Sanksi pelanggaran Pasal 72:
Undang- undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Per ubahan atas Undang-un dang Nomor 12 Tahun 1997 Pasal 44 Tentang Hak Cipta .
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal49ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tuj uh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapadengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatuciptaanataubarang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait, sebagaimana dimaksud ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (Iima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Iima ratusjuta rupiah)
L
J
KesitBambang Prakosa
Edisi Revisi
Kesit, Bambang Prakosa
Pajak danRetribusiDaerah/BambangKesit: penyunting, Sobirin Malian. --Yogyakarta: UII Press,2003; 2005
211 + xiii hlm.; 15x 21 x 1 cm Bibliografi: Wm.
ISBN 979-333 3-14-6
1. Daerah .: Perpajakan. I. Judul. 11. Malian, Sobirin
320.9598
Cetakan Pertama,Juli 2003 Cetakan Kedua, Maret 2005 Cover-layout: Hasna-Tarisha
Penerbit : UII Press Yogyakarta (anggota lKAPI) Tel.(0274)547865,Fax.(0274)547864
e-mail: uiipress@asia.com;uiipress@uiLac.id Hak ciptae2003; 2005 pada UII Press dilindungiundang-undang.
Untuk Buah Hatiku:
Isteriku dik Wied dan
Anakku Adri dan Bagas
Kata Pengantar
Bismillahirakhmanirakhimi
P
Uj i syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat ridho-Nya buku Pajak dan Retribusi Daerah ini dapat diselesaikan. Penulis berharap buku ini dapat memberikan sedikit sumbangan kepada para mahasiswa dan peminat perpajakan untuk mendalami masalah perpajakan daerah. Hal ini mengingat masih terbatasnya buku-buku yang membahas masalah perpajakan daerah, selain itu hadirnya buku ini diharapkan semakin memperluas wawasan mengenai pajak dan retribusi daerah dalam rangka meningkatkan penerimaan daerah dari kedua sektor tersebut.Buku ini dibagi menjadi 13 bab yang terdiri dari : Dasar-dasar Perpajakan Daerah, Sistem Perpajakan Daerah, Sarana Pelaporan Pajak Daerah, Kriteria Efektivitas Pajak Daerah, Pajak Daerah Tingkat Kabupaten, Pajak Daerah Tingkat Propinsi, Kriteria Retribusi Daerah, Retribusi Daerah Tingkat Kabupaten, Retribusi Daerah Tingkat Propinsi, Tatacara Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah, Kinerja Pajak dan Retribusi Daerah serta Teknik Penyusunan Peraturan Perpajakan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman diUIIPress khususnya, Mas Sobirin, Mas Tri Sihono atas kerjasamanya dalam menerbitkan buku ini. Tak lupa juga terima
viii ~PajakflanRetribusi Daerah
kasih kepada isteriku tercinta dik Wiwieddan juga anakkuAdridan si bungsu Bagas yang telah banyak berkorban kehilangan waktu untuk selalu bersama.
Akhirnya penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna maka kritik dan saran dari para pembaca yang budiinan sangat penulis harapkan baik langsung maupun melalui E_mail: bambangkesit@fe.uii.ac.iduntuk dapat memperbaiki buku ini pada waktu yang akan datang.
Purwomartani, Juni 2003 Penulis. ;"."-,,,
Oaftar
isi
~.
Persembahan 5 Kata Pengantar ...~. .... ... .. .. .. .. . . .. . .. ... .. .. . .. . .. . .. . . .. .... .. 7BAB 1 DASAR-DASAR PAJAK DAERAH 1
PENGERTIAN PAJAKDAERAH 1
KRITERIA PAJAK DAERAH 2
JENIS-JENIS PAJAK DAERAH : 3
PUNGUTANPAJAK 4
TARIF PAJAK ' 8
UTANG PAJAK 10
BAB 2 KRITERIA EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH 13
KECUKUPAN DAN ELASTISITAS 13
KEADILAN :. .. . .. . ... .. .. . . .. .. . ... . . ... .... 15
KEADILAN VERTIKAL 15
KEADILANHC>RI~{)NTAL 16
KEADILAN SECARA GEC>GRAFIS 16
KEMAMPUAN ADMINISTRATIF 18
KESEPAKATANPC>LITIS 19
BAB 3 ADMINISTRASI PAJAK DAERAH 23
PENGENAANPAJAKDANTARIFC>LEHDAERAH 23
x
I1
PajakdanRetribusiDaerahDqfiar [si
11
xi-PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH 79
PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK 79
PEMBA YARAN DAN PENAGIHAN 81
SURAT KETETAPAN PAJAK ; 82
SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH 82
KEBERATAN DAN BANDI NG 82
KEPUTUSAN KEBERATAN 83
PENGAJUAN BANDING : 83
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN, DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI
ADMINISTRASI 84
JAMINAN KERAHASIAAN 84
PENYIDIKAN 85
. . .. 1
BAB7KETENTUANUMUMRETRIBUSIDAERAH 87
TERMINOLOGI RETRIBUSI DAERAH
J
88JENIS-JENIS RETRIBUSIDAERAH ···
:
~
i 89SARANA PELAPORANRETRIBUSI
DAERA
~
91SURAT SETORANRETRIBUSI DAERAH
'
.'
r
y,91 SURATKETETAPANRETRIBUSIDAERAH.
~
:
\
:
~'.
91. 1
SURAT KETETAPAN RETRIBUSI DAERAHLEBIHBAYAR 91 SURAT TAGIHAN RETRIBUSI DAERAH '" 92
TATA CARA PEMUNGUTAN 92
KEBERATAN '" . 92
PENGEMBALIANKELEBIHAN PEMBAYARAN 93
KEDALUWARSAPENAGIHAN 4
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN .
KERAHASIAAN .
KETENTUAN PIDANA '" '" 9.
PENYIDIKAN 96
BAB 8PAJAK DAERAH DI TINGKAT PROPINSI 99 PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN KENDARAAN DI BADAN YANG MENERIMA PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR,100
PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN OLEH DAERAH 25
MENGUSAHAKAN PEMUNGUTAN PAJAK SECARA EFEKTIF 27
PEMBERIAN HASIL PAJAK UNTUK DAERAH 29
HUBUNGAN ANTARA OBJEK YANG DIKENAKAN PAJAK .. ,30 OBJEK YANG DIKENAKAN PAJAK ANTAR PEMERINTAHAN 31
PENGARUH INSENTIF 32
BAB 4 KRITERIA EFEKTIVITAS RETRIBUSI DAERAH
35
DASAR-DASAR RETRIBUSI 36
TINGKA T PENGENAAN RETRIBUSI 39
PERKIRAAN BIAYA 43
RETRIBUSI DI BAWAH BIAYA 49
RETRIBUSI DI ATAS BIAYA 52
PENILAIAN: KECUKUPAN DAN ELASTISITAS 53
PENILAIAN: KEADILAN 54
PENILAIAN: KEMAMPUAN ADMINISTRASI 56
PENILAIAN: KESEPAKATAN POLITIS :.. 57
PENILAIAN: RETRIBUSI OLEH PEMERINTAH DAERAH 58
KESIMPULAN 59
BAB 5 SISTEM PERPAJAKAN DAERAH 61
PENGERTIAN PERPAJAKAN 61
SISTEMPERPAJAKAN DAERAH 62
KEBIJAKAN PERPAJAKAN 63
HUKUM PAJAK 65
ADMINISTRASI PAJAK 67
IKLIM PERPAJAKAN 67
BAB 6 KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH 71
TERMINOLOGI PAJAK DAERAH 72
xii ~PajakdiJn Retribusi Daerah
PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR 111 PAJAK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR BAWAH
TANAH DAN AIR PERMUKAAN 112
BAB 9 PAJAK DAERAH TINGKAT KABUPATENIKOTA
109
~.
PAJAK HOTEL j 116 PAJAK RESTORAN , j 118 PAJAK HIBURAN \ 119:~;~~
REKLAME ... .... ...•... ...\ 121 PENERANGAN JALAN 122PAJAK PENGAMBILAN BAHlAN GALIAN GOLONGANC 124
PAJAK PA'RKIR - 126
I
BAB 10 RETRlBUSI DAERAH 129 t
A. Retribusi Jasa Umurn ..i ·· ··· _ 129 B. Retribusi Jasa Usaha ..
t
.:
·
···
..·
·..···
·
_
..
131 C. Retribusil
erizioaD Te rtentu ' 131BAB11MYlNGUKURKINERJAPAJAKDANRETRIBUSI 133 '"I'
j .IJ
PENGU JJRAN KINEIUA 133
f '
PEMU
~GUTAN
POTENSIPENERIMAAN 135~( 11
PAJ!Mi
~
HOTEL DAN RESTORAN 136PMAlK HIBURAN 139 i pAJ) \KREKLAME 142
P
Al
'
AK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) 142 BEA BALIKNAMAKENDARAAN BERMOTOR(BBM - KBM) .. 143 tW
ETRIBUSI KEBERSIHAN 144 Ji.ffiTRIBUSI PARKIR.., 145.PENGUKURAN EFISIENSIPAJAK DAN RETRIBUSI 146
BAB 12 DESAIN TAX POLICY DAERAH ...•..149
DaftarIsill xiii
-PRINSIP KEBIJAKAN PAJAK YANG BAlK 150 TAXPOLICY MERUPAKANALAT DARI KEBIJAKAN MONETER
DAN FISKAL 151
SISTEMPERPAJAKAN YANG EFISIEN 153
PERANAN DAN IMPLIKASI SUATU TAX POLiCy " 156 BAB13TE~KPENYUSUNANPERATURAN
PERPAJAKANDAERAH 161
KIATPENYUSUNAN PRODUK HUKUMDAERAH 162
DASARTEKNIKPENYUSUNAN 168
JENIS-JENIS PRODUKHUKUM DAERAH 170
KAIDAH-KAIDAH HUKUM 172
TEKNIKPENYUSUNANPRODUK-PRODUKHUKUM 173 PENCABUTAN PRODUK-PRODUK HUKUMDAERAH 206
RAGAM BAHASA 208
DAFTAR PUSTAKA 215
DASAR·DASAR PAJAK DAERAH
B
ab ini akan membicarakan tentang dasar-dasar perpajakan daerah atau pokok-pokok perpajakan daerah. Bab ini diawali dengan pembahasan mengenai pengertian secara umum pajakdaerah, kriteria pajak daerah dan pengertian pajak daerah menurut
UU No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana terakhir telah diubah dengan UU No 34 Tahun 2000.
