• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan manusia. Sebuah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan manusia. Sebuah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang

Bahasa merupakan sebuah sistem lambang bunyi yang berfungsi untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau juga perasaan manusia. Sebuah sistem yang hanya dimiliki manusia (Chaer, 2004:12). Sebagai sebuah alat komunikasi, bahasa tidak hanya digunakan oleh manusia dalam sebuah kegiatan yang formal saja, tetapi juga pada kegiatan-kegiatan yang bersifat informal, seperti olahraga. Di dunia ini, berbagai macam jenis olahraga telah ada dan berkembang sejak zaman dahulu. Tidak dapat dipungkiri, saat ini sepak bola adalah olahraga yang paling digemari di dunia.

Sebagai sebuah olahraga yang paling digemari di dunia, sepakbola memiliki bahasanya sendiri sebagai bentuk sebuah komunikasi dalam pertandingan. Komunikasi bahasa sepak bola bisa terjadi pada setiap manusia yang terlibat dalam sepakbola, baik yang bersinggungan secara langsung ataupun yang tidak secara langsung. Bahasa dalam sepakbola bisa berupa bahasa lisan maupun bahasa tubuh atau bahasa isyarat. Bahasa isyarat sendiri biasa digunakan antara pelatih dan pemain, pemain dan pemain, wasit dan pemain, wasit dan pelaksana penyelenggara pertandingan. Bahasa lisan dalam sepak bola lebih sering digunakan oleh komentator sepak bola. Komentator sepak bola adalah seorang yang bertugas menyampaikan dan memberikan komentar tentang apa saja yang terjadi selama pertandingan berlangsung.

(2)

Bahasa atau tuturan yang digunakan komentator sepak bola merupakan suatu tindak tutur. Tindak tutur adalah suatu kegiatan fungsional manusia dalam berbahasa. Untuk komentator sepak bola Indonesia, biasanya selain menggunakan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi, komentator biasanya menggunakan penekanan tindak tutur ilokusi berupa asertif, direktif, ekspresif, serta komisif (Ramdani, 2011:82)

Semakin banyak dan semakin baiknya kiprah liga-liga sepak bola Arab yang ada di televisi, baik itu yang berbayar, tidak berbayar, maupun streaming membuat penelitian tentang bahasa komentator sepak bola liga Arab ini menjadi menarik untuk dilakukan. Apakah tuturan komentator sepak bola Arab memiliki bentuk tindak tutur yang sama atau tidak seperti halnya komentator sepak bola Indonesia. Namun, karena banyaknya kejuaraan sepak bola wilayah Arab yang digulirkan seperti, Liga Mesir (ad-Dauru al-Mis}ri> al-Mumta>z), Liga Arab Saudi (Dauru Zain as-Su’u>di>), Piala Teluk (Ka'su al-Kha>lij) maka penelitian ini difokuskan pada ajang Piala Teluk U-23 tahun 2012 saja. Dipilihnya ajang ini sebagai objek karena ajang ini baru saja berlangsung pada bulan september 2012. Selain itu, bahasa Arab yang digunakan dalam ajang ini adalah bahasa Arab standar (Fush}a>h) sehingga memudahkan peneliti dalam mengkaji aspek kebahasaannya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah jenis tindak tutur

(3)

yang ada pada tuturan yang digunakan oleh para komentator sepak bola pada ajang Piala Teluk Arab U-23 tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui jenis tindak tutur yang ada pada tuturan yang digunakan oleh para komentator sepak bola pada ajang Piala Teluk Arab U-23 tahun 2012.

1.4. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang tindak tutur dalam bahasa Arab sudah pernah dilakukan sebelumnya pada tahun 2006 oleh Aminah dalam skripsinya yang berjudul “Jenis Tindak Tutur dalam Iklan Berbahasa Arab Surat Kabar Al-Ittih{ad: Kajian Pragmatik”. Dalam penelitiannya, Aminah menyebutkan bahwa penutur iklan dalam menyampaikan maksudnya tidak hanya menggunakan satu macam tindak tutur, tetapi beberapa macam tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung literal (direct speech act), langsung tidak literal (direct non literal speech act), tidak langsung literal (indirect literal speech act), dan tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act). Adapun tindak tutur yang paling banyak digunakan adalah tindak tutur tidak langsung, baik literal maupun nonliteral.

