AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 137
Aktivitas Game Online Siswa SD (Kelas 3-6)
(Studi Deskriptif Di Warnet Kelurahan Gunung Anyar Kota
Surabaya)
Khikmiyah Hanum Khikmiyahh@gmail.com
Departemen Antropologi FISIP Universitas Airlangga
Abstrak
Game online merupakan salah satu jenis permainan yang memiliki pemain dari kalangan anak-anak dengan jumlah cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan dan aktivitas apa saja yang dilakukan siswa SD kelas 3 sampai 6 di kelurahan Gunung Anyar, Kota Surabaya, Jawa Timur,selama bermain game online. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan metode observasi dan wawancara. Penelitian ini menggunakan 10 informan, terdiri dari 6 orang siswa SD kelas 3 sampai 6, 2 orang tua siswa SD yang bermain game online, dan 2 orang penjaga warnet. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak Sekolah dasar di Kelurahan Gunung Anyar yang memiliki kebiasaan bermain game online mengenal game online dari teman dan media sosial. Sementara itu pilihan waktu dalam bermain game onlineadalah ketika ada waktu luang dan jika ada teman yang mengajak dengan frekuensi bermain antara dua hingga tujuh hari dalam seminggu dan durasi antara satu hingga tiga jam. Aktivitas lain yang dilakukan oleh anak-anak selama bermain game online adalah
chatting. Biaya yang dikeluarkan untuk bermain game online antara lain biaya untuk akses internet di warnet dan biaya untuk nge-case.
Kata kunci:game online, alasan bermain, aktivitas online, siswa SD
Abstract
Online Games is one of the games which have players from among the children with aquite large amount. This study aims to determine there a sons and what activities are carried out elementary school students in grades 3 through in the Gunung Anyar village, Surabaya, East Java, during playing online games. This study used a qualitative research type with observation and interviews. This study uses 10 informants, consisting of 6 elementary school students in grades 3 through 6, 2 parents of elementary school students who play online games, and 2 guards cafe. The results of this study showed that primary school children in the village of Mount Anyar who have a habit of playing online games online games know from friends and social media. While the choice of time in playing online games is when there is free time and if there are friends who invite the frequency of play between two and seven days a week and duration of between one to three hours. Other activities which done by the children during playing online games is
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 138 the chat. Costs incurred to play online games, among others charge for internet access in the café and the cost for jamming case.
Keywords: online games, reasons for play, online activities, elementary students
Pendahuluan
Masa kanak-kanak akhir (usia 6-12 tahun) merupakan masa yang penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak, disamping pada tahap ini anak-anak mulai memasuki dunia sekolah, anak juga dianggap mulai dapat bertanggungjawab atas perilakunya dalam hubungannya dengan orang-orang disekitarnya, misalnya teman sebaya, orang tua, dan lainnya (Nuryanti, 2008: 36). Bermain merupakan duniaanak-anak.Seorang anak dapat belajar mengenai bagaimana cara beinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan mengembangkan minat serta bakat yang ada dalam dirinya melalui bermain.
Sebelum adanya permainan-permainan modern, kita telah mengenal permainan tradisional lebih dahulu, misalnya saja gobak sodor, ular-ularan, polisi-polisian, dan sebagainya. Hal-hal yang dapat dipetik dari bermain
permainan tradisional adalah permainan ini mengajarkan bagaimana caranya bekerjasama, saling tolong-menolong, dan menghargai pendapat orang lain, selain itu permainan tradisional juga dapat menunjang perkembangan fisik seorang anak karena banyak permainan tradisional yang membutuhkan gerak aktif. Namun, banyak permainan modern yang telah menggeser permainan-permainan tradisional, Salah satunya adalah game online.
