• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN TRADISIONAL TERHADAP KUALITAS SEMEN PEJANTAN SAPI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN TRADISIONAL TERHADAP KUALITAS SEMEN PEJANTAN SAPI BALI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN TRADISIONAL

TERHADAP KUALITAS SEMEN PEJANTAN SAPI BALI

(The Effect of Traditional Supplement in Semen Quality of Bali Bull)

DIAN RATNAWATI,L.AFFANDHY,W.C.PRATIWI danP.W.PRIHANDINI

Loka Penelitian Sapi Potong

ABSTRACT

The problems of collecting semen are low quality of semen and libido. The purpose of this research was to enhance reproduction efficiency by improving the quality of semen through traditional supplement. Therefore, an alternative technology was required by introducing suplementation. The research was carried out at UPTD Bali (Bali Livestock Centre), on 5 bulls. Semen was collected weekly for a month. The supplement consisted of egg, honey, temu kunci and vitamin E. The data was analyzed using ex-post ante analysis (before and after treatment), than continued by T test. The parameters were: libido, volume of semen and quality of fresh semen (pH, mass moved, motility and sperm abnormality). The semen quality of Bali Bull after given supplement showed that the sperm motility is higher (P < 0.05); 88.7 ± 5.5% than before given supplement (80.3 ± 8.2%). The life sperm after treatments has significantly higher (P < 0.01) ( 77.9 ± 7.6%), than before treatment (66.1 ± 12.5%). But the sperm volume, consistency, mass moved, sperm concentration, pH, abnormality and libido of the both treatments were not different. Giving traditional supplement (egg, bee honey, finger root and vitamin E) to the Bali Bull improved semen quality. after given supplement is better than before given supplement.

Key Words: Bali Bull, Traditional Supplement, Semen Quality ABSTRAK

Salah satu permasalahan dalam penampungan semen pejantan yang akan digunakan sebagai sumber semen (cair dan beku) adalah rendahnya kualitas semen dan libido. Diperlukan teknologi alternatif melalui suplementasi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas semen sapi potong melalui pemberian suplemen tradisional. Penelitian pemberian suplemen pada pejantan sapi Bali dilakukan di UPTD Bali, Dinas Peternakan Provinsi Bali. Materi yang digunakan adalah lima ekor pejantan. Suplemen yang diberikan terdiri atas: telur, madu, temu kunci dan vitamin E. Semen ditampung setiap satu minggu sekali selama satu bulan. Data yang diperoleh di UPTD Bali diolah dengan ex-post ante analysis (sebelum dan sesudah perbaikan), dilanjutkan dengan t-test. Parameter yang diamati meliputi: libido, volume semen dan kualitas semen segar (pH, gerakan massa, motilitas, konsentrasi spermatozoa, warna, konsistensi, persentase sperma hidup dan abnormalitas sperma). Kualitas semen pejantan sapi Bali setelah diberikan suplemen berupa madu, telur, temu kunci dan vitamin E menunjukkan perberbedaan yang nyata (P < 0,05) yaitu nilai motilitas lebih tinggi sebesar 88,7 ± 5,5% daripada motilitas sebelum pemberian suplemen, yaitu sebesar 80,3 ± 8,2%. Persentase sperma hidup pada perlakuan setelah diberikan suplemen tampak berbeda sangat nyata (P < 0,01) dengan sebelum diberikan suplemen, yaitu masing-masing sebesar 77,9 ± 7,6% dan 66,1 ± 12,5%. Namun volume, konsistensi, gerakan massa, konsentrasi sperma, pH, sperma abnormal dan libido pada kedua perlakuan tidak berbeda. Pemberian suplemen tradisional berupa campuran madu, temu kunci, telur ayam dan vitamin E pada pejantan sapi Bali menunjukkan kualitas semen pejantan setelah diberikan suplemen lebih baik daripada sebelum diberikan suplemen.