Selanjutnya, dibahas tentangjenis-jenispajak daerah, yang dibedakan
menjadi dua yaitu pajak propinsi dan pajakkabupaten atau kota. Pada
bagian tengah dari babinimembahas tentangazasdanteori pemungutan
pajak, hal ini penting karena untuk mendasari pola berpikir bahwa
memungut pajakituhamsbersikap adildantidakdiskriminatif.Kemudian
bagianakhir daribabini membahastarifpajak,utangdanpenagihan pajak
serta hapusnya utangpajak.
PENGERTIAN PAJAKDAERAH
Secaraumum, pajak adalahiuran wajib anggotamasyarakatkepada
negara karenaundang-undang, dan ataspembayarantersebutpemerintah tidak memberikan balas jasa yanglangsung dapatditunjuk. Dalamkonteks daerah, pajakdaerah adalahpajak-pajak yang dipungutoleh pemerintah daerah (misal: Propinsi, Kabupaten, Kota) yang diatur berdasarkan
2 ~PajakdanRetribusiDaerah , Dasar-dasar Pajak Daerah
lJ
3 peraturan daerah masing-masing danbasil pemungutannyadigunakanuntukpembiayaan rumahtanggadaerah. Sedangkan menurut VU No.18Tahun 1997tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan VV No. 34 Tahun 2000, Pajak Daerah adalah iuran wajib yangdilakukan olehorangpribadi ataubadankepada Daerahtanpa imbalan langsung yangseimbang. Pajak Daerah dapat dipaksakan berdasar peraturan perundang-undangan yangberlaku, dimana basilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah danpembangunan Daerah.
KRITERIAPAJAK DAERAH
Kriteriapajakdaerahtidakjauh berbedadengan kriteria pajakpusat, yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak pusat yangmemungutadalah Pemerintah Pusat, sedangkan pajakdaerahyang memungut adalah Pemerintah Daerah. Kriteria pajak daerah secara spesifik diuraikanoleh Davey (1988)dalambukunyaFinancing Regional Gov-ernment,yang terdiridad4 (empat)ha!yaitu:
1. Pajakyangdipungut olehpemerintah daerah berdasarkan pengaturan daridaerahsendiri,
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat tetapi penetapan tarifnyadilakukan olehpemerintah daerah,
3. Pajakyang ditetapkan dan ataudipungut olehpemerintah daerah, 4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat
tetapi hasil pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah. Dari kriteria pajak tersebut, dapat disimpulkanbahwa pengertian pajak daerah tersebut terdiri dari pajak yang ditetapkan dan atau dipungut di wilayah daerah dan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat. Pajak yang dipungut di wilayah daerah ini dikenal sebagai pajak daerah terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar KendaraanBermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak PeneranganJalan dan Pajak Pengam-bilan Bahan GalianGolonganC. Sedangkan bagi hasilpajak, misalnya
PBB (Pajak Bumi danBangunan). PBBini pengadministrasian dataobjek pajak melibatkan PemerintahDaerah, khususnya ditingkatpedesaan. Demikian pula pemungutannya, Pemerintah Desa/Kecamatan juga terlibat.Hasil pemungutannya disetorke Kas Negara Pajakdaerahyang dibahas disini hanyapajakyangdipungut di wilayah daerah saja.
JENIS-JENIS PAJAK DAERAH
Dalam literatur pajak dan public finance, pajak dapat diklasifikasikan berdasar golongan, wewenang, sifat dan lain sebagainya. Pajak Daerah termasuk klasifikasi pajak menurut wewenang pemungutnya.Artinya, pihak yang berwenangdan berhak memungut pajakdaerah adalahpemerintah daerah. Selanjutnya, pajak daerah ini dapat diklasifikasikan kembali menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutnya. Menurut wilayah pemungutannya pajak daerah dibagi menjadi:
PajakPropinsi
Pajak Propinsi adalahpajak daerah yang dipungutoleh pemerintah daerahtingkat propinsi. PajakPropinsi yangberlaku di Indonesia sampai saatini, terdiridari:
a. PajakKendaraan Bermotordan Kendaraandi atas Air
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Kabupaten/Kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Pajak Kabupaten/Kota yang berlaku Indonesia sampai saat ini, terdiri dari:
a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan
4
I1
PajakdonRetribusi Daerah Dasar-dasar PajakDaerah11 5d. Pajak Reklame e. Pajak Parkir
f. Pajak Penerangan Jalan
g. Pajak Pengambilan BahanGalian Golongan C PUNGUTAN PAJAK
Disadari atau tidak pada hakekatnya pajak daerah merupakan pungutan yang dikenakan terhadap seluruh rakyat di suatu daerah. Segalabentuk pungutan yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah sebenarnya merupakan pengurangan hak rakyat oleh pemerintah .Oleh karena itu, dalam pemungutannya tidak. boleh diskriminatif dan harus diupayakan bersifat adil. Dalam
perpajakan keadilan haruslah obyektif dan dapat dirasakan merata oleh rakyat. Atas dasar pemikiran tersebut maka diperlukan landasan
berpikir dalam melakukan pernungutan pajak. Landasan berpikir
yang mendasari pemungutan pajak ini dikenal dengan azas pemungutan pajak. Azas saja tidaklali cukup,perlu justifikasi yang melandas i konsep berpikir yang rasional dalam pelaksanaan pemungutan pajak tersebut, konsep inilah yang dikenal denganteori pungutan pajak.
AsasPemungutan Pajak
Menurut Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations
bahwa dalam pemungutan pajak agar diupayakan adanya keadilan objektij.Artinya, asas pemungutan yang mendasarinya bersifatumum dan merata. Asas pemungutan pajak ini dikenal The Four Maxims atau Smith's Cannon,yaitu:
a. Equality,kesamaan dalam beban pajak, sesuai kemampuan wajib pajak,
b. Certainty, dijalankan secara tegas, jelas dan pasti,
c. Convenience,tidak menekan wajib pajak, wajib pajak membayar pajak dengan senang dan rela,
d. Efficiency/economy, biaya pemungutannya tidak lebih besar dari jumlahpenerimaanpajaknya.
TeoriPungutan Pajak
Sepertitelahdiuraikan sebelumnya, teoripungutanpajak muncul untuk mencari dasar konseptual pemungutan pajak bagi negara, sehingga secara teoritis pemungutan paj ak yang dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik dipandang dari sisi yuridis maupun sisi ilmiah. Dengan kata lain bahwa, teori pungutan pajak ada guna
memberidasarmenyatakankeadilan (justification) kepada hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya. Berikut ini beberapa teori pungutan pajak yang pernah adaatau yang masih digunakan sebagai dasar pemungutan pajak sampai sekarang.
a. Teori Asuransi
Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh masyarakat (tertanggung) kepada negara (penanggung ). Kelemahanteori ini, jika rakyat mengalami kerugian seharusnya ada
penggantian dari negara, kenyataannya tidak ada. Selain itu, besarnya pajak yang dibayar dan jasa yang diberikan tidak ada hubungan langsung.
b. Teori Kepentingan
Pajak dibebankan atas dasar kepentingan (manfaat) bagi mas
ing-masing orang. Teori ini juga dikenal sebagai Benefit Approach Theory.
c. Teori Daya Pikul
Kesamaan beban pajak untuk setiap .orang sesuai daya pikul masing-masing. Ukuran daya pikul ini dapat berupa penghasilan dan kekayaan atau pengeluaran seseorang. Teori ini dikenal sebagai
Ability to PayApproach Theory.
d. Teori Bakti
Pajak (kewajiban asli) merupakan bukti tanda bakti seseorang kepada negaranya.
6
\1
PajakdanRetribusi Daerah.Dasar-dasar Pajak Daerah
IJ
7e. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilanpemungutanpajak, pada kepentinganmasyarakat, bukan pada individu atau negara.Keadilan dipandang sebagai efek dari pemungutan pajak.
PEMUNGUTAN PAJAK
Pemungutanpajak dapat dilakukan bergantung pada dua hal yaitu keadaan objek pajak dan kewenangan pungut. Keadaan objek pajak merupakan dasar pengenaan pajak yang dibatasi oleh waktu atau periode. Keadaan objek pajak di masa lalu, dengan masa sekarang bisa sama, bisa juga berbeda. Karena sifat inilah, perlu cara penafsiran keadaan objek pajak yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya atau mendekati yang sesungguhnya. Cara penafsiran keadaan objek inilahyang dikenal pengakuandan pengukuranobjekpajakatau stelsel. Sedangkan kewenangan pungut, menekankanpihak-pihakyang terlibat dalampembayaranpajak. Artinya, siapa yang berhak memungutpajak dan bagaimana caranyamenghitung besarnyapajakyang harusdibayar. Kewenangan pungut dan cara menetapkan besarnya pungutan pajak inilah yang melahirkan sistem pemungutan pajak.
1. Dasar Pemungutan Pajak
Dasar Pemungutan pajak ini merupakan bentuk operasional dari pengakuan dan pengukuran keadaan objek pajak atau stelsel. Berikut ini dasar pemungutan pajak yang dikenal dalam berbagai literatur perpajakan yaitu:
a. Stelsel Nyata (Riil Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada keadaan objek yang sesungguhnya (riil atau nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun setelah keadaan sesungguhnya objek pajak diketahui. Keunggulan stelsel ini sebagai dasar pemungutan pajak lebih realistis. Kelemahan dari stelsel ini, pajak baru dapat dibayar atau dikenakan setelah akhir periode, yaitu ketika keadaan objek pajak secara riil telah diketahui.
b. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada keadaan yang diatur oleh ketentuan atau peraturan perundang-undanganyang berlaku. Keadaan yang diatur ini merupakan suatu asumsi atau anggapan yang ditetapkan oleh ketentuan atau peraturan. Misalnya, keadaan objek pajak tahun sekarang sama dengan keadaan objek pajak tahun lalu, sehingga pajak tahun sekarang dapat dikenakan pada awal tahun. Keunggulan stelsel ini, pajakdapatdibayar selamatahunberjalan, tanpa harusmenunggu pactaakhirtahun. Kelemahannya, pajakyangdikenakan atau dibayartidakmenggambarkan keadaanpajakyang sebenarnya. c. Stelsel Campuran
Untuk mengatasikelemahanmasing-masing stelseltersebut, maka dalampelaksanaan pengenaan pajakdilakukan dengandua cara. Di awal tahun, pajakyangdikenakandidasarkanpada keadaanobjekpajak pacta tahun lalu, dan di akhirtahun pajak dikenakan berdasar keadaan objek pajak sesungguhnya. Karenapelaksanaannya demikian,maka stelsel ini disebut Stelsel Campuran.Jika pajak yang dibayar di awal tahun lebih besar dari pajakyang dihitung pada akhir tahun, maka terjadi kelebihan pajak. Kelebihanpajak bayarinidapat direstitusi (kelebihannyadapat diminta kembali).Sebaliknya, jikaakhirtahun yang lebihbesar,makawajib pajakyangbersangkutan melunasi kekurangannya.
