EXECUTIVE SUMMARY
PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA MINERAL
STATUS 2014
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN GEOLOGI
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,yaitu melaksanakan penelitian,
penyelidikan serta pengelolaan dan pelayanan di bidang sumber daya geologi,
Pusat Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan pemutakhiran data dan neraca
sumber daya mineral. Data dan neraca sumber daya mineral ini dapat membantu
pemerintah dalam menetapkan rencana wilayah pertambangan juga sebagai
panduan strategis kegiatan pertambangan dan kebijakan kegiatan industri hilir
lainnya berbasis mineral di Indonesia. Sehingga dalam kegiatan pemutakhiran
neraca sumber daya mineral ini diperlukan keakuratan data yang telah
diinventarisasi, baik data primer yang bersumber dari kegiatan Pusat Sumber
Daya Geologi maupun kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan.
Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, kewenangan pemberian ijin usaha pertambangan
diberikan kepada pemerintah daerah yang berimplikasi kepada data laporan
kegiatan usaha pertambangan juga seharusnya berada di pemerintah provinsi
atau pemerintah kabupaten sesuai dengan kewenangannya yang sampai saat ini
berjumlah hampir 3000 IUP Mineral yang sudah clean and clear (C & C). Dari
jumlah IUP tersebut setengahnya merupakan IUP Operasi Produksi yang
seharusnya sudah mempunyai data sumber daya dan cadangan dan tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Dengan cakupan wilayah yang cukup luas, maka data
sumber daya dan cadangan neraca mineral yang terdiri dari dari data IUP, data
KK dan data dari Pusat Sumber Daya Geologi akan semakin akurat.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan pemutakhiran data dan neraca sumber daya
mineral ini adalah untuk menghimpun seluruh data hasil penyelidikan mineral
yang masih berupa data hardcopy atau analog menjadi suatu sistem
penyimpanan data digital (bank data) sehingga menjadi suatu database potensi
sumber daya mineral nasional yang fleksibel, efisien dan sistematis serta selalu
mengikuti perkembangan teknologi informasi. Penerapan data dan neraca
sumber daya mineral menggunakan teknologi GIS (Geographical Information
System) sehingga data dan informasi yang dikelola dapat disajikan secara cepat
pengguna baik di dalam atau di luar lingkungan kerja Pusat Sumber Daya
Geologi.
Sedangkan tujuan dari kegiatan pemutakhiran data dan neraca sumber
daya mineral ini adalah tersedianya data potensi sumber daya mineral dan
neraca mineral yang akurat, mutakhir dan mudah diakses, sehingga dapat
dijadikan acuan dasar bagi daerah otonom untuk kepentingan pembangunan
daerah dan nasional.
1.3. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan tim pemutakhiran data dan neraca mineral ini dilakukan
berdasarkan hasil kegiatan penyelidikan komoditi-komoditi mineral logam dan
bukan logam yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi, dinas-dinas di
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten yang terkait dengan kegiatan
pertambangan, badan usaha milik negara dan swasta pertambangan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pemutakhiran data dan neraca sumber daya
mineral logam dan bukan logam metoda pekerjaannya mencakup beberapa
tahapan yang dapat dibagi dan diuraikan sebagai berikut:
1. Inventarisasi data dan informasi mengenai mineral logam dan bukan
logam sebagai langkah awal dalam mencari dan mengelompokkan data,
baik dari laporan penyelidikan, buku, data dari instansi terkait dan
perusahaan swasta serta informasi lainnya yang diperoleh dari situs-situs
website terkait.
2. Pengisian formulir yang telah ditentukan sesuai dengan standar
penyusunan data neraca sumber daya mineral.
3. Pengolahan data tekstual dan data spasial
4. Integrasi data tekstual dan data spasial menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG).
5. Melakukan verifikasi data
6. Penghitungan neraca sumber daya dan cadangan mineral
7. Pembuatan Sistem Informasi Geografis untuk melakukan pengolahan
data dan informasi yang telah diinventarisasi
1.4.
Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Mineral
Nilai angka neraca didapat dari nilai sumber daya dan cadangan serta
data produksi atau eksplorasi yang didapat dari perusahaan atau instansi terkait
yang menanganinya dalam kurun waktu tertentu. Neraca sumber daya mineral
adalah alat evaluasi sumber daya mineral, yang menyajikan cadangan awal,
perubahan atau pemanfaatan.
Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan tingkat penyelidikannya,
terbagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu hipotetik, tereka, tertunjuk dan terukur.
Sedangkan klasifikasi cadangan mineral terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu
terkira dan terbukti (SNI 130-5014-1998).
1.
Sumber daya mineral hipotetik (Hypothetical Mineral Resource)adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan perkiraan pada tahap Survai Tinjau
2.
Sumber daya mineral tereka (Inferred Mineral Resource)adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Prospeksi
3. Sumber daya mineral tertunjuk (Indicated Mineral Resource)
adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum
4. Sumber daya mineral terukur (Measured Mineral Resources)
adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci
5. Cadangan mineral terkira (Probable Reserve)
adalah sumber daya mineral terunjuk dan sebagian sumber daya
mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih
rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor
yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan
secara ekonomi
6. Cadangan mineral terbukti (Proved Reserve)
Adalah sumber daya mineral terukur yang berdasarkan studi
kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
1.5.
Pengertian Umum
Berikut adalah beberapa pengertian dan istilah yang digunakan dalam
penghitungan neraca sumber daya mineral :
Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral
dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan
setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria
layak tambang.
Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara
ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada
saat perhitungan dilakukan.
Keterdapatan Mineral (Mineral Occurrence), adalah suatu indikasi pemineralan (mineralization) yang dinilai untuk dieksplorasi lebih jauh.
Istilah keterdapatan mineral tidak ada hubungannya dengan ukuran
volume/tonase atau kadar/kualitas, dengan demikian bukan bagian dari
suatu Sumber Daya Mineral.
Endapan Mineral (Mineral Deposit) adalah longgokan (akumulasi) bahan tambang berupa mineral atau batuan yang terdapat di kerak bumi
yang terbentuk oleh proses geologi tertentu, dan dapat bernilai
ekonomi.Pada nilai sumber daya mineral terdapat klasifikasi berdasarkan
tingkat penyelidikan, klasifikasi ini didasarkan pada tingkat penyelikan
serta dikaitkan dengan tahapan eksplorasi yang telah dilakukan, sehingga
dapat diketahui nilai sumber daya yang layak dan tidak layak. Klasifikasi
sumber daya mineral dan cadangan mineral adalah suatu proses
pengumpulan, penyaringan dan pengolahan data serta informasi dari
suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas
mengenai endapan mineral yang berdasarkan kriteria keyakinan geologi
dan kelayakan tambang.
Tahap Eksplorasi (Exploration Stages) adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilaksanakan melalui 4 tahap sebagai berikut:
Survai Tinjau, Prospeksi, Eksplorasi Umum dan Eksplorasi Rinci. Tujuan
penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi pemineralan
kualitas dari pada suatu endapan mineral untuk kemudian dapat
dilakukan analisa/kajian kemungkinan dilakukannya investasi.
Survei Tinjau (Reconnaissance) adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan
mineral pada skala regional terutama berdasarkan hasil studi geologi
regional, diantaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan
metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang
penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang
prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya
hanya dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan
dengan endapan lain yang mempunyai kondisi geologi yang sama.
Prospeksi (Prospecting) adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang mengandung endapan mineral yang
potensial. Metoda yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk
mengidentifikasi singkapan dan metoda yang tidak langsung seperti studi
geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan
pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target
eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan
interpretasi data geologi, geokimia dan geofisika.
Eksplorasi Umum (General Exploration) adalah tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda
yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak
yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan
kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa dilakukan
secara terbatas berdasarkan metoda penyelidikan tak langsung.
Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi suatu endapan
mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya
dapat digunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan
eksplorasi rinci diperlukan.
yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor,
shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga
ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas serta ciri-ciri yang lain
dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian
yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontoan ruah (bulk sampling)
mungkin diperlukan.
