpun pensil

dan kertas tersedia, anak akan menggambar secara otomatis. Menggambar

dapat dikatakan sebagai terapeutic play karena dalam menggambar anak

dapat mengekspresikan perasaannya. Apa yang anak pikirkan dapat dilihat

dari apa yang digambarnya.32

2. Gambar Sebagai Diagnosa

Pada dasarnya manusia memiliki kecerdasan visual. Sebagian besar

orang yang dapat melihat dapat mengidentifikasi dan mengenali informasi

visual. Sebagai contoh ketika seorang teman mengatakan “Awas ada ular!”

secara refleks kita akan menghindar karena otak kita memvisualisasikan

betapa menakutkannya seekor ular. Namun tetap saja kemampuan kita

dalam menginterpretasi informasi visual masih kurang mengesankan.

Lebih lanjut lagi kita telah gagal total dalam mengomunikasikan

sesuatu menggunakan bahasa visual. Saat ini penggunaan bahas visual telah

sangat rusak. Anak-anak dapat mengekspresikan gagasan unik mereka

menggunakan bahasa visual yakni melalui coretan dan gambar dengan

mudahnya. Namun tanpa disengaja kemampuan tersebut hilang dan berganti

31Dyah Utari, “Pengaruh Menggambar sebagai Terapi Bermain Terhadap penurunan Tingkat Kecemasan pada Anak yang akan Menjalani Prosedur Khitan” Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol 2 No. 4 (Oktober, 2007), hal. 98

32 Nancy Beal & Gloria Bley Miller, Rahasia Mengajarkan Seni pada Anak di Sekolah dan

(34)

dengan bahasa angka dan kata. Seiring perkembangan menjadi dewasa,

orang dewasa cenderung mengatakan bahwa mereka tidak bisa

menggambar. Melihat fenomena ini penggunaan bahasa visual yang

mengandung banyak makna semakin berkurang.33

Dalam kaitannya pada aspek penyembuhan, seni memiliki peranan

penting dimana apa yang tidak mampu diutarakan dengan kata-kata atau

bahasa verbal, dapat dikomunikasikan dengan bahasa rupa atau bahasa

visual. Dengan demikian apa yang selama ini sulit untuk diungkapkan dapat

terkatakan.

Margaret Naumburg menilai bahwa terapi seni dapat diibaratkan

sebagai “pembicaraan simbolik”. Dalam artian, melalui media karya seni,

kata-kata serumit dan sekompleks apapun dapat tersalurkan melalui

kegiatan menggambar atau melukis. Pendekatan ini seringkali disebut “Art

Psychoterapy”.34

3. Langkah-Langkah Terapi Menggambar

Setelah memahami bahwa menggambar memiliki makna tersendiri

dalam kaitannya dengan emosi, berikutnya akan dibahas mengenai

langkah-langkah terapi menggambar. Namun sebelum itu, perlu kiranya diadakan

pembahasan tentang beberapa contoh terapi yang menggunakan gambar

sebagai media, sebagai berikut.

(35)

27

a. Tes Davido-CHaD

Tes Davido-CHad merupakan sebuah teknik proyektif gagasan

Dr. Roseline Davido yang bertujuan untuk memunculkan segala sesuatu

yang tersembunyi di alam bawah sadar, khususnya hal-hal yang dialami

di masa kanak-kanak. Dalam tes menggambar ini, dibutuhkan empat

jenis gambar yang dapat diinterpretasi maknanya. Dari gambar tersebut

kita dapat menggali kepribadian anak dan masalah afektifnya. Tes

Davido-CHad akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam

mengenai masalah-masalah yang tidak dapat diungkapkan di dalam

sebuah gambar seorang anak (atau orang dewasa).35 b. Art Therapy

Terapi ini merupakan terapi seni yang digagas oleh Susan

Buchalter (2002). Dalam teknik ini terdapat banyak komponen

menggambar. Namun yang lebih ditekankan adalah warming ups,

mindfulness, dan drawing.

c. Terapi Marah dengan Menggambar

Terapi ini menggunakan gabungan aktivitas menggambar dengan

hipnosis. Dalam teknik ini, peserta terapi akan dibuat senyaman

mungkin dengan hipnosis. Kemudian menggali kemarahan terpendam

pada diri sesorang untuk digambar menjadi sebuah pohon kemarahan.

