• Tidak ada hasil yang ditemukan

T PD 1402129 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T PD 1402129 Chapter3"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan

menggunakan metode kuasi eksperimen dan deskripsi. Pendekatan kuantitatif

dijadikan sebagai pendekatan dalam penelitian ini karena tujuan penelitian ini

untuk mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan membuat

kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman atau

karakteristik dari suatu fenomena. Metode penelitian yang digunakan metode

eksperimen.Metode ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab-akibat (kausal)

antar satu atau beberapa variable, dari suatu perlakuan (treatment) yang dicobakan

pada objek, kondisi tertentu, dengan melihat hasil perlakuan itu.Kemudian hasil

perlakuan tersebut dibedakan dengan hasil yang tidak diperlakukan apa-apa

(control).

Metode merupakan cara utama yang diperlukan untuk mencapai suatu

tujuan, misal untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik

serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah peneliti

memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penelitiannya.Pengertian

metode penelitian adalah pengertian yang luas, yang biasanya perlu dijelaskan

lebih eksplisit di dalam setiap penelitian.metode yang dipakai untuk penelitian

saya yaitu metode kuasi eksperimen

Suatu metode yang dipergunakan untuk mengetahui sifat hubungan

sebab-akibat di dalam serentetan peristiwa yang dilakukan melalui suatu

eksperimen/percobaan.Dalam arti yang luas, bereksperimen ialah mengadakan

kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu yang akan menegaskan

bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang

diselidiki.

Metode ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab-akibat (kausal) antar

satu atau beberapa variable, dari suatu perlakuan (treatment) yang dicobakan pada

(2)

perlakuan tersebut dibedakan dengan hasil yang tidak diperlakukan apa-apa

(control).Peneliti melakukan penelitian dengan memilih satu treatment

(perlakuan tertentu) pada subjek yang diamatinya dan memilih dengan objek

sama/tanpa tidak diberikan treatment apapun.

Gambar 3.1 Perencanaan Treatment

Sugiono (2007, hlm. 79), mengatakan bahwa desain penelitian adalah

sesuatu yang berkaitan dengan metode dan alasan mengapa metode tersebut

digunakan dalam penelitian. Pola kuasi eksperimen yang digunakan adalah

Nonequivalent Control Group Design. Pola yang digunakan sebagai berikut :

Gambar 3.2 Pola Penelitian Keterangan :

O1 : Pre-test kelas eksperimen

O2 : Pre-test kelas kontrol.

X1 : Treatment pendekatan discovery learning.

X2 : Treatment pendekatan pembelajaran langsung

O3 : Post-test kelas eksperimen.

O4 : Post-test kelas kontrol.

B. Partisipan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Perlakuan/treatment :

Pendekatan Discovery Learning

Perlakuan/treatment :

Pendekatan pembelajaran langsung

O1 X1 O3

O2 X2 O4

(3)

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Kec. Ciparay. Sekolah ini terakreditasi A “sangat baik”, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian di sekolah ini. Kelas eksperimen dan kelas control memiliki jumlah

siswa yang sama yaitu 33 siswa. Pemilihan kelas eksperimen dan kelas control ini

berdasarkan pada karakteristik siswa pada saat peneliti melakukan observasi.

C. Populasi dan Sampel

Telah disebutkan bahwa untuk memperoleh gambaran-gambaran

lengkap mengenai obyek yang diteliti memerlukan suatu teknik. Teknik

penelitian yang sangat populer adalah teknik sampling. Suatu penelitian tidak

mungkin akan meneliti semua anggota yang berada pada populasi tertentu kalau

jumlah populasinya sangat besar. Dengan teknik sampling peneliti hanya akan

meneliti sejumlah sampel yang dianggapnya cukup mewakili (representatif) yang

mana dalam sample itu sifat-sifat atau gejala-gejala social dianggap sama dengan

sifat-sifat atau gejala-gejala pada populasi. Pada penelitian pengambilan sampel

dipilih secara langsung karena permasalahan kurangnya kemampuan menyusun

dan menguji konjektur serta rendahnya self confidence ini terjadi di salah satu SD