2. Sistem Pemungutan Pajak
Kewenangan pungutdan caramenetapkan besarnyapungutanpajak inilah yang melahirkan sistem pemungutan pajak.Berikutini sistem pemungutanpajakyangdikenal dalamliteratur perpajakan, yaitu:
a. Official Assessment System
Sistempemungutan pajakyang mempercayakan kewenangan untuk menentukan besarnyapajakyangterutang padafiskus(pemerintah).Sistem ini meletakkan wajib pajakpacta posisiyang lemahdanpasif,utangpajak timbul setelah terbitnya suratketetapan pajakolehfiskus.Sistem inihanya cocokditerapkan padamasyarakat yangberpendidikan rendahdantingkat
8 ~PajakdanRetribusi Daerah
Dasar-dasar Pajak Daerah
IJ
9Pajak Terutang Rp 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 Pajak Terutang Rp 1.500.000,00 10.000.000,00 21.000.000,00 Pajak Terutang Rp 2.000.000,00 2.700.000,00 4.000.000,00 4.900.000,00 Tarif 10% 10% 10% 10% Tarif 15% 25% 35% Tarif 10% 9% 8% 7% Contoh:
Dasar Pengenaan Pajak
Rp 1.000.000,00 2.000.000,00 3.000.000,00 4.000.000,00 2. Tarif Progresij
Tarif pajak yang persentasenya meningkat, sesuai besarnya (meningkatnya) dasar pengenaan pajak
Contoh:
Dasar Pengenaan Pajak
Rp 10.000.000,00 40.000.000,00 60.000.000,00 3. Tarij Degresij
Tarif pajak yang persentasenya menurun, sesuai meningkatnya dasar pengenaan pajaknya
Contoh:
Dasar Pengenaan Pajak Rp 20.000.000,00
30.000.000,00 50.000.000,00 70.000.000,00.
kejujuran aparat pajak tinggi. Jika tidak, bisa menimbulkan kesewenangan dari aparat pajak dan korupsi.
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan, tanggungjawab dan kewenangan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajak yang terutang atau harus dibayar kepada diri pribadi wajib pajak sendiri. Sistem ini hanya cocok diterapkan bagi masyarakat yang sudah maju dan iklim pajaknya sudah baik, tax mindedtinggi, dan tingkat integritas masyarakat tinggi.
c. Withholding System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan dan kepercayaan kepada pihak ketiga untuk menghitung, memotong, atau memungut besarnya pajak yang -terutang oleh wajib pajak.
TARIFPAJAK
Sebagaimana diuraikan dalam azas pemungutan pajak, bahwa pemungutan pajak dilakukan secara adil, artinya umum dan merata. Salah satu bentuk operasional penciptaan keadaan pemungutan pajak yang adil yaitu melalui tarif pajak: Namun demikian, penerapan tarif pajak di lapangan bergantung dari tujuan yang ingin dicapai oleh fiskus. Misalnya, untuk masyarakat yang penghasilannya tidak merata dan cenderung rendah, maka penerapan tarif pajak progres if-progresif lebih mencerminkan keadilan dibandingkan dengan tarif pajak lainnya. Tarif pajak, merupakan alat ukur untuk menilai tingkatan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Secara teoritis terdapat4 macamtarif pajak, yaitu:
1. Tari! ProporsionaI
Tarif pajak yang persentasenya tetap dan tidak bergantung pada besarnya dasar pengenaanpajak.
4. Tarif Tetap
Jumlah atau angkanya tetap, tidak bergantung besarnya dasar pengenaan pajak
Tarif Pajak Terutang Rp 1.000.000,00
1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00
10 ~PajakdonRetribusi Daerah
Contoh:
Dasar Pengenaan Pajak Rp 10.000.000,00'
20.000.000,00 40.000.000,00 50.000.000,00
UTANGPAJAK
Secara umum, utang timbul karena adanya perikatan antara debitur dan kreditur. Namun, tidak demikian untuk utang pajak.· Utang pajak timbul karena undang-undang atau peraturan yang ditetapkan oleh negara. Ada dua konsep teori yang menjelaskan timbulnya utang pajak:
a. Konsep Materiel
Menurut konsep ini utang pajak timbul karena ada sebab-sebab yang mengakibatkan seseorang dikenakan pajak.Artinya, utang pajak timbul karena dipenuhinya syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang, dalam bahasa Belanda disebuttatsbestand.
Syarat-syarat tertentu tersebut berupa serangkaian perbuatan, keadaan dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak. Dengan demikian, menurut konsep ini utang pajak timbul tidak harus menunggu adanya surat ketetapan pajak.
b. Konsep Formiel
Menurut konsep ini utang pajak timbul bila telah ada ketetapan dari fiskus. Artinya, utang pajak timbul karena adanya surat ketetapan dari fiskus. Meskipun dipenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang tetapijika tidak ada surat ketetapan maka belum terutang pajak atau timbul utang pajak.
Dasar-di1sar Pajak Daerah
IJ
11 Penagihan Utang PajakTindakan penagihan utang pajak dapat dilakukan dengan 2 langkah:
a. Penagihan secara pasif, pada umumnya dilakukan dengan penyerahan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dan terakhir menggunakan Surat Tegoran,
b. Penagihan secara aktif yaitu penagihan dengan menggunakan Surat Paksa dan dilanjutkan dengan tindakan sita.
Berakhimya Utang Pajak
Setiap perikatan,termasuk pula utang pajak pada waktunya akan berakhir, dan berakhirnya utang pajakjika terjadi hal-hal berikut ini:
a. Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada diri wajib pajak akan hapus dengan sendirinya jika telah ada pembayaran sejumlah pajak yang terutang. Pembayaran dapat dilakukan ke Kas Negara atau lembaga lain yang ditunjuk, misalnya Bank atau Kantor Pos dan Giro.
b. Kompensasi
Jika jumlah pembayaran pajak yang dilakukan oIeh wajib pajak melebihi jumlah pajak yang terutang, maka timbuI selisih lebih. Selisih lebih inilah yang dapat dikompensasikan dengan utang pajak lainnya. Kompensasi pajak ini dapat dibedakan menjadi dua: (1)Kompensasi Horisontal, adalah pengalihan kelebihan pembayaran
suatu jenis pajak pada tahun tertentu dengan utang pajak jenis yang sama pada tahun berikutnya.
(2) Kompensasi Vertikal, adalah pengalihan kelebihan pembayaran
suatu jenis pajak pada tahun tertentu dengan utang pajak jenis yang lain pada tahun yang sama.
12 ~PajakclanRetribusi Daerah
c. Daluwarsa
Daluwarsa terjadi jika waktu penagihan utang pajak telah lewat waktu yang sudah ditentukan, akibatnya utang pajak tersebut tidak dapat ditagih oleh fiskus dan dianggap lunas. Penentuan batas waktu penagihan utang pajak ini merupakan salah satu bentuk kepastian hukum dalam undang-undang perpajakan.
d. Pembebasan
Jika utang pajak berakhir dengan tidak semestinya, tetapi karena ditiadakan oleh fiskus, maka utang pajak ini disebut dibebaskan. Pada umumnya pembebasan tidak diberikan terhadap pokok pajak tetapi terhadap sanksi administrasi.
e. Penghapusan
Penghapusan utangpajak samasifatnya denganpembebasan, hanya sajapenghapusan diberikan karena keadaan pribadi wajib pajak, misalnya bangkrut ataupailit.
~
r!!a
~KRITERIA PAJAK DAERAH
B
ab ini membahas karakteristik pajak daerah secara umum. Tidak semua potensi yang menjadi sumber pendapatan Pemerintah Daerah dapat langsung dikenai pajak daerah. Ada 5 (lima) kriteriayangharusdipenuhi suatupotensi pendapatan agar dapat menjadi obyek pengenaan pajak daerah (Davey, 1988), meliputi kecukupan dan elastisitas, pemerataan, kemampuan administratife, kesepakatan politik, dankecocokan suatupajak. Kriteriapajakdaerah inimenjadi penting berkaitan peran Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pendapatan daerahnya gunamencapai kemandirian pembiayaan daerah. Hatinidiperlukan agarproses pungutan, administrasidanpenetapan tarif terhadap sumber-sumber pendapatan tersebuttidakmenyalahi kewenangan Pemerintah Daerah.KECUKUPANDANELASTISITAS
Kecukupan sumber pendapatan yangdapat dipajaki. Artinya, sumber tersebuthams menghasilkan pendapatan pajaklebih besardibandingkan seluruh atau sebagian biayapelayanan yang akandikeluarkan. Jikabiaya pelayanan meningkatmakapendapatan pajaknya jugameningkat. Keadaan demikian mencerminkan pajak menunjukkan elastisitasnya,artinya
pajak-14 11PajakdonRetribusi Daerah
pajaktersebut marnpu menghasiIkan tambahan pendapatan untuk menutup kenaikan pengeluaran Pemerintah. Halinisecara otomatis berakibat pada perkembangan besamyadasar pengenaan pajak.Elastisitas merupakan derajat reaksi atau respons (tanggapan) dari suatu variabel karena perubahan variabellain (Soetrisno, 1984). Misalnya, harga-harga meningkat, jumlah penduduk bertambah, dan pendapatan individu bertambah, maka pendapatan pun sebagai dasar pengenaan pajak bertambah.
Elastisitas pajak mempunyai 2 (dua) dimensi. Pertama adalah pertumbuhanpotensi dari dasar pengenaanpajak.Kedua, kemudahan untukmemungut pertumbuhan pajaktersebut. Untukmemberi gambaran perbedaan keduadimensi tersebut, ditunjukkan pada keterkaitan tingkat inflasi denganpajakpenjualan dan pajakhartatetap. Ketika harga-harga barang danjasa naik, dasar pengenaan pajakpenjualanpun bertambah jumlahnya.Jikapajaktersebut merupakan persentase tertentu dari harga barangdanjasa (nilai kotorpenjualan yangdikenakan pajak),makahasil pajakakanmeningkat secara otomatis sesuai denganperkembangan dasar pengenaan pajaknya.Inflasi biasanya mendorong tingkat hargaataunilai sewaharta tetap naik. Pertumbuhan potensidasar pengenaan pajakatas harta tetap hanya dapat digali kalautarifnya ditingkatkan, atau hartanya dinilai kembali (revaluasi) secara administrasi pajak. Dalamha!inielastisitas pajakditekankan pada kemudahan untukmemungut pertumbuhan pajak tersebut (dari selisih kenaikan tarifdanselishnilaihartatetapdarirevaluasi), jikalangkahiniakandiambil tergantung padakepekaan pembuat keputusan
dankemampuan administrasinya.
