Case Report Session
TONSILITIS KRONIS
Oleh:
Metta Yulia Utami 1010313002 Selvi Indriani Nasution 1010311002 Mustika Febriani Rizona 1010312073
Preseptor:
dr. Al Hafiz, Sp.THT-KL
BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan case report session yang berjudul “Tonsilitis Kronis” sebagai salah satu syarat untuk menempuh kepaniteraan klinik senior di Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Al Hafiz, Sp.THT-KL selaku preseptor yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa pada makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua, terutama untuk penulis yang masih dalam proses pembelajaran.
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Anatomi Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.1
Gambar 1. Gambaran tonsil penyusun cincin waldeyer
Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa yang meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang disebut dengan kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi. Tonsil mendapat darah dari a. palatina minor, a. palatina asendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a. faring asendens, dan a.lingualis dorsal. 1
Tonsil lingua terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual atau kista duktus tiroglosus. 1
Tonsil faringeal (adenoid) ialah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terletak pada dinding posterior nasofaring. Secara fisiologik adenoid ini membesar pada anak usia tiga tahun dan kemudian akan mengecil dan hilang sama sekali pada usia 14 tahun. Bila sering terjadi infeksi saluran nafas bagian atas maka dapat terjadi hipertropi adenoid. 1
1.2. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis kronik merupakan peradangan kronik pada tonsil yang biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis dari tonsil.2 Ukuran tonsil membesar akibat
hiperplasia parenkim atau degenerasi fibroid dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat juga ditemukan tonsil yang relative kecil akibat pembentukan sikatriks yang kronis. Durasi maupun beratnya keluhan nyeri tenggorok sulit dijelaskan. Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang menetap.3
1.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Gejala tonsillitis yang disebabkan oleh virus menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang sering yaitu Epstein Barr Virus, influenza virus, parainfluenza virus, coxachie virus, echovirus, dan rhinovirus. Kebanyakan tonsillitis virus terjadi pada usia prasekolah sedangkan infeksi bakteri terjadi pada anak yang lebih besar.3
Bakteri menyebabkan 15-30% kasus tonsillitis, terutama Streptococcus beta hemolitikus grup A.4 Salah satu yang ditakutkan akibat infeksi Streptococcus beta hemolitikus grup A adalah
terjadinya glomerulonefritis dan demam rematik akibat reaksi hipersensitivitas terhadap bakteri tersebut. Golongan streptokokus lain yaitu streptokokus alfa hemolitikus dan streptokokus pneumonia. Genus stafilokokus yang berperan dalam tonsillitis adalah Stafilokokus aureus, S. epidermidis, S. saprotikus. S. aureus bersifat kogulasi positif dan memiliki potensi menjadi
pathogen invasive. Beberapa strain S. aureus mempunyai kapsul sehingga menyulitkan tubuh untuk melakukan fagositosis. Kemampuan mutasi S. aureus mengakibatkan terbentuk strain baru yang resisten terhadap antibiotik, seperti Methicilin Resistence Staphylococcus Aureus (MRSA). Penyebab yang jarang ialah Klebsiella pneumonia dan Haemofilus influenza.3
Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitisn akut yang tidak adekuat.2
1.4. Patologi
Patologi tonsilitis kronik pada dasarnya terjadi karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik, kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjer limfe submandibula.2
1.5. Diagnosis Anamnesis
Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulang-ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.2
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik umumnya didapatkan tonsil yang membesar dengan berbagai ukuran, dengan pembuluh darah yang dilatasi pada permukaan tonsil. Arsitektur kripta yang rusak seperti sikatrik, eksudat pada kripta tonsil dan sikatrik pada pilar.3
Menurut Thane dan Cody, derajat pembesaran tonsil dibagi menjadi: 4
T0 : Post tonsilektomi
T1 : Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris
T2 : Sudah melewati pilar anterior, tapi belum melewati garis paramedian (pilar posterior)
T4 : Sudah melewati garis median
Gambar 3. Derajat pembesaran tonsil
Menurut Brodsky, derajat pembesaran tonsil dibagi menjadi : 5
Grade 0 : Tonsil berada dalam fossa tonsil
Grade 1 : Tonsil berada di luar dari fossa tonsil ≤ 25% dari luas orofaringeal.