Game online merupakan
permainan dalam dunia maya yang menampilkan permainan dalam bentuk virtual seperti pada video game. Salah satu keunggulan dari game online jika dibandingkan dengan jenis permainan
video game adalah pemain dapat memainkan permainan ini dengan siapapun tanpa dibatasi oleh sekat geografis. Pemain dari permainan
online ini disebut dengan Gamers. Pemain game online awal mulanya kebanyakan adalah orang dewasa,
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 139
karena pada awal kemunculan permainan virtual ini, internet masih merupakan media komunikasi dan informasi yang hanya dapat dipahami oleh orang dewasa, berbeda dengan kebanyakan permainan tradisional yang memang diperuntukkan untuk anak-anak.
Sejak munculnya game online
pertama kali di Indonesia pada tahun 2001 (Nexia online), selama lebih dari satu dekade terkahir, permainan ini telah mengalami perkembangan yang amat pesat, seperti induknya, internet.Indonesia sendiri pengguna
game online juga bertumbuh subur dan mencakup semua kalangan usia, seiring bertambahnya jumlah pengguna internet. Menurut data lembaga survey global, IDC, pemain game online di Indonesia mengalami pertumbuhan hampir 30% pada 2012 dan menghasilkan pendapatan dalam negeri US$ 150 juta (Rp 1,45 triliun), jumlah pemain game online tersebut hampir 20% dari pengguna internet di Indonesia (http://www.tempo.co).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh salah satu forum komunitas pemain game online terbesar di Indonesia, Ligagame, dalam waktu 2
hingga 5 tahun mendatang, jumlah pemain game di Indonesia akan meningkat pesat secara drastis (http://www.ligagame.com). Survey tersebut dilakukan secara acak pada kalangan gamers maupun non gamers dengan sasaran utama keluarga muda yang memiliki anak-anak berusia 5 hingga 12 tahun dan hasilnya adalah hampir 70-80% keluarga muda memiliki anak-anak yang sedang memainkan permainan facebook
maupun permainan dari iPad, sehingga tidak lama kemudian anak-anak tersebut akan mulai bosan dengan permainan facebook maupun permainan iPad dan mencoba game
online yang lebih
menantang(http://www.ligagame.com).
Game online yang lebih menantang yang dimaksud adalah multiplayer games yang saat ini semakin bervariasi. Penelitian yang dilakukan oleh Melani (2009), memperlihatkan bahwa
game online memiliki efek negatif pada remaja, yakni remaja yang bermain
game online cenderung lebih agresif dari pada remaja lain yang tidak bermain game online. Penelitian tersebut dipusatkan pada kelompok umur remaja dan tidak mencakup
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 140
kelompok umur lain. Kelompok usia remaja merupakan kelanjutan dari fase anak-anak. Oleh karena itulah, dapat menjadi suatu kekhawatiran mengenai efek negatif yang dapat ditimbulkan oleh game online pada anak-anak.
Selain peningkatan agresivitas dalam dunia nyata, game online juga menunjukkan bahwa ada aspek kehidupan di dunia nyata yang harus dikorbankan oleh pemain game online. Penelitian yang dilakukan terhadap 540 remaja dan dewasa pemain game onlineEverquest dengan kisaran usia 12 hingga 30 tahun menunjukkan bahwa 18,2% remaja dan 24,7% orang dewasa bermain game online antara 16 hingga 20 jam setiap minggu (Griffiths et al., 2004:92). Tingginya frekuensi bermain
game online tersebut membuktikan adanya aspek kehidupan yang harus dikorbankan oleh pemain game online. Aspek kehidupan yang dikorbankan pada orang dewasa kemungkinan adalah kegiatan sosial atau pekerjaan sementara pada remaja yang paling mungkin adalah pendidikan dan waktu untuk bersosialisasi dengan sekitarnya.
Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para peneliti untuk mengungkap segala hal yang menarik
mengenai game online, mulai dari identifikasi pemain, jenis permainan yang banyak diminati, motif bermain, hingga dampak yang dapat ditimbulkan oleh permainan ini. Oleh karena itulah peneliti tertarik meneliti game online dengan subjek anak sekolah dasar kelas 3 sampai 6 dengan menggunakan pendekatan antropologis mengenai alasan dan aktivitas apa saja yang dilakukan selama bermain game online.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah warnet S dan warnet Ayang terletak di Kota Surabaya yakni tepatnya yang berada Kelurahan Gunung Anyar.Peneliti memilih Kelurahan Gunung Anyar dikarenakan wilayah Kelurahan ini beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan sosial dan budaya yang cukup pesat akibat adanya pembangunan akses jalan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Sementara itu, peneliti memilih warnet S dan warnet A karena berdasarkan obeservasi yang telah dilakukan oleh peneliti, dua warnet tersebut memiliki
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 141
jumlah pemain game online dari kalangan siswa SD yang cukup banyak, selain itu tarif yang diberlakukan juga terjangkau bagi uang saku mereka.