Elastisitas diukurdenganmembandingkan (rasio) hasilpenerimaan pajakselama beberapatahim denganperubahan indeks harga,penduduk atau produk domestik bruto (PDB). Perhitungan elastisitas dapat pula dilakukan dengan membandingkandasar pengenaan pajak per kapita secarariil (denganmemperhitungkan tingkat inflasi) denganperubahan pendapatan per kapitadalamsatu periode. Dasar pengenaan pajakyang dimaksuddi sini adalahjumlah aktiva tetap, pendapatanatau transaksi komersial yangmenjadi dasarperhitungan pajak.Elastisitas pajakbukan hanya sekedar gambarandata penerimaanpajak tetapi elastisitas pajak
KriteriaEfektivitasPajakDaerah
lJ
15dapat mencerminkan pertumbuhan potensipajakterlepas dari keputusan untukmengubah tarifpajak.
KEADILAN
Kriteria ini merupakan konsep keadilan sosial yang secara luas yang dianut oleh hampir semua negara, namun dalam praktek tidak mudah dilaksanakan. Pada prinsipnya beban pengeluaran Pemerintah haruslah dipikul oleh semua golongan masyarakat sesuai dengan kekayaan dan kesanggupan masing-masing. Konsep ini memandang pajak merupakan suatualat redistribusi pendapatan, golongan kaya
menyumbang lebih besar daripada nilai pelayanan yang diterimanya, sebaliknya golongan miskin nilai pelayanan yang diperoleh lebih besar dibanding sumbangan yang ia berikan. Dalam praktek, hal ini juga dapat dicapai kalau golongan kaya menikmati manfaat layanan yang sedikit lebih kecil dari pengeluaran layanan Pemerintah. Keadilan dalam hal perpajakan daerah mempunyai 3 (tiga) dimensi,
yaitukeadilan vertikal, keadilan horisontaldankeadilan geograjis.
KeadiIan vertikal
Secara umum, pajak itu dikatakan baik jika pajak tersebut 'progresij'. Artinya, persentase pendapatan seseorang yang dibayarkan untuk pajak bertambah sesuai dengan tingkat pendapatannya. Pembebanan pajak masih dapat dikatakan pula baik jika pajak yang dikenakan tersebut bersifatproporsionalyaitu kalau persentasependapatan yang dibayarkan untuk pajak sama untuksemua tingkat pendapatan. Pajak dikatakan tidak baikjika pembebanannya 'regresif"yakni persentase pendapatan yang dibayarkan untuk pajak menurun dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan. Meskipun pandangan tersebut diterima secara luas, tetapi tidak selalu demikian prakteknya. Pandangan lain adalah pajak itu adil kalau bebannya proporsionalataspendapatanatau kekayaan, dan setiappenyimpangan daripada itu apakah progresif atau regresif akan dapat berakibat negatif.
16/1.
\1
PajakdonRetribusi Daerah.Keadilan horizontal
Seseorang yang menerima gaji seharusnya tidak membayar pajak lebih besar daripada seseorang dengan pendapatan yang sama dari bisnis atau pertanian, seorang petani yang mengusahakan tanaman ekspor seharusnya tidak membayar lebih besar daripada petani dengan pendapatan sama di bidang tanaman pangan. Artinya, dalam jumlah pendapatan yang sama maka besarnya pajak yang dibayar juga sama tidak memandang sumbernya.
Keadilan geografis
Pemerataan harus dilihat dalam kaitannya dengan penerimaan dan pengeluaran.Pengenaan pajak atas pendudukadalah tepat kalau mereka tinggal di daerah yang memperoleh pelayanan khusus dari Pemerintah. Haliniuntuk memberikan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah untuk menetapkan tingkat pajak yang dikenakannya, agar mereka dapat membebani pajak yang berbeda-beda untuk berbagai tingkat pelayanan yang diberikan.
Struktur tarif perpajakan yang progresif dikehendaki berdasarkan pertimbangan keadilan sosial. Hal itu berarti kelompok berpendapatan paling rendah harus dikenakan pajak yang paling ringan atau dibebaskan samasekali dari pungutan pajak. Keadaan ini lebih mudah dilaksanakan di perekonomian yang telah maju yang sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok berpendapatan menengah. Golongan ini dapat memberikan sumbangan untuk mempertahankan pengeluaran Pemerintah tanpa atau sedikit memerlukan sumbangan dari golongan yang berpendapatan rendah.
Masalah lebih besar akan timbul kalau hal itu dilaksanakan di masyarakat miskin dengan struktur pendapatan seperti piramida di mana sebagian besar masyarakat berada di kelompok yang berpenghasilan paling rendah.Dasar pengenaan pajak dari golongan berpendapatan atas dan menengah sangat kecil untuk memikul beban pengeluaran Pemerintah. Hambatan biasanya timbuldalambentukekonomi .
KriteriaEfektivitasPajakDaerah
11
17dan politis.Haliniditunjukkan adanya pembatasanjumlah pendapatan tertinggi yang dapat dikenakan pajak, dan kekhawatiran pada pengaruh pajak yang tinggi atas produksi dan investasi.Kekhawatiran akan akibat buruk terhadap perusahaan dan pertumbuhan ekonomi selalu dikemukakan oleh kalangan dunia usaha (golongan atas dalam sistem politik) sungguh merupakan rintangan bagi penetapan tarif yang progresif.
Pembebanan yang adil dari suatu pajak dipengaruhi oleh ruang
lingkupnya siapa yang membayar dan jenis pendapatan, kekayaan dan struktur tarifnya. Selain itu juga tergantung metode penetapan dan tingkat ketepatan perhitungan kekayaan (milik) masing-masing pemilik. Setiap ketidaktepatan dalam penetapan dapat menyebabkan ketidakadilan karena orang akan membayar pajak lebih atau kurang dari yang seharusnya dibayar. Tetapi sejauhmana ketidakadilan tersebut dirasakan akan tergantung pada tarif pajaknya.Sebagai contoh pendapatan atau kekayaan seseorang sebesar Rp 200 juta. Kalau dikenakan pajak dengan tarif pajaknya 5 persen maka baik kesalahan pengenaan di bawah atau di atas yang seharusnya akan berjumlah Rp 10 juta, kalau 30 persen maka akan menjadi Rp 60 juta yang menambah ketidakpuasan lebih besar lagi. Dengan bertambahnya beban pajak, keluhan juga akan bertambah terhadap setiap metode pengenaan yang tidak sempurna dan tidak teliti. Pemerataan diinginkan atas dasar keadilan sosial. Pada prinsip ketidakadilanperluditekanseminimalmungkin, agar tidakhambatan dalam pembebananpajakdandalammenggali potensi pendapatan.
KEMAMPUAN ADl\fiNlSTRATIF
Dalam menilai pajak yang ditetapkan atas sumber pendapatan pajak memerlukan ketelitian administrasinya. Untuk mengetahui keuntungan suatu perusahaan yang dapat dikenakan pajak penghasilan atau untuk menetapkan nilai jual objektif gedung di pusat kota dalam pengenaan pajak bumi dan bangunan memerlukan pengetahuan teknis yang tinggi. Setiap transaksi antara wajib pajak dengan aparat pajak dalam menetapkan besarnya pajak, membuka kesempatan untuk
18 •PajakdanRetrib1tsi Daerah
mengadakan kerjasama dan korupsi. Seorangpengusaha besar yang tergantung pada Pemerintah dalam perizinan,.proteksi tarif dan pembelian dapat mendorong untuk memperoleh keringanan dalam depresiasi pada saat perhitunganpaj ak atas keuntungan perusahaan. Di banyak negara yang sedang berkembang sebagian besar penduduk hidup di bidang usaha kecil, pedagang keeil, atau tenaga lepas yang tersebar di daerah pedesaan yang luas dan tidak ada penghasilan yang jelas yang dapat diperhitungkan dalam pengenaan pajaknya. Pengenaan dan pemungutan setiap pajak pendapatan atau pajak atas harta tetap memerlukan kunjungan pada saat-saatmereka dapat ditemui di rumah dan di musim panen dimana mereka memperoleh penghasilan. Ongkos administrasi dari kegiatan semacam itu sangat tinggi meskipun jumlah rata-rata per kapita dapat dipungut mungkin rendah.Sebaliknya, sejumlah besar pendapatan yang diperoleh dari pungutan atas minyak misalnya dilaksanakan dengan ongkos administrasi yang sangat rendah. Di dalam perekonomian semaeam itu terdapat keeenderungan untuk menempuh administrasi yang mudah dengan menggantungkan pendapatan langsung yang dapat dipungut pada saat transaksi di sektor komersial formal melalui pabrikan besar, importir atau distributor. Namun demikian hal ini tidak selalu sesuai dengan pertimbangan pembebanan yang adil atau desentralisasi fiskal.
KESEPAKATAN POLITIS
Tidak ada pajak yang populer. Meskipun demikian kemauan politis diperlukan dalam mengenakan pajak, menetapkan struktur tarif, memutuskan siapa yang harus membayar dan bagaimana pajak tersebut ditetapkan, memungut pajak seeara fisik, dan memaksakan sanksi terhadap para pelanggar. Hal ini pada gilirannya tergantung pada dua faktor kepekaan dan kejelasan dari pajak tersebut dan .adanya keleluasaan dalam mengambil keputusan.