Grade 2 : Tonsil berada di luar dari fossa tonsil 26% sampai ≤ 50% dari luas orofaringeal. Grade 3 : Tonsil berada di luar dari fossa tonsil 51 sampai < 75% dari luas orofaringeal. Grade 4 : Tonsil berada di luar dari fossa tonsil > 75% dari luas orofaringeal.
1.6. Tatalaksana Medikamentosa
Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotika penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi kronik atau berulang-ulang.
Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology, Head and Neck Surgery tahun 2011 adalah sebagai berikut : 6
1) Indikasi absolut:
Tonsilitis kronis yaitu penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam setahun selama 3 tahun berturut-turut dan belum mendapat terapi yang adekuat. Kriteria Paradise untuk tonsilektomi yaitu :
Frekuensi minimal episode nyeri tenggorok : - 7 atau lebih episode dalam tahun pertama atau
- 5 atau lebih episode dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut - 3 kali atau lebih dalam setahun selama 3 tahun berturut-turut
Gejala klinik yang menyertai (minimal satu dari beberapa criteria berikut) : - Suhu > 38,30 C
- Limfadenopati servikal yang nyeri atau ukurannya >2cm - Tonsil eksudatif
- Kultur positif terhadap Streptokokus beta hemolitikus grup A
Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur atau komplikasi kardiopulmunar
Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pengobatan medis
Karier Streptococcus yang tidak respon terhadap antibiotic berta laktam.
Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma 2) Indikasi relatif :
Hipertrofi yang menyebabkan maloklusi gigi
Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis kronik tidak responsif terhadap terapi medikamentosa.
Kontraindikasi tonsilektomi : 6
1) Kontraindikasi relatif
Palatoschizis
Radang akut, termasuk tonsilitis
Poliomyelitis epidemica
2) Kontraindikasi absolut
Diskariasis darah, leukemia, purpura, anemia aplastik, hemofilia
Penyakit sistemis yang tidak terkontrol: DM, penyakit jantung, dan sebagainya.
1.7. Komplikasi
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.2
1.8. Prognosis
Perkembangan dalam tatalakasana medikamentosa dan pembedahan menyebabkan komplikasi dari tonsillitis termasuk kematian jarang terjadi. Dulu tonsillitis merupakan peyakit yang mematikan pada awal abad ke 20 karena komplikasinya yaitu penyakit jantung rematik.7
BAB II LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. R No. RM : 940452 Umur : 10 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pelajar Suku bangsa : Minangkabau
Alamat : Lubuk Begalung Padang
ANAMNESIS Keluhan Utama :
Sakit pada telinga kiri sejak 2 minggu yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Awalnya, pasien mengeluh nyeri menelan yang hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan ini dirasakan semakin meningkat sejak 2 bulan yang lalu terutama bila pasien demam, batuk dan flu.
- Demam sejak 2 minggu yang lalu dan berkurang setelah pemberian parasetamol - Riwayat nyeri kepala ada
- Riwayat sukar menelan ada - Riwayat tidur mendengkur ada - Riwayat sesak nafas ada
- Riwayat pembengkakkan dan nyeri di bawah rahang ada - Riwayat penurunan pendengaran telinga kiri ada
- Riwayat keluar cairan pada telinga tidak ada
- Riwayat bersin-bersin dan hidung tersumbat tidak ada - Nyeri pada wajah tidak ada
- Dua minggu yang lalu pasien sudah berobat ke klinik Fitria dengan keluhan yang sama dan diberikan obat penurun panas dan di rujuk ke RSUP Dr.M Djamil Padang untuk dilakukannya pengangkatan amandel.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan: - Pasien Seorang Pelajar
- Pasien aktif dalam kegiatan olaharaga di sekolah sehingga sering kelelahan sejak 2 tahun yang lalu
PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif Tekanan darah : 120/ 70
Nadi : 80 x per menit
Suhu ` : 36,8 oC
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : irama teratur, bising tidak ada Abdomen : distensi (-), BU(+) normal
Ekstremitas : udem (-) akral hangat, perfusi baik.