Penelitian ini menggunakan 10 informan, terdiri dari 6 orang siswa SD kelas 3 sampai 6, 2 orang tua siswa SD yang bermain game online, dan 2 orang penjaga warnet.Informan yang berasal dari pengelola warnet dipilih oleh peneliti berdasarkan pertimbangan bahwa warnet yang dikelola merupakan warnet yang ramai pengunjung dari kalangan anak-anak Sekolah Dasar yang datang untuk bermain game online. Sementara informan yang dari kalangan orang tua dipilih oleh peneliti berdasarkan pertimbangan bahwa informan tersebut memiliki kemampuan untuk menjawab dengan lugas pertanyaan dari peneliti dan mampu memahami pertanyaan dari peneliti mengenai game online karena menurut peneliti tidak semua orang tua memiliki pemahaman tentang game online.
Informan pertama yang berasal dari kalangan siswa SD yang bermain
game online diperoleh oleh peneliti dari hasil bertanya pada adik peneliti, dari satu informan tersebut kemudian
peneliti mendapatkan tiga orang informan yang lain yang merupakan teman bermain game online informan tersebut. Sementara berdasarkan hasil obeservasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada beberapa warung internet, peneliti kemudian mendapatkan dua orang informan lain yang menurut peneliti sesuai dengan kriteria informan yang telah ditentukan oleh peneliti.
Data yang diperoleh oleh peneliti dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview) dengan dilakukan teknik pengamatan (observasi) terlebih dahulu terhadap objek penelitian yang sesuai dengan topik penelitian.Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian diolah dengan cara diklasifikasikan atau dikategorikan berdasarkan beberapa tema sesuai dengan fokus penelitiannya.Data yang telah diklasifikaskan tersebut kemudian dilakukan interpretasi secara teoritis, sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan yang memadai.
Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini ditemukan bahwa gamerssiswa SD di Kelurahan Gunung Anyar mengenal game online
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 142
melalui teman dan media sosial seperti
facebook. Gamers yang mengenal permainan online melalui teman mengatakan bahwa pada awalnya dia hanya sekedar ikut-ikut temannya pergi ke warnet untuk melihat teman-temannya bermain game online
kemudian dia mulai mencoba memainkannya sendiri dengan dibantu oleh teman-temannya tersebut, hingga akhirnya dia mahir memainkannya sendiri. Sementara itu gamers yang mengenal game online melalui media sosial seperti facebook pada awalnya dia hanya mencoba memainkan permainan yang disediakan oleh
facebookatas saran dari temannya kemudian pada akhirnya dia menyukai permainan tersebut dan mulai mencoba jenis-jenis permainan lain.
Sementara itu jenis permainan yang diminati oleh para informan hampir sama satu sama lain. Sebagian besar mengungkapkan Point Blank
sebagai game online yang pertama kali dikenal dan tetap dimainkan hingga saat ini. Ada juga informan yang pada awalnya memainkan Point Blank, setelah mencoba-coba jenis permainan lain kemudian beralih menyukai game online yang lain, misalnya Dragon
City, Dungeon Rampage, Ninja Saga, dsb. Beragam jenis game online
tersebut, Point Blank menjadi game online yang paling banyak diminati oleh para informan. Point Blank
merupakan jenis game onlineMassively Multiplayer Online First-Person Shooter Games (MMOFPS), yakni jenis game yang mengambil sudut pandang orang pertama.
