MATERI KULIAH 5:
RISIKO
OPERASIONAL
Mata Kuliah
Manajemen Risiko
Bank Syariah
Jakarta, 2020
•
Materi ini hanya digunakan sebagai bahan diskusi
perkuliahan di Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad
Dahlan, Jakarta. Materi ini tidak diperuntukkan untuk
keperluan komersial.
•
Isi dari presentasi ini bersumber dari berbagai materi
atau rujukan.
•
Masukan, koreksi, atau tanggapan dapat
IDENTIFIKASI,
PENGUKURAN,
PENGELOLAAN, &
PENGENDALIAN RISIKO
OPERASIONAL
BACA ARTIKEL/TULISAN TERLAMPIR
1.
Baca artikel terlampir tentang keamanan
mobile banking!
Sumber Harian Kontan 8 April 2019
2.
Baca jawaban bank atas Permintaan
Penjelasan Terkait Dampak Pandemik
COVID-19
PEMAHAMAN RISIKO OPERASIONAL
Risiko Operasional adalah risiko risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank (OJK, 2016).
.
Identifikasi berdasarkan proses bisnis :
Events – adanya kejadian
Cause – penyebab timbulnya kejadian
Impact – dampak kerugian (keuangan &non-keuangan)
Probability/Likelihood – kemungkinan terjadi
Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian :
Keuangan : langsung /tidak langsung & kerugian potensial (opportunity loss)
CAUSE –
EVENT - IMPACT
Karakteristik Risiko Operasional :
Satu kejadian (event) dapat diakibatkan lebih dari satu penyebab (Cause) dan/atau lebih dari satu jenis kerugian (impact) & Dapat memicu risiko lainnya.
CAUSE –
EVENT - IMPACT
No Faktor Risiko Contoh Kejadian Risiko
1 Proses Internal Pengendalian tidak memadai Kesalahan pemasaran produk Money laundrying
Kesalahan transaksi Dokumen tidak memadai
2 Manusia Terlalu bergantung kpd orang tertentu Fraud
Pelatihan tidak memadai Sengketa pekerja
Praktik manajemen buruk 3 Sistem Kesalahan input data
Kesalahan pemrograman Keamanan data & system 4 Faktor Eksternal Bencana alam
Terorisme
PERANGKAT MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL
(ORM TOOLS)
• Risk & Control Self Assessment (RCSA) • Loss Event Database (LED) • Key Risk Indicator(KRI) Fungsi RCSA
• untuk mengidentifikasi dan
megukur risiko operasional bersifat kualitatif
• Impact x likelihood
Fungsi LED
• Pencatatan Data Kerugian Operasional
Fungsi KRI
• Pemantauan tingkat risiko
berdasarkan parameter KRI terkait dgn risiko.
• Laporan harian-mingguan-bulanan. • Masing2memiliki batas ambang.
RCSA (
RISK AND CONTROL SELF ASSESSMENT
)
❑
RCSA
adalah alat manajemen risiko operasional untuk
mengidentifikasi
dan mengukur risiko operasional yang bersifat kualitatif dan prediktif
dengan menggunakan dimensi dampak dan kemungkinan kejadian.
❑
Proses penilaian risiko dilakukan dengan mempergunakan suatu daftar
checklist yang berisi butir-butir pertanyaan tentang evaluasi tingkat risiko,
yang mencakup kemungkinan terjadi, besarnya dampak dan tingkat
efektivitas kontrol.
❑
RCSA umumnya difokuskan pada risiko yang memiliki dampak yang besar
terhadap kemampuan bank dalam menjaga kelangsungan bisnis dan
operasional.
KRI (
KEY RISK INDICATOR
)
❑
KRI
adalah perangkat yang lazim digunakan untuk
mengidentifikasi dan
menganalisis risiko sejak dini
atas naik-turunnya indikator
–
indikator tingkat
risiko dalam ranga pengendalian setiap risiko operasional yang melekat pada
setiap aktivitas bisnis dan operasional bank.
❑
Manfaat KRI adalah :
✓
Memantau dan memprediksi eksposur risiko operasional
✓
Mengidentifikasi perubahan profil risiko operasional
✓
Memberikan masukan/pertimbangan kepada audit Intern dalam menyusun
perencanaan audit
❑
Minimal hasil pencatatan atas pemantauan KRI disampaikan kepada kepala
unit bisnis yang membawahi.
