• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAJAK DAERAH TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Dalam dokumen Buku Pajak Dan Retribusi Daerah (Halaman 66-73)

S

eperti telah diuraikandi bab lalu, bahwa dari sudut kewenangan

pemungutannya, pajak daerah secara garis besar dibedakan menjadi 2 (dua). Pertama, pajak daerah yang dipungut oIeh Pemerintah Daerah di Tingkat Propinsi, yang sering disebut pajak

propinsi. Kedua,pajak daerah yang dipungut oIeh Pemerintah Daerah di tingkat KabupatenlKota, yang sering disebut pajak kabupatenl

kota. Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah tingkat KabupatenlKota menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 34 Tahun 2000 terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan , dan pajak

pengambilan bahan galian golonganC.Bab 9 ini akan membicarakan khusus tentang pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota, sedangkan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat propinsi telah dibicarakan di bab sebelumnya.

120 PajakdanRetribusi Daerah

PAJAKHOTEL

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginapl beristirahat, memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu; dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

Subjek Pajak Hotel

Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah. Berkaitan dengan pajak hotel maka yang dimaksud dengan Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel. Sedangkan yang dimaksud dengan Wajib Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Dengan demikian yang dimaksud wajib pajak untuk pajak hotel adalah orang atau badan yang membayar atas pelayanan hotel dan pengusaha hotel. Namun, dalam pp No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksud sebagai Wajib Pajak Hotel hanya pengusaha hotel. Padahal secara logika kedua-duanya merupakan Wajib Pajak. Bagi pembayar hotel merupakan wajib pajak (WAPA) langsung, sedangkan bagi pengusaha hotel merupakan wajib pungut (WAPU). Pengusaha hotel itu berkewajiban menyetorkan pajak ho-tel ini ke Kas Daerah.

Objek Pajak Hotel

Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran, termasuk:

1. fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek; 2. pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan

atau tinggaljangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan

PajakDaerah KabupatenlKotall 121

dan kenyamanan;

3. fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum;

4. jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

Bukan Objek Pajak Hotel

Sedangkan yang tidak termasuk objek pajak hotel adalah: 1. penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan/atau fasilitas

tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu dengan hotel; 2. pelayanan tinggal di asrama, dan pondok pesantren;

3. fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan di hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan -pembayaran; 4. pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipergunakan

oleh umum di hotel;

5. pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.

Dasar Pengenaan Pajak Hotel

Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang danlatau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik hotel.

Tan! Pajak Hotel

Tarif Pajak Hotel paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pembayaran Pajak Hotel Terutang

Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat hotel berlokasi. Besarnya pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak hotel setinggi-tingginya sebesar 10% (sepuluh persen)dengandasar pengenaanpajak yaitujumlah yang

122 Pajak Retribusi Daeroh

diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang danlatau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik hotel.

PAJAKRESTORAN

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman,yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau katering.

Subjek Pajak Restoran

Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenai pajak daerah. Berkaitan dengan pajak restoran maka yang dimaksud dengan Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran. Sedangkan yang dimaksud dengan Wajib Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Dengan demikian yang dimaksud wajib pajak untuk pajak restoran adalah orang atau badan yang membayar atas pelayanan restoran dan pengusaha restoran. Namun, dalam pp No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksud sebagai Wajib Pajak Restoran hanya pengusaha restoran. Padahal secara logika kedua-duanya merupakan Wajib Pajak. Bagi pembayar restoran merupakan wajib pajak (WAPA) langsung, sedangkan bagi pengusaha restoran merupakan wajib pungut(WAPU). Pengusaha restoran berkewajiban menyetorkan pajak restoran ini ke Kas Daerah, sesuai pp No.65/ 2001.

Objek Pajak Restoran

Objek pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran. Tidak termasuk objek pajak restoran adalah:

1. Pelayanan usaha jasa boga atau katering;

PajakDaerah Tingkat KabupatenlKota

IJ

123

.2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang peredarannyatidak melebihibatas tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

DasarPengenaan Pajak Restoran

Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan/atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran.

