• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tengah. PT QRS terdaftar sebagai pemilik izin PKP2B ( Perjanjian Karya. Pengusaha Pertambangan Batubara ) Generasi III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tengah. PT QRS terdaftar sebagai pemilik izin PKP2B ( Perjanjian Karya. Pengusaha Pertambangan Batubara ) Generasi III"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

46

A. Gambaran Umum Perusahaan

PT QRS, merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri batubara. Kegiatan operasi PT QRS berada di daerah Sepan Uring Kalimantan Tengah. PT QRS terdaftar sebagai pemilik izin PKP2B (“Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara”) Generasi III

PT QRS sebagai pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi III, telah memasuki Tahap Operasi Produksi (OP) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dengan SK No. 36.K/30/DJB/2013 tanggal 14 Januari 2013. PT QRS juga telah mendapatkan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk Kegiatan Eksploitasi Batubara dan Sarana Penunjangnya dari Menteri Kehutanan berdasarkan SK No. SK.28/Menhut-II/2011 tanggal 2 Februari 2011 dan IPPKH untuk kegiatan Eksplorasi Lanjutan/Detail Batubara berdasarkan SK No. SK.304/Menhut-II/2012 tanggal 15 Juni 2012.

Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip keselamatan pertambangan (keselamatan dan kesehatan kerja serta keselamatan operasi) demi terwujudnya zero accident.

1. Lokasi

Wilayah PKP2B PT QRS sesuai dengan Surat Keputusan Menteri ESDM No.362.K/30.01/DJB/2008 tanggal 31 Juli 2008, mengalami tiga kali

(2)

perpanjangan dengan luas akhir seluas 24.980 Ha. Wilayah PKP2B PT QRS terdiri dari tiga blok, dua blok wilayah (Blok Bekanon dan Blok Merangun) melintasi dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Kapuas, dan satu blok wilayah (Blok Mamput) berada di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Adapun koordinat wilayah PKP2B dapat dilihat pada tabel 1.1.

Di samping itu, Jalan Angkut Batubara (JAB) termasuk ke dalam Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Barito Utara serta Pelabuhan Khusus Batubara termasuk ke dalam Kabupaten Barito Utara.

Pencapaian blok wilayah di bagian utara dapat dicapai melalui Puruk Cahu di Kabupaten Raya. Sedangkan, blok wilayah di selatan dapat dicapai melalui Pujon (Kecamatan Kapuas Tengah) di Kabupaten Kapuas atau dapat melalui jalan poros Palangkaraya–Buntok setelah menyeberangi Sungai Kapuas di Timpah, kemudian memasuki bekas jalan log yang menjadi ruas jalan angkut batubara PT Kapuas Tunggal Persada menuju Desa Betapah hingga mencapai jalan log PT DI di Desa Buhut.

Untuk jalur logistik ruah (bulk) tetap melalui Sungai Barito, mendaratkan material di Pepas (log pond PT DI) atau sedikit di hulunya Paring Lahung (Pelabuhan Batubara PT TOP), keduanya termasuk wilayah Kabupaten Barito Utara.

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi PT QRS 1. Visi:

Menjadi perusahaan pertambangan berstandar internasional yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global.”

(3)

2. Misi:

a) Menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi yaitu batubara, dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta memperhatikan kelestarian lingkungan.

b) Beroperasi secara efisien (berbiaya rendah). c) Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

d) Berpartisipasi di dalam upaya menyejahterahkan masyarakat di sekitar daerah operasi pertambangan.

3. Tujuan Perusahaan

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai pemegang saham seiring usaha bertumbuh guna menciptakan keuntungan yang berkelanjutan. Hal ini menjadi tujuan utama manajemen dan merupakan salah satu cara untuk merealisasikan visi PT QRS sebagai perusahaan pertambangan berstandar internasional yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global. Hal ini berarti menjadikan PT QRS sebagai perusahaan yang lebih besar, lebih proaktif, lebih produktif, lebih berorientasi pada masa depan, lebih menghasilkan keuntungan, lebih seimbang dan lebih kompetitif di pasar internasional.

4. Strategi Perusahaan

PT QRS dalam mencapai tujuan utamanya yakni penciptaan nilai pemegang saham melalui peningkatan skala dan nilai perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mengimplementasikan strategi sebagai berikut:

(4)

a) Fokus pada bisnis inti

b) Pembangunan kekuatan perusahaan menjadi dasar untuk menjamin profitabilitas yang bersifat jangka panjang. Melalui maksimalisasi output produksi, perusahaan dapat meningkatkan pendapatan serta menurunkan tingkat biaya.

c) Menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan

PT QRS berusaha untuk mempertahankan pertumbuhan melalui proyek-proyek pengembangan yang solid, aliansi strategis, akuisisi.

d) Mempertahan kekuatan keuangan perusahaan

Melalui peningkatan pendapatan, PT QRS dapat memastikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban, mendanai pertumbuhan masa depan, serta memberikan imbal hasil bagi pemegang saham melalui pembayaran deviden.

