ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK
EKONOMI USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA
(Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi
Perumahan Wanabakti Nusantara
Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
MIRZA MAULANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kelayakan Finansial dan Dampak Ekonomi Usaha Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2013
Mirza Maulana
RINGKASAN
MIRZA MAULANA. Analisis Kelayakan Finansial dan Dampak Ekonomi Usaha Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Dibimbing oleh METI EKAYANI dan ASTI ISTIQOMAH
Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Pembangunan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari peran sektor kehutanan. Pengusahaan sektor kehutanan salah satunya dilakukan dengan pengembangan industri hasil hutan berbahan dasar kayu. Pengembangan industri penanaman kayu hutan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kayu yang relatif besar, sedangkan ketersediaan kayu khususnya kayu jati semakin langka.
Permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun sedangkan perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan kontinuitas pasokan bahan baku kayu jati rata-rata sebesar 2.5 juta m3/tahun. Namun saat sekarang baru bisa dipenuhi sebesar 700 ribu m3/tahun (Tobing, 2011). Upaya pemenuhan permintaan kayu jati salah satunya dilakukan rekayasa genetika untuk memperpendek usia tanam jati yang semula 40-50 tahun menjadi 5-15 tahun. Tanaman ini diberi nama Jati Unggul Nusantara (JUN). Salah satu pelaku usaha budidaya jati unggul yang memiliki sistem usaha yang terpadu dan ramah lingkungan dengan skema bagi hasil adalah UBH-KPWN (Usaha Bagi Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN, menganalisis dampak ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat sekitar, serta mengidentifikasi persepsi para pihak terhadap kegiatan unit usaha jati Unggul Nusantara. Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) di wilayah Kabupaten Bogor (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh berupa kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan analisis kelayakan finansial dan analisis sensitivitas. Pendapatan masyarakat khususnya petani JUN diolah dengan menggunakan analisis pendapatan. Pengolahan data yang dilakukan secara kualitatif dijelaskan secara deskriptif. Persepsi para pihak terhadap dampak ekonomi dan dampak lingkungan dari kegiatan JUN dilakukan dengan menggunakan Skala Likert.
Kegiatan JUN UBH-KPWN Bogor perlu dilakukan evaluasi program dengan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui apakah layak untuk dilanjutkan dan sebagai model untuk program sejenis bagi perusahaan lain. Berdasarkan hasil analisis finansial dengan indikator NPV, IRR, Net B/C, dan PBP usaha JUN UBH-KPWN Bogor ini layak untuk dilanjutkan. Hal ini dapat dilihat NPV sebesar Rp 4 175 535 379, IRR sebesar 57 persen, net B/C sama dengan tiga, dan Payback Period (PBP) sebesar 8 tahun 9 bulan. Berdasarkan analisis sensitivitas, dengan adanya peningkatan harga pupuk sebesar 32 persen usaha JUN UBH-KPWN Bogor masih layak dilanjutkan.
iv Manfaat ekonomi berupa peningkatan pendapatan masyarakat (petani JUN) di Desa Cogreg dengan keberadaan kegiatan usaha JUN adalah Rp 163 041 600/tahun dan di Desa Ciarteun Ilir sebesar Rp 104 764 300/tahun. Adapun manfaat ekonomi total berupa pendapatan bagi Desa Cogreg (petani JUN, pemilik lahan, dan aparat desa) adalah sebesar Rp 1 715 133 000 dan untuk Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp 5 466 171 500. Sebesar 90 persen petani JUN dan para pihak yang terkait usaha JUN UBH-KPWN Bogor menyatakan bahwa usaha JUN memberikan dampak positif baik ekonomi maupun lingkungan. Sebesar 50 persen responden petani JUN merasakan perubahan sumber air dan kualitas lingkungan sehingga masyarakat sekitar dapat memperoleh air lebih mudah dan perubahan udara yang dirasakan semakin lebih bersih dan sejuk.
Usaha JUN oleh UBH-KPWN telah dilaksanakan dengan baik, namun ada beberapa hal yang sebaiknya menjadi perhatian UBH-KPWN Bogor agar dapat lebih mengembangkan usahanya. UBH-KPWN Bogor harus dapat menjaga kepercayaan dan meyakinkan para pihak yang terlibat agar mau melanjutkan usaha JUN di periode selanjutnya karena para pihak merupakan aset perusahaan yang menyukseskan usaha JUN. Usaha kegiatan JUN UBH-KPWN Bogor harus tetap menjaga konsistensi dan keberlanjutannya karena proyek tersebut sangat menguntungkan bagi semua pihak dan dapat memperbaiki kualitas lingkungan.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN DAMPAK
EKONOMI USAHA JATI UNGGUL NUSANTARA
(Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi
Perumahan Wanabakti Nusantara
Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
MIRZA MAULANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial dan Dampak Ekonomi Usaha Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Nama : Mirza Maulana
NIM : H44080069
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Asti Istiqomah, SP, M.Si NIP. 19690917 200604 2011
Diketahui
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas atas bantuan berbagai pihak baik moril dan materil. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, bapak (Nur Muhammad Heriyanto) dan ibu (Eni Priyani)
serta kakak (Hardy Nur Hasan) atas segala dukungan, semangat dan senantiasa
memberikan doa serta kasih sayang yang tak terhingga.
2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Asti Istiqomah, SP, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan
pelajaran berharga selama penyusunan skripsi ini.
3. Novindra, SP, M.Si dan Hastuti, SP, MP, M.Si yang berkenan sebagai dosen
penguji.
4. Dosen-dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas ilmu,
kesabaran, bimbingan, dan pertolongan yang diberikan.
5. Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA sebagai dosen Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat yang telah memberikan ilmu dan arahannya dalam penyelesaian skripsi.
6. Pihak-pihak dari UBH-KPWN Bogor atas penerimaan, waktu, kesempatan,
informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses penelitian.
Bapak Edi Wahyudi, Bapak Irvan Ade Purnama, Bapak Alvin Andro Meda, dan
Bapak Yusep Saputra selaku pembimbing di lapangan.
7. Kartika, S.KPM. Terima kasih atas segala dukungan yang senantiasa selalu diberikan
kepada penulis.
8. Teman-teman “The Boentotsz” (Ai, Dewi, Nanda, dan Stevan). Terima kasih untuk
semangat, keceriaan, dan kebersamaannya.
9. Subhiaksa Lesmana dan Muchtar Latief yang telah membantu penulis dalam
viii
10. Teman-teman sebimbingan Dyah, Elok, Erwan, Evy, Nova, Nurul, dan Shinta yang
selalu memberikan dukungan.
11. Staf pelayanan akademik (Mbak Aam) yang telah membantu penulis dalam urusan
administrasi serta seluruh staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
12. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, semoga
Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan kalian.
Bogor, Januari 2013 Penulis
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial dan Dampak Ekonomi Usaha Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil - Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”.
Skripsi ini dilatarbelakangi oleh permintaan terhadap jati yang tinggi sementara penawaran kayu jati rendah. Upaya untuk mengatasi permasalahan pemenuhan permintaan kayu jati dilakukan pengembangan teknologi guna memperpendek umur tanam. Salah satu usaha yang bergerak di bidang ini adalah UBH-KPWN yang berhasil menciptakan Jati Unggul Nusantara (JUN).
