• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN PERATURAN PERPAJAKAN DAERAH

Dalam dokumen Buku Pajak Dan Retribusi Daerah (Halaman 91-104)

B

ab ini membahas tentang teknik penyusunan peraturan

perpajakan daerah yang disarikan dari bahan manual penyusunan produk hukum daerah yang dipublikasikan oleh CIDES (CIDES, 30 Mei 2003, www.cides.or.id/otda).Penyusunan sebuah peraturan atau perundang-undangan daerah bukan suatu yang sulit dan bukan pula suatu yang mudah.Ada kriteria atau persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam proses perencanaannya, materi dan proses pendokumentasiannya, yaitu hukum tatanegara dan pemerintahan. Hal inilah kadang-kadang yang tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Peraturan Perpajakan Daerah yang merupakan produk hukum daerah dalam penyusunan materi dan pendokumentasiannya juga harus mengikuti proses perumusan kebijakan. Pada bagian awal bab ini akan dibahas tentang cara-cara (teknik) penyusunan produk hukum daerah, Dasar Teknik Penyusunan, Jenis-jenis produk hukum daerah, Kaidah-Kaidah Hukum, Teknik Penyusunan Produk-Produk Hukum Daerah, Perubahan Produk-Produk Hukum Daerah,

170 PajakdanRetribusi Daerah

Pencabutan produk Hukum Daerah, dan.diakhiri dengan Ragam Bahasa yang digunakan dalam peraturan tersebut.

KIAT PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH

Mated ini merupakan salah satu bentuk manual pembentukan produk-produk hukum daerah dad Pusat Kajian Hukum dan Kebijakan Daerah Departemen Dalam Negeri kepada Pemerintah Daerah, maka untuk itu diharapkan beberapa pokok sebagai bahan kelengkapan muatannya.

Pengertian kata kiat dapat diartikan suatu cara, yaitu cara dalam menyusun Peraturan Daerah yang efektif. Keefektifan sebuah cara, tidak bisa hanya ditinjau dad satu sisi, tetapi harus dilihat dad beberapa faktor yang mendukungnya. Faktor-faktor yang selalu mempengaruhi efektivitas dalam penyusunan Peraturan Daerah yaitu Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu si perancang peraturan perundang-undangan (legal drafter); Prosedur penyusunan; Teknik penyusunan mated; dan Penggunaan bahasa perundang-undangan. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penyusunan Peraturan Daerah, perlu melihat lembaga yang mempunyai kewenangan membentuk Peraturan Daerah dan dasar hukumnya. Hal.ini penting, karena tidak semua lembaga_terdapat beberapa komponenlunit kerja (termasuk legal drafternya)_ yang menangani atau terlibat dalam proses penyusunan Peraturan Daerah.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 69 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa "Kepala Daerah menetapkan Peraturan Daerah atas persetujuan DPRD dalam rangka penyelenggaraan Otonomi Daerah dan penjabaran lebih lanjut dad peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi". Dalam Pasal18 menyatakan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang antara lain, "bersama dengan Gubernur, Bupati atau walikota membentuk Peraturan Daerah ". Dalam Pasal19 ayat (1) huruf d, DPRD mempunyai hak "mengadakan perubahan atas Rancangan Peraturan Daerah " . Dad ketiga ketentuan tersebut diatas menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah (eksekutif) pada umumnya

Teknik Penyusunan Peraturan Perpajakan Daerah

11

171

'Iebih berperan dalam membentuk Peraturan Daerah, sedangkan DPRD mempunyai hak memberi persetujuan dan mempunyai hak untuk mengadakan perubahan terhadap mated Peraturan Daerah. Selain itu dalam Pasal19 ayat(1)huruffmenyatakan bahwa DPRD (legislatif) juga mempunyai hak "mengajukan Rancangan Peraturan Daerah " atau yang lebih dikenal dengan hak inisiatif DPRD. Hak inisiatif ini (sebagai pemrakarsa) sewaktu-waktu dapat dipergunakan oleh DPRD.

