• Tidak ada hasil yang ditemukan

2-Spesifikasi teknis (Cut & Fill + DPT) UB_Dieng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2-Spesifikasi teknis (Cut & Fill + DPT) UB_Dieng"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI TEKNIS

PAKET

PAKET PEKERJAAN PEKERJAAN :: Cut & Cut & Fill Area Fill Area Sport CenteSport Center Dan r Dan Dinding PenDinding Penahanahan Tanah

Tanah LOKASI

LOKASI : : Kampus Kampus II II Universitas Universitas BrawijayaBrawijaya Desa KalisongoDesa Kalisongo Kabupaten Malang.

Kabupaten Malang.

PASAL 1 PASAL 1

PENJELASAN GAMBAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS PENJELASAN GAMBAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS 1.1

1.1 PENJELASAN PENJELASAN GAMBARGAMBAR a.

a.  Apabila  Apabila terdapat terdapat perbedaan perbedaan antara antara gambar gambar rencana rencana dan dan gambar gambar detail,detail, maka yang harus diikuti adalah gambar detail. Dalam hal ini skala yang maka yang harus diikuti adalah gambar detail. Dalam hal ini skala yang besar lebih mengikat dari pada skala yang kecil.

besar lebih mengikat dari pada skala yang kecil. b.

b.  Apabila  Apabila ukuran-ukuran ukuran-ukuran skala skala gambar gambar dan dan ukuran ukuran yang yang tertulis tertulis dalamdalam gambar berbeda, maka ukuran yang tertulis dalam gambar yang berlaku. gambar berbeda, maka ukuran yang tertulis dalam gambar yang berlaku. c.

c. Bila penyedia meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baikBila penyedia meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik konstruksi maupun ukurannya, maka penyedia berkewajiban untuk konstruksi maupun ukurannya, maka penyedia berkewajiban untuk menanyakan kepada konsultan Pengawas secara tertulis.

menanyakan kepada konsultan Pengawas secara tertulis. d.

d. Dalam hal terjadi perbedaan gambar detail/ gambar rencana denganDalam hal terjadi perbedaan gambar detail/ gambar rencana dengan keadaan di lapangan, penyedia dapat mengajukan gambar kerja ( keadaan di lapangan, penyedia dapat mengajukan gambar kerja (shopshop drawing 

drawing ) yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan dapat dipergunakan) yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan setelah mendapat persetujuan tertulis sebagai acuan dalam pelaksanaan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan dari Konsultan Pengawas. Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab

ukuran yang salah adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyedia.penyedia. e.

e.  Apabila  Apabila dalam dalam gambar gambar disebutkan disebutkan lingkup lingkup pekerjaan pekerjaan atau atau ukuran, ukuran, sedangsedang dalam Spesifikasi Teknis dan BQ tidak disebutkan, maka gambar yang harus dalam Spesifikasi Teknis dan BQ tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.

dilaksanakan. 1.2

1.2 PENJELASAN PENJELASAN SPESIFIKASI SPESIFIKASI TEKNISTEKNIS a.

a. Didalam Didalam Spesifikasi Spesifikasi Teknis, Teknis, termuat ltermuat lingkup ingkup pekerjaan, pekerjaan, spesifikasi spesifikasi bahanbahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.

yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan. b.

b. Apabila dalam Apabila dalam gambar tidak gambar tidak tercantum lingkup tercantum lingkup pekerjaan, ukuran pekerjaan, ukuran dandan  jumlahnya,

 jumlahnya, sedangkan sedangkan dalam dalam Spesifikasi Spesifikasi Teknis Teknis pada pada lingkup lingkup pekerjaanpekerjaan tercantum, maka penyedia terikat untuk melaksanakannya.

tercantum, maka penyedia terikat untuk melaksanakannya. 1.3

1.3 BERITA BERITA ACARA ACARA RAPAT RAPAT PENJELASAN PENJELASAN PEKERJAAN PEKERJAAN / / AANWIJZINGAANWIJZING a.

a. Berita Berita Acara Acara Rapat Rapat Penjelasan Penjelasan Pekerjaan Pekerjaan (( Aanwijzing  Aanwijzing ) merupakan catatan) merupakan catatan perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar kerja dan perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar kerja dan Spesifikasi Teknis.