STATUS LOKALIS THT Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Daun Telinga
Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Dinding Liang Telinga
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit -
-Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Sekret / Serumen
Bau Tidak ada Tidak ada
Warna Kuning
kecoklatan
Kuning Kecoklatan
Jumlah Sedikit Sedikit
Jenis Serumen Serumen
Membran Timpani
Utuh
Warna Putih seperti
mutiara
Putih seperti mutiara
Refleks cahaya Positif Positif
Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Perforasi
Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada
Jenis -
-Kwadran -
-Gambar
Mastoid
Tanda radang Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Tes Garpu tala
Rinne + +
Schwabach Sama dengan
pemeriksa
Sama dengan pemeriksa
Weber Tidak ada lateralisasi
Kesimpulan AD dan AS normal
Audiometri
Hidung
Pemeriksaan Kelainan
Hidung luar
Deformitas Tidak ada
Kelainan congenital Tidak ada
Trauma Tidak ada
Radang Tidak ada
Massa Tidak ada
Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Vestibulum Vibrise Ada Ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Kavum nasi Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit Tidak ada Tidak ada
Lapang Tidak ada Tidak ada
Sekret Lokasi Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak ada Tidak ada
Jumlah Tidak ada Tidak ada
Bau Tidak ada Tidak ada
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina Tidak ada Tidak ada
Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Massa Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Warna Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Mudah digoyang Tidak ada Tidak ada
Pengaruh vasokonstriktor
Tidak ada Tidak ada
Gambar
Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Koana
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit Tidak ada Tidak ada
Lapang Tidak ada Tidak ada
Mukosa
Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada
Konkha superior
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak ada Tidak ada
Adenoid Ada/tidak Tidak ada
Muara tuba eustachius
Tertutup secret Tidak Tidak
Massa
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Post Nasal Drip Ada/tidak Tidak ada Tidak ada
Jenis Tidak ada Tidak ada
Gambar
Orofaring dan Mulut
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Palatum mole + Arkus faring
Simetris/tidak Simetris Simetris
Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Tonsil Ukuran T3 T3
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Tidak rata Tidak rata
Muara kripti Melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan dg pilar
Tidak ada Tidak ada
Peritonsil Warna Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Tumor Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Gigi Karies/radiksKesan Ada, M2 bawahHigiene kurang Higiene kurangTidak ada
Lidah Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Normal Normal
Massa Tidak ada Tidak ada Gambar
Laringoskopi Indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Epiglottis
Bentuk Kubah
Warna Merah muda
Edema Tidak ada
Pinggir rata/tidak Iya
Massa Tidak ada
Aritenoid
Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Gerakan Simetris Simetris
Ventrikular Band
Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Plika Vokalis
Warna Putih Putih
Gerakan Simetris Simetris
Pinggir medial Rata Rata
Massa Tidak ada Tidak ada
Subglotis/trachea Massa Tidak ada Tidak ada
Sekret ada/tidak Tidak ada Tidak ada
Sinus piriformis Massa Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada Tidak ada
Valekule Massa Tidak ada Tidak ada
Sekret (jenisnya) Tidak ada Tidak ada Gambar
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening leher.
Pada palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher.
RESUME (DASAR DIAGNOSIS)
Anamnesis :
- Sakit pada telinga kiri sejak 2 minggu yang lalu
- Awalnya, pasien mengeluh nyeri menelan yang hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan ini dirasakan semakin meningkat sejak 2 bulan yang lalu terutama bila pasien demam, batuk dan flu.
- Demam sejak 2 minggu yang lalu dan berkurang setelah pemberian parasetamol - Riwayat sukar menelan ada
- Riwayat tidur mendengkur dan sesak nafas ada
- Riwayat pembengkakkan dan nyeri di bawah rahang ada - Riwayat penurunan pendengaran telinga kiri ada
- Riwayat keluar cairan pada telinga tidak ada
- Riwayat bersin-bersin dan hidung tersumbat tidak ada
- Pasien aktif dalam kegiatan olaharaga di sekolah sehingga sering kelelahan
- Dua minggu yang lalu pasien sudah berobat ke klinik Fitria dengan keluhan yang sama dan diberikan obat penurun panas dan di rujuk ke RSUP Dr.M Djamil Padang untuk dilakukannya pengangkatan amandel.
Pemeriksaan fisik:
Pada pemeriksaan Orofaring dan Mulut ditemukan.