Kelompok Mineral Logam dan Mineral Bukan Logam
Mineral logam terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok logam
dasar, logam mulia, logam besi dan paduan besi serta logam ringan dan
logam langka, sedangkan Mineral bukan logam juga terdiri dari 4 (empat)
kelompok, yaitu kelompok bahan bangunan, mineral industri, bahan
keramik dan batu mulia. (SNI 13-50414-1998)
Logam dasar, Adalah kelompok komoditas mineral logam yang terdiri dari air raksa, seng, tembaga, timah dan timbal.
Logam mulia, Adalah kelompok komoditas logam yang terdiri dari logam emas, perak, dan platina.
Logam besi dan panduan besi, Adalah kelompok komoditas logam yang terdiri dari logam besi, kobal, kromit, mangan, molibdenum, nikel,
titan, wolfram dan vanadium.
Logam ringan dan logam langka, Adalah kelompok komoditas logam yang terdiri dari logam aluminium, bauksit, berilium, litium, magnesium,
kadmium, gallium, indium, tantalum-niobium, ytrium, zirconium, torium,
uranium dan logam tanah jarang.
Bahan Bangunan, Adalah segala bahan yang terdapat di alam, baik yang berbentuk padat, cair dan gas dengan kandungan mineral dan unsur
kimia tertentu serta mempunyai nilai ekonomis bila dilakukan penggalian
sesuai dengan teknologi yang tersedia (SNI 13 6606 2001). Komoditi
yang termasuk pada kelompok bahan bangunan adalah andesit, basal,
batusabak, dasit, diabas, diorit, gabro peridotit, granit, granodiorit,
marmer, peridotit, sirtu dan tras. (PP No. 27/1980 dan SNI
19-6728.4-2002)
Mineral Industri, adalah mineral-mineral bukan logam yang langsung digunakan secara utuh oleh berbagai industri tanpa terlebih dahulu
terhadap mineral logam tersedia (SNI 13 6606 2001). Bahan ini dipakai
terutama sebagai bahan mentah dalam industri pupuk, kertas, plastik, cat,
peternakan, pertanian, kosmestik, farmasi dan kimia. Komoditi yang
termasuk pada kelompok mineral industri adalah barit, batuan kalium,
batuapung, batugamping, batukuarsa, belerang, bentonit, diatomea,
dolomit, fosfat, gipsum, kalsit, gipsum, kalsit, kuarsit, oker, pasir kuarsa,
serpentin, talk, travertin, ultrabasa, yodium, zeolit dan zirkon. (PP No.
27/1980 dan SNI 19-6728.4-2002)
Bahan Keramik, Adalah kelompok komoditi mineral bukan logam dan batuan, anorganik yang berbentuk padat. Komoditi yang termasuk pada
bahan keramik adalah ball/bond clay, felspar, kaolin, lempung, magnesit,
obsidian, perlit, pirofilit, toseki dan trakhit. (PP No. 27/1980 dan SNI
19-6728.4-2002)
Batu Mulia dan Batu Hias, Adalah kelompok komoditi mineral bukan logam, komoditi yang termasuk pada kelompok batu mulia adalah ametis,
batu hias, intan, jasper, kalsedon, oniks, opal, prehnit, topaz, koral, garnet
dan rijang. (UU no 4 tahun 2009). Bahan ini dipakai terutama dalam
2. HASIL PEKERJAAN
2.1. Rekapitulasi Basis Data Mineral Tahun 2000
–
Tahun 2014
2.1.1. Rekapitulasi Basis Data Mineral Logam Tahun 2000 – Tahun 2014
Kegiatan pemutakhiran basis data sumber daya mineral telah dilakukan
mulai dari tahun 2000 hingga sekarang, hal ini dilakukan untuk menginventarisasi
database mineral logam dalam satu Sistem Informasi Geografis (SIG). Laporan
yang telah masuk pada basis data sumber daya mineral Pusat Sumber Daya
Geologi sampai dengan tahun 2014 adalah sebanyak 474 laporan, sedangkan
jumlah titik keterdapatan komoditi sebanyak 1321 titik, berikut rincian jumlah
laporan dan titik keterdapatan komoditi mineral logam yang dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.1. Tabel Jumlah Laporan dan Titik Komoditi Database Sumber Daya Mineral Logam Tahun 2000 – 2014
NO TAHUN JUMLAH LAPORAN JUMLAH TITIK
2.1.2. Rekapitulasi Basis Data Mineral Bukan Logam Tahun 2000 – Tahun 2014
Sedangkan rekapitulasi basis data mineral bukan logam dan batuan yang
telah dilakukan mulai tahun 2000 hingga sekarang, laporan penyelidikan mineral
bukan logam dan batuan yang telah masuk ke dalam basis data mineral Pusat
Sumber Daya Geologi adalah sebanyak 518 laporan dengan jumlah titik