Spesifikasi Teknis. b.

(2)

menimbulkan keragu-raguan, maka penyedia pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan wajib menanyakan kebenarannya. Sehingga dapat ditetapkan dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan.

PASAL 2

LINGKUP PEKERJAAN

2.1 Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Penyedia adalah: Cut & Fill Area Sport Center Dan Dinding Penahan Tanah. Pada pekerjaan ini yang harus laksanakan adalah sebagai berikut : a) Pematangan Lahan (Cut & Fill)

b) Dinding Penahan Tanah.

PASAL 3

PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Mengadakan pengamanan lokasi kegiatan dari segala gangguan. b. Mengadakan komunikasi dengan instansi dan pihak-pihak terkait. c. Mengadakan atau membangun Direksi Keet, gudang dan barak kerja. d. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyiapan bahan.

e. Mengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin / alat bantu pekerja untuk menjamin kelancaran pekerjaan.

f. Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya. g. Menyiapkan jalan masuk ke lokasi kegiatan. h. Papan nama proyek.

3.2. PEMBUATAN PAGAR PENGAMAN

a. Pagar pengaman terbuat dari bahan seng gelombang.

b. Pagar pengaman dipasang menutup lokasi pekerjaan dan memberikan ruang gerak yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan rutin. c. Pagar pengaman harus terpasang kuat dan rapi sampai pekerjaan selesai. 3.3. KOORDINASI DAN ADMINISTRASI

a. Sebelum pekerjaan dimulai, penyedia harus melakukan ijin dan berkoodinasi dengan pihak pengguna jasa, konsultan pengawas dan pihak-pihak terkait. b. Penyedia wajib membuat foto/dokumentasi 0%, minimal dari 4 sisi sebelum

pelaksanaan pekerjaan dimulai.

c. Penyedia wajib memasang papan nama proyek, dengan ukuran ditentukan kemudian.

d. Penyedia tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk apapun dilingkungan kegiatan.

(3)

PASAL 4

DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA

4.1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Penyedia harus membuat direksi keet dengan luasan mampu untuk menampung rapat minimal 8 orang, berjendela cukup terang dan berventilasi baik.

b. Penyedia diwajibkan membuat gudang yang tertutup yang dapat dikunci dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas, untuk menempatkan material seperti PC dan alat-alat penting lainnya.

c. Penyedia juga harus membuat bangsal terbuka untuk pekerja supaya terhindar dari hujan dan panas.

4.2. BAHAN DIREKSI KEET

a. Bahan dinding dan pintu dari tripleks b. Rangka bangunan dari kayu.

c. Lantai dari rabat beton. d. Jendela naco.

e. Penutup atap seng gelombang BJLS 30 atau Asbes Gelombang. f. Daun pintu dilengkapi dengan pengunci.

4.3. PERLENGKAPAN DIREKSI KEET

a. 4 (empat) buah meja ukuran 80 X 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa dikunci.

b. 1 (satu) buah kursi untuk setiap meja tulis.

c. Satu set meja kursi untuk rapat koordinasi lapangan minimal 8 orang

d. Satu papan tulis white board ukuran 90 X 190 cm lengkap dengan alat tulis dan penghapusnya.

e. Sebuah almari arsip yang bisa dikunci. f. Computer dan printer untuk alat gambar. g.  Alat komunikasi.

4.4. SYARAT PELAKSANAAN

a. Direksi Keet didirikan pada tempat yang mudah dijangkau, diusahakan dekat dengan pintu masuk.

b. Penempatan direksi keet harus mendapat persetujuan direksi.

c. Segala biaya pembuatan Direksi Keet, Gudang dan Bangsal Kerja menjadi tanggung jawab dan beban penyedia.

(4)

PASAL 5

RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. RENCANA KERJA

a. Rencana kerja dibuat oleh penyedia berupa bar chart dan curve S, yang memuat prestasi dan rencana kerja dalam persen.

b. Rencana kerja (Time schedule ) harus mendapat persetujuan dari pihak konsultan pengawas, serta penyedia wajib menggadakannya sebayak 4 (empat) lembar copy yang masing-masing diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, Team Teknis, Konsultan Pengawas dan ditempelkan di bangsal kerja.

c. Selanjutnya penyedia harus mengikuti Rencana kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas untuk menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu persoalan yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.

d. Penyedia diharuskan membuat Rencana Kerja mingguan pada setiap tahap pengerjaan, paling tidak tiga hari sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan tersebut.