Negeri di Kecamatan Ciparay. Pada penelitian saya memilih kelas yang sama

dengan perlakuan yang berbeda, yakni kelas V A sebagai kelas kontrol dan kelas

V B di salah satu SD negeri di kecamatan Ciparay kabupaten Bandung sebagai

kelas Eksperimen. Subyek penelitian adalah kepada siapa penelitian tersebut

ditujukan, atau siapakah responden yang kita pilih. Subyek dalam penelitian ini

adalah siswa Kelas V A yaitu sebagai kelas kontrol dan kelas V B sebagai kelas

eksperimen yang berlokasi di Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung.

D. Validitas Internal dan Eksternal

1. Validitas internal

Validitas internal adalah sejauh mana hasil sebuah studi penelitian

klinis tidak bias. Beberapa karakteristik penelitian mempengaruhi validitas

internal. Validitas internal ini adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat

(4)

penelitian dan hasil yang dicapai. Validitas internal merupakan hal yang esensial

yang harus dipenuhi jika peneliti menginginkan hasil studinya bermakna.Validitas

internal mengacu pada kemampuan desain penelitian untuk menyingkirkan atau

membuat masuk akal penjelasan alternatif hasil, atau masuk akal dugaan

sementara (Campbell, 1957, hlm. 300). Ada banyak faktor yang mempengaruhi

masing-masing validitas. Berikut ini akan di bahas faktor-faktor yang

mempengaruhi validitas internal :

a. Perkembangan siswa

Perkembangan siswa yang berperan sebagai sample penelitian pasti

memiliki perkembangan dan kematangan yang berbeda-beda. Dengan

bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel

terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat

bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan karena proses

kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan atau eksperimen.

b. Seleksi (Selection)

Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa

terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan kelompok

yang lainnya. Kelas eksperimen tergolong kelas yang aktif sedangkan kelas

control cenderung kurang aktif. Untuk tingkat kecerdasan kelas eksperimen dan

kelas control relatif sama. Setelah adanya perlakuan pada kelompok eksperimen,

maka besarnya perubahan variabel terikat yang terjadi mendapat gangguan dari

variabel keaktifan tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang terjadi pada

variabel terikat bukan saja karena pengaruh perlakuan, tetapi juga karena

pengaruh keaktifan.

c. Prosedur Tes (Testing)

Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena

kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali jawaban-jawaban

yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes subjek tersebut

dapat memperbaiki jawabannya. Oleh sebab itu, perubahan variabel terikat

tersebut bukan karena hasil eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh dari

pretes.

(5)

Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya

digunakan lagi pada postes. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh terhadap hasil

postes tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang terjadi pada variabel

terikat, bukan disebabkan oleh perlakuan atau eksperimen saja, tetapi juga karena

pengaruh instrumen.

Dari beberapa factor tersebut, maka peneliti harus bisa mengkontrol

factor-faktor tersebut agar tidak mengancam hasil dari penelitian. Cara untuk

mengkontrol factor-faktor tersebut dapat dilakukan oleh beberapa cara yang

beragam tergantung kebutuhan dan tergantung tingkat ancaman yang timbul.

2. Validitas eksternal

Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi.

Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah

terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur

penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian untuk lain

kondisi, peserta, waktu, dan tempat (Campbell, D.T & Stanley, J.C, 1966, hlm.