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT sehingga penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengucapkan terima kasih atas kritik, saran, dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukan dan dapat memberikan kontribusi dalam kajian pengembangan masyarakat sekitar kegiatan JUN.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Tanaman Jati Unggul Nusantara ... 8
2.2 Evaluasi Proyek ... 9
2.2.1 Analisis Kelayakan Finansial ... 10
2.2.2 Analisis Sensitivitas ... 12
2.3 Sistem Bagi Hasil ... 13
2.4 Manfaat Ekonomi ... 13
2.5 Manfaat Lingkungan ... 15
2.6 Persepsi ... 16
2.7 Penelitian Terdahulu ... 17
2.7.1 Penelitian Analisis Kelayakan Finansial ... 18
2.7.2 Penelitian Manfaat Ekonomi... 19
2.7.3 Penelitian Dampak Lingkungan ... 19
2.7.4 Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat ... 20
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21
IV. METODE PENELITIAN ... 25
4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 25
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 25
4.3 Metode dan Analisis Data ... 26
4.3.1 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial ... 27
4.3.2 Analisis Pendapatan ... 30
4.3.3 Skala Likert ... 31
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 33
5.1 Profil dan Kelembagaan UBH-KPWN ... 33
5.2 Pola Bagi Hasil UBH-KPWN ... 34
5.3 Pemilihan Lokasi Tanam UBH-KPWN ... 38
5.4 Keadaan Umum Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir ... 41
5.4.1 Kependudukan Desa Cogreg dan Ciaruteun Ilir ... 42
5.5 Karakteristik Responden Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir... 43
xi
5.5.2 Jenis Kelamin ... 44
5.5.3 Tingkat Pendidikan ... 45
5.5.4 Jenis Pekerjaan ... 46
5.5.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 47
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
6.1 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN) UBH-KPWN Kabupaten Bogor ... 49
6.1.1 Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor ... 49
6.1.2 Analisis Outflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor ... 51
6.1.3 Analisis Kelayakan Finansial Usaha JUN UBH-KPWN Bogor ... 60
6.1.4 Analisis Sensitivitas Usaha JUN UBH-KPWN Bogor ... 61
6.2 Dampak Ekonomi dan Lingkungan dari Kegiatan JUN ... 62
6.2.1 Perbandingan Pendapatan Petani JUN Sebelum dan Sesudah Adanya Kegiatan JUN ... 62
6.2.2 Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir ... 67
6.2.3 Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan JUN terhadap Pendapatan Rumah Tangga ... 68
6.2.4 Manfaat Ekologis Keberadaan JUN Bagi Masyarakat Sekitar 70 6.3 Dampak Ekonomi dan Lingkungan Menurut Para Pihak terhadap Kegiatan JUN ... 74
6.3.1 Dampak Ekonomi ... 74
6.3.2 Dampak Lingkungan ... 77
VII. SIMPULAN DAN SARAN... 81
7.1 Simpulan ... 81
7.2 Saran ... 82
VIII. DAFTAR PUSTAKA ... 83
LAMPIRAN ... 86
xii DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto Indonesia untuk Sektor Kehutanan atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2010 ... 2
2. Volume Ekspor Produk Hasil Kayu Olahan Indonesia Tahun 2010 ... 3
3. Penelitian Analisis Kelayakan Finansial ... 18
4. Penelitian Manfaat Ekonomi ... 19
5. Penelitian Dampak Lingkungan ... 20
6. Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat ... 20
7. Matriks Metode Analisis Data ... 26
8. Tingkat Persepsi ... 32
9. Hak dan Kewajiban Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN UBH-KPWN ... 35
10. Bagian Hasil dan Beban Resiko Para Pihak yang Terlibat dalam Usaha JUN UBH-KPWN ... 38
11. Penyebaran Perkembangan Tanaman JUN UBH-KPWN Bogor .... 40
12. Mata Pencaharian Penduduk Desa Cogreg Tahun 2010 ... 42
13. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2010 ... 43
14. Usia Responden Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir ... 44
15. Pendidikan Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir ... 45
16. Jenis Pekerjaan Petani JUN di Luar JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir ... 46
17. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani JUN Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir ... 48
18. Penerimaan Penjualan Jasa Investasi ... 50
19. Estimasi Penerimaan Penjualan Tanaman JUN ... 51
20. Biaya Investasi Perlengkapan Kantor ... 52
21. Biaya Investasi Peralatan Mesin ... 53
22. Biaya Manajemen Kantor ... 54
23. Biaya Pembuatan Tanaman ... 56
24. Biaya Pemeliharaan Tanaman Selama Satu Siklus (5 Tahun) ... 57
xiii 26. Bagi Hasil kepada Petani Penggarap, Pemilik Lahan, Investor,
Perangkat Desa, dan UBH-KPWN Bogor ... 58
27. Hasil Analisis Kelayakan Finansial ... 60
28. Hasil Analisis Sensitivitas ... 62
29. Perbandingan Pendapatan Petani JUN Tanpa dan dengan Adanya Kegiatan JUN Tahun 2012 ... 63
30. Klasifikasi Tanaman JUN ... 64
31. Klasifikasi Bonus Petani JUN ... 65
32. Bagi Hasil Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir... 67
33. Sumber-Sumber Pendapatan dan Kontribusi Pendapatan JUN terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir Tahun 2012 ... 69
34. Pengaruh Keberadaan JUN terhadap Sumber Air di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir ... 71
35. Pengaruh Keberadaan JUN terhadap Kualitas Udara di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir... 72
36. Pengklasifikasian Kandungan Karbondioksida Berdasarkan Diameter Pohon Jati (cm)... 73
37. Penyerapan Karbondioksida pada Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir ... 74
38. Dampak Ekonomi Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN... 75
39. Dampak Positif Ekonomi Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN dalam Skala Likert ... 76
40. Dampak Lingkungan Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN... 78
41. Dampak Positif Lingkungan Menurut Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir terhadap Kegiatan JUN dalam Skala Likert ... 79
xiv DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 24 2. Bagan Struktur Kelembagaan UBH-KPWN ... 34 3. Bagan Kontribusi dan Bagian Hasil Pihak-Pihak yang Terlibat
xv DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Biaya Reinvestasi Tahun 2009-2017 ... 87 2. Perhitungan Bagi Hasil JUN UBH-KPWN Bogor... 88
3. Cashflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor ... 89
4. Cashflow Usaha JUN UBH-KPWN Bogor dengan Peningkatan
Harga Pupuk sebesar 32% ... 92 5. Rincian Perhitungan Upah Petani JUN di Desa Cogreg dan Desa
Ciaruteun Ilir Selama 5 Tahun ... 95 6. Tumpang Sari Desa Cogreg ... 97 7. Tumpang Sari Desa Ciaruteun Ilir ... 98
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan data statistik Kementerian Kehutanan tahun 2011 luas kawasan hutan mencapai 130 609 014.98 ha. Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan, yaitu berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut dapat dirasakan apabila hutan terjamin eksistensinya, sehingga dapat berfungsi secara optimal. Manfaat yang diperoleh masyarakat dengan adanya hutan yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Manfaat tidak langsung dari hutan yaitu sebagai pengatur tata air, menciptakan kualitas udara yang bersih, dan sebagai penyerap emisi karbondioksida (CO2) sehingga dapat meredam pemanasan global
(Asdak, 1995).
Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan jika ditinjau dari sisi ekonomi, hutan dapat berpengaruh dalam penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Selain itu hutan berfungsi sebagai penggerak sektor ekonomi lainnya dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian (Awang, 2002). Peran hutan dalam perekonomian dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor kehutanan. Produk Domestik Bruto (PDB) sektor kehutanan pada tahun 2001-2010 mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan perubahan sebesar Rp 7 503.9 milyar atau 33.26 persen dari PDB tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
2 Tabel 1. Produk Domestik Bruto Indonesia untuk Sektor Kehutanan atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2001-2010
No Tahun PDB Sektor Kehutanan (Milyar Rupiah)
1 2001 16 962.1 2 2002 17 602.4 3 2003 18 414.6 4 2004 20 290.0 5 2005 22 561.8 6 2006 30 065.7 7 2007 35 734.1 8 2008 40 668.4 9 2009 44 952.1 10 2010 48 085.5
Sumber: Kementerian Kehutanan (2011)
Kontribusi sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Bruto berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Adapun hasil hutan kayu meliputi kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, dan kayu olahan. Hasil hutan non kayu meliputi rotan, getah, sirlak, terpentin, minyak kayu putih, damar, sagu, dan kopal.
Pembangunan ekonomi Indonesia tidak terlepas pula dari peran sektor kehutanan dalam menghasilkan devisa. Pengusahaan sektor kehutanan salah satunya dilakukan dengan pengembangan industri hasil hutan berbahan dasar kayu. Pengembangan industri hasil hutan berupa kayu ini didorong oleh upaya pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, diantaranya adalah penciptaan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah serta peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor. Ekspor produksi hasil hutan berupa kayu olahan mencakup kayu gergajian, kayu lapis, wood charcoal, pulp, veneer sheets, particle board, dan
fibreboard. Volume ekspor dan pemasukan devisa dari ekspor produk hasil kayu
3 Tabel 2. Volume Ekspor Produk Hasil Kayu Olahan Indonesia Tahun 2010
No Produk Kayu yang Diekspor Volume (Kg) Nilai US ($) 1 Kayu gergajian 32 201 599 30 893 501 2 Kayu lapis 1 839 689 959 1 638 695 231 3 Bubur kertas/Pulp 2 572 338 903 1 465 940 915 4 Lembaran finir 9 833 994 26 285 962 5 Papan partikel 9 349 469 2 842 147 6 Papan serat 151 593 453 43 719 087
Sumber: Kementerian Kehutanan (2011)
Pengembangan industri kayu olahan terus dilakukan mengingat kontribusinya yang cukup besar dalam perekonomian negara, namun perkembangannya mengalami hambatan karena ketersediaan kayu yang semakin langka khususnya kayu jati. Menurut Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), permintaan kayu jati di pasar global mencapai 230 juta m3/tahun, sementara perusahaaan mebel dan kerajinan Indonesia membutuhkan kontinuitas pasokan bahan baku kayu jati rata-rata sebesar 2.5 juta m3/tahun. Namun saat ini baru bisa dipenuhi sebesar 700 ribu m3/tahun (Tobing, 2011). Kendala lain yang dihadapi dalam pemenuhan bahan baku kayu jati adalah umur tanam yang relatif lama karena semakin lama tanaman jati ditanam, maka kualitasnya semakin baik.
Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan pemenuhan permintaan kayu jati, dilakukan pengembangan teknologi berupa rekayasa genetika untuk memperpendek usia tanam jati yang semula 40-50 tahun menjadi 5-15 tahun. Masa panen yang lebih cepat ini diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan kayu jati saja, tetapi juga dapat menarik pemilik modal untuk berinvestasi pada sektor kehutanan. Tanaman ini diberi nama Jati Unggul Nusantara (JUN).
4 Jati Unggul Nusantara adalah hasil kloning dari Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah diseleksi selama 70 tahun oleh Perum Perhutani dan dilaksanakan dengan pola penanaman secara intensif. Jati Unggul Nusantara dibiakkan secara vegetatif dengan stek pucuk dari pohon/klon unggul Perum Perhutani yang bersertifikat. JUN menggunakan metode bioteknologi mutakhir dengan pola usahatani yang ramah lingkungan dalam memanfaatkan pupuk organik.
1.2 Perumusan Masalah
Kegiatan penanaman Jati Unggul Nusantara dalam rangka menunjang pengembangan budidaya jati unggul, maka diperlukan sistem usaha yang dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan. Sistem usaha ini diharapkan dapat memenuhi permintaan jati yang berkesinambungan sehingga memberikan dampak ekonomi dan dampak lingkungan bagi masyarakat sekitar. Salah satu pelaku usaha budidaya jati unggul yang memiliki sistem usaha yang terpadu dan ramah lingkungan adalah UBH-KPWN (Unit Usaha Bagi Hasil Jati Unggul Nusantara). UBH-KPWN merupakan salah satu unit usaha yang dimiliki oleh Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN). Unit Usaha Bagi Hasil ini dibentuk oleh dan berada di bawah KPWN untuk melaksanakan usaha yang bergerak di bidang budidaya jati unggul dengan pola bagi hasil. UBH-KPWN dalam melakukan usaha kegiatan penanaman JUN tersebar di Pulau Jawa salah satunya di daerah Kabupaten Bogor.
UBH-KPWN Bogor mengelola Jati Unggul Nusantara menggunakan tanah milik negara yang bekerja sama dengan masyarakat sekitar khususnya para petani. Masyarakat ikut berperan serta dalam membangun hutan rakyat, seperti penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Hal ini berpengaruh terhadap
5 masyarakat sekitar karena akan menciptakan lapangan pekerjaan dan menambah penghasilan masyarakat. Pembangunan kegiatan usaha JUN merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berada di sekitar hutan tersebut. Keberadaan kegiatan JUN diharapkan dapat meningkatkan pendapatan tambahan kepada petani JUN karena kebutuhan hidup yang terjadi secara terus-menerus. Oleh karena itu, masyarakat mengikuti kegiatan JUN untuk mendapatkan upah.
Kegiatan penanaman JUN di Kabupaten Bogor secara umum menggunakan lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Lahan tersebut dioptimalkan oleh UBH-KPWN Bogor dengan cara menanam kayu jati. Tanaman jati dapat berfungsi sebagai pengatur tata air dan menjaga kualitas udara bersih. Kegiatan penanaman JUN diharapkan dalam jangka panjang mampu menjaga kondisi iklim mikro yaitu penyerapan emisi karbondioksida (CO2) yang
menyebabkan pemanasan global. Hutan (jati) mampu menyerap karbondioksida di udara dalam jumlah besar dan waktu yang relatif pendek dan meningkatkan kondisi lahan ke arah yang lebih produktif (Anwar, 2011). Kegiatan usaha JUN diharapkan berdampak langsung dan positif terhadap masyarakat sekitar khususnya dalam perlindungan ketersediaan air dan kualitas udara.
Para pihak mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai dampak yang dirasakan dengan adanya kegiatan JUN. Kartono (1987) menyebutkan bahwa persepsi seseorang terhadap hutan mempengaruhi hubungan manusia dengan lingkungan hutan. Seseorang yang menolak lingkungan hutan karena mempunyai pandangan yang tidak sesuai dengan keadaan yang dia inginkan, sehingga dapat memberikan tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa yang
6 dikehendaki. Sebaliknya bagi seseorang yang mempunyai sikap menerima lingkungan hutan maka mereka dapat memanfaatkan hutan sekaligus menjaga dan menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan memberikan manfaat yang terus-menerus.