Game online bukan hanya
sekedar permainan biasa dimana para
gamers hanya sibuk mengatur strategi untuk menang atau menembaki para lawan agar mati. Selama bermain game online, informan siswa SD dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka biasanya melakukan chatting
atau obrolan dengan sesama pemain. Fungsi chatting bagi gamers anak-anak, seperti keterangan para informan dalam penelitian ini, adalah sebagai sarana untuk mengatur strategi, menjual item, atau mencari teman baru.
Terdapat dua macam biaya yang dibutuhkan bermain game online, yakni biaya untuk fasilitas internet dan biaya untuk nge-case. Untuk dapat membayar tarif fasilitas internet dan tarif untuk nge-case, beberapa informan rela untuk menyisihkan uang
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 143
jajan mereka setiap hari dan beberapa yang lain lebih memilih untuk minta uang tambahan pada orang tua. Melalui keterangan dari informan dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa belum ada informan yang berbuat nekat dengan diam-diam mengambil uang orang tua untuk bermain game onlineatau bahkan mengambil uang orang lain atau mencuri karena para informan tersebut masih termasuk dalam gamers yang wajar.
Para informan dalam penelitian ini memiliki frekuensi yang bermain
game online yang berbeda-beda, mulai dari tiga hingga tujuh kali dalam seminggu atau dengan kata lain setiap hari. Berdasarkan keterangan dari enam orang informan, dua diantaranya memiliki frekuensi bermain tiga kali dalam satu minggu, dua orang informan tujuh kali dalam satu minggu atau setiap hari dan yang lainnya memiliki frekuensi bermain yang tidak tetap, tergantung pada ada tidaknya waktu luang. Sementara itu durasi bermain game online para informan berkisar antara satu hingga tiga jam, sehingga dalam waktu satu minggu maka durasi tersebut berkisar antara
enam hingga empat belas jam per minggu.
Teman dan waktu luangmenjadi faktor yang penting dalam kegiatan bermain game online para informan, termasuk dalam menentukan frekuensi dan durasi bermain game online para informan. Berbeda dengan para gamers
yang sudah dalam tahap kecanduan yang terus bermain tanpa memikirkan waktu bahkan hingga mengorbankan waktu-waktu pentingnya seperti waktu belajar dan sekolah. Bagi gamers yang sudah dalam tahap kecanduan, dunia
game adalah sudah seperti dunia nyata baginya. Gamers, terutama yang bermain game dengan genre MMORPG, menemukan aspek-aspek dalam dunia game lebih memuaskan dan menyenangkan daripada yang terjadi di dunia nyata sehingga mereka memiliki kecenderungan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencurahkan perhatiannya pada game
((NG et al., 2005:113).
Teman dan media sosial dapat dikatakan sebagai (S) atau stimulus para informan bermain game online. Setelah adanya stimulus yang berupa ajakan teman dan media sosial, kemudian timbul rasa penasaran dan
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 144
dorongan untuk memainkan permainan tersebut, dalam konsep teori belajar hal tersebut sudah masuk dalam tahap
drive (D). Adanya (D) tersebut timbul karena ketika mereka melihat teman-temannya memainkan permainan tersebut, mereka dapat merasakan keseruan dan kesenangan dalam permainan tersebut.Selain karena terdiri dari berbagai macam jenis atau genre, game online juga menawarkan fasilitas obrolan atau chatting yang dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan sesama pemain atau untuk mencari teman baru.
Adanya stimulus yang berupa ajakan dari teman dan sering menjumpai gameonline lewat media sosial menyebabkan timbulnya suatu dorongan untuk dapat memainkan
game online. Dorongan tersebut kemudian menghasilkan respon berupa siswa SD yang menjadi informan dalam penelitian ini kemudian memainkan game online tersebut. Respon tersebut kemudian diulangi lagi setiap timbul dorongan yang sama dalam stimulus yang sama. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya frekuensi dan durasi yang tetap para informan dalam bermain game online.