Di akhir sesi terapi, gambar yang telah dibuat akan dihancurkan oleh

(36)

peserta terapi sebagai cara menghilangkan marah. Setelah semua sesi

selesai, peserta terapi diajak melakukan meditasi penutup.36

Melihat dari tiga macam model terapi di atas, peneliti memilih

menggunakan langkah-langkah terapi menggambar yang digunakan oleh

Susan Buchalter.

a. Warming-Up

Warming-up atau pemanasan bisa dianggap sebagai “peregangan

mental”. Dalam tahapan ini biasanya dibutuhkan durasi waktu sekitar

lima hingga sepuluh menit untuk membantu agar responden terbiasa

dengan menggambar dan mengekspresikan kreativitas mereka.

Pemanasan ini relatif sederhana dan hampir menjamin hasil yang baik,

yakni mengangkat harga diri dan membuat responden nyaman untuk

melanjutkan kreasinya.

Tahap ini menyampaikan pesan bahwa dalam terapi seni tidak ada

salahnya hanya menggambar satu gambar saja. Yang terpenting adalah

ekspresi pemikiran dan perasaan. Fungsi lain dari pemanasan ini adalah

membuat responden merasa nyaman, mengambil nafas dan menyapa

satu sama lain. Dalam sesi ini tidak perlu diperkenalkan keseluruhan

terapi, tetapi memberikan transisi yang mudah dan menyenangkan

sebelum memasuki tahap selanjutnya.37

36 Edy Pekalongan, Terapi Marah dengan Menggambar; untuk Menghapus Marah yang

Terpendam dan Menanam Benih Kesabaran, (Pekalongan: 2007), hal. 28

(37)

29

b. Mindfulness

Mindfulness merupakan tahapan yang penting dalam terapi,

karena tahapan ini membiarkan responden merasakan pengalaman

selama beberapa saat. Hal ini memberikan rasa damai dan ketenangan

serta cara membersihkan pikiran buruk, kecemasan dan stress mereka,

meskipun hanya sebentar. Anggota kelompok didorong untuk

memusatkan perhatian penuh mereka pada apa yang mereka alami dan

membiarkan pikiran terbuka mereka mengalir dengan baik. Responden

didukung untuk mengakui keunikan mereka, dan menggunakan

perasaan mereka untuk memperoleh sebanyak mungkin pengalaman

yang keluar.

Tujuan yang penting adalah berfokus pada cara memahami

kebahagiaan seseorang “disini dan sekarang” sebanyak mungkin. Hal

ini akan mengurangi stress dan membuka mata responden untuk melihat

apa yang mereka miliki, seperti cinta dari keluarga, musik, seni serta

alam yang memberikan keindahannya.38 c. Drawing

Drawing (menggambar) memberikan responden kesempatan

untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan, keresahan, masalah,

keinginan, harapan dan mimpi mereka dengan cara yang tidak

membahayakan. Hal ini berguna sebagai sarana untuk mengungkapkan

ketidaksadaran sebaik kesadaran dan keyakinan. Ekspresi yang kreatif

(38)

memberikan individu kesempatan untuk menunjukkan bagian luar dan

dalam pada dirinya, dilihat dari cara yang ia pilih. Tidak ada penilaian

baik atau buruk tentang caranya menggambar. Mereka boleh

menggunakan stick figure, garis, bentuk, warna, abstrak ataupun realis,

untuk melukiskan pikiran mereka. Responden dapat menentukan alat

apa yang hendak ia gunakan untuk menggambar. Terkadang mereka

diminta untuk membuat kelompok secara spontan, kemudian mereka

diminta untuk menggambar apapun yang terlintas dalam pikiran mereka

saat itu juga, atau sesuatu yang berhubungan dengan apa yang terjadi

selama berada dalam kelompoknya.