34). Validitas eksternal ialah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat

digeneralisasi pada populasi, latar dan hal-hal lainnya dalam kondisi yang mirip.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi masing-masing validitas. Berikut ini akan

di bahas faktor-faktor yang mempengaruhi validitas eksternal :

a. Kualitas sekolah

Sekolah yang dijadikan sampel penelitian termasuk sekolah dengan

kualitas yang bagus. Hal ini dapat terlihat dari SDN Gadis ini termasuk sekolah

favorit setiap tahun ajaran barunya. Banyak siswa yang secara geografis jauh dari

sekolah tetapi tetap sekolah di SDN Gadis. Guru-guru yang mengajar di sekolah

ini dinilai sudah senior. Sekolah ini juga terakrditasi A (amat baik).

b. Fasilitas sarana dan prasarana

Fasilitas sarana dan prasarana di sekolah ini dinilai kurang memadai,

karena sarana dan prasarana di sekolah ini tidak tersedia dengan baik. Sebenarnya

(6)

media-media tersebut tidak bisa digunakan. Hal ini disebabkan media-media

tersebut masih terbungkus rapih diruangan perpustakaan sehingga para siswa tidak

bisa menggunakan media-media tersebut. Dalam penelitian ini peneliti membawa

sendiri media yang dibutuhkan dalam mendukung pembelajaran matematika

menggunakan discovery learning.

c. Kebiasaan mengajar guru sebelumnya

Kelas yang dijadikan kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas 5

dengan guru kelas Bapak Tatang. Beliau adalah guru senior berusia 50 tahun.

Beliau telah mengajar di SDN Gadis selama 20 tahun. Beliau termasuk guru yang

baik, interaktif, humoris, dan selalu memberikan motivasi kepada siswanya.

E. Variabel Penelitian

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan .

Adapun yang menjadi variabel terikat (Y) adalah kemampuan menyusun dan

menguji konjektur serta self confidence. Dalam penelitian eksperimen

variabel-variabel yang ada termasuk variable bebas atau independent variable dan

variabel terikat atau dependent variable, sudah ditentukan secara tegas oleh

para peneliti sejak awal penelitian.

Variabel bebas merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis.

Di bidang pendidikan, yang diidentifikasi sebagai variabel bebas diantaranya

termasuk: metode mengajar, macam-macam penguatan (reinforcements),

frekuensi penguatan, sarana prasarana pendidikan, lingkungan belajar, materi

belajar, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel terikat

yang sering juga disebut sabagai criterion variable merupakan variabel yang

diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel bebas. Variabel terikat ini

disebut dependent variable karena memang fungsi mereka yang tergantung dari

variabel bebas. Yang sering dikelompokan sebagai variabel terikat dibidang

pendidikan, misalnya hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian

siswa, dan sebagainya. Dalam penelitian ini materi yang akan dibahas adalah

(7)

F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006, hlm. 149), Instrumen penelitian adalah alat pada

waktu penelitian menggunakan suatu metode ada dua macam instrumen, yaitu

instrumen untuk tes dan nontes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

berupa tes tertulis soal mengenai operasi pecahan yang sama-sama digunakan baik

pada satu kelompok kelas eksperimen maupun satu kelompok kelas kontrol. Tes

ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat pretes dan pada saat postes.

Instrumen penelitian tersebut disusun dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian yang mencakup pokok bahasan,

aspek soal, nomor soal, dan jumlah item soal.

2. Menyusun soal (instrumen) berdasarkan kisi-kisi.

3. Mengkonsultasikan instrumen dengan dosen pembimbing dan wali kelas V

4. Melakukan uji coba soal.

5. Menghitung item soal dengan validitas, reliabilitas tingkat daya pembeda

dan tingkat kesukaran.

6. Menggunakan soal untuk mengukur kemampuan menyusun dan menguji

konjektur matematika dan self confidence siswa.

a. Instrument Kemampuan Menyusun Dan Menguji Konjektur Matematika

Sebelum digunakan, soal tes kemampuan menyusun dan menguji

konjektur matematika terlebih dahulu dilakukan uji coba terbatas dan

dikonsultasikan kepada guru kelas. Uji coba terbatas ini dilakukan kepada 6 siswa

kelas VI yang terdiri dari 2 siswa dari kelompok atas, 2 siswa dari kelompok

tengah dan 2 siswa dari kelompok bawah. Dalam uji coba terbatas ini, peneliti

memberikan instrumen dan membacakan soal-soal yang terdapat dalam instrumen

kepada 6 orang siswa tersebut. Setelah itu, setiap orang siswa diberi kesempatan

untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai soal-soal yang sudah diberikan.