LED (
LOSS EVENT DATABASE
)
❑
LED
adalah alat/perangkat manajemen risiko operasional yang digunakan
untuk
mencatat / mengelola data kejadian/insiden yang telah terjadi
dalam
operasional bank.
❑
Kerugian risiko operasional harus dicatat dalam suatu database dengan
tujuan untuk memudahkan pengelolaan data kerugian secara terstruktur dan
konsisten, serta untuk memastikan bahwa semua kejadian yang menimbulkan
kerugian telah ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
memastikan bahwa proses pengendalian internal apakah sudah cukup
memadai.
HUBUNGAN ANTARA RCSA, KRI, DAN LED
❑
Database kerugian risiko (LED) dapat digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam pengisian/penilaian risiko dalam RCSA dan untuk
melakukan validasi keakuratan dan kebenaran RCSA.
❑
KRI dapat digunakan untuk memberikan indikator terhadap risiko utama
dalam RCSA.
❑
Pergerakan kecenderungan KRI yang tidak sejalan dengan data kerugian
yang tercatat dapat mengindikasikan bahwa batasan nial wajar / normal
KRI yang digunakan kurang tepat untuk menunjukkan tingkat risiko atau
efektivitas kontrol
KEMUNGKINAN & FREKUENSI
LEVEL RATING KEMUNGKINAN TERJADI (SKENARIO SUATU EVENT)
5
Hampir Pasti Kemungkinan suatu event terjadidalam periode 12 bulan80%
4
Kemungkinan besar terjadi Kemungkinan suatu event terjadidalam periode 12 bulan < 80%
3
Kemungkinan dapat terjadi Kemungkinan suatu event terjadidalam periode 12 bulan < 50%
2
Kemungkinan keci terjadi Kemungkinan suatu event terjadidalam periode 12 bulan < 20%
1
Jarang terjadi Kemungkinan suatu event terjadidalam periode 12 bulan < 5%
Low Frequency / Low Impact High Frequency / High Impact
Low Frequency / High Impact High Frequency / Low Impact
KUALITAS KONTROL & RESIDUAL RISK
Kualitas Kontrol
Pengawasasn Aktif Dewan Komisaris & Direksi
Implementasi Risk Culture
Penerapan system pengendalian internal
Perencanaan kontijensi
Kebijakan
SOP
Residual Risk (Heat Map)
RISIKO OPERASIONAL DALAM
PELAKSANAAN PEMBIAYAAN
Risiko operasional dapat terjadi dalam
1.
Akad murabahah (penjualan biaya plus) dan ijarah yang
menghasilkan pendapatan tetap.
2.
Akad istishna yang merupakan penjualan tangguhan
dengan periode konstruksi atau pembangunan
pra-operasional.
3.
Akad bagi hasil yang mendasarkan pada monitoring
pendapatan nasabah peminjam.
Beberapa alasan utama mengapa risiko operasional menjadi
perhatian bank adalah:
Pertama: penerapan program
outsourcing
, deregulasi/regulasi
ekonomi, merger dan akuisisi,
e-commerce
, inovasi teknologi,
serta serangan teroris.
Kedua: pemicu utama, yakni
globalisasi
dan
teknologi
informasi
,
menjadikan
bank
menghadapi
pada
risiko
operasional baru.
Risiko operasional terjadi di unit kerja yang :
❑
Memiliki volume transaksi tinggi
❑
Perputaran transaksi yang tinggi
❑
Perubahan struktural yang tinggi
❑
Sistem yang kompleks
Berdasarkan kemungkinan dan dampak yang terjadi, risiko operasional
dikelompokkan menjadi :
❑
High frequency
–
low impact
❑
Low frequency
–
high impact
❑
Catastrophic loss (risiko operasional yang sangat-sangat jarang terjadi,
namun bila terjadi dampak kerugian yang ditanggung bank sunggguh
luar biasa)
PENGENDALIAN RISIKO OPERASIONAL
Risk Acceptance : Risiko masih dlm batas Risk Appetite.
Risk Mitigation : Memastikan efektivitas kontrol proses/aktivitas produk.
Risk Avoidance : Menghentikan aktivitas/produk.