Memberikan waktu untuk mendiskusikan karya seni mereka

selama sesi menggambar memberikan klien kesempatan untuk

mengobservasi, menganalisa, serta merepresentasikan ilustrasi yang

mereka buat. Cara ini dapat memberikan interaksi dalam kelompok serta

umpan balik bagi mereka. Anggota kelompok bisa menggambarkan

simbol yang telah digambar, dan pemikiran yang mungkin disampaikan

jika tidak bisa disampaikan secara verbal.39

C. Tinjauan Tentang Emosi Negatif 1. Pengertian Emosi Negatif

Kata emosi berasal dari bahasa Prancis emotion yang berasal dari kata

emonvoir yang artinya kegembiraan. Emosi juga berasal dari bahasa Latin

(39)

31

emovere, dengan e (eks) yang berarti “luar”, dan movere yang artinya

“bergerak”.40

JP Du Prezz mendefinisikan emosi sebagai suatu reaksi tubuh

terhadap situasi tertentu. Sifat dan intensitasnya berkaitan erat dengan

proses kognitif manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi

merupakan hasil dari reaksi kognitif terhadap situasi yang spesifik.41

Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi

adalah suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan-perubahan perilaku.

Plutchick, (1987) mendefinisikan emosi dasar negatif adalah suatu keadaan

dalam diri seseorang yang dirasakan kurang menyenangkan sehingga

mempengaruhi sikap dan perilaku individu dalam berhubungan dengan

orang lain.42

Secara fisiologis, emosi terletak di dalam otak tepatnya pada satu

bagian dalam sistem limbik yaitu otak kecil di atas tulang belakang, atau di

bawah tulang tengkorak. Sistem limbik ini bertugas sebagai pengontrol

emosi, seksualitas, dan pusat-pusat kenikmatan, yang merupakan hal

penting dalam proses perkembangan. Oleh sebab itu, kemampuan seseorang

40As’adi Muhammad, Cara Kerja Emosi dan Pikiran Manusia, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hal. 12

41 Coky Aditya Z., Berbagai Terapi Jitu Atasi Emosi Sehari-Hari, (Yogyakarta: Flashbook, 2015), hal. 10

(40)

dalam mengatur dan mengendalikan emosi berperan penting dalam

keberhasilan hidupnya.43

2. Emosi Negatif dalam Islam

Banyak tokoh keilmuan Islam yang membahas perihal emosi. Pada

umumnya mereka membahasnya sebagai cinta, marah, sedih, dan

semacamnya. Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh yang sering

memperbincangkan masalah emosi. Teorinya tentang nafs dia pecahkan

menjadi nafs muthmainnah, lawwamah, dan ammarah.

Proses penciptaan manusia menurut Al-Ghazali melalui tiga hal yaitu:

a. Taswiyyah, yaitu aktivitas di dalam penerimaan ruh, yaitu tanah (al-thin)

bagi adam dan air mani (al-nuthfat) bagi anak cucunya. Kondisi

taswiyah ini bersih dan suci dari segala kotoran.

b. Nafkh, yaitu menyulutnya cahaya pada saraf. Nafkh merupakan citra dan

hasil. Citranya seperti mengeluarkan angin dari lambung zat yang

meniupkan pada lambung orang yang diberi, sehingga syaraf-syarafnya

menyalakan cahaya.

c. Ruh, yaitu substansi yang bukan baru datang (‘aradh), sebab ia mampu

mengenali dirinya sendiri dan penciptanya, serta mampu memahami

hal-hal yang masuk akal.44

Selain Al-Ghazali, ahli psikologi Islam lainnya seperti Al-Razi,

Utsman Najati, Muhammad Izudin Taufik, Hassan Langgulung dan Samith

43 As’adi Muhammad, Cara Kerja Emosi dan Pikiran Manusia, hal. 12

(41)

33

At-tif Al-Zin juga mengatakan bahwa emosi negatif dalam diri manusia juga

merupakan perwujudan dari hilangnya keimanan kepada Allah. Perasaan

tidak tenang serta emosi negatif yang muncul dikarenakan manusia tidak

berusaha mendekatkan diri atau menghubungkan hatinya kepada Allah.