Pendapat tersebut biasanya mencakup apakah kata-kata dalam soalnya mudah

untuk dimengerti dan apakah soal tersebut bisa dikerjakan oleh mereka. Setelah

(8)

apakah instrumen tersebut sesuai dengan kemampuan siswa kelas V. Setelah

melakuakan uji coba terbatas dan dikonsultasikan kepada guru kelas, kemudian

diujicobakan secara empiris. Uji coba secara empiris bertujuan untuk mengetahui

tingkat reliabilitas dan validitas butir soal.

Hasil pertimbangan uji coba terbatas dan konsultasi kepada guru kelas

dikonsultasikan kembali dengan pembimbing penelitian. Langkah selanjutnya,

instrumen diujicobakan kepada beberapa orang siswa diluar sample penelitian

tetapi telah menerima materi yang diteskan. Data hasil uji coba tes dianalisis

untuk memperoleh tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran. Menggunakan aplikasi Anates seperti berikut :

1. Validitas

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

konstruk(Construct Validity). Menurut Jack R. Fraenkel (dalam Siregar 2010,

hlm. 163) validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding

dengan validitas lainnya,karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas isi

dan validitas kriteria. Uji Validitas menggunakn Software Anates.

Rumus Korelasional Product Moment

keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

∑xy = jumlah perkalian x dan y

X2 = kuadrat dari x

Y2 = kuadrat dari y

Sebuah tes dikatakan mempunyai koefisien korelasi jika terdapat korelasi

antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien negatif menunjukan hubungan kebalikan,

sedangkan koefisien positif menunjukan kesejajaran. Hasil dari uji validitas

menggunakan Anates dapat dilihat dari tabel 3.1 dan 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.1

(9)

1 0.617 Sedang

2 0.748 Tinggi

3 0.622 Sedang

4 0.503 Sedang

5 0.859 Tinggi

6 0.774 Tinggi

7 0.653 Sedang

8 0.667 Sedang

9 0.636 Sedang

Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa koefisien butir soal dengan skor

total keseluruhan berada pada rentang 0.503 sampai 0.859. Dari 9 butir soal untuk kemampuan menyusun konjektur matematika , berdasarkan derajar validitasnya diperoleh 3 butir soal mempunyai validitas tinggi dan 6 butir soal mempunyai validitas sedang.

Tabel 3.2

Validitas Instrumen Menguji Konjektur Nomor Soal Koefisien Korelasi Signifikansi

1 0.643 Sedang

2 0.728 Tinggi

3 0.826 Tinggi

4 0.779 Tinggi

5 0.677 Sedang

6 0.628 Sedang

7 0.728 Tinggi

8 0.631 Sedang

9 0.625 Sedang

Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa koefisien butir soal dengan

skor total keseluruhan berada pada rentang 0.503 sampai 0.859. Dari 9 butir soal untuk kemampuan menyusun konjektur matematika dan 9 butir soal untuk kemampuan menguji konjektur, berdasarkan derajar validitasnya diperoleh 7 butir soal mempunyai validitas tinggi dan 11 butir soal mempunyai validitas sedang. Dengan demikian soal-soal tersebut dinyatakan valid dan layak digunakan untuk penelitian.