1. Faktor Sumber Daya Manusia

Kemampuan perancang Peraturan Daerah sangat menentukan efektivitas penyusunannya. Sesuai dengan dasar kewenangan penyusunan Peraturan Daerah, yang dimaksud dengan si perancang Peraturan Daerah adalah aparat Pemerintah Daerah dan anggota DPRD. Seorang legal drafter harus menguasai dasar-dasar pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan dengan segala macam aspeknya serta menguasai substansi yang akan diatur, sehingga produk hukum yang dihasilkan jelas urgensinya dan mampu mengatur kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sering yang menjadi permasalahan adalah sejauhmana kemampuan aparatur lembaga eksekutif dan lembaga legislatif daerah dalam bidang perundang-undangan, sehingga proses penyusunan dan pembahasan dalam sidang DPRD dapat berjalan secara efektif. Dengan bertambahnya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah (sesuai dengan konsepsi otonomi daerah) dan belum tersedianya lembaga/perangkat daerah yang menanganinya, akan menjadi faktor penghambat dalam penyusunan Peraturan Daerah. Hal ini dikarenakan, tidak semua legal drafter yang tersedia saat ini menguasai semua pengaturan urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah dan perlu diatur dalam Peraturan Daerah. Disamping itu, anggota DPRD hasil Pemilihan Umum Tahun 1999, latar belakang politiknya demikian beragam dan tingkat pendidikannya yang beragam pula, sehingga keadaan seperti ini akan mempengaruhi jalannya pembahasan mated Peraturan Daerah.

172 PajakclanRetribusiDaerah

Melihat permasalahan tersebut, maka untuk mengantisipasi perkembangan pembangunan daerah sejalan dengan paradigma baru otonomi daerah, seorang legal drafter tingkat daerah (lembaga eksekutif dan legislatif) harus mempersiapkan diri dengan memperdalam atau menambah pengetahuan dalam bidang perundang-undangan dan kebijakan publik (public policy), sehingga mampu menjadi "perancang perundang-undangan" bukan "penjahit perundang-undangan" .

Penguasaan materi dan teknis penyusunan Peraturan Daerah akan membawa dampak positif terhadap perspektif produk hukum daerah. Karakter Peraturan Daerah pada pemerintahan otonom dimasa yang akan datang harus benar-benar responsif, populistik dan akomodatif; sehingga dapat dikategorikan produk hukumyang

efektif Peraturan Daerah pada masa depan boleh dikatakan tidak jauh berbeda dengan bobot sifat, karakter dan muatannya dengan Undang-undang.

Dengan demikian, substansi Peraturan Daerah hams mampu diantisipasi terjadinya perubahan lingkungan eksternal berupa globalisasi, disamping itu tetap memperhatikan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

2. Prosedur Penyusunan

Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, penyusunan Peraturan Daerah, perlu mengikutsertakan masyarakat (berupa dengar pendapat) dengan tujuan agar dapat mengakomodir kepentingan masyarakat luas untuk dituangkan dalam Peraturan Daerah. Peran serta masyarakat tersebut akan mempermudah sosialisasi dan penerapan substansi apabila Peraturan Daerah ditetapkan dan diundangkan.

Mengenai prosedur penyusunan peraturan perundang-undangan tingkat Daerah (yang terdiri dari Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah) belum diatur sebagaimana prosedur penyusunan peraturan perundang-undangan tingkat Pusat yang ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 188 Tahun 1998. Namun demikian,

Teknik Peraturan Perpajakan Daerah

IJ

173

.Pusat Kajian Hukum dan Kebijakan Daerah Departernen Dalam Negeri akan menyiapkan konsep prosedur penyusunan produk hukum daerah sebagai pedoman bagi Daerah dalam menyusun standar mekanisme penyusunan produk hukum daerah, untuk kemudian dapat diatur dalam Keputusan Kepala Daerah atau Peraturan Daerah.

Mekanisme penyusunan produk hukum daerah mengatur mengenai tata urut penyusunan Peraturan Daerah baik atas prakarsa Pemerintah Daerah maupun DPRD serta proses penyusunan Keputusan Kepala Daerah (intern eksekutif) hingga penetapan dan pengundangannya. Materi yang diatur dalam prosedur penyusunan produk hukum daerah dimaksud akan mendudukkan Biro/Bagian Hukum Pemerintah Daerah sebagai lembaga harmonisator peraturan perundang-undangan tingkat Daerah. Ha! ini penting, dalam kerangka pembenahan bentuk dan materi peraturan perundang-undangan daerah kearah yang lebih baik.