Muhammad Uthman Najati mengatakan bahwa emosi merupakan

luapan perasaan seseorang dari dalam hatinya sebagai respon dari suatu

keadaan. Keadaan atau peristiwa tersebut menimbulkan emosi seperti takut,

marah, kecewa, gembira, suka dan kasih sayang. Oleh sebab itu, emosi

negatif diartikan sebagai keadaan seseorang yang terdesak perasaannya

akibat pengalaman atau beban di luar kemampuannya untuk mengatasi hal

tersebut.45

Tidak ditemukan kosakata yang spesifik yang menyebutkan tentang

emosi dalam Al-Qur’an. Namun kita dapat menemukan ayat-ayat yang

membahas tentang perilaku manusia dalam kehidupannya yang

berhubungan dengan emosi. Ungkapan emosi hanya digambarkan langsung

bersama sebuah peristiwa yang terjadi. Beberapa peristiwa emosional

digambarkan dalam al-Qur’an meskipun topik utamanya bukanlah tentang

emosi.

Dalam kamus Al-Munawwir sendiri tidak dijelaskan secara spesifik.

Kata emosi sepadan dengan kata جلخ (penderitaan, perasaan, sentimen),

(42)

اعفنا (nafsu, kegirangan), ا ج (perasaan, suara hati), وعش (perabaan, sensasi, persepsi, kesadaran, sensitif, kasih sayang).

Ketika seseorang merasakan emosi, terlihat perubahan emosi yang

mengiringinya, baik dirasakan maupun tidak. Ketika takut biasanya jantung

bertegup kencang, kaki gemetar, berkeringat dan lain-lain.46 Secara umum Al-Qur’an mengidentifikasi emosi melalui perubahan fisiologis yang

[image:42.595.140.512.283.603.2]

terlihat dalam sikap dan tingkah laku. Seperti dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Gambaran Emosi dalam Al-Qur’an

No Perubahan fisiologis Ayat QS

1 Degup jantung م بولق تلج Anfal:2,

Al-Hajj: 35

2 Reaksi kulit ولج ه م عشقت Al-Zumar: 23

3 Reaksi pupil mata اصباا هيف ص شت Ibrahim: 42,

Al-Anbiya: 97

4 Reaksi pernafasan اًقيض ص Al-An’am: 125,

Al-Hijr: 97

5 Wajah hitam pekat atau merah padam

اوه اً وسم ه ج

ميظك Al-Nahl: 58, Al-Zumar: 60 6 Pandangan tidak

konsentrasi اصباا تغا

Al-Ahzab: 10, Shad: 63

7 Menutup telinga karena takut

يف م عبأصأ ولعجي قعاوصلا نم م نا اء

و لا ح Al-Baqarah: 19

8 Menggigit ujung jari لماناا م يلع اوضع

ظيغلا نم Ali Imran: 119

9

Reaksi kinesitas,

membolak-balik telapak tangan karena menyesal

هيفك بلقي Al-Kahfi: 92

Salah satu emosi yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an ialah takut.

Takut merupakan emosi yang penting dalam hidup manusia. Sebab, takut

dapat membantu manusia agar tetap waspada akan bahaya yang

(43)

35

mengancam. Dalam Al-Qur’an ketakutan tidak hanya tentang dunia

melainkan juga tentang akhirat.

ݗُك܅نَݠُݖۡبَ َََو

َݚقكم لء ۡ ََقب

قفۡݠَ

ۡٱ

ۡ

َو

قصݠُ

ۡٱ

ۡ

َݚقكم لܹۡݐَنَو

قلَٰوۡم

َ ۡ

ۡٱ

َو

قُܳفن

َ ۡ

ۡٱ

َو

قتَٰرَݙ܅ثٱ

ق قكشَبَو

َݚيق قِٰ ܅صلٱ

٥

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah [2]: 155).47

Takut adalah sebuah kondisi berupa gangguan yang tajam yang bisa

terjadi pada semua individu. Al-Qur’an menggambarkan gangguan tersebut

dengan keguncangan hebat yang menghilangkan kemampuan berpikir dan

pengendalian diri. Emosi takut dapat dilihat dari banyaknya perubahan

fungsi-fungsi fisiologis yang tersumbat, rona wajah, nada suara, dan kondisi

fisik.

