LAPORAN KASUS
DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI BERAT
Oleh :
dr. Lathifatul Fikriyah Pembimbing : dr. Zainul Arifin, M.Kes
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
RS SITI KHADIJAH SEPANJANG SIDOARJO
2016-2017
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 IDENTITAS PASIENNama : An. Aldo C
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Perum Jati Kalang Tanggal masuk : 25 maret 2016 Tanggal Pemeriksaan : 25 maret 2016
No. RM : 487725
1.2ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu penderita. A. Keluhan Utama
Diare
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB cair selama 4 hari sebelum masuk rumah sakit. BAB cair sebanyak kurang lebih 7 kali. BAB cair dengan kandungan cairan lebih banyak daripada ampas, lendir (-) darah (-), tiap BAB sebanyak kurang lebih seperempat gelas belimbing. Sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien muntah dua kali sebanyak seperempat gelas belimbing yang disertai demam. Kemudian pasien di bawa ke RS Siti Khadijah Sepanjang dengan kondisi pasien tampak rewel didapatkan demam, pasien masih muntah satu kali sebelum dibawa ke RS. Menurut ibu pasien BAK terlihat lebih sedikit dari biasanya.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit diare : disangkal
Riwayat makan sembarangan : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat ganti susu : disangkal D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit diare : disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat lingkungan sekitar terkena diare : disangkal E. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan di : Bidan
Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan
Trimester II : 2x/ 1 bulan Trimester III : 1x/ 1 minggu Keluhan selama kehamilan : tidak ada
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet penambah darah.
F. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3200 gram dan panjang 47 cm, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir, usia kehamilan 37 minggu.
G. Riwayat Postnatal
Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi.
H. Riwayat Imunisasi Hb 0 : 0 bulan BCG, Polio 1 : 1 bulan DPT/Hb 1, Polio 2 : 2 bulan DPT/Hb 2, Polio 3 : 3 bulan DPT/Hb 3, Polio 4 : 4 bulan
Kesimpulan : imunisasi lengkap sesuai usia menurut Depkes. I. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
1 bulan : tersenyum
2 bulan : mengangkat kepala 3 bulan : tengkurap sendiri
4 bulan : meraih benda, berteriak
6 bulan : duduk bersandar, mengambil mainan, mengoceh Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.
J. Riwayat Makan Minum Anak
1. ASI diberikan sejak lahir, sampai sekarang, diberikan tiap kali menangis, lama menyusui 10-15 menit, bergantian payudara kanan dan kiri, sesudah disusui anak tidak menangis.
2. Buah dan sayur : pisang sejak umur 6 bulan, sayur bayam, wortel, lauk ati ayam, tahu, tempe, telur, daging, udang sejak usia 9 bulan. 3. Makanan padat dan bubur :
a. Bubur susu : sejak usia 6 bulan 1.3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kompos mentis Status gizi : gizi kesan baik
B. Tanda vital
BB : 8 kg
RR : 30x/menit
Suhu : 37,8º C (per aksiler) C. Kulit
Warna sawo matang, ikterik (-), ujud kelainan kulit (-) D. Kepala
Bentuk normocephal, rambut hitam sukar dicabut E. Mata
Cowong (+/+), air mata (+/+) saat menangis, konjungtiva pucat (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+)
F. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-) G. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa bibir kering (+) H. Telinga
Normotia, sekret (-), tragus pain (-), mastoid pain (-). Benjolan (-/-) I. Tenggorok
Uvula di tengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (+)
J. Leher
Trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak meningkat
K. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri Redup relatif : SIC V kanan
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II LPSS Kiri bawah : SIC IV LMCS Kanan atas : SIC II LPSD Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular, bising (-)
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-) Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, massa abdomen (-), turgor kulit kembali lambat.