CONTOH FAKTOR PEMICU RISIKO OPERASINAL
✓ Volume bisnis dan operasional bank
✓ Kecepatan proses bisnis dan operasional bank
✓ Produk-produk dan atau aktivitas bari bank
✓ Teknologi baru bank
✓ Pasar baru yang dikembangkan bank
✓ Kompleksitas dan ketergantungan terhadap teknologi informasi
✓ Globalisasi
✓ E-commerce
✓ Ketentuan atau undang-undang baru
✓ Tekanan dari pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
✓ Tekanan regulasi
✓ Perputaran pegawai
✓ Kelemahan perjanjian
✓ Diversitas budaya dari staf dan nasabah
✓ Merger dan akuisisi
✓ Reorganisasi
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP
OPERASIONAL BANK
Masalah
kesehatan Pembatasansosial
Menurun dan berubahnya kegiatan ekonomi Dampak ekonomi dan keuangan
ISI DAMPAK DAN MITIRGASI RISIKO
OPERASIONAL TERHADAP KEGIATAN BANK
No Aspek Kegiatan Risiko Mitigasi
1 Pembiayaan Survey lokasi Akad
Penagihan
Keputusan kredit 2 Pendanaan Layanan fisik cabang
Uang tunai
Pembukaan/penutupan deposito tabungan
3 Jasa Transfer
PEHITUNGAN KEBUTUHAN MODAL RISIKO
OPERASIONAL
• KBIA= {(GIi-nx )} / N
• KBIA : Modal Risiko Operasional yang dipersyaratkan berdasarkan BIA • GI : Gross Income tahunan selama tiga tahun terakhir yang bernilai positif • N : Jumlah tahun dalam tiga tahun terakhir, dimana GI bernilai positif • = 15%
• KTSA= {tahun1-3max|(GI1-8x 1-8), 0|} / 3
• KTSA :Modal Risiko Operasional yang dipersyaratkan berdasarkan SA • GI1-8: Gross Income masing-masing lini usaha
• 1-8 = angkamasing-masing lini usaha (berkisar 12 % - 18 %)
• Loss Distribution Approach (LDA) • Internal Model Approach (IMA) • Scorecards T ingk at Kerum it an (-) T ingk at Sens if it as R is ik o (+)
BASIC INDICATOR APPROACH (BIA)
BIA atau Pendekatan Indikator Dasar (PID) ATMRRO= Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Operasional
GI = Gross Income yg positif selama tiga tahun terakhir. (NII & NNII)
n = Jumlah tahun yg memiliki gross income posiitif
= 15% (ditetapkan oleh Komite Basel –beban modal skala industri)
KPID = Beban Modal Risiko Operasional menggunakan BIA
K
PID=
σ
𝑖−𝑛𝑛
𝐺𝐼
𝑖−𝑛
∗ 𝛼
𝑛
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BIA
Sederhana,
Mudah diimplementasikan,
Sumber daya kecil,
Bank kecil & menengah.
Tidak sensitif terhadap risiko,
Perhitungan modal
CONTOH PERHITUNGAN MODAL (1)
Apabila dlm menghitung rata2 pendapatan bruto selama 3 tahun terakhir terdapat 1
atau 2 tahun Bank mengalami pendapatan bruto negatif/nihil, maka u/perhitungan rata2 pendapatan bruto tahunan, Bank harus mengeluarkan nilai pendapatan bruto
negatif tsb dari pembilang & penyebut pada saat menghitung rata2 pendapatan
bruto.
Bank A 2011 2010 2009 2008 2007
Pendapatan Bruto 800 1200 (750) (1750) 3000
Untuk posisi tahun 2012 :
ATMR Risiko Operasional = 12,5 x Beban Modal Risiko Operasional = 12,5 x 15% x 800+1.200
2 = Rp.1.875 juta
Untuk posisi tahun 2011 :
ATMR Risiko Operasional = 12,5 x Beban Modal Risiko Operasional
CONTOH PERHITUNGAN MODAL (2)
Bagi bank yg baru berdiri/bank hasil merger/konsolidasi Beberapa Bank melakukan merger menjadi Bank A yg efektif beroperasi sejak tanggal 15 April 2010.
Pada akhir Desember 2010 total pendapatan bruto Bank A sebesar Rp. 750 juta.
Berdasarkan pengaturan di atas Bank A tidak diwajibkan u/menghitung ATMR Risiko Operasional s.d akhir tahun pendiriannya (tahun 2010).
Selama tahun 2011, sejak bulan Januari 2011 Bank A menghitung ATMR Risiko Operasional sbb :
ATMR Risiko Operasional = 12,5 x Beban Modal Risiko Operasional
= 12,5 x { 15% x (750 x 12/9) }
= Rp 1,875 Juta