Usaha UBH-KPWN Bogor diharapkan dapat direplikasi di daerah lain untuk memenuhi pasokan kayu jati domestik bahkan untuk kebutuhan eksport yang masih tinggi. Oleh karena itu, perlu diketahui analisis kelayakan finansial dari usaha JUN UBH-KPWN Bogor layak tidaknya usaha tersebut untuk dilanjutkan. Selain itu, guna memberikan gambaran/contoh kepada proyek lain yang ingin mendirikan suatu usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana dampak ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat sekitar? 3. Bagaimana persepsi para pihak terhadap kegiatan unit usaha Jati Unggul
Nusantara?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Menganalisis kelayakan finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis dampak ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat sekitar. 3. Mengidentifikasi persepsi para pihak terhadap kegiatan unit usaha Jati Unggul
7 1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pihak pengusaha atau pemilik modal (investor) sebagai masukan pengambilan keputusan dalam memilih investasi usaha. Penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak ekonomi dan lingkungan keberadaan Jati Unggul Nusantara (JUN) terhadap masyarakat sekitar. Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai persepsi para pihak terhadap kegiatan JUN. Bagi civitas akademik, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam pelaksanaan penelitian-penelitian selanjutnya serta menjadi bahan rujukan. Bagi penulis diharapkan penelitian ini dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dipelajari selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan suatu bentuk evaluasi kelayakan finansial terhadap kegiatan penanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Cogreg, Kecamatan Parung dan Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang dalam satu siklus yaitu jangka waktu lima tahun. Kajian aspek finansial dilakukan berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Dampak ekonomi ditekankan kepada manfaat ekonomi yang diperoleh Desa Cogreg & Desa Ciaruteun Ilir dan petani JUN yang mengikuti pengelolaan JUN pada tanaman umur empat dan lima tahun. Dampak lingkungan pada penelitian ini menghitung nilai potensi karbondioksida (CO2), sedangkan untuk ketersediaan sumber air dan
kualitas udara bersih dilihat menurut persepsi petani JUN karena adanya keterbatasan waktu, alat, dan dana. Persepsi ditekankan kepada petani JUN, pemilik lahan, dan perangkat desadengan adanya JUN.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jati Unggul Nusantara
Kayu jati sangat terkenal untuk berbagai penggunaan karena kekuatan dan keawetannya, namun karena pertumbuhannya sangat lambat menyebabkan keseimbangan antara penyediaan kayu jati dengan kebutuhan industri tidak seimbang. Upaya pemenuhan kebutuhan kayu jati yang telah dilakukan untuk mengatasi kontinuitas pasokan kayu jati, yaitu:
1. Melakukan penelitian untuk menghasilkan klon unggul tanaman pohon jati yang lebih cepat.
2. Membudidayakan klon unggulan tersebut untuk dapat dipanen dalam masa daur pendek.
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perum Perhutani sejak tahun 1990 telah melakukan penelitian untuk menghasilkan benih jati unggul asli Indonesia. Pengembangan benih unggul berasal dari pohon plus tanaman jati Perum Perhutani di Pulau Jawa. Hasil pengembangan ini disebut klon Jati Plus Perhutani (JPP). Benih pohon Jati Plus Perhutani (JPP) yang dikembangkan Perum Perhutani, kemudian dilanjutkan pengembangannya oleh pihak PT Setyamitra Bhakti Persada bekerjasama dengan Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara di bawah pengawasan Kementerian Kehutanan.
Bibit JUN dihasilkan dari proses pengembangan genetik dari bibit-bibit jati terbaik seluruh Indonesia (PT. Setyamitra Bhaktipersada, 2008). Pengembangan dilakukan dengan melakukan penelitian kualitas bibit jati yang berasal dari stek pucuk. Penelitian dilakukan dengan menginduksi (menstimulasi dengan hormon tumbuh) sistem perakaran calon tanaman. Penelitian tersebut
9 menghasilkan bibit tanaman jati dengan akar tunggang majemuk pada usia dini. Sesuai hasil penelitian tersebut menunjukkan sifat klon jati baru, yang kemudian disebut klon Jati Unggul Nusantara (JUN).
Tanaman JUN diperhitungkan dapat dipanen pada umur antara 5-15 tahun. Sesuai sifatnya, tanaman JUN memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dan kondisi pertumbuhan relatif seragam pada saat usia tahun kedua. Pada umur tanaman antara 3-5 tahun, diameter tanaman dapat mencapai rata-rata 23 cm dan tinggi pohon 10 m. JUN memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah memiliki perakaran tunjang majemuk, cepat besar, kokoh, sehingga tidak mudah roboh, dan memiliki daya serap yang tinggi terhadap nutrisi. Keunggulan lainnya adalah JUN dapat di panen pada tahun ke lima dengan memiliki kualitas kelas awet III-V, kelas kuat III, dan persentase teras 26-27 persen (UBH-KPWN, 2012). Pola pengelolaan intensif tanaman JUN lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Produktivitas potensi rata-rata JUN pada tahun kelima diperhitungkan dapat mencapai 0,235 m3/pohon. Penanaman JUN akan lebih baik ditanam pada daerah ketinggian antara 50-600 m dpl. Iklim yang baik bagi pertumbuhan tanaman JUN pada kisaran curah hujan antara 1500-2000 mm/tahun, dan sebaiknya ditanam pada area yang memiliki sistem drainase yang baik (UBH-KPWN, 2012).
2.2 Evaluasi Proyek
Evaluasi proyek merupakan pengkajian suatu proyek yang sudah berjalan , apakah proyek dapat dilanjutkan (go project) atau dihentikan (no go project), dengan berdasarkan berbagai aspek kajian (Husnan dan Suwarsono, 1994). Dalam mengevaluasi suatu proyek yang efektif harus mempertimbangkan aspek yang
10 saling berkaitan dan secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut (Gittinger, 1986).
Dilihat dari kapan evaluasi dilakukan pada proyek, dapat dibedakan 4 jenis evaluasi proyek:
1. Evaluasi terhadap usulan proyek yang akan didirikan (pre project evaluation). 2. Evaluasi terhadap proyek yang sedang dibangun (on construction project
evaluation).
3. Evaluasi terhadap proyek yang telah dioperasionalisasikan (on going project evaluation).
4. Evaluasi terhadap proyek yang telah berakhir (post project evalution study). 2.2.1 Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial merupakan analisis yang melihat suatu proyek dari sudut pandang lembaga/badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek dengan menggunakan metode cash flow analysis. Metode tersebut untuk menganalisis komponen penerimaan atau benefit (inflow) dan menganalisis komponen biaya atau pengeluaran (outflow). Selisih keduanya disebut manfaat bersih yang seharusnya dapat diterima para pihak. Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk mengevaluasi pendanaan dan aliran kas usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana usaha yang dimaksud untuk dilanjutkan. Sesuai metode tersebut, analisis kelayakan finansial pada kegiatan pengelolaan JUN UBH-KPWN menggunakan instrumen analisis, yaitu:
11 a. Perhitungan Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima selama
umur proyek pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk menghasilkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana usaha ini memberikan NPV biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Jika NPV menghasilkan nilai positif maka investasi tersebut dapat dilanjutkan, sedangkan jika NPV tersebut bernilai negatif maka sebaiknya investasi tersebut dihentikan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
b. Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah besarnya manfaat tambahan pada
setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net
benefit yang negatif. Proyek layak dilanjutkan bila Net B/C lebih besar dari satu
(Gray et al.,1986).
c. Perhitungan Internal Rate of Return (IRR)
Investasi dikatakan layak dilanjutkan jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilanjutkan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku (Ibrahim, 2003).
d. Payback Period (PBP)
Payback Period adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah
12 arus nilai netto produksi tambahan mencapai jumlah keseluruhan investasi yang ditanamkan (Gittinger, 1986).