Biasanya manusia merespon keadaan bahaya yang mengancamnya

dengan berlari menjauhkan diri dari bahaya. Hal tersebut digambarkan

Al-Qur’an orang-orang kafir dan kaum-kaum terdahulu yang ditimpakan azab

karena mereka mendustakan nabi-nabi mereka dan bersikukuh dalam

kekafiran.48

Selain takut, marah juga merupakan emosi yang digambarkan dalam

Al-Qur’an. Marah membantu manusia dalam menjaga diri. Saat manusia

47 Adul Syakur Mughni, Emosi dalam Perspektif Al-Qur’an, 20014, (http://studiilmudakwah.blogspot.co.id/2014/02/emosi-dalam-perspektif-al-quran.html/, diakses pada tanggal 03 April 2017)

48 Muhammad Utsman Najati, Psikologi Dalam Al-Quran; Terapi Qur’ani dalam

(44)

marah, kekuatannya bertambah dalam melakukan pekerjaan berat dan keras.

Yang memungkinkannya mampu mempertahankan diri atau menguasai

berbagai kendala yang menghadang.

Al-Qur’an telah memperlihatkan gambaran kemarahan dan

dampaknya bagi manusia. Tatkala kemarahan Nabi Musa a.s pada kaumnya

dikarenakan mereka menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas.

Kemudian Musa melemparkan Lauh seraya menarik kepala saudaranya,

Harun dengan marah.

ا܅ݙَ َو

قݝقمۡݠَق ٰ

َقإ ٓ ََݠُ َعَجَر

َ

ۦ

َܱۡ

َ

أ ۡݗُتۡݖقجَع

َ

أ ۖ يقܯۡعَب ۢݚقم قِݠُݙُتۡف

َݖَخ اَݙَسۡئقب َلاَق امفقسَأ َݚَٰبۡضَغ

ََۡل

أَو ۖۡݗُكقكبَر

َ

َحاَݠ

ۡ َ ۡ

ۡٱ

ُه܆ُܱ ََ قݝيقخ

َ

أ قس

ۡ

أَܱقب ََܰخ

َ

أَو

ۥ

َلاَق ۚقݝۡ

ََقإ

َݚۡبٱ

܅نقإ ܅م

ُ

أ

َمۡݠَݐۡلٱ

قِݠُفَع ۡضَتۡسٱ

ۡتقݙ ُܸۡت

َََف قَِنݠُݖُتۡݐَي ْاوُلَََو

َ قِ

َء اَܯۡع

َ ۡ

ۡٱ

َعَم قِ

ۡݖَعۡ ََ َََو

قمۡݠَݐۡلٱ

َيقݙقݖٰ ܅ لٱ

٠

“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim”.(QS. Al-A’raf [7]: 150).49 Ketika manusia dikuasai marah, kemampuannya dalam berpikir jernih

tidak dapat berjalan dengan baik. Terkadang muncul tindakan dan perkataan

yang tidak menyenangkan yang kemudian akan disesali setelah kemarahan

itu reda. Saat tidak bisa berpikir jernih, emosi memuncak, kita perlu

49 Muhammad Utsman Najati, Psikologi Dalam Al-Quran; Terapi Qur’ani dalam

(45)

37

menahan diri dari perbuatan yang bisa jadi akan menimbulkan penyesalan

sesudahnya. Oleh karena itu, marah perlu dikendalikan.

Selanjutnya adalah sedih. Sedih merupakan emosi yang bertolak

belakang dengan senang. Kesedihan dapat terjadi karena banyak hal.

Kehilangan seseorang, sesuatu yang berharga, tertimpa bencana, atau gagal

dalam suatu urusan. Al-Qur’an menceritakan kesedihan, salah satunya

adalah kesedihan Ya’qub saat kehilangan Yusuf.50

Sikap sedih dianggap dapat memadamkan bara harapan, mematikan

ruh cita-cita, dan membekukan semangat jiwa. Kesedihan layaknya demam

yang melumpuhkan umat Islam. Oleh karena itu kesedihan merupakan hal

yang dilarang Allah melalui firman-Nya:

قلاَبقعٰ َي

ُݗُكۡيَݖَع ٌفۡݠَخ

َ

َ

َمۡݠَ

َٱ

ۡ

َنݠُنَܲۡ

َ ۡݗُتن

َ

َ

أ

ََو

َ

٨

“Hai hamba-hambaku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati.” (QS. Al-Zukhruf [43]: 68)

َ

َ

قݝقب اَݜۡع܅تَم اَم ٰ

َقإ َݑۡيَنۡيَع ܅ن܅ܯُݙَت

َ

ۦ

َو ۡݗقݟۡي

َݖَع ۡنَܲۡ ََ َََو ۡݗُݟۡݜقكم امجَٰوۡزَأ

ۡضقفۡخٱ

َݑَحاَݜَج

َيقݜقمۡؤُݙۡݖق

٨

“Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Hijr [15]: 88).