keterdapatan komoditi sebanyak 5622 titik. Berikut rincian jumlah laporan dan
titik keterdapatan mineral bukan logam dan batuan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 2.2. Tabel Jumlah Laporan dan Titik Komoditi Database Sumber Daya Mineral Bukan Logam Tahun 2000 – 2014
NO TAHUN JUMLAH
2.2. Basis Data Mineral Tahun 2013
2.2.1. Basis Data Mineral Logam Tahun 2014
Basis Data mineral logam tahun 2013 didapat dari 13 (dua belas) laporan
yang merupakan laporan penyelidikan yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya
Tabel 2.3. Daftar Judul Laporan Basis Data Mineral Logam
NO JUDUL LAPORAN TAHUN
1 Prospeksi Mineral Logam Di Kabupaten Kepulauan
Anambas Provinsi Kepulauan Riau
2013
2 Prospeksi Mineral Logam Di Daerah ErbatasanMalaysia – Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan
Barat
2013
3 Eksplorasi Umum Mineral Logam Mangan di Kabupaten
Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogayakarta
2013
4 Eksplorasi Umum Mineral Logam Di Pulau Obi
Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara
2013
5 Prospeksi Mineral Logam di Kabupaten Luwu Timur
Provinsi Sulawesi Selatan
2013
6 Inventarisasi Mineral Di Kabupaten Natuna
Provinsi Kepulauan Riau
2013
7 Prospeksi Mineral Logam Di Daerah Ransiki Kabupaten
Manokwari Selatan Provinsi Papua Barat
2013
8 Inventarisasi Mineral Logam Di Kabupaten Seram Bagian
Barat Provinsi Maluku
2013
9 Eksplorasi Umum Mineral Bauksit Di Kabupaten Sintang
Dan Kabupaten Sekadau Provinsi Kalimantan Barat
2013
10 Eksplorasi Umum Logam Mulia Di Kabupaten Sumbawa
Provinsi Nusa Tenggara Barat
2013
11 Inventarisasi Mineral Logam di Kabupaten Tambrauw
Provinsi Papua Barat
2013
12 Penyelidikan Umum Mineral Logam di Kabupaten Tanah
Datar Provinsi Sumatera Barat
2013
13 Prospeksi Mineral Logam Di Kabupaten Timor Tengah
Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
2013
Dari laporan-laporan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam formulir
basis data mineral logam, sehingga format basis data dari setiap laporan yang
berbeda menjadi seragam, formulir basis data mineral logam tersebut terlampir
pada lampiran C1. Dari seluruh laporan-laporan penyelidikan tersebut diperoleh
sebanyak 14 (empat belas) titik lokasi prospek mineral logam yang tersebar di 13
2.2.2. Basis Data Mineral Bukan Logam dan Batuan Tahun 2014
Basis Data mineral logam tahun 2014 didapat dari 5 (lima) laporan yang
merupakan laporan penyelidikan yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya
Geologi, rincian judul laporan dapat dilihat pada tabel Tabel 3.4
Tabel 2.4. Daftar Judul Laporan Database Mineral Bukan Logam dan Batuan
NO JUDUL LAPORAN TAHUN
1 Inventarisasi Mineral Bukan Logam Di Kabupaten
Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara
2013
2 Eksplorasi Umum Endapan Zeolit Di Kabupaten Ende,
Provinsi Nusa Tenggara Timur
2013
3 Inventarisasi Mineral Bukan Logam Kabupaten Poliwali Mandar dan Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat
2013
4 Laporan Eksplorasi Umum Endapan Felspar di Kabupaten
Bungo, Provinsi Jambi
2013
5 Laporan Prospeksi Endapan Zirkon di Kabupaten Sintang,
Provinsi Kalimantan Barat
2013
Dari laporan-laporan telah dimasukkan ke dalam formulir basis data
mineral bukan logam dan batuan, sehingga format basis data dari setiap laporan
yang berbeda akan menjadi seragam. Formulir basis data mineral logam dan
batuan terlampir pada lampiran D1. Dari laporan-laporan penyelidikan tersebut
tersebut diperoleh sebanyak 98 (sembilan puluh delapan) titik lokasi prospek
mineral bukan logam dan batuan yang tersebar di 12 (dua belas) blok wilayah
2.3. Neraca Mineral Tahun 2
0142.3.1. Neraca Mineral Logam Tahun 2014
Dari seluruh data mineral logam yang telah diinventarisasi, untuk
memudahkan pembagian jenisnya, komoditi-komoditi mineral logam tersebut
dikelompokkan. Berdasarkan SNI 13-50414 tahun 1998 Mineral Logam terdiri
dari 4 kelompok, yaitu :
1.