3. Tehnik Penyusunan

Dalam rangka pembinaan dan pembangunan produk hukum daerah, Pusat Kajian Hukum dan Kebijakan Daerah menyusun Pedoman Teknis Penyusutan Produk Hukum Daerah ini(berdasarkan pengalaman pengesahan Peraturan Daerah.selama ini) yang telah disesuaikan dengan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentangTeknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk RancanganUndang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden. Setiap perancangan dan penyusunan produk hukum daerah hams senantiasa memperhatikan dan berdasarkan pada Keputusan Presiden tersebut, yang secara

mutatis mutandisberlaku dalam penyusunan produk hukum daerah. Produk hukum daerah hams dirancang, disusun dan diberlakukan secara baik dan benar serta berdasarkan prosedur yang sah, sehingga dapat dihasilkan produk hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu perlu adanya standarisasi bentuk produk hukum daerah baik dari segi format,substansi maupun teknis penulisan, sehingga terdapat pembakuan dalam teknik penyusunan produk hukum.

174 PajakdanRetribusiDaerah

4. Penggunaan BahasaPerundang-undangan

Prinsip dasar yang dianut setiap peraturan perundang-undangan adalah dapat dikomunikasikan dengan masyarakat. Apabila suatu peraturan perundang-undangan tidak dapat ditransformasikandengan baik kepada masyarakat, berarti peraturan tersebut kurang ditaati masyarakat. Demikian halnya dengan Peraturan Daerah yang mengatur kehidupan masyarakat suatu Daerah, harus dapat dimengerti/dipahami oleh masyarakat setempat,sehingga hal-hal yang diatur dapat dilaksanakan.

Materi yang berisi larangan atau pembatasan terhadap kebebasan masyarakat, apabila tidak bisa dikomunikasikan, tidak mungkin dapat berlaku efektif. Berfungsinya produk hukum dengan baik menuntut adanya aturanlketentuan yang mudah diketahui secara jelas. Jika aturan/ketentuan itu kabur, maka akan timbul ketidakpastian dalam penerapannya.

Hal-hal yang mempengaruhi gagalnya transformasi ide-ide pengaturan pemerintahan dan kemasyarakatan (yang dituangkan) dalam Peraturan Daerah, yaitu :

Rancangan Peraturan Daerah tidak mampu mentransformasikan gagasan pengaturannya kedalam bahasa perundang-undangan dengan jelas dan dimengerti.

Rancangan Peraturan Daerah tidak mampu merumuskan hasil transformasi idenya melalui bahasa perundang-undangan kedalam bahasa yang mudah dan memahami perasaan masyarakat.

Karena kelemahan bahasa perundang-undangan itu sehingga materi yang diatur menjadi kaku dan mati.

Untukmenghindarijangan sampai timbul kelemahan-kelemahan diatas seorang legal drafter perlu menguasai penalaran (logika) hukum dengan baik, menguasai materi yang akan diatur, dan menguasai bahasa perundang-undangan, selain kemampuan pemahaman perasaan bahasa masyarakat.

Teknik Penyusunan Peraturan Daerah11 175 .5.Pengawasan Terhadap ProdukHukum Daerah,

Pasal 113 menyatakan bahwa, "Dalam pengawasan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah disampaikan kepada Pemerintah selambat-lambatnya 15 hari setelah ditetapkan ". Filosofi hal tersebut mengandung pengertian bahwa pelaksanaan kewenangan daerah otonom perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan dalam kerangka negara kesatuan. Pemerintah Pusat mempunyai wewenang untuk menilai Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah (hanya yang bersifat mengatur) yang telah diundangkan dengan kriteria bertentangan dengan kepentingan umum (norma yang hidup dan berkembang di masyarakat), bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yanglebih tinggi,dan atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya (sejenis atau sederajat).

Namun demikian, penilaian yang berimplikasi pembatalan terhadap Peraturan Daerah akan membawa dampak yang sangat luas khususnya Peraturan Daerah yang mengatur mengenai keuangan daerah/pendapatan daerah.

6. KuaIitas ProdukHukum Daerah

Untuk mendukung terwujudnya pelaksanaan otonomi daerah, perancang Peraturan Daerah (baik dari eksekutif maupun legislatif) harus mempersiapkan diri dengan memperdalam pengetahuan bidang perundang-undangan dan kebijakan publik, sehingga proses penyusunan dan pembahasannya dapat berjalan secara efektif.