(2)

PENDAHULUAN

Usaha ternak sapi potong di Indonesia membutuhkan perhatian khusus dalam kaitannya dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan populasi, dimana teknologi tepat guna di bidang reproduksi dan pakan sudah seharusnya bisa diterapkan secara mudah dan efisien. Salah satu penyebab penurunan populasi sapi potong diantaranya adalah faktor manajemen dan perkawinan. Kesalahan manajemen dan perkawinan yang kurang tepat berdampak pada terlambatnya umur beranak pertama, rendahnya angka konsepsi (S/C > 2) serta panjangnya jarak beranak (> 15 bulan). SITEPUet al. (1997) melaporkan bahwa service per conception (S/C) dan conception rate (CR) pada sapi potong di Lampung belum memuaskan, yakni masing-masing secara berurutan berkisar antara 1,99 – 2,04% dan 54,9 – 59,8%. DITJEN PETERNAKAN (2006) menyatakan bahwa mutu semen beku dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya kualitas pejantan yang menghasilkan sperma, cara produksi semen beku dan penanganan semen beku sampai saat pelaksanaan IB di lapangan, termasuk penanganan terhadap pejantan. Hal ini penting untuk stimulasi yang cukup sebelum penampungan, yang akan meninggikan kuantitas dan kualitas sperma semen yang diperoleh dan begitu pula

sebaliknya (TOLIEHERE, 1993). Unit

Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Peternakan Propinsi Bali dan Dinas Pertanian Blora melaporkan bahwa kualitas maupun kuantitas semen pejantan yang digunakan untuk bibit semen beku sering mengalami penurunan, bahkan tidak bisa ditampung karena pejantannya memiliki libido rendah atau tidak bisa menaiki pemancing. Rendahnya kualitas semen berimbas pada turunnya angka konsepsi sehingga nilai CR rendah. Oleh karena itu diperlukan teknologi alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut, diantaranya dengan melakukan perbaikan kualitas semen pejantan melalui perbaikan pakan/suplementasi dan penyediaan pakan yang cukup (kualitas dan kuantitas).

Suplementasi dapat berasal dari bahan-bahan yang mudah diperoleh dan dapat meningkatkan libido dan kualitas semen, diantaranya: (1) temu kunci (Boesenbergia

pandurata), mengandung minyak atsiri

(borneol, kamfer, sineol, etilalkohol), pati, saponin dan flavonoid (ANONIMUS, 2007a). Temu kunci biasanya digunakan sebagai obat untuk melancarkan peredaran darah dan untuk stamina (ANONIMUS, 2005). Selain itu temu kunci juga mengandung pinostrobin dan

pinocembrin sebagai isolat anti kanker,

berfungsi sebagai anti oksidan (ANONIMUS, 2007b). Temu kunci digunakan sebagai

afrodisiaka yaitu berguna untuk merangsang

libido. Berdasarkan penelitian, tumbuhan

afrodisiaka mengandung senyawa turunan

saponin, alkaloid, tanin dan senyawa lainnya yang secara fisiologis dapat melancarkan peredaran darah pada sistem darah pusat atau sirkulasi darah tepi. Efeknya meningkatkan sirkulasi darah pada alat kelamin (ANONIMUS, 2007c).

Selain tanaman obat, telur dan madu juga dapat digunakan sebagai suplemen tradisional. Telur dapat membantu meningkatkan tingkat keseimbangan hormon dan mengurangi stres, dimana dua hal tersebut yang penting untuk menunjang libido. Selain itu, telur berfungsi menaikkan energi dan memaksimalkan tingkat energi. Zat gizi mikro yang terkandung dalam telur yaitu vitamin A, vitamin E, vitamin B, mineral mikro besi dan seng yang cukup tinggi. Zat gizi mikro tersebut diperlukan dalam metabolisme hormon reproduksi (ANONIMUS, 2006). Zat gizi makro yang terkandung dalam telur yaitu protein dan lemak. Telur juga mengandung asam amino esensial terlengkap dan tinggi jumlahnya. Selain bahan-bahan yang disebutkan di atas, terdapat pula bahan yang sering digunakan sebagai suplementasi, yaitu madu. Madu berkhasiat dalam meningkatkan stamina, meningkatkan metabolisme dan meningkatkan semangat seksual. Kandungan yang terdapat dalam madu adalah : karbohidrat, protein, vitamin B, mineral (boron), asam amino, enzim dan sumber antibodi. Boron merupakan mineral yang membantu dalam membuat dan menggunakan estrogen. Beberapa penelitian juga mengindikasikan boron bisa mempengaruhi kadar testosteron yaitu hormon yang paling bertanggung jawab dalam membangkitkan hasrat seksual (libido) (ANONIMUS, 2007d).