Kepekaan politis kadang-kadang memusatkan pada masalah nilai-nilai sosial. Ada masyarakat yang menganggap pajak atas tanah adalah sensitif oleh karena tanah dipandang sebagai milik bersama tidak
KriteriaEfektivitas PajakDaerah
IJ
19sebagai milik pribadi, demikian pula pajak atas ternak tidak populer karena ternak dianggap sebagai modal tidak sebagai sumber pendapatan. Di pihak lain, pengenaan pajak tertentu dapat sensitif karena berpengaruh terhadap kepentingan golongan berkuasa atau golongan tertentu. Misal, usul pengenaan pajak atas tanah pertanian di Inggris yang sudah tertunda lama, atau peningkatan Pajak atas Bumi dan Bangunan perkotaan di Indonesia tidak dapat dilakukan karena aspek politis tersebut di atas (Devas, 1989)
Unsur penting yang lain yang menentukan kepekaan suatu pajak adalah kejelasan pajaknya. Pajak atas bumi dan bangunan (PBB) mungkin merupakan pajak yang paling ringan atas wajib pajak di Indonesia. Akan tetapi berlainan dengan pajak penghasilan yang bersumber dari pegawai dan pajak pertambahan nilai yang dikenakan pada saat penjualan atau penyerahan barang/jasa, pajak atas bumi dan bangunan hams dibayar dengan eek atau uang kontan. Persyaratan adanya tindakan pembayaran tersebut menarik perhatian tertentu yang tidak menjadi kewajiban dari para wajib pajak. Ada saatnya perubahan tiba-tiba dalam pajak tidak langsung menjadi penyebab meningkatnya harga-harga yang langsung dirasakan oleh masyarakat, juga apabila ketidakpuasan terhadap tingkat inflasi maka perhatian ditujukan pada pajak-pajak yang memberikan pengaruh terhadap kenaikan harga-harga. Meskipun demikian pajak tidak langsung kurang pengaruhnya sebab bebannya tidak langsung dirasakan.
Pada semua pajak terlihat kemauan politik. Peranannya tergantung pacta frekuensi dari keputusan yang bersifat sensitif tersebutharusdiambil. Keputusanyang sangat sulitdannyata biasanya menyangkut kenaikan tarif. Pajakdanretribusiakanmudah dipolitisasikalau menghendakipenyesuaian
tarifuntuk menjagadanmenambah nilai riilnya. Dalam hal ini, pajak atas bumi dan bangunan yang tidak didukung dengan penilaian kembali yang sering dilakukan akan dianggap sangat tidak dikehendaki kalau dibandingkan dengan pajak pendapatan yang seeara otomatis dapat menyesuaikan dengan kenaikan tingkat inflasi. Sama halnya dengan kenaikan tarif pajak penjualan atau eukai yang didasarkan pada jumlah atau volume, jauh lebih menarik perhatian daripada pertambahan
20
I1
PajakdonRetribusi Daerahsecara otomatis yang timbul dari pajak-pajak bumi dan bangunan dalam menyesuaikan dengan tingkat inflasi.
Kepekaan politis merupakanhambatan atas potensi suatu pajak.
Meskipun demikian hal itu berguna untuk pertanggungjawabannya.
Kebutuhan untukmembuat suatukeputusan dalam rangka meningkatkan tarif pajak yang tinggi dapat memaksa instansi Pemerintahlebih teliti terhadap pertimbangan untuk pengeluaran tertentu atau mengurangi pemborosan.
Seringkali diusahakan untuk membuatpajaklebihditerimadengan mengkaitkan penggunaannya secaralangsung(eannarking)yaitudengan meningkatkan suatupungutan untukmembiayai pelayanan tertentu yang populersepertipelayananpendidikan. Setiappajakyang dipungut oleh suatubadanpengelola untuktujuantertentu seperti halnya dengan Badan Pengelola Air "subak" di Balisecaraotomatis dianggap mempunyai ciri
tersebut. Pungutan yangdikaitkan dengan pengeluaran dapatmerupakan
carayang efektifuntuk menghubungkan perpajakan dengan pelayanan yang tidakbanyak dipahami masyarakat. Pengalaman menunjukkan seringkali pajak langsung dikaitkan dengan pemerasan yanghamsdihapuskan dengan
segalacarayang memungkinkan. Kaitanlangsung antarabesarnya pajak dengan pengeluaranjugamendorong kebenaran pertanggungjawabannya.
Dalamjangka panjang, pengkaitan pajak dengan pelayananyang diberikan dapat bersifat tidak produktif. Hal itu akan mengundang orang untuk membandingkan antara jumlah yang mereka bayar dengan manfaat yang mereka terima, suatu perbandingan yang mungkintidak diterima oleh mereka. Ongkos pelayanan mungkin akan lebih tinggi - lebih rendah - biasanya lebih tinggi daripada hasil pajaknya sehingga timbul kesan yang keliru. Mengkaitkan suatu pajak dengan pelayanan yang diberikan dapat mendorong Pemerintah untuk menolakbantuankeuangan lainnyauntukpelayanan dimaksud.
Pungutan yangdikaitkan denganpelayananjuga dapat membuat or-angkurang antusias untukmembayar pajaklainnya yang akandigunakan untuk pengeluaranumum Pemerintah. Misalnya, seseoranghamsmembayar
Kriteria Efektivitas PajakDaerah
IJ
21untuk pelayanan kepolisian. Pajak yang dikaitkan dengan pelayanan
merupakanpenambahan pajakyang tidak dikehendaki yang ongkosnya
cukup tinggi tidak saja dalam waktu dan tenaga tetapijuga kesabaran
para wajib pajak. Pajakyang bermacam-macammalahmempersulit untuk
pengenaan yang adil terhadap masyarakat. ~
...
~22
\1
PajakclanRetribusi DaerahADMINISTRASI PAJAK
DAERAH
D
alam bab2 terdahulu telah dibahas mengenai kriteriapajakdaerah. Setelah sumberpendapatan daerahdapat dikenai pajak,makaperlujugadipertimbangkan apakah suatu pajak yang
tclahdapatsecara efektifdigali, dikenakan, dinilaiataudipungut tersebut mampu diadministrasikan oleh Pemerintah Daerah . Teoridevelopment
frombelowberpendapat bahwa orang akan lebih bersedia membayar pajak kepada Pemerintah Daerah daripada kepada Pemerintah Pusat karena mereka dapat secara mudah melihat manfaat langsung dalam pembangunan di daerah mereka (Davey, 1988). Berlandaskan teori lcrsebut, dapat diidentifikasi berapa permasalahan dalam administrasi pajak daerah.Pertama, apakah Pemerintah Daerah mempunyai cukup kemauan politik untuk mengenakan suatu pajak secara efektifdan adil. Karena pengenaanpajakdaerahyang adil membutuhkan pengadministrasian data pajak yang akurat. Pengadministrasian data pajak yang efektif akan memudahkan masyarakat dalam membayar pajak. Hatini akanmendorong meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.Kedua,
apakahPemerintah Daerahmemiliki kemampuan administrasi efektif atas suatu pajak. Hatinisangat penting, dalam rangka transparansi pengelolaan
24 mPajakdonRetribusi Daerah
dana yang berasal dari pajak. Bab ini akan menguraian permasalahan dalamadministrasi pajakdaerahtersebutmeliputi pengenaan pajaksecara efektifdan adil, perbedaanobjekpajak, pengenaandan pemungutan oleh daerah.
PENGENAANPAJAK YANG EFEKTIFDANADIL
Teoridevelopmentfrom belowyang dikemukakantersebut di atas, menunjukkanbahwa masyarakat lebih cenderung mau membayar pajak karenakedekatannya denganmanfaat yangdiperolehdarimembayar pajak tersebut Orang akan lebih bersedia membayar pajak kepada Pemerintah Daerah daripada kepada Pemerintah Pusat merupakan hal yang logis, karenaPemerintah Daerahjuga lebihdekatdibanding denganPemerintah Pusat yang kadang mereka tidak dapat melihat manfaat langsung secara mudah dalam pembangunan di daerah mereka. Dibalik kedekatan ini, apakah Pemerintah Daerah mempunyai cukup kemauan politik untuk mengenakansuatupajak secara efektifdan adil/ .
Semakin rendahtingkatpemerintahan makasemakindekathubungan antara rakyatdenganpemerintahnya, sehinggamerekayang mengenakan pajak dengan mereka yang membayar pajak sangat dekat. Karena kedekataninilah, dasar pengenaanpajak dan tarif pajak menjadi rendah tingkat keadilannya. Misal, jika Pemerintah Daerah mengenakanpajak bergantung padadukungan politik, nilaisosial ataukerjasama bisnis dengan wajibpajakmakaPemerintah Daerahakanengganuntukmenaikkan pajak pada saat inflasiatau kebutuhan lain yang diperlukan naik dan mungkiri malahrnencari popularitas yaitudengan menurunkanbebanpajak.Dernikian pulahalnya kalau Pemerintah Daerahdidominasi olehgolongan kaya,maka
akan tirnbul penolakanterhadappajak yang progresif.
Permasalahan tersebut dikernukakan untuk rnenghindari kesewe-nangansegelintir politisidan birokratdidaerahdalamrnembuat kebijakail perpajakannya.Kebijakan perpajakanyang efektifdan adilperlu diupaya-kan olehPernerintah Daerah. Adanyapembebanan pajakyang rneningkat <tan hanya rnendukung golongan kaya saja, sangat dikhawatirkan oleh PemerintahPusat. Karena akan munculdesakandari Pernerintah Daerah untuk rnenambahbelanja di satu pihak dan menekan perpajakan daerah
Administrasi PajakDaerah
IJ
25di lain pihak. Oleh karena itu perlu ada kontrol dari Pemerintah Pusat untuk rnembatasi Pernerintah Daerah agar tidakmengenakan pajaksecara berkelebihan terhadap masyarakatnya. UU 34/2000 yang merupakan penyempumaan dariUU Nomor 18Tahun 1997 dan peraturan pelaksanaan-nya pp Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan pp Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, rnemberi kewenangan kepada Pemerintah Daerah untukmemungut 11 jenis pajak dan 28jenis retribusi. serta untuk memungut jenis pajak (kecuali propinsi) dan retribusi lainnya sesuai kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang.
Kebebasan kewenangan ruang lingkup, metode penilaian dan penetapan tarif pajak dan retribusi akan mendorong kebebasan dan fleksibilitas PemerintahDaerah dalampembiayaankegiatannya. Adanya kebebasan kewenanganinirnendorong Pemerintah Daerahberlomba untuk memobilisasi dana daerah dari sektor pajak dan retribusi. Akibatnya, masing-masing daerahberusaha rnenetapkan besarnya objekdantarifpajak sekehendak sendiri. Hal ini akan menimbulkan pertanyaan apakah penyerahan adrninistrasi suatu pajak kepada daerah dapat mengatasi perbedaan dalarnobjek dan tarifpajak antar daerah.