M. Urogenital : oedema skrotum (-), phymosis (-) N. Anorektal : hiperemis (-)
O. Ekstremitas
Akral dingin - - oedema + + -Capillary Refill Time > 2 detik
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 25 maret 2016
Hb : 13,9 g/dL
Rbc : 5,30 10/ul
Hct : 39,6 %
MCV : 74,7 fl
MCHC : 35,1 g/dL WBC : 14,9 10/ul Eo : 5,4% Baso : 0,1% Neut :5,44% Lymph :47,9 Mono :10,1 Plt : 698 GDA : 106 mg/dl 1.5 DIAGNOSIS KERJA
1. Diare Akut dengan dehidrasi berat 1.7 PENATALAKSANAAN
Terapi 1. MRS
2. IVFD KAEN 3B 300 ml dalam 1 jam pertama dilanjutkan 700 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya
5. Probiotik 2xI sachet 6. Zinc 1x20 mg p.o
7. Oralit 50cc selama proses rehidrasi 8. Paracetamol drop 0,6 ml 3-4 kali sehari Monitoring
KU dan Vital Sign per jam Keseimbangan cairan
Derajat dehidrasi, produksi urin
Planning FL, UL
Pemeriksaan lab darah dan elekrolit post rehidrasi
Edukasi
Motivasi keluarga tentang penyakitnya Cara pemberian oralit, banyak minum
Cuci tangan setelah membersihkan kotoran anak
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering
ASI tetap diberikan
X. PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Diare Akut
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada Diare Persisten. Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam dan tanda-tanda dehidrasi. Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari dan biasanya sembuh sendiri (self limiting disease).1,2
2.2 Epidemiologi2,3
Sampai saat ini penyakit diare pada balita masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
2.3 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi menjadi 2, yaitu infeksi dan non infeksi.2
1. Infeksi
a Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Diare infeksi akut dapat dengan inflamasi atau non inflamasi:2,4
- Non inflamasi disebabkan enterotoksin yang dihasilkan beberapa bakteri, destruksi sel-sel vilus (permukaan) oleh virus, dan translokasi bakteri2,4.
- Inflamasi yaitu terjadi invasi langsung pada saluran cerna atau produksi sitotoksin oleh bakteri2,3.
Mekanisme transmisi patogen diare adalah fekal-oral, dengan perantara makanan dan air pada sebagian besar episode. Enteropatogen seperti Shigella, Giardia lamblia atau virus enterik bersifat infeksius sehingga sangat mungkin menular melalui kontak antarorang.2
Infeksi enteral ini meliputi: - Infeksi bakteri1,2 :
Toksin yang dihasilkan bakteri (enterotoksigenik E.Coli [ETEC], S.Aureus, Bacillus cereus, C.perfringens) merusak absorpsi normal dan proses sekresi pada usus halus, menyebabkan diare yang encer dan tanpa darah. Keadaan ini sering bersamaan dengan adanya pembengkakan, mual, atau muntah (diare non inflamasi).
Adanya demam atau diare berdarah (disentri) mengindikasikan adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh invasi (Shigellosis, Salmonellosis, Campylobacter) atau toksin (C.difficile, E.coli), yang merupakan diare inflamasi. Karena organisme ini sebagian besar di kolon, maka volume diarenya sedikit.
- Infeksi virus1,2:
Enterovirus menghancurkan enterosit sel villus yang menyebabkan diare, keadaan ini biasanya berhubungan dengan adanya demam, muntah dan bentuk manifestasi respirasi. Agen virus utamanya yaitu Rotavirus, Enterik Adenovirus dan Norwalk agent. Di Brasil, Rotavirus adalah penyebab kausatif utama dari diare infeksi pada infant, terutama pada anak yang masih disusui (6 sampai 24 bulan). Mekanisme tansmisinya yaitu fekal-oral.
- Infeksi parasit1,2 :
Enteropatogen parasit utama yaitu Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum dan Entamoeba histiolytica. Selain itu jamur (Candida Albicans) juga dapat menyebabkan diare. Di Brasil, Ascaris lumbricoides dan Strongyloides stercoralis memiliki prevalensi yang tinggi.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan infeksi dengan enteropatogen1,2:
- Usia muda - Defisiensi imun - Lemas
- Malnutrisi
- Perjalanan ke daerah endemik - Kesalahan dalam pemberian ASI
- Terpapar pada sanitasi lingkungan yang buruk - Kandungan makanan dan air
- Level pendidikan ibu
- Keberadaan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
b Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun2,3.
2. Non Infeksi3
a) Kesulitan asupan makanan
b) Kelainan anatomi: malrotasi, duplikasi intestinal, penyakit Hirsprung, atropi mikrovilus, short bowel syndrome.
- Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
- Malabsorsi lemak - Malabsorbsi protein
d Endokrinopati: tirotoksikosis, penyakit Addison.
e Keracunan makanan: jamur, makanan basi, logam berat.
f Neoplasma: neuroblastoma, ganglioneuroma, Zollinger-Ellison syndrome. g Lainnya: alergi susu, penyakit Crohn, colitis ulseratif, gangguan motilitas,
penyalahgunaan laksatif.
h Psikologis: rasa cemas dan takut. Terutama pada anak besar, walaupun jarang menyebabkan diare.