5. Fakta dan data

Kegiatan yang dilaksanakan PT QRS di tahun 2014 cukup lancar. Produksi mencapai target, sedangkan penjualan tidak. Hal tersebut disebabkan oleh surutnya muka sungai Barito yang menghambat PT QRS dalam mengangkut batubara dari Paring Lahung ke intermediate stockpile di Teluk Timbau . Sepanjang berjalannya tahun 2014 harga batubara semakin merosot, mengharuskan PT QRS melakukan efisiensi kerja dan biaya. PT QRS harus mengatur strategi agar dapat melakukan kegiatan operasional dengan pengeluaran biaya sehemat mungkin, terutama untuk kegiatan penambangan.

Kegiatan penambangan yang dilaksanakan oleh PT QRS pada enam bulan pertama di tahun 2014 mengacu kepada Keputusan Menteri Energi dan Sumber

(5)

Daya Mineral, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (ESDM Ditjen Minerba) dengan produksi batubara sebanyak 1.000.000 ton tersimpan di Run of Mine Stockpile (Inventori di ROM). Kegiatan penambangan tersebut terlaksana dengan lancar. Pencapaian produksi dan penjualan masing-masing adalah sebanyak 1.034.790 ton dan penjualan sebanyak 812.347 ton.

Pencapaian ini dapat terjadi karena didukung oleh adanya kegiatan peledakkan batuan penutup yang dapat mempercepat proses pengerukan batubara, produksi crusher yang cukup tinggi, tersedianya armada pengangkutan yang memadai, dan man power yang handal untuk merealisasikannya. Atas dasar pencapaian inilah PT QRS mengajukan peningkatan produksi di pertengahan tahun 2014 menjadi sebanyak 2.000.000 ton batubara dan penjualan sebanyak 1.800.000 ton. Persetujuan peningkatan tersebut diperoleh PT QRS melalui Surat Keputusan No. xxx/87.03/DJB/2014 tanggal 28 Agustus 2014.

Kegiatan penambangan yang telah dilakukan PT QRS selama tahun 2014 menghasilkan batubara sebanyak 2.001.713 dan penjualan batubara sebanyak 1.310.815. Target produksi dapat tercapai, sedangkan penjualan tidak.

Kendala yang dihadapi dalam proses pemasaran dan penjualan adalah surutnya muka air Sungai Barito yang menyebabkan batubara tidak dapat terangkut menuju intermediate stockpile di Teluk Timbau, Barito Selatan.

Rencana kerja tahun 2016 PT QRS masih akan melakukan penambangan di area Blok Mamput Sektor 1 dengan tingkat produksi 2.900.000 ton dan penjualan sebanyak 3.000.000 ton. Jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah produksi disebabkan masih banyaknya stock yang tersebar di lokasi stockpile PT QRS.

(6)

B. Pencapaian Target Penjualan

Mengenai target yang ditetapkan oleh PT QRS melalui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya yang diajukan kepada Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk tahun 2016, dapat dilihat bahwa di tahun 2014 target produksi dapat tercapai dan tidak ada kendala yang dihadapi oleh PT QRS yang artinya jumlah batubara yang diproduksi tersedia untuk dijual. Preventive action yang dilakukan untuk mengantisipasi terulang kembali tidak tercapainya target penjualan adalah dengan melakukan feasibility study mengenai tinggi air sungai selama 5 tahun terakhir.

Adapun hasil pengolahan data adalah sebagai berikut:

TABEL 4.1 DATA RATA-RATA TINGGI AIR SUNGAI 2010-2014 Bulan Jumlah Hari dalam Satu Bulan yang

Dapat dilalui Tongkang (sailing days)

JANUARI 20 FEBRUARI 17 MARET 22 APRIL 26 MEI 24 JUNI 15 JULI 13 AGUSTUS 8 SEPTEMBER 11 OKTOBER 2 NOVEMBER 14 DESEMBER 22

Sumber : diolah oleh peneliti

Dengan menggunakan data di atas sebagai acuan maka skema produksi dan distribusi dapat dijalankan dengan menyesuaikan tinggi air sungai sehingga persiapan perusahaan terkait distribusi, lebih baik di bulan-bulan dimana air sungai dalam kondisi yang baik dapat dilalui tongkang.

(7)

Diyakini bahwa jika PT QRS menggunakan tinggi air sungai sebagai acuan untuk menyesuaikan ritme produksi dan distribusi maka PT QRS akan mampu untuk mencapai target Rencana Kerja dan Anggaran Biaya yang diajukan kepada Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk tahun 2016.