Tarif Pajak Restoran

Tarif Pajak Restoran paling tinggi sebesar 10%(sepuluh persen) dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Pembayaran Pajak Restoran Terutang

. Pajak Restoran yang terhutang dipungut di wilayah Daerah tempat restoran berlokasi. Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak restoran pal-ing tpal-inggi sebesar 10% (sepuluh persen) dengan dasar pengenaan pajak,yaitu jumlah yang diterirria atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan/atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran.

PAJAK HIBURAN

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga;

Subjek Pajak Hiburan

Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenai pajak daerah. Berkaitan dengan pajak hiburan maka yang

124

dimaksud dengan Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton danlatau menikmati hiburan. Adapun yang dimaksud dengan Wajib Pajak Daerah menurutVV No. 18.Tahun

1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan VV No.34 Tahun 2000 adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk

melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut

atau pemotong pajak tertentu. Dengan demikian yang dimaksud wajib pajak untuk Wajib Pajak Hiburan menurut VV Pajak Daerah dan Retribusi daerah adalah orang pribadi atau badan yang menonton danlatau menikmati hiburan, dan orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Namun menurut pp No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksudkan sebagai Wajib Pajak Hiburan hanya orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

Objek Pajak Hiburan

Objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Tidak termasuk objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan.

Dasar Pengenaan Pajak Hiburan

Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnyadibayar untuk menonton danlatau menikmatihiburan.

Too! Pajak Hiburan

Tarif Pajak Hiburan paling tinggi sebesar 35%(tiga puluh lima persen) dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pembayaran Pajak Hiburan Terutang

Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat hiburan diselenggarakan. Besarnya pokok Pajak Hiburan yang

PajakDaerah KabupatenlKota

IJ

125

terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak Hiburan pal-ing tpal-inggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen) dengan Dasar Pengenaan Pajak, yaitu jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan/atau menikmati hiburan.

PAJAK REKLAME

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragarnnya untuk tujuan komersial. Dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.

Subjek Pajak Reklame

Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenaipajak daerah. Berkaitan dengan Pajak Reklame maka yang

dimaksud dengan Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame.

Adapun yang dimaksud dengan Wajib Pajak Daerah menurut VV No. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan VV No.34 Tahun 2000 adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang,

termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Dengan demikian yang dimaksud wajib pajak untuk Wajib Pajak Reklame menurut VV Pajak Daerah dan Retribusi daerah yang merupakan Wajib Pajak Reklameadalahorang pribadi atau badan yang melakukan pemesanan reklame dan orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Namun menurut pp No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksudkan sebagai Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.

126 Pajak Retribusi Daerah

Objek Pajak Reklame

Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah:

1. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya; 2. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah.

Dasar Pengenaan Pajak Reklame

Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa reklame.

Nilai sewa reklame diperhitungkan dengan memperhatikan lokasi penempatan, jenis, jangka waktu penyelenggaraan, dan ukuran media reklame. Cara perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Hasil perhitungan nilai sewa reklame ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.

Tarif Pajak Reklame

Tarif Pajak Reklame paling tinggi sebesar 25%(dua puluh lima persen) dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pembayaran Pajak Reklame Terutang

Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat reklame tersebut diselenggarakan. Besarnya pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak reklame setinggi-tingginya sebesar 25% (dua puluh lima persen) dengan dasar pengenaan pajak yaitu nilai sewa reklame.

PAJAK PENERANGAN JALAN

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik dengan ketcntuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia peneranganjalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi

Pajak Daerah KabupatenlKota

IJ

127

'jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh PLN maka pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan oleh PLN. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan Pajak Penerangan Jalan tersebut diatur dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Menteri Keuangan.

Subjek Pajak Penerangan JaJan

Subjek Pajak Penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan/atau pengguna tenaga listrik.

Objek Pajak Penerangan JaJan

Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik di wilayah daerah yang tersedia peneranganjalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Pajak

Penerangan Jalan yang dimaksud jika:

1. penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

2. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan,konsulat, perwakilan asing, dan lembaga-Iembaga

internasional dengan asas timbal balik;

3. penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dan instansi teknis terkait;

4. penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

Dasar Pengenaan Pajak Penerangan JaJan

Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilal JuaI Tenaga Listrik. Nilai Jual Tenaga listrik yang dimaksudkan tersebut, ditetapkan sebagai berikut:

128 Pajak Retribusi Daerah

1. Dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dengan pembayaran, Nilal Jual Tenaga Listrik adalah jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan biaya pemakaian kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik;

2. Dalam hal tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas yang tersedia, penggunaan listrik atau taksiran penggunaan listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah yang bersangkutan.