Masalah tersebut muncul terutama apabila individu atau organisasi membayar pajakpacta lebihdarisatudaerah. Dapatkah diharapkan seorang majikanmernotong dari gaji stafnyayang tinggal di berbagaidaerah atas perbedaan tarif pajak pendapatan di daerah-daerah tersebut? Tingkat kesulitan tersebutjelasmenyangkut banyaknyajurnlahdaerah, sejauhrnana perbedaan tersebut dan soal-soal teknis dari administrasi perpajakan. Komputerisasi gaji misalnya, dapat membuat administrasi pajak lebih sederhana. Pertanyaan yang berkaitan adalah apakah perbaikan pajak daerah rnernpunyai pengaruh negatif terhadap ekonornidan sejauhmana pengaruh tersebut. Indonesia telah meninggalkan kebijaksanaan menyerahkanlangsungpajak ekspor kepada propinsi ketika Pemerintah Daerah mernaksakan perdagangan melalui pelabuhan mereka sendiri. Akibatnyabanyakfasilitas pelabuhanyang rusak berat karena kelebihan daya tarnpung. Masalahnya bukan kerusakan itu sendiriyang tidakdapat diterirna, tetapihal itu merupakanbagiandarijalan pikirandesentralisasi bahwa rnasyarakat daerah seharusnya turut mernutuskan tingkat
26 mPajakdonRetribusi Daerah
pengeluaran Pemerintah dengan melihat pada implikasi ekonominya. Jadi, masalahnyaadalah sejauhmanatingkat kerusakan serta akibatnya terhadap seluruh masyarakat.
KEMAMPUANADMINISTRASI
Pertanyaan berikutnya adalah apakah Pemerintah Daerahmempunyai kemampuan administratifyangefektifatas suatupajak. Tanggungjawab atas penilaian atau pemungutan suatu pajak atau retribusi tidak selalu bersamaandengan kemudahanmemperolehhasilnya. Pemerintah Pusat mungkin lebihbaikdalammelaksanakan ataumembantu pengenaan atau pemungutan suatupajakdaerah. Tarif pajak- atasBumidanBangunan - .
di Indonesia merupakan contoh yang tepat. Pengenaan dilakukan oleh PemerintahPusat yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPB).Sedangkan pemungutan pajaknya dilakukan oleh Pemerintah Daerahdanhasilnya dibagi antara Pemerintah PusatdanPemerintah Daerah sesuaidenganproporsi masing-masing. Sebaliknya PemerintahDaerah dapat mengenakan atau memungutsuatupajak atas nama Pemerintah Pusat. Misal, PemerintahDaerah memungut PajakKendaraan Bermotor atas namaPemerintah Pusat.
Ada2 (dua) faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tanggungjawab pengenaan dan pemungutan pajak. Pertama, tingkat kemampuan dan ketersediaan tenaga trampil di daerah yang dibutuhkan sebagai tenaga pelaksana administrasi perpajakan di daerah. Kedua, sejauhmana kedekatan pemungut pajakdenganwajibpajakdaerahataudesakan politis
terhadap keadilandanketegasan dalamprosespemungutan pajaktersebut. Tingkat kemampuan dan tersedianya tenaga trampil administrasi perpajakan sangatdibutuhkan daerah. Tenagaterampil mungkin terbatas dansulitbagiPemerintah Daerah meskipun adaalternatifseperti menyewa konsultan ataubantuantenagadari suatu instansi lain. Misal, kantor Pusat Statistikatau Jasa Asuransi. Instansi ini merupakan tempat tersedianya tenaga ahliyangdapatdimanfaatkan keahliannyadanpengalamannya oleh daerah.
Kedekatan pelaksanapemungut (penilai) pajak dengan wajib pajak atau desakan politis dalam proses pemungutan pajak. Keadilan dan
Administrasi PajakDaerah
11
27ketegasan dalam proses pemungutan pajak tersebut akan terganggu jika ada kedekatan pelaksana pemungut pajak dengan wajib pajak. Demikian pula, jika ada desakan secara politis terhadap pelaksana pemungut pajak. Sulit untuk menghindari dari tindakan yang meringankan dan memihak wajib pajak apabila mereka pemungut pajak yang dipekerjakan Pemerintah Daerah terdapat hubungan yang erat dengan wajib pajak.Hal demikian inijugajika terdapat hubungan langsung antara pengambil keputusan (politikus) dengan pemungut '
pajak. Karena politikus sebagaipengambil keputusan akan cenderung meringankan beban pajak bagi para pemilihnya atau kontituennya , agar di masa mendatangdapat dipilih kembali. Meskipun demikian, situasinyaberbeda,jika pemungut pajaknyadari organisasi profesional yang dapat menjamin integritas dan menjaga tekanan politis yang tidak dikehendaki, walaupun organisasi mereka kecil. Selanjutnya, pemisahan penilai dan pemungut dapat menyebabkan berkurangnya rasa tanggung jawab, penilai dan pemungut tidak begitu giat melakukan tugasnya apabila mereka tidak bekerja untuk instansi yang tergantung pada pendapatan yang mereka kumpulkan.
Administrasi pajakjuga memerlukan jaringan pelaksanapemungut yang tersebar luas sesuai dengan penyebaran penduduk serta kemudahan untuk memperoleh data dan pendapatan para wajib pajak. Hal ini penting terutama untuk pajak langsung di negara-negara
sangat luas wilayahnya, seperti Indonesia. Artinya, dalam hal ini dibutuhkan tingkat pemerintahan yang mempunyai hubungan administrasi sampai ke tingkat desa. Biasanya Pemerintah Daerah di Indonesia mempunyai jaringan adminstrasi di lapangan yang paling luas contohnya camat, lurah, kepala desa, kepala dusun atau kepala dukuh. Kecuali, di India administrasi pendataan atas tanah di daerah pedesaan India dilaksanakan oleh negara-bagian bukan oleh Pemerintah Daerah (Davey,1988). Pada tahun 1960-an di Kenya, Pemerintah Daerah yang berusaha memungut pajak pendapatan perseorangan tetapi mengalami kesulitan karena jaringan administrasi dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat bukan oleh Pemerintah Daerah. Di negara-negara industri di mana sistem 'bayarlah segera sesudah
28
m
PajakdanRetribusiDaerahmemperoleh
pendapatan',
sistem pos dan telepon mencukupi, maka sebagianbesar proses pemungutanpajakdapatdengan baik olehkantor pusatdalammeliputwajibpajakpadaumumnya.Jika objek pajak yang dimilikisuatu perusahaanberadadiwilayah melampauiperbatasan beberapa daerah,makapengenaan secara terpusat mungkin lebih tepat,dibanding dikenakan didaerah. Artinya administrasi pajaknyalebihtepatdilakukan olehPemerintah Pusat. Misalnya, sebuah perusahaanmemiliki tanah dan bangunanyangberada pada perbatasan beberapawilayah Pemerintah Daerah,makaPemerintah Daerahtertentu hanya akan mengenakanpajak atas tanah dan bangunanyang beradadi.
wilayahnya saja.Lebih rumit lagi, jika pajakpenghasilan perseorangan maupun perusahaan pengenaannyadidasarkanpadabatas wilayah, padahal kenyataannyadapat diperoleh dari beberapa wilayahdaerah atau lebih darisatudaerah.Pengenaansecaraterpusat mungkinlebihtepatdibanding pengenaantiap-tiapdaerah.Halinidapatdilakukanjikadikehendaki untuk keseragaman. Penetapanyangseragampentingartinyauntuk distribusi subsididaripusat ke daerah secaraadil (lihatsubbabbagihasilpajak).
BAGlHASILPAJAK
Bagi hasil suatu pajak kepada Pemerintah Daerah merupakan permasalahan yang agak pelik. Jika suatupajakdipungutdimaksud~ untuk membiayai prasarana atau pelayanan di daerah setempat maka penyerahanbagi hasil pungutanpajak untukdaerah yang bersangkutan
tidakmasalah.Namun,masalah akantimbul apabila pengeluaran ditujukan pada pelayanan umum yang bersifat personal seperti pendidikan dan kesehatan.
Karena ketidakjelasan antara daerah tempat pembayaran pajak dilakukan dengandaerah yang memperoleh basil pungutanpajaknya (kecuali kalau hasil pungutan dipusatkandandibagi berdasar perhitunganyangtidak
dikaitkan dengandaerahtempatpungutan tersebut dilakukan). Kesulitan timbul, jika objek pajak yang dikenakan berada di beberapa daerah misalnya, pajakataslabaataupajakpenjualan yangdikenakan padasuatu perusahaan yang mempunyaicabangdi beberapa daerah.
Administrasi PajakDaerahll 29
Seringkali tempat suatu pajak dipungut berbeda dengan tempat pembayarannya. Pajak penjualanatas pakaianmisalnyadapat dipungut dari suatu pabrik di daerah A oleh karena tidak praktis untuk memungut langsung atas pengecer barang tersebut. Meskipun demikian beban pungutan tersebut dibebankan pada harga eceran dan akan lebih efektif dibayar oleh konsumen di daerahB.Masalah yang sama dapat timbul pada pajak penghasilan yang dipungut oleh perusahaan yang mempunyai kantor pusat di daerah tertentu terhadap upah seorang pegawainyayang tinggal (dan mungkin juga bekerja) di daerah lain.Berbeda,dengan pajak atas tanah dan bangunan jelas tidakada kesulitandalam menetapkanPemerintah Daerah yang akan menerimapembayaranpajak atas harta tetap tersebut, karena kejelasan dari objeknya yang relatif permanen.
Apakah daerah tempat pajak dipungut tersebut sebaiknya mendapatkan bagihasil pajakberdasar penetapan nilai pungutan per kapita rata-rata sepertiyangdilakukandi Inggris ataupenetapandanpemungutan pajak penghasilan dilakukanoleh dua atau lebih tingkatanpemerintaha secarabersama-sama (Davey,1988).Misalnya, Pemerintah Federaldan
Pemerintah Propinsi di Canada menggunakan dasar pengenaan pajak penghasilan secarabersamaan.Hal yang samajuga dilakukan di negara -negaraSkandinavia (kecuali Finlandia), mengenakan pajakpenghasilan dilakukansecarabersama-sama oleh PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah. -,
Pertentangan yang tajam akan timbul dalam pembayaran pajak penghasilan perseorangan di mana wajib pajakbekerjadantinggal ditempat yang berbeda.Setiappemisahanantara daerah di mana pajak dipungut dan daerah di manapajak tersebutdibayar makadiperlukansatu sistem pemindahan untuk mengatasi kesulitan dalam alokasi hasil pungutan. Pemindahan memerlukan suatuproses administrasi yangefektif. Hal itu juga memerlukankesediaan dari Pemerintah yang harus memberikan pungutan tersebut,sehinggabagi hasil pajak untuk PemerintahDaerah menjadi jelasdasarbagihasilnya, meskipun dasarhukumnya telah diatur denganVU Perpajakan Nasional.