Penye-bab Diare Sebab lain Imuno defisiensi Keracunan Alergi Malabsorpsi Infeksi Bakteri Virus Parasit Bhn Kimia Keracunan oleh racun yg dikandung & diproduksi Jasad Renik --> algae Ikan, buah sayur
Penye-bab Diare Sebab lain Imuno defisiensi Keracunan Alergi Malabsorpsi Infeksi Bakteri Virus Parasit Shigella, Salmonela, E coli, Vibrio, Bacillus Cereus, Cl.Perfringeum Camphylo. Aeroginosa Rotavirus, Norwalk virus, Norwalk like agent , Adeno virus Protozoa, E. histolytica G. lamblia Balantidium coli
Gambar 1 : Etiologi Diare3,4
2.4 Fisiologi Usus1-3
Diare cair disebabkan oleh gangguan pada mekanisme transport air dan elektrolit di usus halus. Dalam keadaan normal absorbsi dan sekresi cairan air dan elektrolit tinja terjadi di sepanjang usus, contohnya seorang dewasa sehat menyerap 2 liter cairan setiap hari, air ludah dan sekresi lambung, pankreas dan hati berjumlah lebih kurang 7 liter, sehingga cairan yang masuk usus setiap hari semuanya sekitar 9 liter. Sekitar 90% cairan diserap di usus halus dan sekitar 1 liter sampai di usus besar3,4. Di usus besar terjadi penyerapan lebih lanjut dan hanya 100-200 ml air di keluarkan setiap hari dalam bentuk tinja. Bila terjadi perubahan dalam air dan elektrolit dalam usus halus (seperti bertambah sekresi atau berkurang absorbsi) mengakibatkan peningkatan volume cairan yang masuk kedalam usus besar. Bila volume cairan ini melebihi kapasitas absorbsi usus besar terjadilah diare4.
Absorbsi di usus halus disebabkan oleh derajat osmolaritas yang terjadi apabila bahan terlarut diabsorbsi secara aktif dari lumen usus oleh sel epitel vili. Ada beberapa cara agar Na diabsorbsi dari usus halus4:
1 Natrium terkait dengan penyerapan ion klorida 2 Diabsorbsi langsung sebagai natrium
3 Ditukar dengan ion hidrogen
4 Terkait dengan absorbsi bahan organik seperti glukosa atau asam amino tertentu. Penambahan glukosa kelarutan elektrolit meningkatkan penyerapan natrium di usus halus sebanyak tiga kali.
Setelah diabsorbsi, natrium dikeluarkan dari sel epitel melalui pompa ion yang disebut sebagai Na+K+phase. Ini menyebabkan peningkatan osmolaritas di cairan ekstraselular dan menyebabkan air dan elektrolit mengalir secara pasif dari lumen usus halus ke saluran interseluler ke dalam cairan ekstraselular.2,3
2.5 Patogenesis3,4
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah: 1 Diare akibat gangguan sekretorik
Disebabkan oleh karena sekresi air dan elektrolit kedalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Akhirnya terjadi sekresi cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare infeksi, perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti Escerichia coli dan Vibrio cholera atau virus.
2 Diare akibat gangguan osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lain isi usus dengan cairan ekstraseluler. Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Hiperperistaltik akan mengaibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut:2-4
1 Masuknya jazad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
2 Jazad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus. 3 Oleh jazad renik akan dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
4 Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
MEKANISME PATOGENESIS
Rotavirus kerusakan epitel
Sekresi air & elektrolit
Enzim disakaridase
Malabsorpsi
Diare
Gambar 2. Patogenesis diare oleh karena virus3
Bakteri
Penumpukan pada mukosa Kapasitas penyerapan
Sekresi cairan
Invasi mukosa
Mikroabses/ulkusdiare berdarah
Mengeluarkan toksin Absorpsi Na : sekresi Cl Sekresi air dan elektrolit
Protozoa
Penempelan mukosa Pemendekan Villi
Diare
Invasi mukosaMikroabses Diare + darah
Gambar 4. Patogenesis diare oleh karena protozoa3
Sebagai akibat diare akan terjadi4:
- Kehilangan air dan elektrolit dengan akibat terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya).