C. Pemenuhan Minimum Persediaan Batubara

Melalui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya yang diajukan kepada Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk tahun 2016, PT QRS meminta negara untuk menyetujui meningkatkan jumlah produksi dan jumlah penjualan. Adapun hal-hal yang menjadi rencana kerja PT QRS untuk meningkatkan produksi dan penjualan antara lain :

1. Rencana Penggunaan Alat

Demi mewujudkan target produksi dengan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup sebanyak 8.200.000 bcm dan produksi batubara sebanyak 3.000.000 ton, maka PT QRS akan menyiapkan armada peralatan seperti dalam tabel berikut. Pengadaan alat berat ini akan diakomodasi oleh Sub Kontraktor utama, yaitu PT PAMA.

(8)

TABEL 4.2 RENCANA PENGGUNAAN ALAT PT QRS TAHUN 2016

Sumber : diolah oleh peneliti

Jumlah alat yang akan digunakan di tahun 2016 untuk aktivitas penambangan adalah sebagai berikut.

a) Untuk kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan digunakan PC1250 dan PC2000 masing-masing 1 dan 2 unit. Alat pengangkutan dan penimbunannya terdiri atas dumptruck setara DT HD785 dan HM400 masing-masing sebanyak 25 dan 6 unit.

b) Untuk kegiatan produksi batubara digunakan PC300 2 unit dan untuk pembersihan lapisan batubara (coal cleaning) digunakan PC200 1 unit. Alat pengangkutan yang digunakan adalah dumptruck dari jenis Scania hingga sebanyak 15 unit.

c) Untuk alat pemberai batubara (CPP/Crusher), PT QRS akan mengoperasikan 1 line CPP berkapasitas 500 ton per jam, sedangkan 1 line

(9)

lainnya disiapkan sebagai cadangan. Untuk 1 unit CPP dengan kapasitas 250 ton per jam tidak akan dipergunakan lagi.

d) Untuk kegiatan di CPP, pada area ROM Stockpile digunakan wheel loader WA500 dan PC200 masing-masing 1 unit untuk coal trimming dan stacking ke hopper, sedangkan di area Crushed Stockpile (Product) digunakan wheel loader WA500 dan WA600 masing-masing 1 unit untuk pemuat (loading) ke dumptruck dan penanganan (rehandling).

e) Untuk kegiatan pengangkutan batubara ke Pelabuhan digunakan dumptruck jenis Scania berkisar 40-50 unit.

f) Untuk alat penunjang, yaitu untuk perapian jalan, buldozer, pemadat/compactor, mesin bor untuk blasting, dan pompa air sump (water pump) adalah seperti tercantum dalam tabel 4.2.

2. Rencana Kegiatan Penambangan

Metode penambangan yang PT QRS gunakan adalah penambangan terbuka dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:

a) Pembersihan lahan (land clearing) di area yang akan dijadikan muka tambang; b) Pengelolaan tanah pucuk (top soil management);

c) Pengupasan tanah pucuk menggunakan alat gali muat, kemudian diangkut dan disimpan di area penyimpanannya, yang disebut top soil dump. Penyimpanan tanah pucuk dijaga agar tidak terkontaminasi dengan batuan penutup/batuan asam. Hal ini diupayakan sebagai bentuk persiapan reklamasi nantinya.

(10)

e) Pengupasan tanah penutup menggunakan alat gali muat yang lebih besar daripada tanah pucuk, lalu diangkut dan disimpan di area waste dump.

f) Penambangan batubara (coal mining);

g) Setelah batubara terekspos dan sudah bersih dari batuan lain (batuan pucuk dan penutup), batubara diambil menggunakan alat muat setara PC300.

h) Pengangkutan batubara (coal hauling) dari muka tambang ke ROM Stockpile; i) Batubara yang sudah diambil dan dimuat ke dalam dumptruck, kemudian

diangkut dan disimpan di ROM Stockpile di area CPP yang berada ±5 km sebelah timur tambang.

j) Pengolahan batubara (coal processing);

k) Di Area CPP, batubara dari ROM ditumpahkan ke hopper crusher untuk dilakukan pemberaian. Batubara hasil pemberaian ditumpuk di area Crushed Stockpile.

l) Pengangkutan batubara (coal hauling) ke Stockpile Paring Lahung;

m) Pengangkutan menggunakan dumptruck jenis Scania. Batubara diangkut dari Crushed Stockpile menuju Stockpile Paring Lahung dalam jarak ±66 km. Batubara disimpan di Stockpile Paring Lahung, siap untuk diangkut menuju Pelabuhan Teluk Timbau melalui air (Sungai Barito).

n) Pengangkutan batubara ke lokasi intermediate stockpile di Teluk Timbau; o) Batubara yang ada di Stockpile Pelabuhan Paring Lahung dimuat ke dalam

tongkang berukuran 7.500 ton, kemudian diangkut ke intermediate stockpile dalam jarak 200 km.