Penelitian tentang tindak tutur yang lain juga dilakukan oleh Rakhmatika dalam skripsi S-1 pada tahun 2009 yang berjudul “Iklan pada Majalah Ekonomi

Al-Iqtiṣād wal-A‘ma>l”. Dalam penelitiannya, Rakhmatika menyebutkan penutur iklan menggunakan tiga macam tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung literal

(4)

(direct speech act), tidak langsung literal (indirect literal speech act) dan tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act)., sedangkan tindak tutur langsung tidak literal (direct non literal speech act) tidak ditampilkan.

Penelitian tentang tindak tutur juga dilakukan oleh Hidayati dalam skripsi S-1 pada tahun 2010 yang berjudul “Jenis Tindak Tutur dalam Khutbah Jumat di Masjid Syarqī, Kairo Mesir: Kajian Pragmatik”. Dalam penelitiannya, Hidayati menyimpulkan bahwa penutur Khutbah Jumat tidak hanya menggunakan satu macam tindak tutur, tetapi menggunakan beberapa macam tindak tutur, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Adapun tindak tutur yang paling banyak digunakan dalam khotbah tersebut adalah tindak tutur lokusi.

Selain itu, penelitian juga pernah dilakukan oleh Kholis Abror Maulani pada tahun 2010 dalam skripsi S-1 nya dengan judul “Jenis Tindak Tutur Perintah Mematikan Handphone dalam Pamflet-pamflet pada Masjid-masjid di Kota Ismā’iliyyah”. Dalam penelitiannya, Kholis menyimpulkan bahwa dalam pamflet-pemflet perintah mematikan handphone tersebut tidak hanya menggunakan satu jenis tindak tutur saja, tetapi beberapa macam tindak tutur, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi, tindak tutur langsung literal, serta tindak tutur tidak langsung literal. Adapun tindak tutur yang paling banyak digunakan adalah tindak tutur langsung literal, sedangkan tindak tutur langsung tidak literal dan tidak langsung tidak literal tidak ditampilkan dalam pamflet-pamflet pada masjid-masijd di kota Ismā’iliyyah.

(5)

Penelitian tentang tindak tutur dalam sepak bola sudah pernah dilakukan oleh Oki Nugraha Ramdani (UPI Bandung, 2011) dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi Komentator Sepak bola dalam Program Djarum Indonesia Super League 2009-2010”. Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan empat jenis tindak tutur yaitu asertif, komisif, ekspresif, dan direktif dalam komentar sepak bola Djarum Indonesia Super League. Bentuk tindak tutur yang ditemukan berjumlah enam, yaitu menyatakan sesuatu, mengkritik, berjanji, menginformasikan, memuji, dan mengucapkan selamat. Penekanan ilokusi yang digunakan oleh komentator berupa penekanan suara, intonasi, dan kerja kata performatif. Berdasarkan kategorinya, jenis tindak tutur yang sering digunakan komentator pada awal, tengah, dan akhir pertandingan adalah asertif. Bentuk tindak tutur yang sering digunakan komentator pada awal, tengah, dan akhir pertandingan adalah menyatakan sesuatu. Penakanan ilokusi yang sering digunakan komentator pada awal, tengah, dan akhir pertandingan berupa penekanan suara.

Untuk selanjutnya, hasil penelitian dari Ramdani ini akan dijadikan bahan acuan penelitian Tindak Tutur Komentator Sepak bola pada Ajang Piala Teluk U-23 Tahun 2012. Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian secara menyeluruh terhadap ujaran-ujaran komentator dari semua bagian penyiaran sepak bola mulai dari siaran pra-pertandingan, pertandingan babak pertama, pertengahan pertandingan, pertandingan babak kedua, dan pasca–pertandingan. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menitik beratkan pada pra dan pasca pertandingan.

(6)

1.5. Landasan Teori 1.5.1. Komentator

Komentar adalah ulasan atau tanggapan atas berita, pidato, dan sebagainya yang berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:452), sedangkan komentator adalah orang yang pekerjaannya mengomentari atau mengulas suatu berita dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989:452). Komentator sepak bola adalah orang yang membahas dan melukiskan jalannya pertandingan (Ramdani, 2011:7). Dengan demikian komentator sepak bola adalah seorang yang menggambarkan suasana pertandingan. Hanya saja, pada perkembangannya kini, seorang komentator (khususnya komentator sepak bola) tidak hanya berfungsi untuk mengulas dan menggambarkan pertandingan. Saat ini, komentator juga berfungsi sebagai penyemarak pertandingan yang sengaja didatangkan oleh pihak televisi yang menyiarkan pertandingan sehingga pemirsa memilih untuk menyaksikan siaran tersebut. Adanya fungsi menyemarakkan membuat seorang komentator berhubungan dengan penonton siaran pertandingan (selanjutnya akan disebut pemirsa).