5.2. HAK BEKERJA DI LAPANGAN

Lapangan pekerjaan akan diserahkan kepada penyedia selama waktu pelaksanaan pekerjaan. Segala sesuatu kerusakan yang ditimbulkan akibat pelaksanaan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab penyedia.

5.3. PEMBAGIAN HALAMAN UNTUK BEKERJA DAN JALAN MASUK

a.  Apabila penyedia akan mendirikan bangunan sementara (Direksi Keet dan Gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka penyedia harus mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada konsultan pengawas tentang penggunaan halaman tersebut.

b. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas pekerjaan, serta akomodasi menjadi tanggungan penyedia.

c.  Apabila terjadi kerusakan pada jalan komplek, saluran air atau bangunan lainnya yang disebabkan adanya pelaksanaan pembangunan ini penyedia berkewajiban untuk memperbaiki kembali, selambat-lambatnya dalam masa pemeliharaan.

d. Dilokasi kegiatan penyedia diharuskan menyiapkan alat-alat pengaman terhadap kebakaran dan keamanan kerja lainnya.

PASAL 6 PENJAGAAN

6.1 Penyedia harus melakukan pengamanan barang-barang diseluruh halaman bangunan pekerjaan baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan pekerjaan. Hal ini berlaku pula pada barang-barang pihak ketiga dan pihak Konsultan Pengawas.

(5)

6.2 Untuk maksud ini apabila diperlukan maka disekeliling pekerjaan pada tempat-tempat tertentu di buatkan Pos Penjagaan.

6.3 Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun yang sudah dipasang, tetap menjadi tanggung jawab penyedia dan tidak diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya tambahan.

6.4 Penyedia diharuskan melaporkan personil yang tinggal di lokasi kegiatan kapada petugas keamanan setempat.

PASAL 7

PEKERJAAN PENGUKURAN DAN BOUWPLANK 7.1. PENGUKURAN

a. Penyedia harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara pengukuran dengan alat-alat theodolith, waterpass dan peralatan lain yang diperlukan.

b. Pengawas Lapangan dan Penyedia akan menetapkan tempat/posisi patok penandaan permanen (bench mark) sebagai referensi pengukuran bangunan, dan dituangkan dalam Berita Acara penentuan titik 0 (nol) lantai bangunan.

c. Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas Lapangan dan tetap merujuk pada level patok awal.

d. Berdasarkan patok tersebut Penyedia menentukan level bangunan dan  jarak as bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar

perencanaan.

7.2. PEMASANGAN BOUWPLANK

a. Ketetapan letak bangunan harus mengacu pada gambar perencanaan dan harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas

b. Penempatan bouwplank minimal berjarak 1 m dari as kolom/dinding/Pondasi dan tidak mengganggu pada saat pekerjaan galian tanah pondasi dilaksanakan.

c. Bahan yang digunakan untuk bouwplank adalah papan meranti 2/20 cm, usuk 5/7 cm untuk tiang bouwplank, paku dan cat/meni untuk tanda perletakan as-as bangunan/kolom seperti yang ditunjuk pada gambar.

d. Pemasangan bouwplank harus kuat dengan menggunakan papan meranti 2/20 cm yang diserut halus, rata dan lurus pada permukaan atasnya, sedangkan tiang bouwplank menggunakan kayu meranti 5/7 cm yang dipancang kuat dan kokoh kedalam tanah.

e. Semua titik-titk as bangunan harus diberi tanda dengan cat dan tampak  jelas, serta tidak mudah berubah posisinya.

f. Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan terhadap muka tanah yang merupakan ± 0.00 meter bangunan.

g. Hasil pengukuran posisi bangunan tersebut harus dibuatkan Berita Acara Pengukuran (Uitzeet) yang disetujui oleh Direksi.

(6)

PASAL 8

PEKERJAAN CUT & FILL

 A. UMUM 1. Uraian

1. 1. Pekerjaan ini mencakup Penggalian, pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis kelandaian dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.