(11)

p) Di Pelabuhan Teluk Timbau dilakukan bongkar muat (unloading) dari tongkang ke stockpile. Lalu, dari stockpile dilakukan pemuatan (loading) ke dalam tongkang yang berukuran 7.500 ton dan siap diangkut menuju Taboneo dalam jarak 240 km.

q) Pengangkutan ke lokasi transhipment di laut lepas Taboneo dan batubara siap diangkut ke konsumen.

3. Rencana Inventori Batubara Tahun 2016

Dalam melakukan perencanaan persediaan batubara (coal inventory) PT QRS, parameter yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Kapasitas maksimum di tiap tiap titik persediaan. Saat ini kapasitas maksimum tersebut adalah: ROM stockpile sebesar 250 ribu ton, Crushed stockpile sebesar 400 ribu ton, stockpile Paring Lahung sebesar 400 ribu ton, dan stockpile Teluk Timbau sebesar 600 ribu ton.

b) Hari berlayar (sailing days) dari Paring Lahung ke Teluk Timbau yang akan berpengaruh pada jumlah trip dari armada barge yang akan dioperasikan di bulan yang bersangkutan.

c) Rencana pemasaran bulanan yang akan mempengaruhi persediaan di Teluk Timbau

4. Rencana Tenaga Kerja

Di tahun 2016 PT QRS akan menggunakan jumlah tenaga kerja yang sama dengan tahun 2014, yaitu sebanyak 161 orang, dengan 83 orang untuk di Head Office dan 78 orang untuk di Site Office. PT QRS tidak mempekerjakan tenaga asing.

(12)

Sedangkan, PT QRS memperkirakan akan mempekerjakan jumlah tenaga kerja sub kontraktor/perusahaan jasa sebanyak 1.154 orang, terdiri dari pekerja lokal sebanyak 764 orang dan pekerja nasional sebanyak 390 orang. Perbandingan penggunaan tenaga kerja lokal dan nasional adalah 66:34. Sub kontraktor/perusahaan jasa tersebut akan mendukung pekerjaan penambangan dan pengangkutan batubara, beberapa kegiatan konstruksi yang masih harus diselesaikan, eksplorasi lanjutan/detail batubara, coal barging, dan jasa pengamanan areal PKP2B PT QRS.

Menimbang dari kesiapan infrastruktur dan rencana kerja yang telah disusun oleh PT QRS maka diyakini bahwa target penjualan yang dituangkan melalui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya yang diajukan kepada Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk tahun 2016 maka diyakini bahwa PT QRS akan dapat memenuhi target produksi dan target penjualan di tahun tersebut.

D. Optimalisasi Pengiriman Barang dan Jumlah Persediaan

Perhitungan optimal untuk pemenuhan persediaan batubara akan dibahas menggunakan 3 metode yaitu dengan menggunakan metode Lot for Lot (LFL),

Economic Order Quantity (EOQ) dan Economic Production Quantity (EPQ). Tabel 4.4 merupakan tabel rencana penjualan per bulan di tahun 2016. Adapun pembagian rencana penjualan perbulannya adalah dengan mempertimbangkan data rata-rata tinggi air sungai selama lima tahun terakhir (2010-2014) pada tabel 4.1. Atas pertimbangan tersebut maka dapat terlihat pada tabel 4.4 target penjualan pada semester pertama (Januari-Juni) lebih tinggi daripada target penjualan di semester kedua (Juli-Desember), hal ini dilakukan untuk

(13)

mengantisipasi penurunan daya jual karena keterbatasan jumlah batubara yang dapat didistribusikan yang disebabkan oleh surutnya air sungai Barito.

Berikut adalah data mengenai faktor - faktor dari proses produksi, distribusi, inventory sampai dengan penjualan:

TABEL 4.3 DATA PENDUKUNG RENCANA PENJUALAN

Variable Jumlah / Nilai

Rencana Penjualan 2016 (MT) 3.000.000,00 Biaya Produksi Batubara ($) 60,60 Biaya Simpan Port ($) 4,40 Rata-rata Kapasitas Produksi per Hari (MT) 9.000,00 Rata-rata Kapasitas Produksi per Bulan (MT) 250.000,00 Kapasitas Simpan stockpile Paring Lahung (MT) 600.000,00 Kapasitas/Dump Truck (MT) 30,00 Kapasitas Hauling per day (MT) 10.000,00 Jumlah Ritase/day 333,00 Jumlah Dump Truck 15,00 Jumlah Ritase/Dump Truck 22,00 Waktu Loading (Hrs) 10,00 Waktu Tempuh PLH-TT (Hrs) 36,00 Kapasitas Simpan Intermediate Stockpile Teluk

Timbau (MT)