30 11PajakdonRetribusiDaerah
UPAYA PEMUNGUTAN PAJAK SECARA EFEKTIF
Penetapan dan pemungutan pajak harus didukung dengan sistem pengawasanyangefisien. Keterlambatan dalam membayar pajakseringkali dikenakan dengantindakanmengenakandendadalambentukpersentase atas jumlah pajak yang terutang. Sanksi apabila tidak membayar pajak dapat dikenakandalam berbagaibentuk:
(1) tindak pidana menyangkut harta kekayaanmelalui penahanan dan hukuman penjara;
(2) tindakan perdatayangsamadenganpengembalian utangpribadiyang dilakukan melaluipenyitaandanpenjualan kekayaan;
(3) penyitaandan penjualanlangsung ataskekayaan;
(4) menghentikan pelayanan misalnya memutuskan pelayananairminum, telepon,atau listrik, pengusiran dari rumah sewa, penolakanuntuk mengikuti pendidikandanpengobatan atau '
(5) tidak ada tindakan sama sekali.
Tindak pidana,pemutusan pelayanan, ataupenyitaan kekayaan biasanyamerupakancara yang efektifuntukmeningkatkan pembayaran.
Namun,kadang-kadang beberapa tindakan tersebut seringkali tidak dilaksanakan. Akibatnya tindakan perdata seringkali merupakan satu
-satunya sanksihukumyangdilakukan tetapi seringkali juga tidakefektif. Prosedur yangberbelit-belitdankurang perhatian pengadilan terhadap
masalah pelanggaran pembayaran pajak daerah ini, kadang merupakan penyumbang ketidakefektifan sanksihukumditerapkan.Kecenderungan tingkat ketidakpatuhan membayar pajak yang tinggi dan tidakadanya tindakan yang tegas untuk memaksakan wajib pajak membayarnya merupakan pencerminandarikurangnya kemauan politis dalampengenaan pajak.Ketidakpedulianpengadilanterhadap masalahpemaksaanpajak merupakan gejala umum di negara berkembang yang lemah dalam
pelaksanaanlaw-enforcement.Perlindunganpada individu terhadap kesewenangan Pemerintah dalam tindakan pemaksaan pajak dalam pelaksanaan hukum perlu dikurangi tetapiperludiimbangi denganiklim perpajakan kondusif. Keadaaninitercapai jika sistem perpajakannya telah mampu menjadikan masyarakat pembayar pajak rela dan mampu. Di beberapa negara seperti India, pengadilan khusus untuk pengadilan
Administrasi PajakDaerah
IJ
31 pajak telah dibentuk sebagai upaya untuk pemaksaan yang lebih keras terhadap tagihan-tagihan.Semuanya membutuhkan usaha administrasi dan keadilan serta kemampuan politis yang wajar.Pengenaan bunga atas keterlambatan pembayaran dapat efektif apabila besarnya lebih tinggi daripada tingkat inflasi. Di Indonesia pajak atas harta tetap sebesar 5 persen setiap tahun merupakan suatu contoh dari sanksi yang ringan yang memungkinkan wajib pajak memperoleh keuntungan melalui penundaan pembayaran pajak. KOul Ottawa sebaliknya mengenakan denda secara otomatis sebesar 2 persen atas tagihan yang terlambat satu hari atau lebih.
ADMlNISTRASI BAGI HASIL PAJAK
Pengenaan pajak oleh pemerintah pusat dan pernerintah daerah kepada seseorang terhadapobjekpajakyang samadimungkinkan terjadi. Misalnya, seorangpegawaiperusahaanswastayang berpusatdi Jakarta ditugaskan ke perusahaan anakdi daerah,makapenghasilan yangdierima oleh pegawai tersebut dapat dipungut pajak oleh Pemerintah Pusatdan PemerintahDaerah. Hal ini memangbelum terjadidi Indonesia, karena semua penghasilan dari pegawai dikenakan pajak penghasilan oleh Pemerintah Pusat.Namun, dalamperkembanganke depanhal demikian dimungkinkan terjadi seiring dengan adanya tuntutan otonorni daerah.Jika demikian maka perlu diatur kewenangan administrasi pengenaannya terhadap objekpajak tersebut. Karenapegawaitersebut beradadidaerah,
maka administrasi pajakdilakukan olehPemerintah Daerah, sehingga timbul pertanyaan apakahpembayaran pajak kepada Pemerintah Daerah akan mempengaruhi besarnya objekpajakyangakandikenakan olehPemerintah Pusat. Ada tigascenario ataualtematif(Davey, 1988) yaitu:
Alternatifpertama, objek pajak dikenakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah seluruhnya terpisah dan tidak ada potongan untuk pajak serupa yang diberikan oleh Pemerintah baik pusat maupun daerah. Artinya, bilaseseorang telahmembayar pajakpenghasilan kepada Pemerintah Daerah, maka pembayaran pajak penghasilannya tersebut tidak bisa mengurangi pajak penghasilan yang dibayarkan kepada Pemerintah Pusat, demikian sebaliknya. Dengan kata lain besarnya
32 11PajakdanRetribusi Daerah Administrasi Pajak Daerah
11
33pajak yang dibayarkan ke satu pemerintahan tidak akan saling mengurangi pajak yang dibayarkan kepada pemerintah tingkatan
lainnya.Contoh , di Skandinavia Pemerintah Daerah melakukan pungutan tambahan atas pajak penghasilan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan semuanya dijumlahkan menjadi satu dengan
pajak penghasilan Pemeritah Pusat. Jika diperlukan dapat juga
ditentukan batas tertinggi untuk seluruh pajak pendapatan yang dikenakan.Kalaujumlah pajakmelebihibatastertinggi tersebutmaka beberapa pajak harusdikurangi. Misal,di Jepang,Pemerintah Daerah
mengenakanpungutantambahan ataspajakPemerintah Pusat,namunjika
besarnya pajakyang ditarikpemerintah melebihibatastertinggimaka
pungutantambahannyayangdikurangi.Lainhalnya, di Skandinavia pajak
pusatyang dikurangi,
Alternatif kedua, pajak daerah dapat diperhitungkan sebagai
pengurang penghasilanbruto wajibpajakbadandalarn menghitung pajak
penghasilan atas badan usaha yang terutang. Perusahaan selalu
memperhitungkan pajakatashartatetapdanpajakdaerahlainnya sebagai
ongkos yangdapatmengurangi pendapatan merekasebelumpengenaan
pajakpenghasilanmereka.Wajibpajakpendapatanperseorangan biasanya
tidakbernasib sebaik itu. Memangadapengecualian.Pembayaran pajak atashartatetapdapatdikurangi dari pendapatan perseorangan yangkena
pajaktetapsepertidi Australia, Denmark,Norwegia,dan JermanBarat. Baik pembayaran pajak penjualan maupun pajak penghasilankepada
negara-bagian dan Pemerintah Daerah dapat dikurangi dari pajak
pendapatanuntukPemerintah Federaldi Amerika Serikat.
Alternatif ketiga, pembayaran pajak untuk satu Pemerintah menghasilkan kredit atas pungutan Pemerintah lainyaitujumlahpajak yang
dibayar kepada Pemerintah A dapat mengurangijumlah yang dibayar
kepadaPemerintahB denganjumlahyangsarna. Hal itutidaklazim, tetapi
ada beberapa negara yang melakukan.Misal, di Canada pajak dari Pemerintah Propinsisebesar 10persenataspajakpendapatan perusahaan yangdikenakan olehPemerintah Federal. PajakPemerintah Daerahatas perusahaan dan pendapatan perorangan dikredit terhadap jumlah pajak pendapatan negara bagian di beberapa negara-bagian Amerika
khususnya New York. Pengurangan ini sebenarnya sama dengan suatu subsidi atau bagi hasil pajak secara langsung.
PAJAK PENGGUNAAN ASSET DAERAH
Pemerintah Daerah sebenarnya banyak memiliki asset yang bisa dijadikan sumber penerimaan pajak. Tanahitulah merupakan sumber as-setterbesar. Pemerintah Pusat banyak memakai fasilitas daerahtetapi tidak membayar pajak atas tanah tersebut. Demikian pula, untuk pajak atas pembelian barangdanjasa yang dikenakan terhadap masyarakat didaerah serta pajakatastanahdan bangunan.
Biasanya Pemerintahmembeli barang dan jasa dengan harga yang sudah sepenuhnya dikenakan pajak dan juga dikenakan pada saat menjualnya. Perusahaan Telekomunikasi sebagai contoh, harus membebankansetiap proyek pusat dan daerah yang dikenakan dalam penjualan pelayanan telepon.
Meskipun demikian Pemerintah Pusatbiasanya tidak membayar pajak atashartatetap kepada Pemerintah Daerah atastanahdan bangunannya.
Pemerintah Pusat diIndia membayar pajak yang dikenakan olehPemerintah Kota untuk pelayanan tertentuseperti- air, drainase, peneranganjalan, tetapitidakdengantarif umum. Seringkali Pemerintah Pusat membayar subsidiyangberkaitan denganpajak atas harta tetapuntuk menghindari kesansebagai Pemerintah bawahan.
Kebanyakanpengamat menganggap adil kalau Pemerintah Pusat membayar pajak dengan dasar yang sama seperti pihak lain yang mempergunakan pelayananPemerintahDaerah.Laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa pemerintah kota telah menyediakan berbagai
pelayanan perkotaan kepada PemerintahPusatsebagaimana milikpribadi
dan setiappembebasan pungutanatas tanah dan bangunan Pemerintah
Pusatmenyebabkan bebanyang beratbagi kota-kota besar. Pembebasan jugadapat mendorong Pemerintah untuk membuat pilihan lokasi yang tidak rasional, mempergunakan lokasi komersial yangterbaikuntukbangunan instalasi yangdapatdilakukan di mana saja. Pendapat yang mendukung bahwa Pemerintah Pusat memberikan subsidi kepada daerah dalam bentuk lain bukan merupakan alasan untuk pembebasan karena lebih
34 mPajakdanRetribusi Daerah
baik dan lebih adil suatu daerah menerima pembayaran di luar kewajibandaripadasubsidi atausumbangan.