Husnan dan Suwarsono (1994), mengungkapkan bahwa analisis payback
period mengukur seberapa cepat investasi kembali, sehingga satuan hasilnya
bukan persentase, tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Jika
payback period ini lebih pendek dari umur proyek, maka proyek dikatakan layak
dan baik untuk dilanjutkan, sedangkan jika umur proyek lebih lama maka proyek tidak layak dilanjutkan.
Dasar perhitungan yang digunakan adalah aliran kas bukan laba. Perhitungan tingkat pengembalian dilakukan dengan metode payback period, dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow didiskontokan dan diakumulatifkan dari tahun ke tahun (Gittinger, 1986).
2.2.2 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) dilakukan untuk melihat kepekaan /pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah atau ada suatu kesalahan dalam dasar perhitungan biaya manfaat (Kadariah, 2001). Analisis sensitivitas adalah suatu analisis yang menguji secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Menurut Gittinger (1986), proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama, yaitu: 1. Perubahan harga jual produk.
2. Keterlambatan pelaksanaan proyek. 3. Kenaikan biaya.
13 2.3 Sistem Bagi Hasil
Pola bagi hasil antara pemilik modal (investor) dan pengusaha
(entrepreneur) dalam kegiatan ekonomi banyak diterapkan untuk mengatasi
keterbatasan modal individu dalam memenuhi pembiayaan usaha. Sebagian besar masyarakat meyakini pola bagi hasil merupakan merupakan model kerjasama usaha yang dianggap lebih memenuhi nilai agama dengan model pembagian resiko kegagalan usaha atau pembagian keuntungan yang lebih adil dan terbuka (Jusmaliani, 2006). Terdapat dua jenis perhitungan bagi hasil, yaitu: profit/loss
sharing dan revenue sharing. Pada profit/loss sharing jumlah pendapatan bagi
hasil yang diterima tergantung keuntungan usaha, sedangkan pada revenue
sharing penentuan bagi hasil tergantung pendapatan kotor usaha (harga jual
dikalikan dengan jumlah barang yang dijual). Pada umumnya di Indonesia menerapkan sistem revenue sharing (Jusmaliani, 2006).
Pengelolaan usaha pola bagi hasil yang dilaksanakan UBH-KPWN, mencakup pengelolaan dana investor yang digunakan untuk biaya operasional kegiatan penyediaan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman dan biaya pemanenan tegakan pohon jati. Saat pemanenan pada tahun kelima yang telah disepakati, manajemen UBH-KPWN akan membayarkan kembali dana hasil penjualan pohon jati kepada para pihak sesuai proporsi bagi hasil yang telah disepakati.
2.4 Manfaat Ekonomi
Gittinger (1986) mendefinisikan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Untuk menilai manfaat yang tidak berwujud, metode yang digunakan adalah menentukan atas harga dasar yang paling murah dari
14 kombinasi biaya berwujud yang akan timbul dimana keduanya sama penting dengan manfaat yang tidak berwujud. Mengukur manfaat suatu proyek lebih sulit daripada mengukur biayanya. Menurut Gray et al (1986), masalah-masalah yang dihadapi dalam pengukuran manfaat ini dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Mengukur jumlah manfaat
Hasil produksi dari sebuah proyek adalah adanya penambahan jumlah barang dalam masyarakat setelah adanya proyek tersebut. Dengan kata lain, hasil produksi suatu proyek adalah perbedaan jumlah persediaan barang yang terdapat dalam masyarakat dengan adanya proyek dan seandainya tidak ada proyek.
2. Penentuan harga hasil produksi
Hasil suatu proyek terdiri dari berbagai barang yang berbeda. Berbagai jenis produk suatu proyek dapat berbeda dengan barang yang berada dalam masyarakat baik dari segi mutu dan kualitasnya yang menyebabkan harganya menjadi berbeda. Suatu harga barang yang sama dapat berbeda pada tempat dan waktu yang berbeda. Suatu proyek yang menciptakan produk dalam jumlah yang besar dapat mempengaruhi tingkat harga. Oleh karena itu, kesalahan dalam perhitungan manfaat suatu proyek dapat terjadi karena terjadinya kesalahan dalam memberikan nilai kepada harga dari produk proyek tersebut.
3. Adanya eksternalitas
Eksternalitas adalah hasil-hasil tidak langsung dan akibat-akibat sampingan dari suatu proyek. Eksternalitas dapat bersifat positif maupun negatif. Keduanya sukar dihitung dan dimasukkan ke dalam biaya dan manfaat proyek,
15 tetapi perlu dipertimbangkan dalam penentuan pilihan proyek tersebut. Kesulitan dalam mengukur hasil proyek terjadi, antara lain:
1. Hasil tidak langsung atau akibat sampingan proyek itu justru berada di luar proyek itu sendiri, seperti hasil tidak langsung dari peningkatan pangan dapat terjadi kepada peningkatan perbaikan pendidikan.
2. Akibat sampingan dari suatu proyek dapat merupakan biaya masyarakat secara keseluruhan, seperti intensifikasi pertanian dalam suatu wilayah yang menggunakan pestisida dapat menambah produksi padi, tetapi hal tersebut turut berpengaruh kepada terjadinya penuruan produksi ikan pada wilayah tersebut. 3. Hasil yang tidak langsung menyebabkan sukar diukur dan dinilai dengan uang
(intangible), seperti terjadi penurunan keamanan setelah pelaksanaan proyek.
2.5 Manfaat Lingkungan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan, jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. Jasa lingkungan dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung, seperti rekreasi, sedangkan secara tidak langsung, seperti perlindungan tata air, kualitas udara bersih, dan penyerapan karbondioksida (CO2).
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam, seperti tanah, air, energi, surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia, sepeti keputusan bagaimana
16 menggunakan lingkungan tersebut. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa, seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, dan bunyi. Komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa, seperti tumbuhan, hewan, manusia, dan mikroorganisme (Lingkungan, 2012)1.
Aspek lingkungan dalam kegiatan usaha penanaman JUN adalah eksternalitas positif terhadap kualitas lingkungan. Kegiatan JUN bermanfaat bagi kelestarian lingkungan dengan cara pengelolaan yang ramah lingkungan dan mempertahankan eksistensinya sehingga fungsi hidrogis dan penyerapan karbon akan berfungsi secara optimal.
2.6 Persepsi
Kartono (1987) mengatakan persepsi sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki, pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui intersepsi data indera. Persepsi tentang kesejahteraan hidup manusia terbangun melalui pengalaman dan berbagai macam proses dalam usaha manusia menjalin hubungan dengan lingkungan mereka. Terbangunnya persepsi tersebut mendorong manusia dalam usaha mendekati atau mencapai suatu kondisi kehidupan sesuai dengan gambaran hidup sejahtera yang ada dalam konsep manusia.
Persepsi sebagai proses kognitif yang bisa terjadi pada setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan yang diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, maupun penciuman. Persepsi merupakan penafsiran unik terhadap suatu situasi, bukan merupakan suatu pencaharian yang
1 Dikutip dari http://id.Wikipedia.org/wiki/lingkungan yang diakses pada tanggal 22 Februari 2012.
17 sebenarnya dari situasi tersebut. Definisi ini secara implisit menyebutkan bahwa informasi dan situasi dapat berfungsi sebagai stimulus bagi terbentuknya suatu persepsi, walaupun informasi tentang lingkungan itu juga bisa berupa situasi tertentu (tidak harus berupa rangkaian kalimat atau isyarat lain) (Sutisna, 2001). Persepsi sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap lingkungan. Seseorang yang mempunyai persepsi yang benar terhadap lingkungannya, kemungkinan orang tersebut akan berperilaku positif terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan dan sebaliknya (Harihanto, 2001).