400.000,00 Kapasitas /Tongkang (MT) 7.500,00 Jumlah Tongkang 17,00 Waktu Unloading (Hrs) 8,00

Sumber : diolah oleh peneliti

TABEL 4.4 RENCANA PENJUALAN PER BULAN DI TAHUN 2016 NO RENCANA PENJUALAN 2016 TOTAL (MT)

1 JANUARY 360.000 2 FEBRUARY 270.000 3 MARCH 300.000 4 APRIL 300.000 5 MAY 300.000 6 JUNE 270.000 7 JULY 210.000 8 AUGUST 180.000 9 SEPTEMBER 210.000 10 OCTOBER 180.000 11 NOVEMBER 210.000 12 DECEMBER 210.000

TOTAL RENCANA PENJUALAN JAN – DEC 2016

3.000.000 Sumber : diolah oleh peneliti

(14)

1) Lot for Lot

Teknik ini digunakan untuk menentukan jadwal produksi dan kebutuhan bersih. Ketika kebutuhan bersih telah diketahui maka langkah selanjutnya adalah membuat keputusan berapa banyak yang harus dipesan dan harus dibuat. Lot for Lot memproduksi secara tepat berapa unit yang diperlukan. Keputusan ini konsisten dengan sasaran sistem MRP, yaitu memenuhi kebutuhan permintaan yang terikat maka sistem MRP harus menghasilkan unit hanya jika dibutuhkan, dengan tidak ada persediaan pengamanan dan tidak ada antisipasi pesanan yang akan datang.

1. Target penjualan 2016 : 3.000.000 MT 2. Biaya penyimpanan : $ 4,40

3. Biaya setup : $ 60,60

4. Rata-rata permintaan per bulan : 3.000.000 / 12 = 250.000 mt/bulan

Beberapa istilah yang digunakan dalam gross material requirement planning adalah sebagai berikut:

1. Gross Requirement : merupakan jumlah kebutuhan per bulan sesuai dengan target penjualan bulanan.

2. Project on Hand (Planned): merupakan jumlah batubara yang harus tersedia untuk memenuhi kebutuhan permintaan barang

3. Project Available (Stock): merupakan jumlah persediaan setelah dikurangi dengan jumlah yang dibutuhkan / diminta.

4. Avrg Prod Capacity/month: jumlah rata-rata kapasitas produksi per bulan saat ini

(15)

5. Net Requirements: jumlah bersih yang dibutuhkan atas permintaan barang 6. Planned Order Receipt: jumlah yang direncanakan untuk didistribusikan ke

stockpile Teluk Timbau dan ditampung sebagai persediaan di stockpile Teluk Timbau

7. Planned Order Release: jumlah yang direncanakan siap didistribusikan dari stockpile Paring Lahung

Hasil perhitungan menggunakan metode Lot for Lot adalah dengan memproduksi batubara sebanyak jumlah batubara yang dibutuhkan (Gross Requirement) tanpa adanya persediaan (Project Available-Stock) untuk mengakomdir permintaan di bulan selanjutnya sehingga pada metode ini, perusahaan dapat menghemat biaya penyimpanan atau biaya penyimpanan menjadi $0 karena barang hasil produksi langsung didistribusikan kepada pihak pembeli.

Metode ini menghemat biaya sebesar $4.4 per MT atau sebesar $13.200.000 per tahun namun metode ini tidak dapat digunakan oleh PT QRS karena resiko yang ditanggung oleh perusahaan dengan tidak melakukan persediaan barang jadi di Intermediate Stockpile Teluk Timbau sangat besar. Adapun resikonya adalah tidak dapat memenuhi permintaan dari pembeli pada saat air sungai surut karena tongkang tidak dapat berlayar pada saat tersebut sehingga batubara tidak dapat berpindah tempat ke titik jual yaitu pelabuhan Taboneo.

Jika PT QRS memaksakan diri menggunakan perhitungan dengan metode Lot for Lot demi menghilangkan biaya penyimpanan maka, dapat dipastikan bahwa pada bulan-bulan dimana tinggi air sungai tidak memadai untuk dilalui

(16)

tongkang, PT QRS tidak dapat melakukan penjualan dan berakibat pada terganggunya pencapaian target penjualan tahunan yang telah di ajukan kepada negara melalui Kementrian ESDM. Jika hal ini terjadi maka dikhawatirkan target produksi dan penjualan di tahun-tahun berikutnya akan dikurangi, selain itu dampak yang langsung dirasakan oleh perusahaan adalah terganggunya cash flow perusahaan hal ini dikarenakan tidak adanya pemasukkan dana dari hasil penjualan sedangkan biaya produksi, biaya operasional dan biaya tetap seperti gaji karyawan, sewa gedung dan sebagainya harus tetap dikeluarkan oleh perusahaan.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode Lot for Lot, peneliti tidak menyarankan PT QRS menggunakan metode ini karena resiko yang ditanggung perusahaan akan sangat besar.