PemerintahPusatmungkinsangat tidakbertanggung jawab dalam memenuhikewajiban pajak kepada PemerintahDaerah. RichardsBird (1992) telah menunjukkan kerugian yang sangat besardalamvalorization taxdariPemerintah KotaBogota karenapamalsuan hartatetap Pemerintah.
lainnya. Tunggakan penerimaan Pemerintah Pusat dan organisasi kemasyarakatanAfrika Timur menyebabkan krisiskeuangan yangberat bagi pemerintahanKota Nairobi pada awal tahun 1970-an.
PENGARUH INSENTIF
Perpajakan mempunyai tujuan ganda, menyediakan dana untuk kepentingan umum dan mempengaruhi tingkah-laku ekonomi,. Kebijaksanaan fiskal merupakan suatualatmanajemen ekonomidanpajak dapatdinilaidarisegi pengaruhnya atas keputusan wajib pajak, atas kemauan untuk bekerja, memakai, menabung atau investasi. Tarifpajak dapat ditingkatkan untuk menurunkan permintaan apabila ekonomi 'sedang baik' danditurunkankalauinginmeningkatkan permintaan pada wakturesesi. Pajakatas hartatetap dapatdilihat terutama sebagai alatuntukmendorong ataumenghambat pembangunan fisik tertentu.
Beberapa literaturKeuangan Negarabanyakmemusatkan perhatian pada pengaruh insentif perpajakan terhadap harga,namun bukandimaksudkan olehPemerintah untukmeningkatkan pajakagardapat membelanjakannya/membiayaitugas-tugasnya,Perpajakan yangdibahas dandimaksudkan disini perpajakan sebagaialatuntuk meningkatkandana yangdapat dipergunakanuntukpengeluaran Pemerintah Daerah.Masalah yangmenonjol mengenai pengaruh ekonomidariperpajakan daerah akan disinggung pula walaupuntidak merupakantitikperhatianpembahasan ataupenelaahan.
Ada beberapa alasan untuk menjelaskannya, Pengelolaan ekonomisecaramakropada umumnyaadalah tugas PemerintahPusat, dan terutama pajak-pajak nasionallah yang dimanfaatkan dan disesuaikan sebagaiperalatanpengelolaanekonominya. Perpajakan
/'
11
,, _35
daerah terutamadikaitkan padapembelanjaan pengeluaranPemerintah Daerah, perpajakan ini dapat saja diubah guna menghindari akibat sampingan yang merugikan, tetapiperanannya dalam pengelolaan ekonomi jarang lebih positifdaripada tersebut terakhir ini. Lebih dari itu, beban perpajakan daerah terhadap dasar-pajak tertentu lazimnya tidaklah setinggi pungutan-pungutan nasional yang utama seperti pajak-pajak penghasilan badan(comporate profit taxes) atau bea masuk,sehinggacenderungkurang untuk mempengaruhi perilaku ekonomi secara berarti. Bukan tidak lazim, misalnya, bagi suatu pajakpenghasilan badannasional untukmenyita(appropriate)setengah darilaba perusahaannya. Sebaliknya, pajak atas barang-barang yang memasukidaerah perkotaantelah berhasilmembelanjai hampirseparuh pengeluaran negara-bagianGujarat,di India,selama akhirtahun 1970-an, sementara itu hanya mewakili 0,3 persen dari nilai perdagangan negara-bagian tersebut Davey,1988).
Ada beberapa pengecualian. Penurunan dalam perpajakan atas kekayaan barangtakbergerakdi California, AmerikaSerikat,menurut Peraturan Daerah 13diperkirakan telah merangsang peningkatan hakmilik atas bendatakbergerak.Dalampertengahantahun 1970-an pemerintah setempat Swedia didesak untuk membatasi pengenaan berupa pajak penghasilan karenadampaknya terhadappendapatanperorangan dalam masa'stagflasi'. Beban pengenaan pajakatasbarang takbergerakmenurut pemerintahan setempat Inggris terhadap biayapengolahandankomersial mengalami kerisauanyang samaawal tahun 1980-an.Ada kasus-kasus (peristiwa)yang menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah daerah merupakan bagian yang besardari seluruhpengeluaran publik dan yang mengatakan bahwabesarnyajenispengeluaran yangtersebutterakhir itu dipandang sebagai penambahan beban perekonomian yang tak tertahankan. Suatugabungan keadaan yang lebihlazimterjadi di negara Barat yang berindustri daripada di negara Dunia Ketiga.
36
m
PajakdonRetribusi DaerahKRITERIA RETRIBUSI
DAERAH
B
ab inimembahas karak.ieristik retribusi daerah secara umum. Seca-ra teoritis pengertian pajakdanretribusi mudah dibedakan, namun di prakteknya tidakdemikian. Setiap pembayaran pajakmemberi kontribusi atas jasa-jasa pelayanan yang diselenggarakan olehPemerintah, tetapi pembayarnya tidakmenerima kontraprestasi langsung yangdapat dinikmati. Dalam beberapa kasus jasa pelayanan umum yang diselenggarakan olehPemerintah dibiayai dengan pungutan pajak, namun padajasapelayanan umum lainnya dibiayai melalui pungutan retribusi yang langsung kepada konsumen. Setiap pembayaran retribusi menerima kontraprestasi langsung berupajasa-jasa pelayanan yang telahdisediakan atau dibuatuntuk itu. Namun, dalampraktek perbedaan-perbedaan ini menjadi kabur(tidakjelas), halinidapatdilihat daridua segi:1. Retribusi dapatdikenakan lebihbesar melebihi biayajasa-jasa yang diberikan.
Ini merupakan karakterisitk dari banyak retribusi untuk pengaturan dalam rangka mencapai tujuanlisensifee.Retribusi-retribusi yangdemikian praktis merupakan pajak-pajak yang efektif.
38 ~PajakdanRetribusiDaerah
2. Suatujasamungkinhanya sebagianchbiayai oleh retribusi, sisanya datang dari subsidikhususatauterselubung daripenerirnaanpajakmnmn. Dariduaperspektiftersebutmakatimbulpertanyaan; Jenis danfungsi pelayanan apa saja yang bisa dibiayai dari sumber pajak atau sumber retribusi? Apakah sumberpajak atau sumberretribusi hanyacocokuntuk suatufungsi tertentu? Apayangmembedakan suatujasayangdibiayai oleh pajakdenganjasayangdibiayai olehretribusi? Berdasardariduaperspektif tersebut, babiniakan diawali dengan uraian tentang barang publikdan barang privat, tingkatanpengenaan retribusi, pendekatanpembebanan retribusi, dan diakhiri penilaian potensi pendapatanyang dapat dikenai retribusi ataudasarpengenaan retribusi.
Barang Publik dan Barang Privat
Untukmenjawab permasalahan ketigapertanyaan di atasmakaperlu diuraikanterlebih dahulujenis barang menurutpublic sector economic yaitupublicgoods (barang publik) danprivat goods (barang privatI pribadi). Halinidiperlukankarena denganmengklasifikasikan ke dalam dua jenis barang tersebut, maka akan memudahkanlogika berpikirnya untukmenjawab pertanyaan tersebut.
Barang publikadalah suatujasa yang memberi keuntungan kepada orang secara kolektif dan tidak diskriminatif seperti ketahanan atau pengontrolan penyakit. Untuk menjagaorang dari penyakitcacaradalah merupakan kepentingan setiap orang,bukanhanya menguntungkan sipasien tetapi semuaorang, yang mungkin kena pengaruhnya.Pelayananyang demikianpantas diwajibkanuntuk dibiayai oleh setiap pembayarpajak dalamhubungannya dengan kekayaannnya danbukankonsumsinya (yang mungkindalamkasusyang lain menjaditidakdapatdihitung jumlahatau besarnya). Pelayanan suatubarang privatjika konsumsi seseorang memberikankeuntungan kepada diri sendiridantidak kepadatetangga-tetangganya. Apakah suaturumahtangga yangmempunyai saluran listrik, tidak memberikan pengaruhkepada tetangga-tetangganyadantidak ada alasan bagi mereka untuk turut membayar biaya tersebut; untuk ini pembebanan yang cocokadalahretribusilangsung.
Kriteria Efektivitas Retribusi Daerah
U
39Sekalilagipembedaan barangpublik dan barangprivat tidak selalu mudah diterapkandalam praktek. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan:
Pertama,batasandefinisibarang-barang publik dan barang privat sootdilakukan,misalpendidikan. Pendidikan, dapat dipandang merupakan barangpublikkarenauntukkepentingan umum. Artinya, pendidikanini
dapat dinikmati oleh semua penduduk, sehingga untuk mendapatkan penduduk yang dapat membaca dan berhitung secara umum mudah diperoleh. Padaakhirnya, untuk mendapatkan pegawai yangkualitas tinggi yang mengisi kantor-kantor Pemerintah tidak akan kesulitan. Adanya penduduk yang mampu membaca dan berhitung karena melalui proses pendidikaniniakandinikmati secara bersamaataumerupakan keuntungan kolektif. Namun, apakah keuntungan kolektifinijuga dinikmati oleh golongan orangmiskin atauorang-orangjalanan yangbelajarpada kelas-kelas malamuntukbelajarbacatulisdi sanggarsosial?
Disisi lain, pendidikan juga dapat dipandang sebagai barang privat. Misalnya, untuk memenuhi tenaga ahlidibidang hukum danekonomimaka diselenggarakan pendidikan tinggi ilmu hukum dan ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan ekonom danahlihukum tersebut, tidakhamsseluruh penduduk diajar atau dididik untuk menjadi seorang ekonom atau ahli hukum. Dengankata lain, tidaksemuapendudukyang dapat menikmati pendidikan tinggiinihanyaorang-orang tertentu sajaatau pendidikanini
memberikan keuntungan secara pribadiorang-orang yangmenikmatinya. Artinya, pendidikan dalamha!inimerupakan barang privat, karena adanya pendidikan tinggiinihanya menguntungkansegelintir orang saja atau keuntungan daripendidikaninibersifatprivat bukankolektif. Akhirnya, pendidikaninimenghasilkan segelintir orang (para ekonom danahlihukum) yang akan meningkatkan standarhidupnyajauh lebih tinggi dibanding komunitas tempat merekaberasal. Haruskah pembayar pajakmembiayai pendidikantinggiyang menghasilkan standar hidup rata-rata yangjauh lebihtinggi?
Seluruh pertanyaan-pertanyaan diakhir alinea tersebut,menunjukan dan mengilustrasikan sulitnya menarik garis pemisah antara keuntungan kolektif