Kelompok Logam Dasar,Terdiri dari komoditi tembaga, timbal, seng, timah, dan air raksa.
2.
Kelompok Logam Besi dan Paduan Besi,Terdiri dari komoditi besi, kobal, kromit, mangan, molibdenum, nikel,
dan titan
3.
Kelompok Logam Mulia,Terdiri dari komoditi emas, perak dan platina
4.
Kelompok Logam Ringan dan Langka,Terdiri dari komoditi bauksit, monasit dan xenotim
Pengusahaan bahan galian mineral logam mempunyai ciri yang sangat
berbeda dengan pengusahaan mineral bukan logam. Pengusahaannya dapat
dilaksanakan dengan memerlukan padat modal, teknologi canggih serta derajat
resiko yang relatif tinggi. Berkembangnya berbagai industri logam dan
meningkatnya pembangunan fisik di berbagai sektor menyebabkan kebutuhan
bahan galian logam terus meningkat baik sebagai bahan baku utama maupun
penunjang terutama pengembangan infrastruktur dan industri berbasis logam.
Ringkasan hasil inventarisasi data komoditi mineral logam tersebut
terlampir pada tabel 3.5. yang merupakan hasil rekapitulasi untuk potensi mineral
logam strategis. Data produksi mineral logam di Indonesia hingga tahun 2014
terlampir pada tabel 3.6. Setelah melakukan inventarisasi dan rekapitulasi
potensi sumber daya dan cadangan mineral logam, juga terdapat data produksi
mineral logam maka akan didapat nilai neraca sumber daya dan cadangan
mineral logam di Indonesia untuk tahun 2014, tabel neraca sumber daya dan
Tabel 3.5. Tabel Mineral Logam Strategis Tahun 2013
NO KOMODITI TOTAL SUMBER DAYA TON) TOTAL CADANGAN (TON)
BIJIH
LOGAM
BIJIH
LOGAM
1
Emas Primer
8.357.714.559,00 7.454,98 2.807.161.814,13 2.575,222
Bauksit
1.347.638.206,68
648.479.376,64
585.721.415,00
239.598.060,26
3
Nikel
3.711.588.997,00
54.449.501,35
1.155.234.951,40
21.378.312,61
4
Tembaga
18.284.523.144,94 108.698.062,962.719.650.376,80
25.603.197,335
Besi
712.464.366,32
401.771.218,67
65.579.511,00
39.825.354,30
6
Pasir Besi
2.121.476.550,10
443.732.971,69
173.810.612,00
25.412.652,63
7
Mangan
15.557.048,77
6.305.298,42
4.429.029,00
2.834.916,25
8
Seng
670.658.336,00
7.487.775,86
19.864.090,90
2.274.982,50
9
Timah
3.945.572.597,87
2.349.989,64
1.322.471.947,00
281.956,00
10
Xenotim
23.165.947,00
326,00
0,00
0,00
11
Monasit
1.569.312.847,40
25.920,80
0,00
2.715,00
12
Perak
14.468.642.881,00
837.949,53
15.114.023.114,43
1.949.989,05
Catatan :
- Data didapatkan dari Laporan Survey (LS) Januari sampai November 2014 dan laporan perusahaan KK
- Produksi diasumsikan sama dengan penjualan untuk Perusahaan IUP berdasarkan Laporan Surveyor (LS)
- Emas & Perak berasal dari Kontrak Karya
Pada tahun ini terdapat beberapa kenaikan besaran sumber daya dan
cadangan beberapa jenis komoditas mineral logam yang cukup signifikan; hal ini
sebagai hasil kegiatan inventarisasi data, verifikasi data, temuan baru dari hasil
kegiatan eksplorasi perusahaan maupun Pusat Sumber Daya Geologi dan
perubahan status dari sumber daya menjadi cadangan. Beberapa komoditi yang
mengalami kenaikan sumber daya diantaranya logam emas, bijih tembaga,
bauksit, bijih nikel, mangan, konsentrat pasir besi, bijih seng dan timah, kenaikan
nilai sumber daya komoditi-komoditi tersebut dapat terlihat pada gambar 3.1
yang menunjukkan kenaikan statistik sumber daya dan cadangannya.