- Gangguan gizi sebagai akibat masukan makanan yang kurang dan pengeluaran yang bertambah.
- Gangguan sirkulasi darah (syok hipovolemik).
Tabel 1 : Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen4
Enteropatogen Acute Watery Dysentry Persistent Bakteri : V.cholerae ETEC, EPEC EIEC EHEC Shigella,Salmonella C.jejuni,Y.enteroclitica C.defficile (+) (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (-) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (-) (-) (+) (+) (+) (+)
M.tuberculosa Aeromonas (-) (-) (+) (+) (+) (-) Virus : Rotavirus Adenovirus (type 40,41) Smaal Bowel Structured virus Cytomegalovirus (+) (+) (+) (+) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Protozoa : G.lamblia E.histolytica C.parvum Microsporidium spp Isospora belli Cyclospora cayatenensis (+) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (+) (-) (-) (-) (-) (+) (+) (+) (+) (+) (+) Cacing : Strongyloides stercoralis Schistosoma spp Capilaria philippinensis Trichuris trichuria (-) (-) (+) (-) (-) (+) (-) (+) (+) (+) (+) (+)
2.6 Klasifikasi dan Patofisiologi2-4
Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning), alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis.Berikut ini akan diuraikan klasifikasi dan patofisologi diare akut yang disebabkan oleh proses infeksi pada usus atau Enteric Infection.
Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut berdasarkan proses patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme Inflamatory, Non inflammatory, dan Penetrating.(Tabel 2)
Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan manifestasi sindroma Disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, secara mikroskopis didapati leukosit polimorfonuklear. Mikroorganisme penyebab seperti, E.histolytica, Shigella, Entero Invasive E.coli (EIEC),V.parahaemolitycus, C.difficile, dan C.jejuni.
Non Inflamatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus halus bagian proksimal, Proses diare adalah akibat adanya enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang disebut dengan Watery diarrhea. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mikroorganisme penyebab seperti, V.cholerae, Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Salmonella.
Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit ini disebut juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis demam disertai diare. Pada pemeriksaan tinja secara rutin didapati leukosit mononuclear. Mikrooragnisme penyebab biasanya S.thypi, S.parathypi A,B, S.enteritidis, S.cholerasuis, Y.enterocolitidea, dan C.fetus.
Tabel 2 : Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut2
Karakteristik Non Inflamatory Inflamatory Penetrating Gambaran Tinja : Watery
Volume >> Leukosit (-) Bloody, mukus Volume sedang Leukosit PMN Mukus Volume sedikit Leukosit MN
Demam - + +
Nyeri Perut - +
+/-Dehidrasi +++ +
+/-Tenesmus - +
-Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis
2.7 Manifestasi Klinis3-4
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Adanya lendir atau darah menunjukkan adanya proses inflamasi, biasanya disebabkan invasi bakteri ke mukosa saluran cerna. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, terutama pada anak kecil. Tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare (malabsorpsi karbohidrat sekunder). Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Selain itu muntah biasanya dihubungkan dengan neuroenterotoksin pada makanan beracun dari Staphylococcua aureus atau Bacillus cereus. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.1-4
Tabel 3. Karakteristik Tinja dan Membedakan Sumbernya5
Karakteristik Tinja Usus kecil Usus besar
Penampakan Berair Mucoid dan/atau berdarah
Frekwensi Meningkat Sangat meningkat Darah kemungkinan positif tapi tidak
pernah gross blood
Biasanya terdapat gross blood
pH <5.5 >5.5
Substansi tersisa Positif Negatif
WBC <5 Biasanya >10/lebih
Serum WBC Normal Kemungkinan leukositosis,
bandemia Organisme Viral, enterotoksigenik bakteri,
parasit
Invasif bakteri, toksik bakteri, parasit
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala-gejalanya yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil dan tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, dan kadang-kadang sampai soporokomateus). Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, penderita akan tampak pucat dengan pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kussmaul)5.
Asidosis metabolik terjadi karena : 1). Kehilangan NaHCO3 melalui tinja. 2). Ketosis kelaparan. 3). Produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat
dikeluarkan (oleh karena oliguri atau anuri). 4). Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel. 5). Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).