(10)

Metode tes tunggal dilihat dari kepraktisannya lebih praktis dari pada dua

metode sebelumnya. Metode ini hanya melakukan sekali tes kepada sekelompok

subjek. Dengan demikian tidak perlu menunggu waktu maupun harus mempunyai

data dari tes sejenis untuk dapat menentukan reliabilitasnya. Koefisien reliabilitas

dapat diperoleh dengan cara membelah instrument menjadi dua, tiga, empat, atau

bahkan sebanyak butir yang dimiliki oleh instrumen tersebut. Teknik

perhitungannya tergantung pada banyaknya belahan, bentuk, serta sifat alat

ukurnya. Beberapa teknik yang sering digunakan untuk menentukan koefisien

reliabilitas dengan metode tes tunggal ini salah satunya adalah Formula Kuder

Richardson

Reliabilitas menunjukan kepada kesenjangan pengukuran. Keajegan suatu

hasil tes adalah apabila dengan tes yang sama diberikan kepada kelompok siswa

yang berbeda atau tes yang berbeda diberikan kepada kelompok yang sama akan

memberikan hasil yang sama. Jadi berapa kalipun dilakukan tes dengan instrumen

yang reliabel akan memberikan data yang sama. Formula ini dapat diterapkan

pada instrumen yang yang mempunyai data skor dikotomi dari tes yang seolah

-olah dibagi-bagi menjadi belahan sebanyak butir yang dimiliki. Hasil perhitungan

dengan rumus lebih teliti, tetapi perhitungan lebih rumit.

Rumus:

11 = − 1 2 − ∑2

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas

n = banyaknya butir soal

s2 = varians skor total

p = proporsi subjek yang menjawab soal secara benar

q = proporsi subjek yang menjawab soal secara salah (q = 1 – p)

Nilai r yang diperoleh dari perhitungan menggunakan anates untuk instrumen

menyusun konjektur matematika adalah r = 0.95 dan untuk instrumen menguji

konjektur matematika adalah r = 0,90. Berdasarkan nilai di atas, maka dapat kita

simpulkan bahwa reliabilitas tes tersebut tinggi. Dengan demikian soal-soal

(11)

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut

indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi menurut

Arikunto (2002, hlm. 213) adalah sebagai berikut:

D = Bᴀ Jᴀ -

Jв = Pᴀ - Pв

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

Jᴀ = banyaknya peserta kelompok atas Jв = banyaknya peserta kelompok bawah

Bᴀ = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar Bв = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar Pᴀ = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar Pв = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Hasil dari uji daya pembeda menggunakan Anates dapat dilihat dari tabel

3.3 dan 3.4 dibawah ini

Tabel 3.3

Daya Pembeda Instrumen Menyusun Konjektur Matematika

Nomor Soal Indeks Daya Pembeda (%) Daya Pembeda

1 47.50 Cukup

2 67.50 Cukup

3 67.50 Cukup

4 75.00 Baik

5 87.50 Baik

6 72.50 Baik

7 75.00 Baik

8 75.00 Baik

(12)

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa indeks daya pembeda butir soal

dengan skor total keseluruhan berada pada rentang 47.5 % sampai 87.5 %. Dari 9

butir soal untuk kemampuan menyusun konjektur matematika, berdasarkan daya

pembedanya diperoleh 6 butir soal mempunyai daya pembeda baik dan 3 butir

soal mempunyai daya pembeda cukup.

Tabel 3.4

Daya Pembeda Instrumen Menguji Konjektur Matematika

Nomor Soal Indeks Daya Pembeda (%) Daya Pembeda

1 80.00 Baik

2 87.50 Baik

3 85.00 Baik

4 87.50 Baik

5 75.00 Baik

6 75.00 Baik

7 77.50 Baik

8 62.50 Cukup

9 62.50 Cukup

Berdasarkan tabel 3.3 dan 3.4 diketahui bahwa indeks daya pembeda butir

soal dengan skor total keseluruhan berada pada rentang 47.5 % sampai 87.5 %.

Dari 9 butir soal untuk kemampuan menyusun konjektur matematika dan 9 butir

soal untuk kemampuan menguji konjektur, berdasarkan daya pembedanya

diperoleh 14 butir soal mempunyai daya pembeda baik dan 5 butir soal

mempunyai daya pembeda cukup. Dengan demikian soal-soal tersebut dinyatakan

layak digunakan untuk penelitian.