(17)

TABEL 4.5 LOT FOR LOT (LFL)

SOH Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16 Jul-16 Agust-16 Sep-16 Okt-16 Nop-16 Des-16 Total Gross Requirements 360.000 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 3.000.000 Project on Hand (Planned) 360.000 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 3.000.000 Project Available (Stock) 360.000 360.000 - - - - Avrg Prod Capacity/month 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 Net Requirements 0 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 Planned Order Receipts 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 Planned Order Releases 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 Sumber : diolah oleh peneliti

(18)

2) Economic Order Quantity (EOQ) Mencari Q* H Q DS 2 2  → H DS Q2 2 → H DS EOQ  2

Adapun penerapannya pada kasus di PT QRS adalah sebagai berikut : Kebutuhan tahun 2016 (D) : 3.000.000 mt Biaya Setup/MT (S) : $ 60,6 Biaya penyimpanan/MT (H) : $ 4,4 x 3.000.000 = $ 13.200.000 = √2 3.000.000 60,6 13.200.000 = 27,5 = 5,24

Rata-rata produksi per bulan = 3.000.000/12 = 250.000 mt per bulan Unit per bulan (EOQ) = 5,24 x 250.000

EOQ = 1.310.000 mt per permintaan

Hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ, menyarankan PT QRS untuk melakukan persediaan batubara. Dibandingkan dengan metode Lot for Lot yang tidak menggunakan sistem persediaan barang jadi dan menimbulkan resiko yang sangat besar bagi perusahaan, metode ini sudah mendekati pemenuhan kebutuhan PT QRS.

Dengan adanya persediaan yang memadai maka PT QRS sudah melakukan preventive action dalam menghadapi kendala air sungai Barito yang

(19)

sewaktu-waktu dapat surut sehingga persediaan tersebut dapat dengan efektif dan efisien digunakan sebagai pemenuhan permintaan di saat tinggi air sungai tidak memungkinkan untuk dilalui tongkang dalam rangka pemindahan batubara ke intermediate stockpile Teluk Timbau.

Mengkaji hasil perhitungan yang dihasilkan dari metode EOQ, jumlah permintaan setahun diperkirakan sebanyak 1 kali permintaa di tahun 2015 sebagai persediaan awal 2016 dan 2 kali permintaan di tahun 2016 dengan sekali permintaan sebesar 1.310.000MT dan dengan perhitungan ini maka total produksi dalam setahun adalah sebanyak 3.930.000MT sehingga cadangan batubara yang dapat digunakan untuk persediaan di awal tahun 2017 adalah sebanyak 930.000MT. Jika PT QRS berniat untuk menggunakan metode ini sebagai skema penjualan dan produksi, maka PT QRS harus meningatkan produksi sebanyak 5 sampai 6 kali lipat dari rata-rata produksi per bulan saat ini sebanyak 250.000MT, meningkatkan kapasitas penyimpanan di stockpile Paring Lahung sebanyak 2 kali lipat dimana saat ini kapasitasnya sebesar 600.000MT, penambahan kapasitas penyimpanan di stockpile Teluk Timbau sebanyak 3 sampai 4 kali lipat dimana saat ini kapasitasnya sebesar 400.000 MT, jumlah dumptruck dan ritase hauling dalam rangka melakukan distribusi dari Pit ke Stockpile Paring Lahung serta jumlah tongkang dan ritase barging disaat air sungai memadai untuk dilakukan pemindahan batubara.

Metode ini mungkin telah mendekati pemenuhan kebutuhan dari perusahaan dan secara ekonomis, perhitungan menggunakan metode EOQ ini dapat dipertimbangkan untuk diterapkan oleh karena itu, jika PT QRS ingin

(20)

menggunakan metode ini maka PT QRS perlu mengkaji ulang kondisi perusahaan saat ini terkait infrastrukur stockpile baik di Paring Lahung mauun intermediate stockpile Teluk Timbau, kemampuan dan kesanggupan dari subkontraktor yang digunakan perusahaan, kemampuan produksi baik dari segi alat-alat produksi dan jumlah tenaga kerja terkait produksi, biaya yang bertambah karena penambahan unit-unit penunjang seperti dumptruck, excavator, tongkang dan hal-hal lain terkait produksi dan distribusi oleh karena itu maka PT QRS disarankan untuk mulai mempersiapkan aspek-aspek penunjang sejak tahun 2015 agar di tahun 2016, hal-hal tersebut sudah siap digunakan dan skema rencana produksi dapat diterapkan.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode EOQ dan mempertimbangkan kondisi PT QRS saat ini, peneliti tidak menyarankan PT QRS menggunakan metode ini untuk skema pemenuhan target di 2016 karena akan sangat banyak hal yang harus disesuaikan dan dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan perubahan yang dibutuhkan cukup besar namun peneliti menyarankan PT QRS mulai melakukan mempertimbangkan penyesuaian-penyesuaian tersebut karena peneliti yakin bahwa setiap tahunnya PT QRS akan melakukan penambahan target produksi dan target penjualan sedangkan infrastruktur yang ada saat ini tidak akan mumpuni untuk menunjang target perusahaan yang seiring waktu akan terus bertambah. Mempertibangkan dari berbagai aspek, peneliti menyimpulkan bahwa untuk tahun 2016 metode ini belum dapat diterapkan namun secara perhitungan finansial, metode ini cukup ekonomis untuk diterapkan oleh PT QRS.