Gambar 3.1. Statistik Kenaikan Sumber Daya dan Cadangan Logam Emas Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
Gambar 3.3. Statistik Sumber Daya dan Cadangan Bauksit Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
Gambar 3.4. Statistik Sumber Daya dan Cadangan Nikel Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
Gambar 3.6. Statistik Sumber Daya dan Cadangan Konsentrat Pasir Besi Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
Gambar 3.7. Statistik Sumber Daya dan Cadangan Bijih Seng Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
Gambar 3.9. Statistik Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi Primer Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
3.3.2. Neraca Mineral Bukan Logam dan Batuan Tahun 2014
Mineral bukan logam atau bahan galian industri adalah bahan galian
diluar mineral logam, radioaktif, minyak, gas bumi dan batubara yang umumnya
mempunyai kegunaan langsung untuk berbagai industri tanpa banyak
memerlukan proses pengolahan yang rumit. Dalam PP No. 27/1980 mengenai
penggolongan bahan galian maka mineral bukan logam ini termasuk bahan
galian golongan C.
Pengusahaan bahan galian industri mempunyai beberapa ciri yang
sangat berbeda dengan pengusahaan bahan galian lainnya, umumnya dapat
dilaksanakan dengan modal relatif kecil, teknologi sederhana serta derajat resiko
yang relatif rendah. Berkembangnya berbagai industri dan meningkatnya
pembangunan fisik diberbagai sektor menyebabkan kebutuhan bahan galian
industri terus meningkat baik sebagai bahan baku utama maupun penunjang
terutama pengembangan infrastruktur.
Secara garis besar bahan galian bukan logam dapat dikelompokkan
menurut penggunaannya yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok Mineral Industri, yang terdiri dari barit, batuan kalium, batu
apung, batugamping, belerang, bentonit, diatomea, dolomit, fosfat, gipsum,
kalsit, kuarsit, oker, pasir kuarsa, pasir zirkon, serpertin, talk, travertin,
2. Kelompok Bahan Keramik, yang terdiri dari ball/bond clay, felspar, kaolin,
lempung, obsidion, perlit, pirofilit, toseki dan trakhit
3. Kelompok Bahan Bangunan, yang terdiri dari andesit, basal, batu asbak,
dasit, granit, granodiorit, marmer, peridotit, sirtu dan tras
4. Kelompok Batu Mulia, yang terdiri dari ametis, batu hias, intan, jasper,
kalsedon, oniks, opal dan rijang
Berdasarkan data Neraca Sumberdaya Mineral Tahun Anggaran 2014
terdapat 3.192 lokasi komoditi yang tersebar di seluruh Indonesia (kecuali
Provinsi DKI Jaya) dengan jumlah komoditi 54 jenis. Setelah dilakukan
pemutakhiran data berdasarkan data dari berbagai sumber, seperti :
1. Neraca Tahun 2013
2. Laporan pelaksanaan kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian
Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi, Tahun Anggaran 2013
3. melakukan pemutakhiran database mineral bukan logam tahun 2013,
Maka didapat 98 (sembilan puluh delapan) titik lokasi baru komoditi mineral
bukan logam di Indonesia, dengan jumlah komoditi 15 (lima belas) jenis pada
beberapa kabupaten. Sehingga untuk tahun 2013 pemutakhiran neraca mineral
bukan logam didapat jumlah lokasi sebanyak 3192 titik komoditi yang tersebar
di seluruh Indonesia dengan jumlah komoditi 56 jenis, terdapat tiga komoditi baru
yaitu Batu Ormanen, Batuan Ultrabasa dan Batuhias.