1. 2. Jenis timbunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu timbunan biasa dan timbunan pilihan diatas tanah rawa.

Timbunan pilhan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer ) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga diguna kan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilitas lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau di keringkan dengan cara yang diatur dalam Spesifikasi ini.

1. 3. Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya pertikel halus tanah akibat proses penyaringan.

2. Toleransi

2. 1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau yang ditunjuk dalam gambar.

2. 2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.

2. 3. Permukaan air lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.

2. 4. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

(7)

3. Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir (AASHTO T 88-90 ) Tanah Dengan Alat Hidrometer

SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan (AASHTO T 89-90 ) Alat Casagrande

SNI 03-1966-1989 : Metode Pegujian Batas Plastis (AASHTO T 90-87 )

SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk (AASHTO T 99-90 ) Tanah.

SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk (AASHTO T 180-90) Tanah

SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan (AASHTO T 191-86) Dengan Alat Konus Pasir

SNI 03=1744=1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium (AASHTO T 193=81)

 AASHTO :

 AASHTO T 145=73 : Classification of soils and aggregate Mix Tures for Highway Construction Purpose  AASHTO T 258=78 : Determining Expansive soils and Remedial

 Action 4. Pengajuan Kesiapan Kerja

4. 1. Untuk setiap timbunan yang akan diserah terimakan, penyedia harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi Pekerjaan. a) Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan

yang telah disiapkan untuk penghamparan timbunan.

b) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar cukup memadai.

4. 2. Penyedia harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk Penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan :

c) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu contoh harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama periode kontrak.

d) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang di usulkan untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

(8)

4. 3. Penyedia harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan setelah selesainya setiap bagian pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekejaan, tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan sebelumnya :

a) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan

b) Hasil pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dipenuhi.

5. Kondisi Tempat Kerja

5. 1. Penyedia harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup. untuk membantu drainase pada timbunan akibat curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilaman memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam system drainase permanen.

5. 2. Penyedia harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup Untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi peng hamparan dan pemadatan.

6. Perbaikan Timbunan

6. 1. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaanya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.

6. 2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam Hal batas-batas kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan kembali, dilanjutkan dengan menggunakan “motor grader” atau peralatan lain yang disetujui. 6. 3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam

batas-batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang disyaratkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang idak memadai tidak dapat dicapai menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.

6. 4. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan

(9)

sifat-sifat bahan dan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.

6. 5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat bahan dari spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi kepadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan penyesuainan kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.

6. 6. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek setelah pekerjan tersebut selesai dikerjaan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dari Spesifikasi ini. 7. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya, harus secepatnya ditutup kembali oleh penyedia dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyarakan oleh Spesifikasi ini.

8. Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.

B. BAHAN

1. Sumber Bahan

Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan  “Bahan dan Penyimpanan” dari Spesifikasi ini.

2. Timbunan Bahan

2. 1. Timbunan yang diklasifikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi ini.

2. 2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak temasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut “Unified atau Casagrande soil Classfication System”. Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah platis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI

(10)

03-perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MMD) seperti yang ditentukan oleh SNI 031742=1989.

2. 3. Tanah sangat expansive yang memiliki sifat lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagi  “very high”, tidak boleh digunakan bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI= (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

3. Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa

Bahan timbunan pilihan diatas tanah rawa haruslah pasir kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

C. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN 1. Penyiapan Tempat Kerja

1. 1. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagai mana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

1. 2. Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan ), sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang di tempatkan diatasnya.

1. 3. Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkin peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

2. Penghamparan Timbunan

2. 1. Timbunan harus ditempatkan dipermukaan yang telah disiapkan dan dalam lapisan yang merata, dan bilamana dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilama timbunan dihampar lebih satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.

2. 2. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.

3. Pemadatan Timbunan

3. 1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, lapis demi lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.

(11)

3. 2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah air optimum sampai 1 % diatas kadar air optimum. Kadar optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

3. 3. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradisi dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga - rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah.

3. 4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatan dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.

3. 5. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu area timbunan sehingga setiap ruas akan menerima jumlah pemadatan yang sama.

3. 6. Bilamana bahan timbunan pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang sama.

3. 7. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada stuktur.

3. 8. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gambar tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat maksimum 10 kg.