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian dan membandingkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan hasil-hasil yang telah dilakukan oleh orang lain yang menunjang atau memperkuat. Banyak penelitian yang menggunakan metode analisis kelayakan finansial terhadap suatu proyek, akan tetapi proyek kegiatan JUN UBH-KPWN Kabupaten Bogor memiliki perbedaan dari segi lokasi penelitian.
Penelitian ini tidak hanya menganalisis dari segi finansial saja, akan tetapi mengidentifikasi dampak ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat sekitar. Hal ini menjadi perbedaan dengan penelitian lain karena penelitian yang lain hanya melihat proyek tersebut memberikan keuntungan yang besar tanpa memperhatikan keadaan masyarakat dan lingkungan sekitar. Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang analisis kelayakan finansial, penelitian manfaat ekonomi, penelitian terhadap dampak lingkungan, dan penelitian persepsi masyarakat terhadap hutan rakyat.
18 2.7.1 Penelitian Analisis Kelayakan Finansial
Beberapa penelitian yang dilakukan untuk analisis kelayakan finansial dilakukan oleh Abdurrohman (2005) dan Puspitasari (2009). Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penelitian Analisis Kelayakan Finansial
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Abdurrohman
(2005)
Analisis Kelayakan
Finansial Produksi Bibit Jati dengan Metode Kultur Jaringan pada PT. Dafa
Teknoagro Mandiri,
Bogor.
Berdasarkan kriteria kelayakan finansial yang diamati, usaha ini dapat dikatakan layak, NPV = Rp 301 751 403 IRR = 23.8967 persen, Net B/C = 1,695 dan waktu pengembalian pada periode
lima tahun empat bulan.
Switching value dikatakan layak ketika biaya produksi variabel naik sebesar 59.80293 persen dan
harga output turun sebesar
20.1824 persen.
2 Ratna
Puspitasari (2009)
Analisis Kelayakan Usaha
Jati Unggul Nusantara
dengan Pola Bagi Hasil (Studi Kasus pada Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi
Perumahan Wanabakti
Nusantara).
JUN ini layak untuk
dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari NPV = Rp 42 714 598 081, IRR sebesar 48 persen dimana lebih besar dari discount rate
sebesar sembilan persen. Nilai
Net B/C lebih besar dari satu,
yaitu enam. Payback Period
(PBP) yang diperoleh adalah sebesar 5.555 tahun atau sama dengan lima tahun enam bulan 20 hari dimana masih lebih kecil dari umur proyek, serta nilai break even point (BEP) usaha JUN ini adalah sebanyak 30 510 pohon. Berdasarkan analisis switching value, Batas penurunan jumlah
produksi tanaman sebesar
12.739980852730 persen,
sedangkan batas peningkatan
biaya operasional adalah sebesar 65.5400500494 persen.
19 2.7.2 Penelitian Manfaat Ekonomi
Penelitian yang melihat manfaat ekonomi dilakukan oleh Dewi (2011) dan Putro (2011). Hasil penelitian tersebut dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penelitian Manfaat Ekonomi
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Devita Ayu Dewi
(2011)
Persepsi Petani Terhadap Pola Pengelolaan Hutan
Rakyat dan Kontribusi
Hutan Rakyat terhadap
Pendapatan Rumah Tangga
(Kasus di Kecamatan
Cimalaka dan Conggeang
Kabupaten Sumedang,
Provinsi Jawa Barat).
Manfaat ekonomi saat ini
hutan rakyat masih
memberikan manfaat yang kecil tiga persen (Rp 893
333/tahun) untuk hutan
rakyat monokultur dan satu persen (Rp 187 200/tahun)
untuk hutan rakyat
campuran karena belum ada pemanenan dari hasil kayu.
2 Imam Dwi Putro
(2011)
Analisis Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat
(PHBM) (Studi Kasus
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Puncak Lestari, Desa Tugu Utara,
Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor).
Kegiatan PHBM yang
berjalan di Desa Tugu
Utara memberikan
kontribusi rata-rata
pendapatan sebesar 39
persen terhadap pendapatan rumah tangga petani, Nilai
dari penyerapan tenaga
kerja pada kegiatan PHBM di Desa Tugu Utara adalah Rp 173 360 000/tahun dan
nilai kontribusi LMDH
dalam meningkatkan
keamanan kawasan hutan adalah Rp 60 708 700 setiap tahunnya. Net benefit
yang muncul dari kegiatan PHBM di Desa Tugu Utara berjumlah Rp 404 547 825 per tahunnya.
2.7.3 Penelitian Dampak Lingkungan
Penelitian yang melihat dampak lingkungan pada hutan rakyat telah dilakukan oleh Supangat (2005) dan Ghofir (2012). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
20 Tabel 5. Penelitian Dampak Lingkungan
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Agung B. Supangat (2005) Peran Hutan Tanaman Jati sebagai Pengatur Tata Air: Studi Kasus di SubDAS
Kawasan Hutan
Jati di KPH Cepu.
Berdasarkan hasil penelitian tata air
(hidrologi) selama tujuh tahun, dapat disimpulkan secara umum sub DAS kawasan hutan jati lebih baik dibandingkan sub DAS non kawasan hutan dalam mengendalikan hujan untuk aliran permukaan maupun aliran dasar seperti ditunjukkan oleh nilai rata-rata koefisien limpasan yang lebih kecil dengan fluktuasi yang stabil. Cadangan air tanah yang dikeluarkan pada musim kering sebagai aliran dasar lebih stabil pada sub DAS kawasan hutan. 2 Abdul Ghofir (2012) Penduga Stok Karbon (Paraserianthes falcataria) Di Desa Bandarjo, Kabupaten Semarang.
Stok karbon yang dihasilkan tegakan saat ini sebesar 16.207 tonC atau 7.704 tonC/ha yang
diduga dengan persamaan terbaik
berdasarkan analisis, yakni C = 1445.4 D2,82. Potensi karbon hutan rakyat berdasarkan perhitungan riap diameter tahunan jika umur daur sepuluh tahun sebesar 214.732 ton.
2.7.4 Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat
Penelitian persepsi masyarakat terhadap hutan rakyat telah dilakukan oleh Sultika (2010) dan Dewi (2011). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penelitian Persepsi Masyarakat terhadap Hutan Rakyat
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Lalis
Yuliana Sultika (2010)
Analisis Pendapatan dan
Persepsi Masyarakat
terhadap Hutan Rakyat di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong
Kecamatan Langkaplancar,
Kabupaten Ciamis, Jawa
Barat.
Persepsi petani terhadap hutan rakyat berdasarkan Skala Likert
adalah tinggi dengan nilai sebesar 2,72. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi persepsi adalah kerjaan pokok. Sedangkan faktor
eksternal adalah lingkungan,
sosial budaya.
2 Devita Ayu
Dewi (2011)
Persepsi Petani terhadap Pola Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Kasus di Kecamatan Cimalaka dan Conggeang
Kabupaten Sumedang,
Provinsi Jawa Barat).
Pada hutan rakyat monokultur persepsi petani hutan rakyat dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu: tingkat pendidikan dan pekerjaan sampingan, sedangkan pada hutan rakyat campuran persepsi petani hutan rakyat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu luas kepemilikan lahan dan frekuensi bertemu petani.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Tanaman jati pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuh liar di dalam hutan bersama jenis tanaman lain. Tanaman jati tumbuh sebagai tanaman campuran, serta tumbuh di daerah yang mempunyai perbedaan musim basah dan kering yang jelas. Menurut Sumarna (2008) tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn. f. Nama tectona berasal dari bahasa Portugis
(tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Tanaman jati
merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke sembilan dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi.