(21)

TABEL 4.6 ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

SOH Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16 Jul-16 Agust-16 Sep-16 Okt-16 Nop-16 Des-16 Total Gross Requirements 360.000 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 3.000.000 Project on Hand (Planned) 360.000 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 3.000.000 Project Available (Stock) 1.310.000 950.000 680.000 380.000 80.000 1.090.000 820.000 610.000 430.000 220.000 40.000 1.140.000 930.000 Avrg Prod Capacity/month 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 Net Requirements 0 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 Planned Order Receipts 1.310.000 1.310.000 1.310.000 3.930.000 Planned Order Releases 1.310.000 1.310.000 3.930.000

(22)

3) Economic Production Quantity (EPQ)

Digunakan untuk menghitung jumlah produksi optimal yang ekonomis bagi perusahaan yang memproduksi bahan bakunya sendiri yang bertujuan untuk meminimalkan total biaya persediaan dengan menyeimbangkan persediaan dan rata-rata biaya pemesanan tetap. Penerapan EPQ dalam mencari nilai optimal pada PT QRS adalah sebagai berikut :

Permintaan per tahun (R) = 3.000.000 mt Biaya pemesanan (S) = $60,6

Biaya penyimpanan (H) = $4,4

Kapasitas produksi (P’) = 10.000 mt per hari

Penggunaan bahan baku = (3.000.000/12)/30 = 8.333 mt per hari

Maka rumus EPQ yang dipakai untuk menghitung jumlah optimal produksi adalah sebagai berikut : EPQ

=

=

( . .)( , ) , ,,

=

. . , ( , )

=

. . , ( , )

=

. . ,

= √495.719.038

= 22,264,74 mt per hari atau

(23)

Sama seperti metode EOQ, hasil perhitungan dengan menggunakan metode EPQ menyarankan PT QRS untuk melakukan persediaan batubara namun dibandingkan dengan dua metode sebelumnya, pendekatan dengan metode EPQ ini menghasilkan skema yang lebih realistis terkait dengan kondisi perusahaan saat ini baik dari sisi kemampuan produksi maupun infrastruktur perusahaan serta dibandingkan dengan metode Lot for Lot, metode ini dapat mengurangi resiko tidak tercapainya target penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan karena tidak adanya persediaan di intermediate stockpile Teluk Timbau.

Dengan metode ini, PT QRS melakukan persediaan batubara sebagai preventive action dalam menghadapi kendala air sungai Barito yang sewaktu-waktu dapat surut sehingga persediaan tersebut dapat dengan efektif dan efisien digunakan sebagai pemenuhan permintaan disaat tinggi air sungai tidak memungkinkan untuk dilalui tongkang dalam rangka pemindahan batubara ke intermediate stockpile Teluk Timbau.

Mengkaji hasil perhitungan yang dihasilkan dari metode EPQ, jumlah permintaan setahun diperkirakan sebanyak 1 kali di tahun 2015 sebagai persediaan awal tahun 2016 dan 4 kali di tahun 2016 dengan sekali permintaan sebesar 667.950MT maka dapat diketahui total rencana produksi di tahun 2016 adalah sebanyak 3.339.750MT sehingga cadangan batubara yang dapat digunakan untuk persediaan di awal tahun 2017 adalah sebanyak 339.750MT. Jika PT QRS berniat untuk menggunakan metode ini sebagai skema penjualan dan produksi di tahun 2016, maka PT QRS harus meningatkan produksi sebanyak 2 sampai 3 kali lipat dari rata-rata produksi per bulan dimana rata-rata jumlah produksi saat ini

(24)

adalah sebanyak 250.000MT, meningkatkan kapasitas penyimpanan di stockpile Paring Lahung dari 600.000MT menjadi 700.000MT, penambahan kapasitas penyimpanan di stockpile Teluk Timbau dari 400.000 MT menjadi 700.000MT, jumlah dumptruck dan ritase hauling dalam rangka melakukan distribusi dari Pit ke stockpile Paring Lahung serta jumlah tongkang dan ritase barging disaat air sungai memadai untuk melakukan pemindahan batubara dari stockpile Paring Lahung ke intermediate stockpile Teluk Timbau.