Malnutrisi juga dapat terjadi pada penderita diare. Massa lemak dan otot yang berkurang atau edema perifer menunjukkan adanya malabsorpsi karbohidrat, lemak, dan/atau protein. Organisme Giardia dapat menyebabkan diare intermiten dan malabsorpsi lemak. Selain itu bisa juga terdapat gejala nyeri perut yang non spesifik dan non fokal. Nyeri perut biasanya tidak meningkat jika ditekan. Jika nyeri perut fokal dan semakin berat jika ditekan serta hilang timbul, maka waspada kemungkinan adanya komplikasi atau diagnosa non infeksi lainnya. Borborygmi terdengar karena peningkatan signifikan dari aktivitas peristaltik5.
Tabel 4. Organisme and Frekuensi Gejala1
Organisme Inkubasi Durasi Muntah Demam Nyeri
perut
Rotavirus 1-7 hari 4-8 hari Ya Rendah Tidak
Adenovirus 8-10 hari 5-12 hari Lambat Rendah Tidak
Norwalk virus 1-2 hari 2 hari Ya Tidak Tidak
Campylobacter species 2-4 hari 5-7 hari Tidak Ya Ya C difficile Bervariasi Bervariasi Tidak Sedikit Sedikit
C perfringens Minimal 1 hari Ringan Tidak Ya
coli
Enterotoxigenic E coli 1-3 hari 3-5 hari Ya Rendah Ya
Salmonella species 0-3 hari 2-7 hari Ya Ya Ya
Shigella species 0-2 hari 2-5 hari Tidak Tinggi Ya Giardia species 2 minggu 1+ minggu Tidak Tidak Ya Entamoeba species 5-7 hari 1-2+
minggu
Tidak Ya Tidak
Diare terbagi atas tiga derajat :1-3
a. Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut:
1 Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari 2 Keadaan umum baik dan sadar
3 Mata normal dan air mata ada 4 Mulut dan lidah basah
5 Tidak merasa haus dan bisa minum
b. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat badan, dengan gejala sebagai berikut :
1 Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering 2 Kadang-kadang muntah, terasa haus
3 Kencing sedikit, nafsu makan kurang 4 Aktivitas menurun
5 Mata cekung, mulut dan lidah kering 6 Gelisah dan mengantuk
c. Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, dengan gejala:
1 Frekuensi buang air besar terus-menerus 2 Muntah lebih sering, malas minum 3 Tidak kencing, tidak ada nafsu makan 4 Sangat lemah sampai tidak sadar
5 Mata sangat cekung, mulut sangat kering
6 Nafas sangat cepat dan dalam
7 Nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba
8 Ubun-ubun sangat cekung
2.8 Penatalaksanaan5
2.8.1 Derajat dehidrasi dan penanganan menurut MTBS 1 Dehidrasi berat
Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini : - Letargis atau tidak sadar
- Mata cekung
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya :
- Beri cairan untuk dehidrasi berat (rencana terapi C) Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya :
- Rujuk segera dan selama perjalanan mintalah agar ibu terus memberikan oralit
- Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI
- Jika ada kolera di daerah tersebut, beri antibiotik untuk kolera 2 Dehidrasi ringan sedang
Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini: - Gelisah, rewel/ mudah marah
- Haus, minum dengan lahap - Cubitan perut kembalinya lambat Jika anak tidak ada klasifikasi sedang lainnya :
- Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi B Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya :
- Rujuk segera dan selama perjalanan mintalah agar ibu terus memberikan larutan oralit sedikit demi sedikit.
- Anjurkan ibu agar tetap memberi ASI - Nasehati ibu kapan harus kembali segera
- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan 3 Tanpa dehidrasi
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang
- Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi A - Nasehati ibu kapan harus kembali segera
- Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan. 2.9 Prinsip pengobatan diare3-5
Prinsip dari pengobatan diare adalah : 1 Mencegah terjadi dehidrasi
2 Mengobati dehidrasi dengan cepat dan tepat 3 Memberi makan pada anak
Peranan obat pada penatalaksanaan diare :
- 95% sembuh dengan oralit dan makanan yang diteruskan - Pemberian obat mempunyai efek samping yang merugikan 2.9.1 Pemberian antimikroba yang tepat4 :
a) Kolera
- Umur 7 tahun : Tetrasiklin 50mg/KgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 2-3 hari.
- Semua umur : Trimethoprim-Sulfamethoxazol. TMP 8 mg/KgBB/hari – SMX 50mg/KgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 3 hari.
b) Disentri dan shigella
- Anak-anak : TMP 10 mg/kgBB/hari - SMX 50 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis selama 5 hari atau
Ampisilin 50mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 5 hari.