Respon(R) dalam penelitian ini merupakan (R) yang menghasilkan karena selalu diulangi ketika timbul (D) yang sama, yang muncul dalam (S) yang sama, sehingga bisa dikatakan bahwa para siswa SD yang menjadi informan dalam penelitian ini telah belajar atau telah terbiasa, ketika ada stimulus berupa ajakan teman untuk bermain game online atau sedang membuka media sosial, saat timbul dorongan untuk bermain game online, maka dia akan memainkannya.
Sementara itu, sikap yang ditunjukkan oleh orang tua yang mengetahui anaknya senang bermain
game online juga bervariasi. Ada orang tua yang tidak melarang anak-anaknya tetap bermain game online, ada yang tidak melarang asalkan tetap belajar, dan ada juga yang dengan tegas melarang anak-anaknya bermain game online dan hal tersebut juga dialami oleh para informan dalam penelitian ini. Kelurahan Gunung Anyar sendiri kebanyakan para orang tua masih awam mengenai game online, mereka menganggap bahwa game online
merupakan permainan anak-anak seperti dalam video game biasa sehingga kebanyakan dari mereka tidak
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 145
melarang anak-anaknya bermain game online.
Para informan dalam penelitian ini selain memiliki waktu belajar di sekolah, juga meluangkan waktunya untuk belajar di rumah. Berdasarkan keterangan dari para informan, dari 6 orang informan, 4 orang informan memiliki waktu belajar di rumah pada malam hari dan sisanya siang hari sepulang sekolah. Waktu yang dihabiskan oleh para informan untuk belajar bervariasi, mulai dari setengah jam hingga satu jam setengah.Apabila dibandingkan antara waktu yang digunakan oleh para pelajar untuk belajar dan bermain game online, waktu yang digunakan untuk bermain
game online ternyata lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk belajar.
Simpulan
Siswa SD yang menjadi pemain
game online mulai bermain game online dari coba-coba dengan sekedar melihat teman yang sedang bermain kemudian mulai mencoba memainkannya dan berlanjut menjadi kebiasaan. Gamerssiswa SD ini mengenal game online dari teman dan
media sosial dan hal ini yang menjadi stimulus para informan yang kemudian memunculkan dorongan untuk bermain
game online. Adanya dorongan
tersebut kemudian memunculkan respon berupa kebiasaan bermain game online yang dibuktikan dengan adanya frekuensi bermain game online tiga hingga tujuh kali seminggu dan durasi bermain enam hingga empat belas jam dalam seminggu. Frekuensi dan durasi bermain game online tersebut ditentukan oleh ada tidaknya waktu luang, selain faktor teman. Kebiasaan bermain game online tersebut sesuai dengan konsep teori belajar yakni
stimulus (S), drive (D), dan Response
(R). Sementara itu kegiatan lain yang dilakukan selama bermain game online
adalah chatting atau melakukan obrolan dengan sesama pemain dengan tujuan untuk mengatur strategi, menjual item atau mencari teman baru. Terdapat dua jenis pengeluaran yang biasanya dikeluarkan oleh gamers
untuk bermain game online, yakni pengeluaran untuk membayar fasilitas warnet dan untuk nge-Case (membeli
item senjata, kostum atau untuk naik level).
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.2/Juli 2015, hal 146 Daftar Pustaka
Griffiths, M. D., Mark N. O. Davies, dan Darren Chappel(2004)Online computer gaming: a comparison of adolescent andadult gamers.
Dalam: Journal of Adolescence, 27 (2004): hlm: 87–96
Melani, Devita (2009)Studi Kasus tentang Pengaruh Game Online Pada Agresivitas Remaja di
Surabaya. Surabaya. Skripsi
Tidak Diterbitkan
NG, Brian d. dan Peter Wiemer-Hastings (2005) Addiction to the internet and online gaming. Dalam: Cyberpsychology and behavior, VII- 2: hlm: 110-113 Nuryanti, Lusi (2008)Psikologi Anak.
Jakarta: PT Indeks
Website
http://www.tempo.com
(diakses pada tanggal 10 Desember 2013 pukul 21.08 WIB)
http://www.ligagame.com
(diakses pada tanggal 10 Desember 2013 pukul 20.20 WIB)