Upaya pembinaan dan peningkatan kualitas legal drafterDaerah diarahkan agar tersedianya rancangan perundang-undangan bukan penjahit perundang-undangan.

Penguasaan materi dan teknik penyusunan Peraturan Daerah, akan membawa dampak positifterhadap perspektifPeraturan Daerah. DASAR TEKNIK PENYUSUNAN

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, tidak dikenallagi adanya pengawasan

176 11Pajak Retribusi Daerah

preventif dari Menteri Dalam Negeri terhadap Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang dibuat oleh Pemerintah Daerah. Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah sejak proses penyusunan sampai dengan pengundangannya/berlakunya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah yang bersangkutan:

Namun demikian, berdasarkan Pasal 113 dan 114 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tersebut, Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan atau peraturan perundang-undangan dapat dicabut atau dibatalkan oleh Pemerintah.

Berkenaan dengan itu untuk menghindarkan adanya Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dicabut/dibatalkan oleh Pemerintah, diharapkan adanya sumberdaya manusia yang handal dan mampu menyusun seluruh jenis produk hukum yang dibutuhkan Daerah sebagai realisasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Untuk menyusun dan merumuskan setiap jenis produk hukum Daerah, dituntut adanya pengetahuan aparatur yang memahami teori dan praktek penyusunan produk-produk hukum di Daerah, berupa: -Jenis-jenis produk hukum tingkat Daerah

-Kaidah-kaidah hukum

-Teknik Penyusunan Produk-produk Hukum -Ragam Bahasa yang dipergunakan

-Materi muatan produk-produk Hukum Daerah

Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman tersebut, maka semua jenis produk hukum di Daerah diharapkan dapat dipenuhi baik kualitas maupun kuantitasnya.

Untukmengantisipasi sekaligus mendukung tersedianya SumberDaya Manusia (SDM) di Daerah, Pusat Kajian Hukum dan KebijakanDaerah Departemen Dalam Negeri membuat manual tentang penyusunan jenis produk-produk hukum di Daerah, yang dalam teknis penyusunannya berdasarkan teori dan pengalaman dari proses pengesahan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah selamaini.

Teknik Penyusunan Peraturan Perpajakan Daerah

IJ

177 Diharapkan dengan penyusunan manual produk-produk hukum Daerah ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan Aparatur Pemerintah Daerah dalam rangka menyusun Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah sesuai dengan kebutuhan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Disamping itu, dengan adanya manual penyusunan produk-produk hukum Daerah, maka tujuan untuk mewujudkan tersedianya sumber daya manusia Pemerintah Daerah yang sesuai dengan kaidah-kaidah legal drafting.

Dasar-dasar dalam menyusun produk-produk hukum dengan memperhatikan:

Produk-produk hukum yang dibuat harus memperhatikan unsur sosiologis, sehingga setiap produk hukum yang mempunyai akibat atau dampak kepada masyarakat dapat diterima oleh masyarakat secara wajar bahkan spontan.

Landasan filosofis, maksudnya agar produk hukum yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai yang hakiki ditengah-tengah masyarakat : misal agama.

Landasan ekonomis, maksudnya agar produk hukum yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah, hal-hal yang berlaku dan mencakup berbagai hal yang menyangkut kehidupan masyarakat: misal kehutanan,pelestarian sumberdaya alam.

Landasan politis, maksudnya agar produk hukum yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dapat berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di tengah masyarakat.

JENIS-JENIS PRODUK HUKUM DAERAH

Sesuai dengan teori perundang-undangan dikenal adanya jenis produk hukum Daerah, yaitu:

178

I1

PajakdonRetribusi Daerah

1. Peraturan Daerah Propinsi

Peraturan Daerah Propinsi adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi, dalam rangka menyelenggarakan kewenangan (Otonomi Daerah) yang diserahkan kepada Pemerintah Propinsi sebagai pelaksanaan dan penjabaran peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Hal ini dipertegas lagi dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

2.Peraturan Daerah Kabupaten

Peraturan Daerah Kabupaten adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten, dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten sebagaipelaksanaan serta penjabaran peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, terutama sebagai penjabaran Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Peraturan Daerah Kota

Peraturan Daerah Kota adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota, dalam rangka menyelenggarakan Otonomi Daerah yang diserahkan kepada Pemerintah Kota sebagai pelaksanaan dan penjabaran peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, terutama sebagai penjabaran Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

4. Keputusan Gubemur

Keputusan Gubernur adalah peraturan yang ditetapkan sebagai pelaksanaan dari Peraturan Daerah Propinsi dan atau atas kuasa peraturan perundangan yang lebih tinggi.