Tonsil dekstra : Ukuran T3, tidak hiperemis, muara kripti melebar, detritus ada, perlengketan dengan pilar ( - )
Tonsil sinistra : Ukuran T2, tidak hiperemis, muara kripti melebar, detritus ada, perlengketan dengan pilar ( - )
Diagnosis Kerja : Tonsilitis kronis Diagnosis Tambahan : Tidak ada Diagnosis Banding : Tidak ada
Pemeriksaan Anjuran : Biakan swab tenggorok dan tes kepekaan kuman Rencana Terapi :
Medikamentosa : Betadine Gargle
Terapi anjuran : Tonsilektomi
Prognosis :
Quo ad Vitam : Bonam Quo ad Sanam : Bonam
Anjuran
Puasa 6-8 jam pre Op Diet makanan lunak
Hindari makanan berminyak, pedas dan dingin
Diagnosis Utama : Tonsilitis Kronis
Pemeriksaan Anjuran : Laboratorium rutin dan kultur dari sediaan apus tonsil.
Terapi : Cefoperazon 2x 500 mg p.o
Dexamethason 3x ½ amp IV Tonsilektomi
Prognosis
- Quo ad Vitam : bonam
- Quo ad Sanam : bonam
BAB III DISKUSI
Telah dilaporkan satu kasus tonsilitis kronis pada anak perempuan usia 11 tahun yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan lama perjalanan penyakit dan penyebabnya, tonsilitis terbagi atas tonsilitis akut dan tonsillitis kronis. Tonsilitis akut adalah radang pada tonsil yang timbulnya cepat, atau berlangsung dalam waktu pendek (tidak lama), dalam kurun waktu jam, hari hingga minggu. Tonsilitis kronis adalah Tonsilitis yang berlangsung lama (bulan atau tahun) atau dikenal sebagai penyakit menahun. Tonsilitis kronik merupakan peradangan kronik pada tonsil yang biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis dari tonsil.2
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun. Penelitian yang dilakukan pada anak-anak di Norwegia mengenai kejadian tonsillitis berulang dilaporkan sebesar 11,7% dan pada penelitian lainnya yang dilakukan pada anak-anak di Turki diperkirakan sebesar 12,1%.11 Data epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit
yang sering terjadi pada usia 5-10 tahun dan dewasa muda usia 15-25 tahun. Kisve pada penelitiannya memperoleh data penderita Tonsilitis Kronis terbanyak sebesar pada kelompok usia 5-14 tahun.8 Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Serawak di Malaysia diperoleh
657 data penderita Tonsilitis Kronis dan didapatkan pada pria 342 dan wanita 315.9 Sebaliknya
penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pravara di India dari 203 penderita tonsilitis Kronis, sebanyak 98 berjenis kelamin pria dan 105 berjenis kelamin wanita.10
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Pada pasien ini ditemukan faktor resiko tonsillitis
kronik yaitu hygiene mulut yang buruk dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat. Tonsilitis dapat disebabkan oleh bakteri dan virus. Tonsilitis bakterial supurativa akut paling sering dihubungkan dengan Grup A Streptococcus beta hemolitikus. Lebih kurang 30-40% tonsilitis akut disebabkan oleh Streptococcus beta hemolitikus. Kuman penyebab tonsillitis kronik hamper sama dengan tonsilitis akut.
Pasien datang dengan keluhan nyeri dan sukar menelan, riwayat demam, dan sesak nafas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arsyad, gejala klinis yang sering ditemukan pada penyakit tonsilitis kronis adalah rasa tidak enak di tenggorokkan, sakit tenggorokkan, sulit menelan sampai sakit saat menelan . Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang menetap. Obstructive sleep ctpneu syndrome adalah suatu sindrom obstruksi total dan parsial jalan nafas yang menyebabkan gangguan fisiologis yang bermakna dengan dampak klinis yang bervariasi. Salah satu faktor resikonya adalah hipertrofi tonsil yang menyebabkan gangguan tidur. Pada pasien ini ditemukan adanya riwayat tidur yang mendengkur. 13
Dari pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil menurut kriteria Thane dan Cody sebesar T3-T3 yakni telah melewati garis paramedian namun belum sampai melewati garis median 4. Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia parenkim atau degenerasi fibroid 3. Pada
tonsil ditemukan adanya muara kripti melebar. Dari teori didapatkan bahwa tonsilitis kronik pada dasarnya terjadi karena proses radang berulang yang timbul, akibatnya epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar 2. Pada pemeriksaan
dengan pembuluh darah yang dilatasi pada permukaan tonsil. Arsitektur kripta yang rusak seperti sikatrik, eksudat pada kripta tonsil dan sikatrik pada pilar.3
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan diagnosa kerja pada pasien ini adalah tonsilitis kronis. Untuk membantu mengkonfirmasi diagnosa kerja bisa dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah dan kultur sediaan apus tonsil. Penatalaksanaaan tonsillitis kronis adalah medikamentosa dan operatif. Pemberian antibiotik, irigasi tenggorokan dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi (oral). Pasien saat ini mendapatkan terapi cefoperazon 2x 500 mg dan deksametason 3x ½ ampul yang diberikan secara intravena.