Dari 3 metode yang dikaji oleh peneliti, hasil yang didapat dengan metode EPQ ini adalah yang paling mendekati pemenuhan kebutuhan dari perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena selain pertimbangan ekonomis, perhitungan pada metode EPQ memasukkan kapasitas produksi sebagai komponen perhitungan sehingga hasil yang didapat lebih mendekati kondisi riil perusahaan saat ini.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode EPQ dan mempertimbangkan kondisi perusahaan, maka peneliti menyarankan PT QRS menggunakan metode ini untuk skema pemenuhan target di 2016 .

PT QRS tetap membutuhkan penyesuaian baik dari sisi infrastruktur, peningkatan jumlah produksi dan fasilitas penunjang lainnya. Mengacu pada skema yang dihasilkan oleh metode EPQ, peneliti yakin bahwa dalam kurun waktu 1 tahun (2015), PT QRS dapat mempersiapkan hal-hal terkait infrastruktur dan fasilitas penunjang lainnya serta dilihat dari hasil perhitungan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu tahunl, metode EPQ ini dinilai lebih ekonomis dibanding metode EOQ terlihat dalam hasil perhitungan pada TABEL 4.4 total dari rencana produksi dalam satu tahun adalah sebanyak 3.339.750MT yang

(25)

artinya kelebihan produksi dari rencana penjualan adalah sebanyak 339.750MT sedangkan jika menggunakan metode EOQ pada TABEL 4.3 total dari rencana produksi dalam satu tahun adalah sebanyak 3.930.000MT yang artinya kelebihan produksi dari rencana penjualan adalah sebanyak 930.000MT.

Mempertimbangkan dari berbagai aspek, peneliti menyimpulkan bahwa untuk tahun 2016 metode ini dapat diterapkan oleh PT QRS serta peneliti menyarankan agar PT QRS menggunakan metode EPQ sebagai acuan produksi dan distribusi untuk pemenuhan fluktuasi permintaan yang terjadi di PT QRS di tahun 2016.

(26)

TABEL 4.7 ECONOMIC PRODUCTION QUANTITY (EPQ)

SOH Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 Mei-16 Jun-16 Jul-16 Agust-16 Sep-16 Okt-16 Nop-16 Des-16 Total Gross Requirements 360.000 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 3.000.000 Project on Hand (Planned) 360.000 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 3.000.000 Project Available (Stock) 667.950 307.950 37.950 405.900 105.900 473.850 203.850 661.800 481.800 271.800 759.750 549.750 339.750 Avrg Prod Capacity/month 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 Net Requirements 0 270.000 300.000 300.000 300.000 270.000 210.000 180.000 210.000 180.000 210.000 210.000 Planned Order Receipts 667.950 667.950 667.950 667.950 667.950 3.339.750 Planned Order Releases 667.950 667.950 667.950 667.950 3.339.750

Gambar

TABEL 4.1  DATA RATA-RATA TINGGI AIR SUNGAI 2010-2014  Bulan Jumlah Hari dalam Satu Bulan yang
TABEL 4.2  RENCANA PENGGUNAAN ALAT PT QRS TAHUN 2016
TABEL 4.3  DATA PENDUKUNG RENCANA PENJUALAN
TABEL 4.5  LOT FOR LOT (LFL)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sudah kira-kira dari lahir ia tinggal ditempat ini bersama dengan ibunya tanpa sang ayah, ia seolah mendambakkan akan seorang pria yang datang menjemputnya dan mengajak ia dan

Hasan Sadikin tahun 2020 - 2025 dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun dan rencana kerja tahunan serta indikator dan targetnya yang

Kawasan sepanjang koridor Jalan Trans Sulawesi yang ada di Kecamatan Amurang termasuk kawasan yang tingkat kepadatan bangunannya cukup tinggi sehingga menyisakan

Demikian pula return investasi yang terkait dengan suku bunga (missal deposito) juga akan naik akibatnya minat investor akan berpindah dari saham ke deposito tersebut sehingga

Secara agregat, rata-rata lama menginap tamu asing dan tamu Indonesia di hotel berbintang pada bulan Agustus tahun 2017 mencapai 2,00 hari, mengalami penurunan sebesar 0,03

Adapun proses pengolahan data dana subsidi keterampilan program peningkatan mutu pada SMP Negeri 2 STM Hilir Satu Atap yang sedang berjalan dapat digambarkan dalam

Persetujuan Pemerintah terhadap luas wilayah masing-masing pemegang KK/PKP2B seharusnya sesuai dengan usulan perusahaan pemegang KK/PKP2B dalam rencana kerja didalam wilayah

No waiver of confidentiality or privilege is intended or authorized by this transmission If you are not the intended recipient of this message you must not directly or indirectly