Teknik Penyusunan Peraturan Perpajakan Daerah

11

179

Keputusan Gubernur terdiri dari 2 jenis,yaitu: a. Keputusan yang bersifat mengatur (regelling);

b. Keputusan yang bersifat penetapan (beschikking). 5. Keputusan Bupati/Walikota

Keputusan Bupati/Walikota adalah peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah KabupatenlKota dan atau atas kuasa dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

.Keputusan Bupati/Walikota terdiri dari 2 jenis, yaitu: a. Keputusan yang bersifat mengatur(regelling);

b. Keputusan yang bersifat penetapan (beschikking). Penjelasan :

Keputusan Gubernur atau Keputusan Bupati/Walikota yang bersifat mengatur adalah Keputusan yang materi muatannya mengatur dan mengikat secara umum, maksudnya berlaku bagi setiap subjek hukum yang memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam ketentuan-ketentuan Keputusan tersebut.

Keputusan Gubernur atau Keputusan Bupati/Walikota yang bersifat penetapan adalah Keputusan yang bersifat konkret (nyata), individual dan final. Materi muatannya hanya mengikat hal-hal tertentu,dan tidak mengikat secara umum.

6. Instruksi Gubemur atau Instruksi Bupati/ Walikota.

Instruksi Gubernur atau Instruksi Bupatil Walikota adalah jenis produk hukum daerah yang bersifat perintah atau petunjuk teknis kepada bawahan untuk melakukan ketentuan-ketentuan tertentu yang sifatnya konkret (nyata) dan individual.

KAIDAH-KAIDAH HUKUM

Kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan produk-produk hukum Daerah adalah:

180 PajakdanRetribusiDaerah

Keharusan adanya kewenangan dari pembuat produk-produk hukum. Setiap produk-produk hukum harus dibuat oleh Pejabat yang berwenang.Kalau tidak, produk-produkhukum itu batal demi hukum (van rechtswegenieting) atau dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal secara hukum.

Misalnya: Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah atas persetujuan DPRD.

Peraturan Daerah yang ditetapkan oleh Kepala Daerah tanpa persetujuan DPRD dengan sendirinya batal demi hukum.

Keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis produk-produk hukum dengan materi yang diatur,terutama kalau jenis dan materi produk-produk hukum yang bersangkutan diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang tingkatannya lebih tinggi atau sederajat, sehingga bila tidak sesuai dengan bentuk, jenis dan muatan yang diatur dapat menjadi alas an bahwa produk hukum tersebut batal demi hukum karena bertentangan dengan landasan yuridis material.

Misalnya: Susunan organisasi dan tata kerja Kecamatan harus diatur dalam Peraturan Daerah.

Kalau susunan organisasi dan tata kerja Kecamatan hanya diatur dalam bentuk/jenis Keputusan Kepala Daerah, maka Keputusan Kepala Daerah tersebut batal demi hukum(vernietigbaar).Keharusan mengikuti tata cara tertentu. Apabila tata cara tersebut tidak diikuti, maka produk-produk hukum tersebut belum mempunyai kekuatan hukum mengikat dan dapat dibatalkan demi hukum.

Misalnya :

Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah yang bersifat mengatur harus diundangkan dalam Lembaran Daerah,dan jika tidak diundangkan dalam Lembaran Daerah, maka Peraturan Daerah tersebut belurnmengikat.

Keharusantidakbertentangan dengan peraturan perundang undangan yang lebihtinggitingkatannya.

Teknik Penyusunan Peraturan Perpajakan Daerah

11

181

-Misalnya :

Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,kalau bertentangan batal demi hukum.

TEKNIK PENYUSUNAN PRODUK-PRODUK HUKUM Setiapproduk-produkhukum pada umumnya disusun dalam suatu kerangka dengan bentuk struktural sebagai berikut:

A. Penamaan/Judul; B. Pembukaan; C. Batang Tubuh; D. Penutup;

E. Lampiran (bila diperlukan).

Uraian dari masing-masing Substansi Kerangka Produk-produk Hukum adalah:

A. Penamaan/Judul

1. Setiap produk hukum mempunyai penamaan/judul

2. Penamaan/Judul produk-produk hukum memuat keterangan mengenai Jenis, nomor,tahun,tentang nama produk hukum yang diatur.