D. JAMINAN MUTU

1. Pengendalian Mutu Bahan

1. 1. Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh direksi Pekerjaan, dan harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.

1. 2. Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan harus rutin dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, dan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan

(12)

yang diperoleh dari setiap sumber bahan, harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan.

2. Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah

1. 1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan samapi 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan !”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut yang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

1. 2. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

1. 3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan tersebut. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.

3. Percobaan Pemadatan

Penyedia harus bertanggung jawab dalam memilih dan peralatan untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan. Bilaman Penyedia tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai, sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

E. PENGUKURAN TIMBUNAN

1. Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan sesuai yang diperlukan. Volume yang diukur harus berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan sesuai dengan garis, kelandain dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan disetujui oleh direksi. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m.

(13)

2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan kedalam volume terpasang kecuali bila

a. Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak memenuhi ketentuan atau bahan yang lunak sesuai spesifikasi ini, atau untuk mengganti batu atau bahan Keras lainnya yang digali.

b. Timbunan bahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak stabil atau gagal bilamana Kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab. c. Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang didapat

diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli. Dalam kondisi demikian maka timbunan akan diukur untuk pembayaran dengan salah satu cara yang ditentukan menurut pendapat Direksi Pekerjaan ini:

• Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan (settlement ) yang harus ditempatkan dan diamati besama oleh Direksi Pekerjaan dengan Konraktor. Kuantitas timbunan dapat ditentukan berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan (settlement ). Dan catatan penurunan (settlement) ini harus didokumentasikan dengan baik.

• Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan pengangkut sebelum pembongkaran muatan dilokasi penimbunan. Kuantitas timbunan dapat ditentukan berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan yang dipasok, yang diukur dan dicatat oleh Direksi Pekerjaan, setelah bahan di atas bak truk diratakan sesuai dengan bidang datar horizontal yang sejajar dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran dengan cara ini akan diperkenankan bilamana kuantitas tersebut telah disahkan oleh Direksi Pekerjaan.

3. Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau tidak terpakai, atau untuk menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

4. Kuantitas yang diukur untuk timbunan batu pilihan harus dalam jumlah meter kubik atau ton, diukur di lapangan, dari jenis yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, disediakan, dipasang, dan diterima, tidak termasuk galian. Pengukuran dalam volume atau tonase akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

(14)

PASAL 9

PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN KEMBALI 9. 1. UMUM

Semua pekerjaan penggalian tanah harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan terutama tentang ukuran galian. Bahan-bahan galian yang akan dipakai untuk penimbunan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Pengawas Lapangan.

9. 2. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan galian yang dimaksud pada pekerjaan ini adalah galian tanah pondasi serta urugan tanah kembali yang meliputi :

a. Galian Tanah Pondasi Dinding Penahan b. Galian Tanah saluran

c. Galian-galian lain yang ditunjuk pada gambar d. Urugan tanah bekas galian

e. Urugan pasir bawah pondasi

f. Urugan lain yang ditunjukkan dalam gambar. 9. 3. BAHAN/MATERIAL

a. Semua urugan yang akan dipergunakan berupa tanah dan atau pasir urug. b. Sebelum dipergunakan harus mendapat persetujuan Direksi.

c. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan bahan organic yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan kepadatan urugan itu sendiri.

d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai urugan asalkan mendapat ijin dari pengawas lapangan.

e. Pasir urug harus berbutir halus (0.5-2) mm, bergradsi tidak seragam (heterogen), warna hitam/merah kecoklatan.

f. Urugan peninggian pile lantai menggunakan bahan sirtu. 9. 4. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

9.4.1 Pekerjaan Galian

a. Penyedia harus menyediakan peralatan dan tenaga yang cukup untuk pekerjaan yang dimaksud.

b. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai dengan gambar rencana dan atau telah mencapai tanah keras dengan persetujuan pengawas lapangan.

c.  Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (a) belum mendapatkan tanah keras, maka penyedia harus menghentikan pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan pemecahan masalah tersebut.

d.  Apabila dalam melaksanakan penggalian ternyata kedalaman tanah keras lebih dalam dari rencana, dan untuk mendapatkan daya dukung tanah yang sesuai dengan kedalaman yang dimaksud dalam gambar, maka penyesuaian kedalaman dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk dan tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.

e. Pada galian tanah yang mudah longsor, penyedia harus mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang disetujui oleh pengawas lapangan.