Kayu jati merupakan jenis kayu mewah yang memiliki profil garis lingkar tumbuh yang indah, bernilai artistik tinggi, awet, tahan terhadap hama dan penyakit, serta mudah pengerjaannya (Pratiwi, 2010). Oleh karena itu, permintaan terhadap jati tetap tinggi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk sehingga memberi tekanan pada hutan. Di sisi lain, jati memiliki kelemahan yaitu umur tanam yang relatif lama, sehingga laju permintaan jati tidak sama dengan laju penawarannya.
Beberapa upaya yang dilakukan agar dapat memenuhi kekurangan pasokan tersebut salah satunya melalui pengembangan penggunaan teknik budidaya bibit unggul hasil rekayasa genetika tanaman jati. Salah satu bibit unggul yang sudah mulai dipasarkan adalah Jati Unggul Nusantara (JUN). Salah satu lembaga yang melakukan usaha budidaya jati unggul secara terpadu adalah Unit Usaha Bagi Hasil Jati Unggul Nusantara KPWN (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor.
22 Usaha ini telah berdiri selama lima tahun, namun rencana usaha jangka menengah telah dipersiapkan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan usaha adalah kontinuitas. Usaha ini memerlukan evaluasi proyek yang sedang berjalan terhadap kelayakan finansial. Kelayakan finansial UBH-KPWN Kabupaten Bogor dianalisis dengan indikator NPV, Net B/C, IRR, dan
Payback Period. Apabila usaha tersebut layak, maka usaha tersebut dapat terus
dilanjutkan dan dikembangkan, namun apabila tidak layak usaha tersebut membutuhkan pengefisienan biaya. Setelah itu, analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kepekaan apakah UBH-KPWN Kabupaten Bogor masih layak dilanjutkan jika terjadi perubahan-perubahan.
Jati dengan daur lebih singkat tersebut diharapkan mampu mencukupi permintaan kayu di pasaran dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. JUN merupakan salah satu sarana dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, memberikan peluang kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar JUN. Besar kecilnya pengaruh kegiatan usaha JUN terhadap pendapatan masyarakat sekitar dianalisis menggunakan analisis pendapatan.
Kegiatan usaha JUN juga memberikan manfaat ekonomi (pengelolaan JUN, pengelolaan tumpang sari, dan bagi hasil atas penjualan kayu setelah lima tahun) bagi desa yang bersangkutan. Selain itu, pendapatan dari kegiatan JUN memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga. Besar kecilnya manfaat ekonomi dan kontribusi pendapatan terhadap rumah tangga dari kegiatan JUN dipaparkan secara deskriptif.
23 Keberadaan JUN berpengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan karena sesuai dengan fungsi hutan sebagai perlindungan ketersediaan air, menyediakan kualitas udara bersih, dan dapat menyerap (rosot) karbondioksida (CO2) dari udara. Dampak lingkungan dari kegiatan JUN kepada masyarakat
sekitar dipaparkan secara deskriptif.
Keberadaan kegiatan JUN menimbulkan dampak ekonomi dan lingkungan di Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir. Dampak ekonomi dan lingkungan yang dirasakan para pihak (petani JUN, pemilik lahan, dan aparat desa) memiliki persepsi yang berbeda-beda. Persepsi sangat mempengaruhi perilaku para pihak terhadap sesuatu hal yang mereka pikirkan dan rasakan manfaatnya. Para pihak yang menyetujui adanya kegiatan JUN, memungkinan berperilaku positif serta mendukung kegiatan JUN. Para pihak yang tidak menyetujui adanya kegiatan JUN, kemungkinan berperilaku negatif terhadap kegiatan JUN. Tingkat persepsi masyarakat dapat diukur dengan pemberian nilai (skor) menggunakan Skala Likert.
Seluruh hasil dari analisis akan menghasilkan informasi/rekomendasi terhadap kemajuan UBH-KPWN Kabupaten Bogor dan dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan kegiatan usaha Jati Unggul Nusantara. Untuk memperjelas alur dari penelitian yang dilakukan, dapat dilihat pada diagram alir dalam Gambar 1.
24 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kayu Jati Permintaan Kayu Jati Tinggi Penawaran Kayu Jati Rendah Persepsi Dampak Ekonomi
Peluang untuk Memenuhi Permintaan
Kelayakan Finansial UBH-KPWN Kabupaten Bogor Pendapatan Petani JUN (Sebelum dan Sesudah) Dampak Lingkungan Analisis Kelayakan JUN Secara Finansial *NPV *Net B/C *IRR *PBP Analisis Sensitivitas Pengelolaan JUN dan Tumpang Sari,
Bagi Hasil
Kontribusi Pendapatan JUN terhadap Rumah
Tangga Penyerapan Karbondioksida (CO2) Ketersediaan Air dan Kualitas Udara Bersih Analisis Pendapatan
dan Deskriptif Deskriptif Skala Likert
Keberlanjutan Kegiatan Usahatani Jati Unggul Nusantara Kegiatan Usaha JUN
Dampak Ekonomi dan Lingkungan Menurut
Para Phiak
2
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil-Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir memiliki umur tanaman jati empat tahun dan lima tahun sehingga dampak positif yang diberikan kegiatan JUN sudah mulai dirasakan oleh masyarakat. Kegiatan penelitian mencakup penyusunan proposal, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penulisan laporan.
Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan referensi, data primer, dan data sekunder hingga kegiatan pengumpulan data lapangan adalah kurang lebih dua bulan. Pelaksanaan kegiatan pengambilan data dimulai dari bulan Maret-Mei tahun 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer yang berupa cross section
dan data sekunder yang berupa time series. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan usaha Jati Unggul Nusantara, dalam hal ini direksi UBH-KPWN yang terkait dengan penelitian. Data primer pun diperoleh melalui kuesioner kepada para petani dimana Desa Cogreg ada 23 petani JUN dan Desa Ciaruteun Ilir ada 78 petani JUN yang dilakukan secara sensus. Kuesioner juga ditanyakan kepada aparat desa dan pemilik lahan terhadap dampak ekonomi dan lingkungan serta persepsi para pihak dengan adanya kegiatan usaha Jati Unggul Nusantara (JUN). Data sekunder diperoleh dari
26 instansi-instansi terkait, yaitu: UBH-KPWN, Kementerian Kehutanan, Badan Pusat Statistik, situs-situs internet, serta literatur-literatur atau kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini seperti laporan penelitian sebelumnya dan buku mengenai kelayakan finansial, persepsi, serta manfaat ekonomi dan lingkungan. 4.3 Metode dan Analisis Data
Data yang diperoleh dapat berupa jawaban secara kualitatif dan kuantitatif, sehingga analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Metode Analisis Data
No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data
1 Menganalisis kelayakan secara finansial usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN Kabupaten Bogor.
Data sekunder dari pihak UBH-KPWN Bogor.
Analisis Kelayakan Finansial berdasarkan kriteria NPV, Net
B/C, IRR, Payback Period, dan Analisis Sensitivitas.
2 Menganalisis dampak ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat sekitar.
Data primer berupa wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap petani JUN.
Analisis Pendapatan dan Deskriptif
3 Persepsi para pihak terhadap kegiatan JUN
Data primer berupa wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap petani JUN, aparat desa, dan pemilik lahan.