Dalam bahasa arab komentator dipadankan dengan kata mu’alliq (al-Munawwir, 2007:454). Istilah mu’alliq juga dikenal dan digunakan dalam judul-judul video pertandingan (yang menonjolkan tentang komentator) di situs Youtube.com. Dunia sepak bola Arab mengenal beberapa komentator di antaranya Khaled al Harban (Kuwait), Jamaal al Shahsi al Zaami (Saudi Arabia), Khalid el Ghoul (Jordania), Ahmed al Tayeb (UEA), Talal al-Kuwari dan lainnya. Dalam

(7)

Piala Teluk yang menjadi obyek material penelitian ini, yang bertindak sebagai komentator adalah Khaled al Harban, Talal al-Kuwari, dan Jamaal al Shahsi al Zaami.

1.5.2. Pragmatik

Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (Wijana, 1996:1). Ilmu pragmatik sendiri sesungguhnya mengkaji penutur di dalam konteks dan lingkungan sosial tertentu, makna yang dikaji pun bersifat terikat pada konteks. Pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud penutur (Wijana, 1996:3).

Sementara itu, Jacob L. Mey(2004:6) dalam bukunya “Pragmatics: An Introduction” menjelaskan bahwa, pragmatik mempelajari penggunaan bahasa pada komunikasi manusia sebagaimana bahasa itu digunakan dalam masyarakat. Pragmatics studies the use of language in human communication as determined by the conditions of society(Jacob L. Mey, 2004:6).

Sementara itu, Yule (1996:5) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Jadi, pragmatik memepelajari bahasa dengan memperhatikan pemakainya sehingga kondisi pemakai bahasa sangat berpengaruh pada pembelajaran pragmatik.

Dari beberapa pendapat tersebut memiliki kesamaan bahwa pragmatik menekankan pembelajaran pragmatik pada konteks penggunaan bahasa itu sendiri,

(8)

atau studi eksternal bahasa, tidak seperti Morfologi dan Sintaksis yang terikat pada bahasa itu sendiri atau studi internal (Wijaya, 1996:1).

Tindak tutur adalah salah satu kajian dalam pragmatik. Searle (1969:23) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act).

Tindak tutur lokusi adalah Tindak Tutur Lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu (Wijana, 1996:17). Contoh: “ikan paus adalah binatang menyusui”.

Tuturan di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Informasi yang ingin disampaikan adalah ikan paus termasuk jenis binatang apa (Wijana, 1996:18).

Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang tidak hanya berfungsi untuk menyatakan sesuatu, tapi juga untuk melakukan sesuatu (Wijana, 1996:18). Contoh: “Saya tidak dapat datang”.

Tuturan di atas bila diutarakan seseorang kepada temannya yang baru saja merayakan ulang tahun, tidak hanya berfungsi untuk menyatakan sesuatu, tetapi untuk melakukan sesuatu, yakni meminta maaf. Informasi ketidakhadiran penutur dalam hal ini kurang begitu penting karena besar kemungkinanlawan tutur sudah mengetahui hal tersebut (Wijana, 1996:19).

(9)

Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraan nya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur (Wijana, 1996; 20). Contoh: “Televisinya 20 inchi”

Bila kalimat di atas diutarakan oleh seseorang kepada temannya pada saat akan diselenggarakannya siaran langsung kejuaraan dunia tinju kelas berat, kalimat ini tidak hanya mengandung lokusi, tetapi juga ilokusi yang berupa ajakan untuk menonton di tempat temannya, dengan efek perlokusi lawan tutur menyetujui ajakannya (Wijana, 1996:20).

Berdasarkan modus kalimatnya, tindak tutur dibagi menjadi tindak tutur langsung dan tidak langsung. Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dibentuk oleh pemfungsian secara konvensional modus-modus kalimat tertentu, seperti modus kalimat berita untuk memberitahu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk memerintah secara langsung (Wijana, 1996:30). Tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung dengan menggunakan modus kalimat berita dan kalimat tanya (Wijana, 1996:30). Contoh : “Rambutmu sudah panjang”; “Potonglah rambutmu itu!”.