Kesedihan diibaratkan seperti sebuah berikade yang tidak mudah

untuk dilalui, yang menghalangi setiap gerak manusia menuju kebahagiaan.

50 Muhammad Utsman Najati, Psikologi Dalam Al-Quran; Terapi Qur’ani dalam

(46)

Bahkan kesedihan merupakan situasi yang paling disukai setan karena

melalui kesedihan setan menurunkan keyakinan hati manusia akan keadilan

dan kasih sayang Allah.

اَݙ܅نقإ

ٰىَݠۡج܅َٱ

َݚقم

قݚٰ َ ۡي ܅ܸ ٱ

َنُܲۡحَ قَ

َݚيق

َٱ

܅

ۡيَش ۡݗقهقكر

اَضقب َܳۡيَلَو ْاݠُݜَماَء

قنۡمقذقب

َقإ ا

܅

هق܅لٱ

َ َََو

ق ܅لٱ

ق

܅ََݠَتَيۡݖَف

َنݠُݜقمۡؤُݙ

ۡ

ٱ

٠

“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal”. (QS. Al-Mujadilah [58]: 10).51

3. Fungsi Emosi

Dalam teori yang dikemukakan oleh Coleman dan Hammen, emosi

pada manusia tidak hanya berfungsi untuk mempertahankan kehidupannya

seperti halnya pada hewan. Terlepas dari positif atau negatif, emosi juga

memiliki fungsi sebagai pembangkit energi yang meningkatkan gairah

hidup. Selain itu, emosi juga berfungsi sebagai alat menyampaikan pesan.

a. Emosi sebagai Survival

Dalam hal ini emosi berperan sebagai alat mempertahankan

kehidupan manusia. Manusia mendapatkan kekuatan dari emosi untuk

menghindari ancaman dan gangguan. Cinta, cemburu, marah, benci

membuat manusia mampu menikmati hidupnya dengan orang lain.

51 Qomaruzzaman Awwab, La Tahzan For Teens, Menjadi Remaja Bebas Stres ‘N Selalu

(47)

39

b. Emosi sebagai Energizer

Emosi diibaratkan sebagai pembangkit energi yang memberikan

semangat dalam bekerja dan hidup. Namun di sisi lain emosi juga dapat

memberi dampak yang buruk apabila mendatangkan perasaan sedih dan

benci.

c. Emosi sebagai Messenger

Emosi yang terjadi dapat menyampaikan suatu informasi kepada

orang lain. Oleh karena itu emosi memiliki fungsi sebagai penyampai

pesan. Emosi memberikan tanda-tanda tertentu mengenai keadaan orang

lain. Sehingga manusia bisa memahami serta melakukan hal yang tepat

dalam keadaan tersebut.52

Dilihat secara umum, fungsi emosi menurut psikologi online terbagi

menjadi tujuh yang masing-masingnya memiliki peranan penting bagi

kehidupan manusia terutama dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Tujuh fungsi emosi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Menimbulkan respons otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis

Bayangkan jika suatu ketika kita hendak menyebrang jalan.

Kemudian tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang dan hampir menabrak

kita. Tentunya orang normal akan melompat karena takut tertabrak.

Artinya keadaan krisis bisa dilewati karena adanya respons otomatis.

Contoh lain ketika seseorang sedang berjalan membawa tas berisi

(48)

barang berharga, kemudian tas tersebut dibawa kabur oleh orang lain.

Manusia pada umumnya pasti akan marah dan berteriak kemalingan.

b. Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus

Ketika seseorang ditinggalkan atau kehilangan sesuatu yang

berharga baginya, pastilah menimbulkan kesedihan yang mendalam.