Skala Likert
Pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi, yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Analisis
sensitivitas digunakan untuk melihat kepekaan UBH-KPWN Bogor dalam mengantisipasi apabila kenaikan harga pupuk sebesar 32 persen terjadi kembali.
Selain itu, pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis pendapatan masyarakat khususnya petani JUN dengan menggunakan analisis pendapatan. Pengolahan data yang dilakukan secara
27 kualitatif dijelaskan secara deskriptif mengenai dampak ekonomi dan dampak lingkungan. Dampak ekonomi dan dampak lingkungan menurut para pihak terhadap dari kegiatan JUN dilakukan dengan Skala Likert. Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan komputer.
4.3.1 Analisis Kriteria Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial digunakan untuk melihat dampak dari adanya usaha kegiatan JUN dari sisi pelaku usaha yaitu UBH-KPWN Bogor. Analisis kelayakan finansial juga dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan penanaman JUN. Data arus penerimaan dan pengeluaran yang disajikan dalam bentuk cashflow. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan bantuan komputer.
a. Net Present Value (NPV)
NPV adalah selisih antara total net present value dengan total net present
(Gray et al., 2007). NPV dari proyek JUN diperoleh dari selisih antara total net
present value dari manfaat proyek JUN dengan total net present dari biaya proyek
JUN. Secara matematis, NPV proyek JUN dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
∑
Keterangan:
NPV = Net Present Value dari proyek JUN
Bt = Manfaat proyek JUN pada tahun ke t
Ct = Biaya proyek JUN pada tahun ke t
i = 12%
t = 1,2,3,...,5
28 Kriteria penilaian:
Proyek JUN layak dilanjutkan jika NPV ≥ 0. Jika NPV < 0, maka proyek JUN ditolak artinya ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumber-sumber yang diperlukan proyek JUN.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value (PV) total dari benefit bersih proyek JUN dalam tahun dimana benefit bersih tersebut bersifat positif. Penyebutnya terdiri atas present value (PV) total dari biaya (cost) bersih proyek JUN dalam tahun dimana benefit bersih (Bt-Ct) bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari
benefit kotor (Gray et al., 2007). Secara matematis, Net B/C dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:
Net
⁄
=
∑ ∑ Keterangan:∑
= untuk Bt – Ct > 0, (PV positif)∑
= untuk Bt – Ct < 0, (PV negatif) i = 12% t = 5 tahun Kriteria penilaian:Proyek JUN layak dilanjutkan apabila Net B/C ≥ 1, apabila Net B/C < 1 proyek JUN akan ditolak.
29 c. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol atau dapat membuat B/C sama dengan satu (Gray et al., 2007). IRR yang diperoleh dari proyek JUN dengan cara mendiskonto seluruh net cash
flow JUN, sehingga akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan
investasi proyek JUN. Secara matematis, IRR dari proyek JUN dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
IRR =
i1
+
(
i2
-
i1
)
Keterangan:
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif dari kegiatan JUN
i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif dari kegiatan JUN
NPV1 = NPV positif dari kegiatan JUN
NPV2 = NPV negatif dari kegiatan JUN
i2-i1 = selisih i
Proyek JUN layak untuk dilanjutkan jika IRR ≥ discount rate. Jika IRR =
discount rate, maka NPV proyek JUN tersebut = 0. Jika IRR < discount rate, maka NPV < 0 dan proyek JUN ditolak.
d. Payback Period (PBP)
Payback Period (PBP) merupakan teknik menentukan jangka waktu
(masa) pengembalian modal dari suatu investasi kegiatan usaha. Payback period
merupakan rasio antara cash investment dengan cash inflow yang hasilnya merupakan satuan waktu (Gray et al., 2007). Selanjutnya nilai rasio ini akan dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima dari kegiatan JUN. Layak tidaknya proyek JUN dilakukan dengan membandingkan periode
30 waktu maksimum yang ditetapkan dengan hasil perhitungan proyek JUN. Jika hasil perhitungan menunjukkan waktu yang lebih pendek atau sama dengan waktu maksimum yang ditetapkan, investasi terhadap JUN dinyatakan layak untuk dilanjutkan. Jika hasil perhitungan menunjukkan waktu yang lebih lama dari umur proyek, investasi JUN sebaiknya ditolak.
e. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana hasil proyek jika terjadi suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan manfaat atau biaya. Analisis sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kenaikan harga pupuk sebesar 32 persen. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kenaikan harga pupuk pada kegiatan JUN yang telah berlangsung selama lima tahun.
4.3.2 Analisis Pendapatan
Data penerimaan dan biaya yang dikeluarkan digunakan untuk mengetahui besar pendapatan yang diterima oleh petani JUN.
Pendapatan Petani JUN
a) Pendapatan dari pengelolaan JUN selama lima tahun. P = ∑Pi - ∑Ci
Keterangan:
P = Pendapatan dari pengelolaan JUN selama lima tahun (Rp)
Pi = Jumlah penerimaan dari suatu jenis kegiatan ke-i dari usaha pengelolaan JUN selama lima tahun (Rp)
Ci = Jumlah pengeluaran suatu jenis kegiatan ke-i pada usaha pengelolaan JUN selama lima tahun (Rp)
31 b) Pendapatan Rumah Tangga Petani JUN.
Prt = Pa + Pb + Pc +...+ Pn Keterangan:
Prt = Pendapatan rumah tangga petani JUN (Rp/tahun)
Pa-Pn = Pendapatan dari masing-masing bidang usaha (Rp/tahun) c) Persentase Pendapatan dari Pengelolaan JUN terhadap Pendapatan Total.
Pi % = (Pi/Prt) x 100% Keterangan:
Pi % = Persentase pendapatan dari usaha pengelolaan JUN (%) 4.3.3 Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2009). Skala Likert dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur persepsi petani JUN dengan adanya kegiatan penanaman JUN. Instrumen penelitian yang menggunakan Skala Likert dapat dibuat dalam bentuk multiple choice atau
checklist. Tanggapan petani JUN dari Skala Likert, yaitu: Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 4, 3, 2, dan 1. Penentuan batas bawah dan batas atas tergantung dari jumlah pernyataan yang ditanyakan kepada petani JUN. Dalam penelitian ini dampak ekonomi terdapat enam pernyataan, sedangkan untuk dampak lingkungan ada lima pernyataan. Batas bawah dan batas atas untuk dampak ekonomi yaitu 6-24, sedangkan untuk dampak lingkungan 5-20.
Editing perlu dilakukan pada data untuk mengecek kelengkapan pengisian
32 pengolahan data. Sistem scoring dibuat konsisten yaitu semakin tinggi skor semakin tinggi kategorinya. Setelah dijumlahkan, selanjutnya dikategorikan dengan menggunakan teknik scoring secara normatif berdasarkan interval kelas sebagai berikut:
∑ Keterangan:
n : Batas selang tingkat persepsi petani JUN
Max : Nilai maksimum yang diperoleh dari jumlah skor petani JUN Min : Nilai minimum yang diperoleh dari skor petani JUN
∑ : Jumlah pernyataan yang ditanyakan kepada petani JUN
Interval nilai tanggapan untuk setiap tingkat persepsi dapat dilihat pada Tabel 8, yaitu:
Tabel 8. Tingkat Persepsi Petani JUN dengan Adanya Kegiatan JUN
No Interval Nilai Tanggapan Tingkat Persepsi
Dampak Ekonomi Dampak Lingkungan
1 21-24 17-20 Sangat Setuju
2 16-20 13-16 Setuju
3 11-15 9-12 Tidak Setuju