(15)

f. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas akar, kayu, bekas longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu kontruksi pondasi.

g. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian, pemasangan pondasi dan pekerjaan lain didalam galian harus terhindar dari genangan air. Untuk itu penyedia harus menyediakan pompa air dengan jumlah yang cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan.

h. Bahan-bahan sisa galian yang tidak dipergunakan tidak boleh ditempatkan berserakan, sisa galian tersebut harus segera dikeluarkan dari pekerjaan paling lambat 2 x 24 jam dan dibuang pada tempat yang disetujui Pengawas Lapangan.

9.4.2 Pekerjaan Urugan

a. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara berlapis dan tebal setiap lapis maksimal 20 cm serta dipadatkan dengan stamper. b. Tanah/sirtu yang diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan

merupakan bongkahan-bongkahan tanah agar mudah dipadatkan. c. Bahan bongkaran tidak diijinkan untuk dipergunakan sebagai bahan

urugan.

d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai urugan asal mendapat persetujuan dari Direksi.

e. Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai, penyedia harus memperhatikan tingkat kepadatannya, supaya tidak terjadi penurunan lantai.

f. Pasir urug yang dipergunakan harus berbutir halus (0.5-2) mm, bergradsi tidak seragam (heterogen), warna hitam/merah kecoklatan.

PASAL 10

PEKERJAAN PONDASI 10. 1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Pekerjaan pembuatan pondasi meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan material untuk pekerjaan tersebut dan perlengkapan serta mesin-mesin/alat bantu yang diperlukan.

b. Macam pondasi yang digunakan adalah :

! Pondasi pasangan batu kali (Dinding Penahan) c. Pedoman Pelaksanaan

Sebelum pelaksanaan pondasi, penyedia harus mengadakan pengukuran-pengukuran untuk as-as pondasi seperti pada gambar-gambar detail perencanaan dan harus meminta persetujuan Pengawas Lapangan.

Penyedia diwajibkan memberikan laporan kepada Pengawas Lapangan, bila ada perbedaan antara gambar-gambar struktur dengan gambar arsitektural atau bila ada hal-hal yang kurang jelas.

10. 2. PONDASI BATU KALI 10.2.1. Bahan/Material

(16)

! Batu kali atau batu gunung yang dipergunakan dengan ukuran 15/20 utuh dan tidak poros.

!  Apabila merupakan batu pecah/belah, bagian yang terpecah harus bersudut runcing dan tajam.

b. Semen Portland (PC) 

Semen Portland menggunakan sekualitas Semen Gresik, dan penggunaannya harus satu jenis pada pelaksanaan pekerjaan.

c. Pasir 

Pasir yang dipergunakan harus bermutu baik, berbutir tajam dan keras , tidak mengandung lumpur, tidak mengandung bahan organis dan sejenisnya.

10.2.2. Syarat Pelaksanaan

a. Setelah pasir urug di atas tanah galian mencapai kepadatan yang disyaratkan dan tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka dapat dipasang aanstampeng.

b. Pasangan aanstampeng harus saling mengisi antar batu kali, sehingga merupakan landasan pondasi yang utuh dan padat.

c. Rongga-rongga antar batu aanstampeng diisi dengan pasir urug dan diberi air sampai padat.

d. Pasangan pondasi batu kali dilaksanakan diatas aanstampeng dengan campuran 1PC : 4PS, bentuk dan ukuran sesuai gambar rencana.

PASAL 11

PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

11. 1. LINGKUP PEKERJAAN

11.1.1. Pasangan batu belah untuk dinding penahan dengan campuran 1PC : 5 pasir dan plesteran dilaksanakan dengan campuran 1 PC : 3 pasir.

11.1.2. Setrikan dengan campuran 1 PC : 2 pasir. dilaksanakan untuk seluruh dinding penahan, kecuali disebut lain dalam gambar atau sesuai dengan arahan dari konsultan pengawas.

11.1.3. Benangan sudut dan acian

a. Benangan sudut dengan campuran 1 PC : 2 pasir selebar 5 cm dari sudut pasangan / plesteran.

b.  Acian dilaksanakan pada seluruh permukaan plesteran dengan menggunakan air PC.