Timbulnya rasa sedih ini membuat seseorang mampu menyesuaikan diri

terhadap kondisi kehilangan, misalnya dengan bersikap tegar dan sabar.

c. Mengomunikasikan suatu niat kepada orang lain

Saat seseorang sedang marah biasanya ia tidak ingin disepelekan.

Muncullah keinginan untuk melukai atau memperingatkan orang yang

membuatnya marah tersebut. Tanpa perlu berkata pun orang lain akan

tahu bahwa seseorang sedang marah. Hal ini dikarenakan adanya pesan

di balik emosi.

d. Meningkatkan ikatan sosial

Ikatan dengan orang lain akan terasa hambar apabila tidak diiringi

dengan emosi. Tidak mungkin seseorang dapat akrab dengan orang lain

jika tidak saling mengerti apa yang membuat satu dengan lainnya

merasa marah, sedih, bahagia dan lain-lain. Artinya emosi dapat

meningatkan ikatan sosial satu sama lain. Emosi positif membuat

hubungan seseorang semakin kuat dengan orang lain.

e. Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk tujuan tertentu

Emosi muncul untuk mendorong suatu tindakan tertentu. Emosi

(49)

41

melakukan hal di luar kemampuannya agar orang yang dicintainya

bahagia. Emosi negatif seperti kemarahan bisa berubah menjadi energi

untuk menekan orang yang mengancam diri seseorang.

f. Memengaruhi memori dan evaluasi terhadap suatu kejadian

Saat berkenalan dengan orang lain, kita cenderung memberikan

penilaian terhadap orang tersebut. Emosi yang dirasakan setelah

perkenalan dapat menjadi tolok ukur apakah perkenalan tersebut akan

diingat atau hendak dilupakan. Bila emosi positif yang muncul,

kemungkinan kita ingin bertemu kembali. Namun bila emosi negatif

yang muncul, kemungkinan kita akan menghindar untuk pertemuan

berikutnya.

g. Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu

Seseorang akan mudah mengingat kembali kenangan-kenangan

yang dipicu oleh emosi yang kuat baik itu yang positif ataupun negatif.

Namun jika dalam kenangan tersebut emosi yang muncul biasa saja,

maka akan berlalu tanpa disimpan dalam memori.53

4. Jenis-Jenis Emosi Negatif

Pada umumnya, emosi dalam diri manusia terbagi menjadi dua yakni

emosi positif dan emosi negatif. Tidak bisa disangkal lagi bahwa sisi positif

dan negatif selalu berdampingan dalam kehidupan.

Gambar

gambar tersebut biasanya memiliki kesamaan tema yang pada umumnya
Tabel 1.1 Indikator Penelitian
Tabel 2.1 Gambaran Emosi dalam Al-Qur’an
Tabel 3.1 Jumlah Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Mukhlishin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hal tersebut, redaksi Jurnal Penelitian De Jure dalam Volume 20 Nomor 4, Desember 2020, mengangkat tulisan diantaranya Penanganan Korupsi dan

• Manfaat Pembayaran Terjadwal saat anak berusia 6, 12 dan 15 tahun akan tetap dibayarkan yang besarnya tidak dijamin dan akan diambil dari Nilai Polis. • Nilai

Pembumian titik netral suatu sistem dapat melalui kumparan Petersen, tahanan (resistor) atau langsung (solidly) yang berfungsi untuk menyalurkan arus ganguan phasa ke

Beberapa hal yang mendukung upaya guru PAI mengatasi kesulitan belajar siswa kelas IV dalam membaca al-Qur’an di SD Negeri Bissoloro adalah adanya

Kesimpulan dari penelitian ini adalah komunikasi pesawat dengan suara yang ditambah sign dan teks, dengan pengujian lebih lanjut dapat menjadi cara salah satu cara

Pemilihan ikan bandeng karena ikan ini bersifat euryhalin (memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas), dapat ditebar dengan kepadatan tinggi, mudah dalam pengadaan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan profil miskonsepsi siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual berbantuan multimedia interaktif dan siswa yang

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Akar Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L.) terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7 dengan Metode MTT Assay Malang : Skripsi Program Studi