4. Tingkat Kesukaran

Menurut Zainul dan Nasoetion (1993, hlm. 150), Tingkat kesukaran butir

soal ialah proporsi peserta tes menjawab benar terhadap butir soal. Penggunaan uji

tingkat kesukaran ini agar instrument yang dibuat sesuai dengan proporsinya.

Tingkat kesukaran butir dapat dibagi ke dalam tiga kelompok sebagaimana

(13)

Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Nilai P

Sukar

Sedang

Mudah

0,00 – 0,25

0,26 – 0,75

0,76 – 1,00

Sumber : Zainul dan Nasoetion (1993, hlm.153)

Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa tingkat kesukaran sukar berada

pada rentang 0,00- 0,25, tingkat kesukaran sedang berada pada rentang 0,26-0,75

dan tingkat kesukaran mudah berada pada rentang 0,76-1,00.Hasil dari uji daya

pembeda menggunakan Anates dapat dilihat dari tabel 3.6 dan 3.7 dibawah ini.

Tabel 3.6

Tingkat Kesukaran Instrumen Menyusun Konjektur Matematika Nomor Soal Indeks Kesukaran (%) Tingkat Kesukaran

1 70.75 Mudah

2 70.25 Mudah

3 53.75 Sedang

4 57.50 Sedang

5 28.75 Sukar

6 43.75 Sedang

7 29.25 Sukar

8 37.50 Sedang

9 37.50 Sedang

Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa indeks kesukaran butir soal dengan

skor total keseluruhan berada pada rentang 28.75 % sampai 70.75 %. Dari 9 butir

soal untuk kemampuan menyusun konjektur matematika, berdasarkan tingkat

kesukarannya diperoleh 2 butir soal mempunyai tingkat kesukaran mudah , 5 butir

soal mempunyai tingkat kesukaran sedang dan 2 butir soal mempunyai tingkat

(14)

Tabel 3.7

Tingkat Kesukaran Instrumen Menguji Konjektur Matematika Nomor Soal Indeks Kesukaran (%) Tingkat Kesukaran

1 70.50 Mudah

2 71.25 Mudah

3 42.50 Sedang

4 43.75 Sedang

5 37.50 Sedang

6 45.00 Sedang

7 46.25 Sedang

8 29. 25 Sukar

9 27.75 Sukar

Berdasarkan tabel 3.6 dan 3.7 diketahui bahwa indeks kesukaran butir soal

dengan skor total keseluruhan berada pada rentang 27.75 % sampai 71.25 %. Dari

9 butir soal untuk kemampuan menyusun konjektur matematika dan 9 butir soal

untuk kemampuan menguji konjektur, berdasarkan tingkat kesukarannya

diperoleh 4 butir soal mempunyai tingkat kesukaran mudah , 10 butir soal

mempunyai tingkat kesukaran sedang dan 4 butir soal mempunyai tingkat

kesukaran sukar. Dengan demikian soal-soal tersebut dinyatakan layak digunakan

untuk penelitian.

b. Instrumen Self-Confidence

Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek afektif yaitu

self-confidence adalah angket skala sikap self-confidence, observasi dan wawancara.

Angket skala sikap yang digunakan untuk mengukur self-confidence adalah skala

Likert. Jawaban dari skala Likert (STS) bila sangat tidak setuju, (TS) apabila tidak

setuju, (S) apabila setuju, dan (SS) apabila sangat setuju. Berikut criteria penilaian

(15)

Tabel 3.8

Poin Skala Sikap Self-Confindence

Skala Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Sebelum disusun angket skala sika self-confidence terlebih dahulu disusun

kisi-kisi skala sikap self-confidence berdasarkan indicator self-confidence yang

dikembangkan dalam penelitian ini pada tabel 3.9.