Viamin E merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak yang melindungi tubuh dari radikal bebas, mempunyai peran dalam mencegah sterilitas dan distrofi otot. Serangan

(3)

radikal bebas pada spermatozoa kemungkinan dapat menyebabkan sel tersebut cacat, misalnya terjadi abnormalitas pada bagian ekor atau kepala sehingga mempengaruhi mobilitasnya (daya gerak) dalam mencapai dan membuahi sel telur. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan degenerasi organ reproduksi dan aktifitas seksual menurun (ANONIMUS, 2008).

Dengan demikian, pemberian suplemen tradisional tersebut diharapkan dapat memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan reproduksi pada pejantan sapi potong sehingga dapat meningkatkan produktivitas sapi potong.

MATERI DAN METODE

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pemberian suplemen tradisional dua hari sebelum penampungan semen. Pemberian suplemen tradisional pada lima ekor pejantan sapi Bali dilakukan di kandang BIBD (UPTD) Dinas Peternakan Provinsi Bali. Suplemen tradisional yang diberikan berupa telur ayam (15 butir), madu (250 ml), temu kunci (150 gram) dan vitamin E (2000 IU). Campuran telur, madu dan kunci telah dianalisa di laboratorium nutrisi mengandung bahan kering (BK) 432,05 gram/pemberian dan protein kasar (PK) 283,41 gram/pemberian. Penampungan

semen pejantan dilakukan setiap satu minggu sekali selama satu bulan. Setelah semen ditampung, dilanjutkan dengan evaluasi semen segar secara makroskopis (volume, konsistensi, warna, pH) dan mikroskopis (gerakan massa, gerakan individu/motilitas, sperma hidup dan abnormalitas). Prosedur analisis semen sesuai dengan metode yang dilakukan TOLIEHERE (1993). Penilaian gerak masa ada tiga, diantaranya: (+) gerakan lambat; (++) gerakan cepat tidak berawan; (+++) gerakan cepat seperti awan. Perhitungan konsentrasi dengan rumus:

Jumlah sperma pada 5 kotak kamar hitung Neubauer x 400 x 50.000 x % sperma hidup

Perhitungan libido dihitung dari pejantan mulai mengendus betina pancingan sampai menaiki betina tersebut dan terjadi ejakulasi. Analisis data menggunakan metode ex-post

ante analysis guna menjelaskan pengaruh

pemberian suplemen tradisional sebelum dan sesudahnya dan dilanjutkan dengan T-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas semen segar

Kualitas semen pejantan sebelum dan sesudah pemberian suplemen tradisional tampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas semen segar pejantan sapi Bali sebelum dan sesudah pemberian suplemen tradisional. Perlakuan pemberian suplemen tradisional Parameter

A B

Volume (ml/ejakulasi ) 4,5 ± 2,3 5,6 ± 1,8

Konsistensi (kental,sedang,encer) sedang-kental sedang-kental Warna (krem, putih susu, bening) krem dan putih susu krem dan putih susu

Gerakan massa (1+, 2+,3+) ++ ++

pH 6,5 – 7,2 6,5 – 6,9

Gerakan individu (%)* 80,3 ± 8,2a 88,7 ± 5,5b Konsentrasi sperma (cc/juta sel) 1309,3 ± 21,4 1252,8 ± 418,9 Sperma hidup (%)** 66,1 ± 12,5a 77,9 ± 7,6b Sperma mati(%)** 32,8 ± 12,1b 20,9 ± 7,4a Sperma abnormal (%) 1,1 ± 1,2 1,2 ± 1,1

Libido (detik) 4,7 ± 1,4 4,0 ± 1,9 A (perlakuan sebelum diberi suplemen) dan B (perlakuan setelah diberi suplemen)

ab:

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata *(P < 0,05) dan sangat nyata ** (P < 0,01)

(4)