11. 2. BAHAN-BAHAN

11.2.1. Batu Kali / Batu Belah

a. Batu kali atau batu gunung yang dipergunakan dengan ukuran 15/20 utuh dan tidak poros.

(17)

b.  Apabila merupakan batu pecah/belah, bagian yang terpecah harus bersudut runcing dan tajam.

11.2.2. Semen Portland (PC)

Semen Portland harus mempergunakan semen Gresik atau merk lain yang sekualitas dan yang digunakan harus satu jenis.

11.2.3. Pasir Pasang

Pasir yang digunakan harus halus dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik.

11. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

11.3.1. Pasangan Dinding Penahan Tanah

a. Pasangan batu kali dilaksanakan diatas pondasi batu kali/belah dengan campuran 1 PC : 4 pasir.

b. Pada sisi luar dinding penahan menggunakan batu belah dengan permukaan relative rata dan lebar.

c. Semua voer/siar di antara pasangan batu belah harus diratakan dan diplester/setrikan.

d. Pemasangan subdrain (pipa PVC Ø 2,5 Inc) agar tidak terjadi gaya horizontal yang diakibatkan oleh tekanan air, pemasangan pipa subdrain sesuai yang ditunjuk pada gambar.

e. Pada ujung pipa subdrain diberi ijuk sebagai penahan tanah. 11.3.2. Plesteran

a. Seluruh permukaan dinding penahan yang akan diplester harus dibasahi/disiram dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata, serta dinding yang telah diplester harus selalu dijaga kelembabannya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pengeringan plesteran terlalu cepat/ sebelum waktunya.

b. Semua pekerjaan plesteran harus rata, halus, dan merupakan satu bidang tegak lurus dan siku. Plesteran yang telah selesai harus bebas dari retak-retak/ noda-noda dan cacat lainnya.

c. Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimal 1 (satu ) centimeter dan maksimal 2 (dua ) centimeter.

d. Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing (benangan ) supaya digunakan plesteran 1Pc : 2Ps dan dilaksanakan lurus dan tajam. e. Bagian dinding yang diplester maupun setrikan sesuai dengan yang

(18)

PASAL 14 P E N U T U P

I. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang terlebih dahulu diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan Konsultan pengawas.

II. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Konsultan pengawas pada saat didatangkan di lapangan.

III. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat 2 x 24 jam. Bila penyedia tidak mengindahkan, Konsultan pengawas berhak menyelenggarakan atas biaya penyedia.

IV. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh penyedia.

 V. Bagian-bagian yang secara konstruktif harus ada tetapi tidak disebutkan di dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh penyedia dan pelaksanaannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan pengawas.

Referensi

Dokumen terkait

Selain meningkatkan nilai pihak internal, Good Corporate Governance juga meningkatkan nilai melalui penerapan dengan para pemegang saham diantaranya menyediakan laporan

Karena perilaku politik yang didasari oleh paham keagamaan, maka dengan sendirinya kelompok mereka menggagas pemiki- ran keagamaan baik di bidang akidah mupun hukum fiqih, berb-

Perbedaan kedua penelitian ini adalah penelitian Mustofa lebih melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak keamanan dalam menanggulangi kerusuhan saat hiburan

Hasil postif ditunjukkan pada ekstrak metanol dan etil asetat untuk uji steroid, namun untuk uji terpenoid yang tidak menunjukkan hasil positif hanya pada

Guna melengkapi kemampuan mahasiswa perlu diberikan pengalaman praktis dilapangan, maka Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang (IKesT-MP) mengadakan

ƒ Kebanyakan vitamin tidak memberi manfaat untuk orang2 yang makan makanan segar dan bervariasi. ƒ Vitamin yang berasal dari makanan segar jauh lebih baik dari vitamin

Keberhasilan terapi dapat dilihat dari tanda-tanda klinisnpasien yang membaik setelah terapi, salah satunya infeksi opportunistik tidak terjadi. Ukuran jumlah sel

Ramelan Surabaya diasumsikan dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya, dan penduduk Surabaya mayoritas beragama Islam, yang melaksanakan prosesi keagamaan seperti berpuasa