Den Aslam DERANA
Engkau hujan di pagi hari Merembes ke celah tanah Menyisa basah di tiap lekuk Tak ada langkah keluar— Tubuh di peluk kemalasan Di televisi teriak orang-orang Membangunkan lelah
Memperebutkan tafsir sejarah Kutarik selimut sambil kutatap kau menyeduh kopi
saat itu lirikanmu mewujud diamku tak lagi aku mau sepi tak ingin aku keluar
berbaris rapi di Jalan Merdeka sebab dalam hidup tak ada jalan buat kemerdekaan
langit menggelengkan kepala urat-urat direntangkan
oleh jutaan orang berharap keadilan bumi berat menahan beban
kusangsikan dunia riuh
aku tak acuh menyaksikan kecabuhan engkaulah kepastian;
cinta yang menepi di pintu sunyi kukedipkan ini mata
ketika kau ikat rambutmu yang lelah tak bergairah nada-nada Chopin
mendadak jadi irama zapin merdu tapi rindu