Pemberian suplemen tradisional berupa madu, telur, temu kunci dan vitamin E pada pejantan sapi Bali menunjukkan peningkatan kualitas semen pejantan. Motilitas sperma sesudah pemberian suplemen tradisional berbeda nyata (P < 0,05) yaitu 88,7 ± 5,5%, lebih tinggi daripada motilitas sperma sebelum pemberian suplemen yaitu 80,3 ± 8,2%. Demikian pula persentase sperma hidup pada perlakuan setelah pemberian suplemen berbeda sangat nyata (P < 0,01) daripada perlakuan sebelum pemberian suplemen. Persentase sperma hidup setelah pemberian suplemen yaitu 77,9 ± 7,6% dan sebelum suplementasi adalah 66,1 ± 12,5%. Persentase sperma yang mati sebelum suplementasi (32,8 ± 12,1%), lebih tinggi (P < 0,01) daripada setelah suplementasi (20,9 ± 7,4%). Namun volume semen, gerakan masa, konsentrasi sperma, sperma abnormal dan libido pada kedua perlakuan tidak berbeda nyata (Tabel 1).

Peningkatan kualitas semen yang berupa peningkatan motilitas sperma, persentasi sperma hidup dan penurunan jumlah sperma mati erat kaitannya dengan tambahan asupan suplemen yang diberikan. Nutrisi dan protein yang terkandung dalam madu, telur, temu kunci dan vitamin E mempengaruhi kualitas spermatozoa. Protein merupakan suatu komponen yang dapat berpengaruh terhadap motilitas sperma, penetrasi sperma dan pembuahan sel telur. Defisiensi protein pada sapi jantan muda akan menyebabkan penurunan libido dan jeleknya kualitas semen (NIX, 2006). Vitamin E yang terdapat pada suplemen tradisional berpengaruh pada motilitas spermatozoa, karena peranannya dalam menangkal serangan radikal bebas pada spermatozoa. Radikal bebas dapat menyebabkan spermatozoa cacat, misalnya terjadi abnormalitas pada bagian ekor atau kepala sehingga mempengaruhi mobilitasnya (daya gerak) dalam mencapai dan membuahi sel telur (ANONIMUS, 2008). Energi yang terdapat pada suplemen tradisional berfungsi meningkatkan metabolisme energi sehingga menyebabkan pergerakan sperma lebih aktif dan motilitas tinggi (LAING, 1979). Selain itu menurut ISNAENI et al. (2000) menyatakan bahwa kuning telur dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa. Akan tetapi terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa pemberian suplemen pada pejantan tidak

berpengaruh dalam meningkatkan hormon testosteron yang berfungsi pada spermatogenesis dan peningkatan libido (CHENG et al., 1974 sitasi LIU et al., 1992). Sejalan dengan pernyataan CHENG et al. (1974), bahwa parameter hasil yang didapat dari evaluasi semen setelah suplementasi adalah libido dan konsentrasi spermatozoa.

Bobot hidup dan pakan pejantan

Tampilan bobot hidup pejantan dan jumlah konsumsipakan sapi Bali selama perlakuan pemberian suplemen tradisional tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Berat badan dan pakan pejantan sapi Bali selama pengamatan kualitas semen

Program pemberian pakan dan rata-rata berat badan pada sapi Bali sebelum dan sesudah diberi suplemen tradisional adalah sama, yaitu rata-rata berat badan pejantan sapi Bali adalah 594,0 ± 44,9 kg melalui program pemberian pakan harian dengan kandungan bahan kering sebesar 11,8 kg/hari dan protein kasar 1,1 kg/hari. Sedangkan suplemen tradisional yang diberikan pada sapi pejantan mengandung bahan kering (BK) sebesar 432,88g/hari dan kandungan protein kasar (PK) sebesar 283,42 g/hari (Tabel 2).