Kalimat “Rambutmu sudah panjang” dapat mengandung arti yang sebenarnya dan berfungsi untuk menyatakan informasi secara langsung karena modusnya adalah kalimat berita (deklaratfi). Akan tetapi, bila kalimat “Rambutmu sudah panjang” diutarakan oleh seorang ibu kepada anak laki-lakinya. Kalimat “Rambutmu sudah panjang” bisa saja merupakan pengungkapan secara tidak

(10)

langsung dari kalimat “Potonglah rambutmu itu!”. Dikatakan tidak langsung karena maksud memerintah dinyatakan dengan kalimat berita (Wijana, 1996:29).

Dalam penelitian ini akan diteliti jenis tindak tutur berdasarkan pembagian yang telah dilakukan oleh Wijana yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Selain itu, akan diteliti jenis tindak tutur berdasarkan modus yakni tindak tutur langsung dan tidak langsung.

1.6. Metode Penelitian

Ada tiga tahap strategis yang harus dihadapi dalam sebuah penelitian (Sudaryanto, 1993:5). Masing-masing tahap menggunakan metode dan teknik yang berbeda sesuai dengan objek sasaran dan data penelitian. Adapun tahapan tersebut adalah tahap penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

Pada tahap penyediaan data digunakan metode simak dengan teknik rekam dan catat. Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto,1993:133). Teknik rekam dilakukan dengan merekam semua bahan penelitian. Pada tahap ini, peneliti akan mengunduh video pertandingan Piala Teluk U-23 tahun 2012 dari official website kejuaraan Piala Teluk shoof.alkass.net yang kemudian disimpan dalam bentuk soft file.

Data penelitian yang masih berbentuk soft file video kemudian dipindah ke dalam bentuk tulisan sehingga menjadi data tertulis. Data tertulis tersebut kemudian ditransliterasikan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, untuk selanjutnya disimpan di kartu data. Data yang tersimpan dalam kartu data ini

(11)

berupa kalimat-kalimat ujaran komentator dalam bahasa Arab selama kejuaraan Piala Teluk U-23 2012.

Pada tahap analisis, digunakan metode padan, yaitu metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang diteliti (Sudaryanto, 1993:13). Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk menentukan kejatian atau identitas objek penelitian. Adapun metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan pragmatis, yakni metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra tutur (Sudaryanto, 1993:15). Dalam analisa, peneliti dibantu oleh dua orang responden Suliman al Timari (Yordania) dan Mohamed el Tedawy (Mesir). Dua orang responden tersebut berperan sebagai mitra tutur komentator atau pemirsa video pertandingan. Selama proses wawancara dengan dua responden di atas, penulis lebih banyak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa dalam komunikasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penggunaan bahasa Arab tidak resmi yang sering digunakan oleh responden. Adapun jawaban dari para responden akan menjadi bahan pertimbangan untuk memahami maksud penutur.

Setelah analisis data selesai, hasil analisis disajikan dalam sebuah laporan. Pada tahap ini, penyajian dilakukan secara informal, yaitu penyajian laporan yang berwujud perumusan kata-kata biasa.

1.7. Sistematika Penulisan

Laporan penelitian ini disusun dalam tiga bab. Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi

(12)

Arab-Latin. Bab II berisi analisis jenis tindak tutur yang terdapat dalam ujaran komentator sepak bola Arab pada ajang Piala Teluk. Bab III kesimpulan, yang merupakan jawaban atas permasalahan yang ada pada penelitian ini.

1.8. Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan transliterasi Arab meliputi konsonan, vokal, ta’ marbut}ah, syaddah, kata sandang, hamzah, penulisan kata, dan penulisan huruf kapital. Berikut ini penjelasan kedelapan hal tersebut di atas.

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus.

No Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan 1

ا

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

2

ب

Ba B Be

3

ت

Ta T Te

4

ث

Tsa S| Es dengan titik di atas

5

ج

Jim J Je

6

ح

H{a H{ H dengan titik di bawah

7

خ

Kha Kh Huruf ka dan ha

(13)

No Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

9

ذ

Z|al Z| Zet dengan titik di atasnya

10

ر

Ra R Er

11

ز

Za Z Zet

12

س

Sin S Es

13

ش

Syin Sy Es dan ye

14

ص

Sad S} Es dengan titik di bawahnya

15

ض

D{ad D{ De dengan titik di bawahnya

16

ط

T{a T{ Te dengan titik di bawahnya

17

ظ

Z{a Z{ Zet dengan titik di bawahnya

18

ع

‘ain ‘ Koma terbalik (di atas)