Khusus untuk kegiatan industri, penambangan minyak bumi dan gas alam, Nilai Jual Tenaga Listrik ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen).

Tarif PajakPenerangan Jalan

TarifPajak Penerangan Jalan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pembayaran Pajak Penerangan Jalan Terutang

Pajak Penerangan Jalan yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat penggunaan tenaga listrik.Besarnya pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak Penerangan Jalan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dengan dasar pengenaan pajak, yaitu Nilal Jual Tenaga Listrik. Dalam hal Pajak Penerangan Jalan dipungut oleh PLN maka besarnya pokok pajak terutang dihitung berdasarkan jumlah rekening listrik yang dibayarkan oleh pelanggan PLN.

PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian Golongan C sesuai dengan peraturanperundang-undanganyang berlaku. Bahan galian golongan C adalahbahan galianyang terdiri dari Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung batu permata, bentonit,

PajakDaerahTingkat Kabupatel/lKota

IJ

129

-dolomit, feldspar, garam batu (halite); grafi, granit/andesit, gips, kalsit; kaolin, leusit;magnesit, mika,marmer; nitrat; opsidien;oker;

pasir dan kerikil; pasir kuarsa; perlit; phospat; talk, tanah serap (fullers earth); tanah diatome; tanah liat; tawas (alum); tras; Yarosif; zeolit; basal; dan trakkit.

Subjek PajakPengambilan Bahan Galian Golongan C

Subjek Pajak pengambilan,Bahan Galian Golongan C adalah orang pribadi atau badan yang mengambil bahan galian golongan C. Sedang Wajib Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pengambilan bahan galian golongan C.

Objek Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Objek Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah kegiatan pengambiIan bahan galian golongan C. Bahan galian golongan C sebagaimana dimaksud meliputiasbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, feldspar, garam batu (halite), grafi, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer; nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit; phospat; talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal dan trakkit. Dikecualikan dari Objek Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yang dimaksud jika:

1. Kegiatan pengambilan bahan galian golongan C yang nyata-nyata tidak dimaksUdkan untuk mengambil bahan galian golongan C tersebut dan tidak dimanfaatkan secara ekonomis.

2. PengambiIanbahangaliangolongan C lainnyayang ditetapkan

dalam Peraturan Daerah.

DasarPengenaan PajakPengambilan Bahan Galian Golongan C Dasar pengenaan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah nilai jual hasil pengambilan bahan galian golongan C. NiIai

130 11PajakclanRetribusi Daerah

jual dihitung dengan: mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis bahan galian golongan C.

TarifPajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C paling tinggi sebesar 20% (dua puluh persen) dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pembayaran Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Terutang

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pengambilan bahan galian golongan C. Besarnya pokok Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C paling tinggi sebesar 20% (dua puluh persen) dengan dasar pengenaan pajak yaitu nilai jual dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis bahan galian golongan C.

PAJAK PARKIR

Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas tempat parkir yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan atas pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Subjek Pajak Parkir

Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan/atau jasa sebagai pembayaran kepada

PajakDaerah Tingkat KabupatenlKota

IJ

131 'pemilik atau penyelenggara tempat parkir. Tempat parkir adalah tempat parkir di luar badanjalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Dengan demikian yang dimaksudWajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

Objek Pajak Parkir

Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Tidak termasukobjek pajak adalah:

1. Penyelenggaraan tempatparkir oleh Pemerintah Pusat dan Pemer-intah Daerah;

2. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-Iembaga internasional dengan asas timbal balik;

3. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan Peraturan Daerah.

DasarPengenaan Pajak Parkir

Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir.

Tarif Pajak Parkir

TarifPajak Parkir paling tinggi sebesar 20% (dua puluh persen) dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

132

I1

PajakdunRetribusiDaerah

Dalam dokumen Buku Pajak Dan Retribusi Daerah (Halaman 66-73)