Tabel 3.9

Kisi-Kisi Skala Sikap Self-Confidence

No Indicator yang Diukur

+ - 1 Menunjukan sikap yakin dengan kemampuan yang dimiliki 1 9 2 Menunjukan kemandirian dalam mengambil keputusan 10 2 3 Menunjukan kecerdasan (matematika) yang cukup 3 11 4 Menunjukan rasa optimis, bersikap tenang dan pantang menyerah 12 4

5 Memiliki kemampuan sosialisasi 5 13

6 Menunjukan sikap positif dalam menghadapi masalah 14 6 7 Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam berbagai situasi 7 15 8 Memiliki kemampuan untuk berpikir obyektif, rasional dan realistis 16 8

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan, adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

(16)

2) Melaksanakan pra-penelitian untuk mengetahui data pemahaman konsep

pada standar kompetensi memahami konsumsi dan investasi.

3) Berkonsultasi dengan guru mata pelajaran matematika yang bersangkutan

untuk menentukan waktu, kelas, SK, KD, indikator dan tujuan

pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian.

4) Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

5) Menyusun instrumen penelitian.

6) Melakukan uji coba soal validitas, reliabelitas, daya pembeda dan tingkat

kesukaran.

7) Waktu penelitian direncanakan selama satu bulan, 5 kali pertemuan yang

masing-masing pertemuan 2 x 35 menit. Materi tersebut merujuk pada

mengurutkannya, pecahan senilai serta

menyederhanakan pecahan

2 jam pelajaran

2 Menjumlahkan pecahan dan Mengurangkan

pecahan

2 jam pelajaran

3 Mengalikan dan Membagi pecahan 2 jam pelajaran

4 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan

pecahan

2 jam pelajaran

5 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan

pecahan

2 jam pelajaran

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi: memilih dua kelas yang akan

dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol, melaksanakan pretes pada kedua

kelas tersebut, melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar (kelas eksperimen

(17)

kontrol dengan pembelajaran langsung), memberikan angket kepada kelas

eksperimen dan memberikan postes pada kedua kelas.

c. Tahap Akhir

Tahap akhir penelitian meliputi: mengolah data dengan uji statistik

penarikan kesimpulan sebagai berikut:

1) Pengolahan data

2) Melakukan penskoran

a) Merubah skor menjadi nilai.

b) Melakukan uji normalitas, homogenitas, dan uji dua rerata.

3) Kesimpulan

a) Membuat intrepretasi hasil penelitian.

b) Membuat kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan

H. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes yang diberikan tes

pretes dan postes dari tes kemampuan menyusun dan menguji konjektur

matematika. Pretes diberikan kepada kedua kelompok sample sebelum perlakuan,

sedangkan postes diberikan kepada kedua kelompok sample setelah perlakuan.

Sedangkan data self-confidece siswa dikumpulkan melalui penyebaran angket

skala, observasi serta wawancara diakhir pembelajaran

I. Analisis Data

Data yang yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu berupa data

kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes dengan

menggunakan lembar tes. Berikut adalah penjelasan secara lengkap tentang

analisis dan pengolahan data kuantitatif dari hasil tes tulis keterampilan

komunikasi siswa.

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan

SPSS versi 23. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data yaitu sebagai

berikut.

1. Menghitung skor jawaban pretes dan postes berdasarkan kunci jawaban.

(18)

N = � �ℎ ℎ

�ℎ�牲 � �

x 100

3. Menghitung rata-rata skor pretes dan postes kelas ekperimen dan kelas kontrol.

4. Mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok yaitu kelompok unggul,

sedang dan asor berdasarkan nilai.

5. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji

homogenitas. Jika data tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji

non parametik, dalam penelitian ini digunakan uji-U. Langkah-langkah

pelaksanaan uji normalitas adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis yaitu:

H0 : data berasal dari sampel yang berdistribusi normal

H1 : data berasal dari sampel yang tidak berdistribusi normal

b. Menentukan nilai keberartian yaitu 0,05.

c. Dalam pengujian hipotesis kriteria normalitas untuk menolak H0 atau

menerima H0 berdasarkan P-value adalah sebagai berikut:

1) Jika P-value<�, maka H0 ditolak.