Nilai BK tersebut sudah memenuhi standar NRC menurut KEARL (1982) yaitu 7,4 kg/ekor, demikian pula tingkat konsumsi PK sudah memenuhi standar dari pedoman pakan pejantan untuk dengan berat badan 585 kg membutuhkan protein kasar sebesar 855 g/hari (7,5%) (NIX, 2006). Kondisi pakan tersebut sangat mendukung fungsi reproduksi sapi Bali, khususnya kualitas semennya. Disamping itu masih didukung adanya asupan pakan tambahan

Parameter Tampilan/ jumlah Rata-rata berat badan (kg) 594,0 ± 44,9 Pemberian pakan:

Bahan kering (kg/hari) Protein kasar (kg/hari)

Suplemen nutrien

Bahan kering (g/ pemberian) Protein kasar (g/ pemberian)

11,8 1,1 432,88 283,42

(5)

yang kaya protein berupa suplemen (telur, madu, temu kunci dan vitamin E) sehingga semakin mendukung fungsi reproduksi.

Analisis ekonomi

Secara ekonomi perlakuan pemberian suplemen tradisional pada pejantan sapi Bali memberikan keuntungan lebih daripada tanpa pemberian suplemen tradisional. Perhitungan biaya suplementasi dan produksi straw semen beku dengan dua perlakuan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Biaya suplementasi dan produksi straw

pada dua perlakuan yang berbeda Perlakuan pemberian suplemen tradisional Parameter A B Volume (ml) 4,5 5,6 Konsentrasi (x 106) 1309,3 1252,8 Persentasi sperma hidup (%) 66,1 77,9 Pengenceran (kali) 9 10 Jumlah penambahan semen 2,5 2,2 Volume semen + pengencer (ml) 36 51 Jumlah produksi straw (buah)* 144 204 Harga jual straw (x

Rp. 5.000,-) 720.000 1.025.000 Biaya suplemen (Rp) - 29.000 Penerimaan kotor (Rp) 720.000 996.000 A = perlakuan sebelum diberi suplemen; B = perlakuan setelah diberi suplemen

Prosesing semen dimulai dengan mengencerkan sperma segar. Faktor yang mempengaruhi pengenceran diantaranya konsentrasi dan persentasi hidup sperma. Apabila dua hal tersebut nilainya tinggi maka dengan pembagi konsentrasi sperma 100 juta/cc diperoleh jumlah pengenceran yang lebih; yaitu pada perlakuan B (10 kali), lebih banyak daripada perlakuan A (9 kali). Jumlah kali pengenceran setelah dikurangi satu

menjadi pembagi dari jumlah total larutan pengencer. Hasil dari perhitungan ini adalah jumlah semen yang ditambahkan pada larutan pengencer. Jumlah semen yang ditambahkan pada perlakuan B lebih sedikit yaitu 2,2 ml daripada perlakuan A yaitu 2,5ml; sehingga menghasilkan dosis straw yang lebih banyak yaitu 204 dan pada perlakuan A sebanyak 144 dosis. Dosis straw yang dihasilkan dikalikan dengan harga tiap dosis straw menghasilkan Rp. 1.025.000 pada perlakuan B dan pada perlakuan A sebesar Rp. 720.000. Harga yang didapat dikurangi dengan biaya suplementasi (Rp. 29.000) menghasilkan penerimaan kotor Rp. 996.000. Nilai tersebut lebih memberikan keuntungan daripada perlakuan A, yaitu dengan penerimaan kotor Rp. 720.000. Persentasi peningkatan penerimaan kotor pada perlakuan B daripada perlakuan A adalah sebesar 38%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberian suplemen tradisional (campuran madu, temu kunci, telur ayam dan vitamin E) pada pejantan sapi Bali dapat meningkatkan kualitas semen pejantan (motilitas dan persentase spermatozoa hidup).

Suplementasi tradisional pada pejantan sapi Bali dapat menjadi alternatif dalam upaya meningkatkan kualitas semennya.

DAFTAR PUSTAKA

ANONIMUS. 2005. Temu Kunci. http://www.melur. com/myherba.asp?plant_id=177. (21 Pebruari 2008).

ANONIMUS. 2006. Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Semen Sapi dan Kerbau. Direktorat Jendral peternakan. Jakarta.

ANONIMUS. 2007a. Temu Kunci, Rimpang Pereda Sariawan dan Masuk Angin. http://www.gaya hidupsehatonline.com. (22 Pebruari 2008). ANONIMUS. 2007b. Temu Kunci Mengandung

Isolate Anti Kanker. http://www.halaman satu.net/index.php. (22 Pebruari 2008).