19

غ

Gain G Ge 20

ف

Fa F Ef 21

ق

Qaf Q Qi 22

ك

Kaf K Ka 23

ل

Lam L El 24

م

Mim M Em 25

ن

Nun N En 26

و

Wawu W We 27

ه

Ha H Ha 28

ء

Hamzah ' Apostrof 29

ي

Ya Y Ye

(14)

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Latin

Fathah a

Kasrah i

Dhammah u Contoh :

َﺐَﺘَﻛ

/kataba/

َﻛ ُﺮ

َم

/karuma/

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Latin

ْي...

fahah dan ya’ ai

ْو...

fathah dan wawu au

Contoh :

ٌﲔَﻋ

/’ainun/

Vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Latin

ى...َ ا... fathah dan alif atau ya’ a>

ي... kasrah dan ya’ i>

(15)

Contoh:

ل

َوﺎ

َﺣ

/

h}a>wala/

َﻛ ِﺮ

ٌْﱘ

/kari>mun/

3. Ta>’ Marbu>ṭah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>ah ada dua: Pertama, ta>’ marbu>ah yang hidup atau mendapat harakat /fatah/, /kasrah/, dan /ḍammah/, transliterasinya adalah /t/. Kedua, kalau pada kata yang terakhir dengan ta>’ marbu>ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka

ta>’ marbu>ah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

لﺎﻔﻃﻷا ﺔﺿور

/raud}ah al-at}fa>l/ /raud}atul-at}fa>l / 4. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda /syaddah/ atau tanda /tasydid/, dalam transliterasi ini tanda /syaddah/ tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda /syaddah/ itu. Contoh:

ر ّﺑﺎﻨ

/rabbana>/

لّﺰﻧ

/nazzala/ 5. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu

“al”. Namun, dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf

(16)

qamariyah. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu, sedangkan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan huruf yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang. Contoh:

ّﻨﻟا

ءﺎﺴ

/an-nisa>'/

ﻢﻠﻘﻟا

/al-qalamu/

ﻞﺟّﺮﻟا

/ar-rajulu/

6. Hamzah

Dinyatakan di depan, bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh:

ﺧﺄﺗ

نو

/ta’khużūna/

ءﻲﺷ

/syai’un/

ّنِإ

/inna/ 7. Penulisan Kata

Pada dasarnya, setiap kata, baik fi‘l, ism, maupun ḥarf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan

(17)

maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh:

ﺧ ﻮﳍ ﷲ ّنإو

ﲔﻗزاّﺮﻟا ﲑ

/Wa innalla>ha lahuwa khair ar-ra>ziqi>na/ /Wa innalla>ha lahuwa khairur-rāziqi>na/ 8. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang dituliskan dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh:

لﻮﺳر ّﻻإ ﺪﻤﳏ ﺎﻣو

/Wa ma> Muhammadun illa> rasūl/

ﺬﻟا نﺎﻀﻣر ﺮﻬﺷ

نآﺮﻘﻟا ﻪﻴﻓ لﺰﻧأ ي

/Syahru Ramad{a>n allaz|i> unzila fi>hi al-Qur'ān/

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arab-nya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan. Contoh:

ﺐﻳﺮﻗ ﺢﺘﻓو ﷲ ﻦﻣ ﺮﺼﻧ

/Narun minalla>hi wa fath}un qari>b/

ﺎﻌﻴﲨ ﺮﻣﻷا

/lilla>hi al-amru jami>‘an/

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Bennett (1998) dalam pemilihan batang pohon untuk biawak di kandang, hindari batang yang sudah busuk dan yang memiliki getah atau resin. Pada kandang

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Penerimaan Terhadap Program KB.. KESIMPULAN DAN

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis proses adaptasi retina mata ikan layang ( Decapterus ruselli ) terhadap intensitas cahaya pada bagan rambo untuk

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

$ami juga akan belajar tentang strategi umpan digunakan oleh penyerang untuk mengganggu respon pertahanan hormon-mediated pada tanaman, dan kami akan menjelaskan bagaimana

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh perilaku konsumen yang terdiri dari fakor budaya, sosial, individu, dan psikologis mempunyai

dari keseluruhan stasiun pada perairan timur laut Teluk Meksiko setiap musim, secara umum pola spektral dan nilai rata- rata R rs pada gelombang biru, hijau, dan. merah