Indikasi dilakukan tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology, Head and Neck Surgery tahun 2011 yaitu terdiri indikasi absolut dan indikasi relatif. Indikasi absolut terdiri dari tonsilitis kronis yaitu penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam setahun selama 3 tahun berturut-turut dan belum mendapat terapi yang adekuat, pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur atau komplikasi kardiopulmunar, abses peritonsil yang tidak respon terhadap pengobatan medis, karier Streptococcus yang tidak respon terhadap antibiotic berta laktam, dan pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma. Sedangkan indikasi relatif antara lain hipertrofi yang menyebabkan maloklusi gigi dan bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis kronik tidak responsif terhadap terapi medikamentosa. 6 Pada pasien ini
adanya disfagia menetap, yaitu pasien mengeluhkan sulit menelan selama 20 hari dan gangguan bernafas. Selain itu, obstruksi jalan nafas yang menyebabkan gangguan tidur menjadi indikasi dilakukannya tonsilektomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono dan Bambang Hermani. Odinofagia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 7. Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2012: 190-4.
2. Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012: 195-203.
3. Novialdi N. dan M. Rusli Pulungan. Mikrobiologi Tonsilitis Kronis. Diakses pada http://repository.unand.ac.id/18395/1/MIKROBIOLOGI%20TONSILITIS%20KRONIS.pdf. Diakses pada 16 Maret 2016
4. Cody D. Penyakit Hidung, Telinga, dan tenggorok. Petrus Adrianto, ed. Jakarta; EGC; 1993: 37-9.
5. Brodsky, L. Poje C. Tonsilitis, Tonsilectomy, and Adenoidectomy. In: Bailey JB, Johnson JT editors, Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelpia: Lippincott William and Wilkins; 2006: 1183-98.
6. Randel, Amber. AAO-HNS Guideline for Tonsilectomy in Children and Adolescents. Am Fam Physician. 2011 Sep 1; 84(5): 566-573. Diakses di : www.aafp.org/afp / 2011/0901/p566.html. Diakses pada 16 Maret 2016.
7. Shah, Udayan. Tonsilitis and Peritonsilar Abscess. Diakses pada http://emedicine.medscape.com. Diakses pada 16 Maret 2016.
8. Kishve et all. Ear, Nose and Throat in Paediatric Patients at Rural Hospital in India. Australian Medical Journal,3. 2010, 12, 786-90. Dikses di : http://www.amj.net.au/index.php?journal=AMJ&page=article&op=viewFile&path%5B %5D=494&path%5B%5D=688. Diakses pada 16 Maret 2016.
9. Sing T T. Pattern of Otorhinolaryngology Head and Neck Diseases in Outpatient Clinic of a Malaysian Hospital. Internet Journal of Head and Neck Surgery. Vol 2. 2007 Diakses dari : http://connection.ebscohost.com/c/articles/29341442/pattern-otorhinolaryngology-head-neck-diseases-outpatient-clinic-malaysian-hospital Diakses pada 16 Maret 2016.
10. Awan Z, Hussain A, Bashir H. Statistical Analysis of Ear, Nose, and Throat (ENT) Diseases in Paediatric Population at PIMS, Islamabad: 10 Years Experience. Journal Medical Scient.
Vol.17, No.2. p. 92-4. 2009 Diunduh dari :
www.nepjol.info/index.php/JNPS/article/viewFile/5673/5598 Diakses pada 16 Maret 2016. 11. Shah UK, et al.. Tonsilitis and peritonsilar Abscess. 2011 Diakses dari :
(http://3m3dicine.medscape.com/article/871977-overview). Diakses pada 16 Maret 2016. 12. Arsyad, F.. Hubungan Antara Pengetahuan dan Pola Makan dengan Kejadian Tonsilitis pada
Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Minasatene Kab Pangkep.Fakultas Kedokteran Universitas Hassanuddin : Makassar. 2013
13. Nunez-Fernandez D, Garcia-Osornia MA. Snoring and Obstructive Sleep Apnea, upper aiway evaluation. Emergency Medicine Textbook, 2008. (diakses dari wibsite