Data produksi mineral bukan logam dan batuan unggulan sampai dengan
tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 3.9, data produksi dari tahun 2007 sampai
tahun 2014 didapat dari Kajian Bahan Galian Industri (Tekmira) yang sumbernya
berasal dari BPS.Setelah melakukan inventarisasi dan rekapitulasi potensi
sumber daya dan cadangan mineral bukan logam, juga terdapat data produksi
mineral bukan logam untuk beberapa komoditi unggulan, maka akan didapat nilai
neraca sumber daya dan cadangan mineral bukan logam di Indonesia untuk
tahun 2013, tabel neraca sumber daya dan cadangan tersebut terlampir pada
tabel 3.10.
Pada tahun ini, untuk komoditi mineral bukan logam juga terdapat
beberapa perubahan besaran sumber daya dan cadangan mineral bukan logam
yang cukup signifikan; hal ini sebagai hasil verifikasi data, temuan baru dari hasil
kegiatan eksplorasi dan perubahan status dari sumber daya menjadi cadangan.
Beberapa komoditi yang mengalami kenaikan sumber daya diantaranya
batugamping, dolomit, marmer, lempung dan kaolin. Kenaikan nilai sumber daya
komoditi-komoditi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.11 dan Gambar 3.12
Tabel 3.9. Tabel Produksi Mineral Bukan Logam s.d. Tahun 2014
KOMODITI s/d 2007 2008 2.009 2010 2011 2012 2013 2014 TOTAL
PRODUKSI
1 Zeolit 235.098 33.821 35.978 0 0 0 0 0 304.897
2 Pasir kuarsa 26.315.002 2.796.300 2.853.100 0 0 0 0 0 31.964.402
3 Kaolin 2.009.856 257.471 274.686 0 0 0 0 0 2.542.013
4 Bentonit 1.472.843 164.099 168.860 0 0 0 0 0 1.805.802
5 Lempung 190.150.509 4.620.000 6.133.400 6.133.400 6.133.400 6.133.400 7.728.000 7.728.000 234.760.109
6 Felspar 924.176 20.208 20.619 0 0 0 0 0 965.003
7 Marmer 708.816 70.250 71.676 0 0 0 0 0 850.742
8 Batugamping 395.398.288 23.100.000 30.667.000 30.667.000 30.667.000 30.667.000 38.640.000 38.640.000 618.446.288
9 Granit 83.152.758 8.190.500 8.233.000 0 0 0 0 0 99.576.258
10 Dolomit 2.421.604 147.526 145.091 0 0 0 0 0 2.714.221
Sumber/Keterangan :
Produksi s/d 2001 = Buletin Statistik Komoditi Mineral Indonesia No 28 Produksi batugamping dan lempung berdasarkan asumsi produksi semen
Tabel 3.11. Tabel Neraca Sumberdaya Mineral Bukan Logam Tahun 2014
NAMA KOMODITI
SUMBERDAYA
JUMLAH SUMBER DAYA (TON)
PRODUKSI (TON)
SUMBER DAYA (TON) (Awal Thn 2015) Hipotetik Tereka Terunjuk Terukur
1 2 3 4 5 6
No
Gambar 3.7. Statistik komoditi pasir kuarsa, lempung, felspar, marmer, batugamping, dan granit, tahun 2006 – 2014
Gambar 3.8. Statistik komoditi zeolit, kaolin, bentonit, dan dolomite, tahun 2006 – 2014
0 100.000.000.000 200.000.000.000 300.000.000.000 400.000.000.000 500.000.000.000 600.000.000.000 700.000.000.000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pasir kuarsa
Lempung
Felspar
Marmer
Batugamping