- Bayi : Eritromisin 25 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis selama 3 hari. c Amoebiasis
- Metronidazole30 mg/kg/hr dibagi 3 dosis selama 5-10 hari - Kasus Berat
- Dehidroemetin HclDosis : 1 - 1,5mg/kg/hr selama 5 hari d Giardia lamblia
- Metronidazole 15 mg/kg/hr selama 5 hari e) Lain-lain
- Obat spasmolitika dan antisekretorik tidak boleh diberikan. Obat pengeras tinja tidak bermanfaat, tidak perlu diberikan.
2.9.2 Pengobatan cairan/elektrolit4,5
Rencana pengobatan A untuk mengobati diare di rumah :
Gunakan cara ini untuk mengajar ibu:
- Teruskan mengobati anak diare di rumah - Berikan pengobatan awal bila terkena diare lagi
Menerangkan 3 cara pengobatan diare di rumah :
1 Berikan anak lebih banyak cairan dari biasanya untuk mencegah dehidrasi - Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit,
makanan yang cair (sup, air tajin) dan air matang
- Gunakan larutan oralit seperti tabel di bawah (Jika anak usia < 6 bulan dan belum makan padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair
- Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti 2 Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi.
- Teruskan ASI
- Bila anak tidak mendapat ASI beri susu yang biasa diberikan. Untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat diberi susu cair yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari. - Bila anak ≥ 6 bulan / telah mendapat makanan padat:
- Beri bubur/campuran tepung lain, bila perlu campur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan. Tambah 1-2 sendok teh minyak sayur pada tiap porsi
- Beri sari buah segar/pisang halus/untuk menambah kalium
- Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 5 x sehari - Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan
tambahan setiap hari selama seminggu
3 Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari / menderita sbb:
- BAB cair sering kali - Makan/minum sedikit - Muntah berulang-ulang
- Demam
- Sangat haus sekali - Tinja berdarah
Rencana terapi B untuk mengobati dehidrasi :
Jumlah oralit yang harus diberikan dalam 3 jam pertama :
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan, berikan oralit “paling sedikit” sesuai tabel di bawah ini :
Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml
ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan BERAT BADAN penderita (KG) dengan 75 ml
- Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah - Dorong ibu untuk meneruskan ASI
- Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama ini
Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit : - Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
- Tunjukkan cara memberikannya, sesendok teh tiap 1 - 2 menit untuk anak di bawah 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua - Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
- Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 - 3 menit
- Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana terapi A bila pembengkakan telah hilang.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B atau C untuk melanjutkan pengobatan :
- Bila tidak ada dehidrasi ganti ke Rencana A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tertidur
- Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana B tetapi tawarkan makanan, susu, sari buah seperti Rencana A
- Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana C Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B :
- Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam di rumah
- Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana A
- Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit
- Jelaskan 3 cara dalam Rencana A untuk mengobati anak di rumah - Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti
- Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu
Rencana terapi C
• Mulai diberi cairan iv segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan iv dimulai. Beri 100 mg/kg cairan Ringer Laktat (atau garam normal), dibagi sebagai berikut:
Umur Pemberian pertama
30 ml dalam Kemudian 70 ml/kg dalam Bayi < 12 bulan 1 jam* 5 jam Anak > 1 tahun ½ - 1 jam* 2 ½ - 3 jam
* Ulangi nadi bila masih lemah atau tidak teraba
- Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan iv.
- Juga berikan oralit (5 mg/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan penilaian.