ANONIMUS. 2007c. Racikan Jamu Tradisional, Kembali Perkasa Dengan Afrodisiaka http:// racik.wordpress.com/2007/04/07. (22 Pebruari 2008).

(6)

ANONIMUS. 2007d. Afrodisiaka (makanan pembangkit gairah). http://sobatbatam.com/ forum/showthread.php?t=1284. (22 Pebruari 2008).

ANONIMUS. 2008. Manfaat Tauge Untuk Kesehaan. http://www.sururi.com/2008/03. (12 Maret 2008).

DITJEN PETERNAKAN. 2006. Petunjuk Teknis pengawasan Mutu Semen Beku Sapi dan Kerbau.

ISNAENI, N. dan DJUNIARTI. 2000. Kualitas semen kambing Peranakan Etawah pada beberapa bahan pengencer setelah pembekuan. JIIP 10(1): 19 – 23.

KEARL, L.C. 1982. Nutrient Requirement of Ruminant in Developing Countries.

LAING, J.A. 1979. Fertility and Infertility in Domestic Animal. Third Eddition. The English Language Book Society. Bailliere Tindall, London

LIU, S.H., Y.H. KUO and K.H. LEE. 1992. Comparison of semen testosterone, estradiol-17B luteinizing hormone and prolactin concentration among Young Boars with different semen and libido during summer. Proc. Of the sixth APPP Anim. Sci. Congress Vol III AHAT, Bangkok.

NIX, J. 2006. Nutritional Requirement of Bulls at Maintenance and Regaining Body Condition. http://www.sweetlix.com/userfiles/file/articles /Cattle Don’t Forget About Your Bulls.pdf. (22 Pebruari 2008).

SITEPU,P.,R.DHARSANA,I-P.GDE,SOERIPTJO,I-K. SUTAMA, T.D. CHANIAGO, NURCAHYO, TJAHYOWIYOSO, I. ROHIMAT, B. BAKRIE, SUKANDAR dan ASRIL. 1997. Pengkajian pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB) dalam usaha peningkatan dan produktivitas sapi potong di Propinsi Lampung. Puslitbang Peternakan, Bogor.

TOELIHERE, M.R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Cetakan 10. Percetakan Angkasa, Bandung.

Gambar

Tabel 1.  Kualitas semen segar pejantan sapi Bali sebelum dan sesudah pemberian suplemen tradisional
Tabel 2.  Berat badan dan pakan pejantan sapi Bali  selama pengamatan kualitas semen
Tabel 3. Biaya suplementasi dan produksi straw  pada dua perlakuan yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Sistematika penulisan artikel &#34;Hasil Penelitian Empiris&#34; terdiri dari: Judul; Nama Penulis; Alamat; Abstrak; Kata kunci; Pendahuluan; Metode Penelitian; Hasil

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan kepada saya kemudahan dalam proses penulisan skripsi ini, serta saya mengucapkan terima kasih kepada

Hasil SEM pada variasi massa ferrocene dalam 10 ml benzene ditampilkan pada Gbr. Gambar 2a dan 2b menampilkan hasil SEM untuk massa ferrocene 0,2 gram dan 0,4 gram dalam 10 ml

Dari hasil analisis IRF dapat disimpulkan bahwa pada 36 periode ke depan dari periode penelitian, guncangan harga komoditas jagung, beras, daging ayam ras, telur ayam

Jika hal ini terjadi, bar pertama dari lagu tersebut akan berisi tanda kunci di mana baik benda tajam (ditandai dengan simbol ) Akan ditempatkan pada note untuk dimainkan

Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan efektifitas penyelengaraan pemerintahan, serta pembangunan maka kecamatan Teluk Keramat dikembangkan dengan

Nggandhul adalah persoalan garap dalam karawitan berkaitan dengan sèlèh, teknik, dan waktu, baik tabuhan atau sajian vokal yang penyajiannya tidak tepat pada nada

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain (1) Manfaat teoristis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi masalah yang mempengaruhi audit delay pada