2) Jika P-value ≥�, maka H0 tidak dapat ditolak.

6. Uji Homogenitas

Melakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah varian sampel yang

diperoleh homogen atau tidak, jika homogen maka dilanjutkan dengan uji t dan jika data tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji t’. Langkah melakukan uji homogenitas adalah sebagai berikut:

a. Menentukan nilai keberartian yaitu 0,05

b. Menentukan hipotesis yaitu:

H0 : kedua varians adalah sama

H1 : kedua varians adalah berbeda

Dengan kriteria uji:

H0 diterima jika signifikasi > 0,05

H0 ditolak jika signifikasi < 0,05

(19)

Menyatakan gain dalam hasil peoses pembelajaran tidaklah mudah. Misalnya

siswa yang memiliki gain 2 dari skor 3 ke 5 dan yang memiliki gain 2 dari

skor 6 ke 8 dengan skor maksimal 10. Gain absolut menyatakan bahwa kedua

siswa memiliki gain yang sama. Secara logis seharusnya siswa yang memiliki

peningkatan 6 ke 8 memiliki gain yang lebih tinggi dari pada siswa yang

pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 6 ke 8 lebih berat

daripada meningkatkan dari 3 ke 5. Menyikapi kondisi bahwa siswa memiliki

gain absolut yang sama tetapi belum tentu memiliki gain hasil belajar yang

sama, Meltzer mengembangkan sebuah gain alternatif untuk menjelaskan

gain yang disebut gain ternomalisasi. Skor gain ternormalisasikan dapat

dinyatakan dengan rumus berikut:

�⁵ ��� < � >= � − �牜 �

� � − �

Kriteria tingkat N-Gain menurut Hake dalam Meltzer (2002, hlm.88) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Kriteria N-Gain

Gain Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi 0,3 ≤ g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah

8. Uji t

Uji t dilakukan untuk melihat ada atau tidak ada perbedaan rat-rata antara

kedua kelompok yaitu eksperimen dan kontrol, langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis yaitu:

H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok

(20)

H1: Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok ekperimen

dan kelompok kontrol.

b. Menentukan nilai kebertian yaitu 0,05

c. Kriteria uji t

H0 diterima jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05

H0 ditolak jika nilai sig. (2-tailed )< 0.05

9. Melakukan Uji Mann-Whitney(U)

Uji U ini dilakukan ketika data berdistribusi tidak normal. Uji U digunakan

untuk melihat perbedaan variansi kemampuan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Langkah-langkah pelaksanaan uji U adalah sebagai berikut ini.

a. Menentukan hipotesis.

H0: Tidak terdapat perbedaan disstribusi kemampuan siswa kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol.

Ha: Terdapat perbedaan distrubusi kemampuan siswa kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol.

b. Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.

Ho diterima jika signifikansi ≥ 0,05.

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5  Tingkat Kesukaran
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

hasil wawancara dan catatan lapangan ditulis ulang dan disempurnakan berdasarkan hasil rekaman, sehingga data yang diperoleh akurat. 3) Studi dokumen merupakan

Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) pola sebaran industri kerajinan serat alam di Kabupaten Bantul dan Kulonprogo mengelompok dengan rasio tetangga terdekat adalah 0,16

Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan rumah tangga petani padi di Desa Buahdua pada rumah tangga lahan sempit, lahan sedang dan lahan luas berturut-

(2) Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana diatur dalam Peraturan

Hasil yang diharapkan adalah pemberian nilai kepada pengunjung perpustakaan di Kantor Arsip dan Perpustakaan di Kabupaten Kudus serta pemberian pernghargaan kepada

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Keadilan organisasi memiliki pengaruh negatif dan

Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan

Namun, yang menjadi perhatian adalah ternyata budaya ghasab tidak hanya terjadi di pesantren salaf, namun di pesantren khalaf atau pesantren modern tetap mewabah (Nabila,