- Kemudian pilihlah rencana yang sesuai (A, B, atau C) untuk melanjutkan pengobatan
Anak harus diberi oralit di rumah bila :
- Setelah mendapat Rencana Pengobatan B atau C
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk - Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke
petugas kesehatan merupakan kebijaksanaan pemerintah
Jika anak diberi oralit dirumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan setiap habis BAB dan beri oralit yang cukup untuk 2 hari:
Umur Jumlah oralit yang diberi @ BAB
Jumlah oralit yang disediakan di rumah < 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus) 1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari, 3-4 bungkus > 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari, 4-5 bungkus Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
- Tunjukkan kepada ibu cara mencampur oralit - Tunjukkan kepada ibu cara memberikan oralit - Perkirakan kebutuhan oralit untuk 2 hari
- Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah 2 tahun - Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
- Bila anak-anak muntah tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih sedikit
- Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain seperti dijelaskan dalam cara I atau kembali ke petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oralit
2.9.3 Pengobatan dietetik4,5
a ASI/makanan dilanjutkan
b Susu formula kalau perlu diencerkan c Beri makanan yang mudah dicerna 2.10 Komplikasi1,5
1. Hipernatremia : (Na serum > 150 mmol/L)
· Oleh karena muntah dengan intake cairan/makan menurun · Sangat haus dengan tanda dehidrasi tidak jelas, kejang
· minum cairan sedikit / tanpa Na · lemas, kejang (jarang)
· kematian > tinggi dari no.1 3. Demam
· Bisa oleh karena : mikroorganisme penyebab diare, dehidrasi, penyakit lain yang menyertai
· Cegah kejang dengan kompres dingin, antipiretika 4. Overhidrasi (Keracunan Air)
· Pemasukan air terlalu banyak
· tanda: kelopak mata bengkak, odema paru (jarang) · tindakan : cairan oral / iv stop
5. Asidosis Metabolik
· Oleh karena bertambahnya asam atau hilangnya basa ekstraseluler oleh karena dehidrasi
· Tanda : nafas cepat dan dalam
Pemberian oralit yg cukup bikarbonat atau sitrat dapat memperbaiki asidosis.
6. Hipokalemia (serum K < 3 mmol/L)
· tanda : lemas,ileus,aritmia jantung,kerusakan ginjal · terapi oralit (20 mmol/L)
7. Ileus Paralitik
· Fatal oleh karena hipokalemia, obat anti motilitas
· Tanda : perut kembung, peristaltik menurun / tidak ada muntah · Tindakan : cairan oral stop à iv
8. Kejang
· Oleh karena hipoglikemia, kejang demam, hiper/hipo Na · oleh karena penyakit SSP : meningitis, ensefalitis, epilepsi, makanan yg mengandung K.
· Diare oleh karena infeksi bakteri invasif menyebabkan mukosa usus rusak, produksi laktase menurun, laktosa dalam makanan tidak dicerna dengan baik, sehingga terjadi osmotik diare.
10. Malabsorpsi Glukosa
· terjadi diare ok infeksi bakteri, gizi buruk · pada kasus ini, oralit stop, beri cairan iv 11. Muntah
· Ok dehidrasi, iritasi usus, gastritis ok infeksi, ileus, pemberian cairan oral dengan cepat
· Pada anak kecil, bayi jangan diberi anti emetik karena kesadaran menurun, intake berkurang
12. Gagal ginjal akut
· Oleh karena dehidrasi berat dan syok
Bila pengeluaran urine tidak terjadi dalam 12 jam setelah rehidrasi cukup, perlu perawatan intensif
2.11 Prognosis3,5
Di negara berkembang, dengan manajemen yang lebih baik, prognosisnya sangat baik. Kematian sebagian besar disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi sekunder. Dehidrasi berat harus ditangani dengan cairan parenteral. Sekali malnutrisi dari malabsorpsi sekunder terjadi, prognosis menjadi jelek kecuali penderta dirawatinapkan di rumah sakit dan diberikan suplemen nutrisi parenteral. Neonatus dan infant muda merupakan kelompok yang beresiko terjadinya sindrom dehidrasi, malnutrisi, dan malabsorpsi. Meskipun angka kematian rendah di negara berkembang, anak-anak dapat meninggal karena komplikasi yang ada, prognosis anak-anak di negara tanpa perawatan kesehatan modern harus lebih berhati-hati.2,5,6
2.12 Pencegahan5
Tujuh Intervensi Pencegahan Diare yang Efektif: 1. Pemberian ASI
2. Memperbaiki makanan sapihan 3. Mempergunakan air bersih 4. Mencuci tangan
5. Menggunakan jamban keluarga
6. Cara membuang tinja bayi yang baik dan benar 7. Pemberian imunisasi campak
DAFTAR PUSTAKA
1 Noersaid H, Suraatmadja, Asnil P O. Gastroenteritis (Diare) Akut dalam Gastroenterologi anak Praktis. Jakarta. FKUI; 1999.
2 World Health Organization. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: 2009.
3 Alatas H, Hassan R. Buku Kuliah Ilmu Keehatan Anak jilid 1. Jakarta. FKUI; 1999
4 Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan medis Kesehatan Anak. Jakarta:2011.
5 Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diare akut dalam Standart Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi I. Jakarta:2004