3. Nama produk hukum dibuat singkat dan mencerminkan isi produk-produk hukum.

4. Judul ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri tanda baca.

5. Judul tidak boleh disingkat dipendekkan dan tidak ada tanda baca.

Contoh : Penulis Penamaan/JuduI a) Jenis Peraturan Daerah

PERATURANDAERAHKABUPATENBOGOR NOMOR.....TAHUN...

TENTANG PAJAK REKLAME

182 11PajakdanRetribusi Daerah Teknik PenyuslUUlll Peraturan Perpajakan Daerah

IJ

183

Daerah, dan Keputusan Kepala Daerah.Jika konsiderans terdiri lebih dari satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan pengertian, dan tiap-tiap pokokpikirandiawali dengan huruf a, b, c, dst dan diakhiri dengan tanda titik koma(;).Contoh:

Menimbang:

d. Dasar Hukum.

Dasar Hukum diawali dengan kata "Mengingat" yang harus memuat dasarhukumbagipembuatan produk hukum. Padabagian ini perlu dimuat pula jika ada peraturan perundang-undangan yang memerintahkan produk hukum itu atau yang mempunyai kaitan langsung dengan materi yang akandiatur.

(1) Dasar Hukum dapat dibagi 2 yaitu:

(a) Landasan yuridis kewenangan membuat produk-produk

(b) Landasanyuridisrnateriyang diatur.

(2) Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenisperaturan perundang-undangan yang tingkat derajatnya sama atau lebih tinggi dariprodukhukum yangakandibuat. Catatan:Keputusan yang bersifat penetapan, Instruksi dan Surat Edaran tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum karma ketiga jenis keputusan tersebuttidakmasukjenisperaturan perundang- undangan.

(3) Dasar Hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarki peraturan undangan, atau apabila peraturan perundang-undangan tersebut sama tingkatannya,makadituliskan berdasarkan urutan tahun pembentukannya, atau apabila peraturan perundang-undangan itu dibentuk padatahunyang sama, makadituliskan berdasarkan nomor urutan pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut.

(4) Penulisan dasar (DU,PP,Keppres, danPerda)hamslengkap Negara, TambahanLembaran Negara, l..embaran Daerah, dan Tambahan Lembaran Daerah. (kalau ada) b) Jenis Keputusan Kepala Daerah

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR. ... TAHUN ....

TENTANG

TATA CARA PUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

B. Pembukaaan

1. Pembukaan pada Peraturan Daerah,terdiri dari A. Frasa Dengan Rakhmat Tuhan Yang Maha Esa; B. Jabatan Pembentuk Peraturan Daerah;

C. Konsiderans; D. Dasar Hukum;

E. Frasa DenganPersetujuan DewanPerwakilan Rakyat Daerah; F. Memutuskan;

G. Menetapkan.

2. Pembukaan pada Keputusan dan Instruksi Kepala Daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota terdiri dari:

Jabatan pembentuk Keputusan dan Instruksi; 1. Konsiderans;

2. Dasar Hukurn; 3. Memutuskan; 4. Menetapkan.

Penjelasan

a. Frasa,Kata frasa yang berbunyi Dengan Rakhmat Tuhan Yang Maha

Esamerupakan katayangharusditulis dalam Peraturan Daerah, cara penulisannya seluruhnya huruf kapital dan tidak diakhiri tanda baca.Contoh:DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA b. Jabatan,Jabatan pembentuk Peraturan Daerah atau Keputusan Gubernur/BupatiIWalikota ditulis dengan hurufkapital dandiakhiri dengan tandabacakoma(,). Contoh:BUPATI BOGOR,

c. Konsiderans,Konsiderans harusdiawali dengan kata "Menimbang" yang memuaturaian singkatmengenaipokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan alasan pembuatan Peraturan

a. b. c. ......, . , ... ,

184 PajakdanRetribusi Daerah

(5) Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-undangan,

makatiap dasar hukum diawali dengan angka arab 1,2,3 dst dan diakhiri dengantandabacatitik koma (;) ,

Contoh: Penulisan Dasarhukum

Dalam dokumen Buku Pajak Dan Retribusi Daerah (Halaman 91-104)