• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Gerontik Inkontinensia Urin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Gerontik Inkontinensia Urin"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain.Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah : Melakukan darah tinggi, dan lain-lain.Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah : Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya.Lansia dianjurkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya.Lansia dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam, selanjutnya untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam, selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3 diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3  jam.Membiasakan

 jam.Membiasakan berkemih berkemih pada pada waktu-waktu waktu-waktu yang yang telah telah ditentukan ditentukan sesuai sesuai dengandengan kebiasaan lansia. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kebiasaan lansia. Promted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila kondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif ingin berkemih. Teknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif (berpikir). Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar (berpikir). Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar  panggul secara berulang-ulang.

 panggul secara berulang-ulang.

Adapun cara-cara mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut

Adapun cara-cara mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah denganadalah dengan cara :

cara :

Berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian Berdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian  pinggul digoyangkan ke

 pinggul digoyangkan ke kanan dan kanan dan ke kiri ke kiri ± ± 10 kali, 10 kali, ke depan ke depan ke belakang ke belakang ± 10 ± 10 kali.kali. Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan ± 10 Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan ± 10 kali. Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra dapat kali. Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra dapat tertutup dengan baik.

tertutup dengan baik. c.

c. Terapi Terapi farmakologifarmakologi

Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti

sepertiOxybutininOxybutinin,, Propantteine Propantteine,, Dicylomine Dicylomine, , flavoxate, flavoxate, Imipramine. Imipramine. PadaPada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra. Pada

meningkatkan retensi urethra. Pada sfingter  sfingter relaxrelax diberikan diberikan kolinergikkolinergik agonis

agonis seperti seperti Bethanechol  Bethanechol atauataualfakolinergik alfakolinergik   antagonis seperti  antagonis seperti prazosin prazosinuntuk stimulasiuntuk stimulasi kontraksi, danterapi diberikan secara singkat.

kontraksi, danterapi diberikan secara singkat. d.

d. Terapi Terapi pembedahanpembedahan

Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi,  bila

 bila terapi terapi non non farmakologis farmakologis dan dan farmakologis farmakologis tidak tidak berhasil. berhasil. InkontinensiaInkontinensia tipe

(2)

retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia  prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita).

 prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita). e.

e. Modalitas Modalitas lainlain

Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter.

mengalami inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter. f.Pemantauan Asupan Cairan

f.Pemantauan Asupan Cairan

Pada orang dewasa minimal asupan cairan adalah 1500 ml perhari dengan Pada orang dewasa minimal asupan cairan adalah 1500 ml perhari dengan rentan yang lebih adekuat antara 2500 dan 3500 ml perhari dengan asumsi tidak ada rentan yang lebih adekuat antara 2500 dan 3500 ml perhari dengan asumsi tidak ada kondisi kontraindikasi. Lansia yang kontinen dapat membatasi asupan cairan secara kondisi kontraindikasi. Lansia yang kontinen dapat membatasi asupan cairan secara tidak tepat untuk mencegah kejadian-kejadian

tidak tepat untuk mencegah kejadian-kejadian yang memalukan. Pengurangan asupanyang memalukan. Pengurangan asupan cairan sebelum waktu tidur dapat mengurangi inkontinensia pada malam hari, tetapi cairan sebelum waktu tidur dapat mengurangi inkontinensia pada malam hari, tetapi cairan harus diminum lebih banyak selama siang hari sehingga total asupan cairan cairan harus diminum lebih banyak selama siang hari sehingga total asupan cairan setiap harinya tetap sama.

(3)

BAB III BAB III Konsep Asuhan

Konsep Asuhan KeperawataKeperawatann 3.1

3.1 PengkajianPengkajian

Adapun data-data yang akan dikumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan Adapun data-data yang akan dikumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan klien dengan diagnosa medis Inkontinensia Urine :

klien dengan diagnosa medis Inkontinensia Urine : 1)

1) Identitas Identitas KlienKlien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan, Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan,  pendidikan, pekerjaan, suku bang

 pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis.sa, alamat, diagnosa medis. 2)

2) Keluhan Keluhan UtamaUtama

Pada kelayan Inkontinensia Urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia, Pada kelayan Inkontinensia Urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia, urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan staguri.

urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan staguri. 3)

3) Riwayat Riwayat Penyakit Penyakit SekarangSekarang

Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.

yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan. 4)

4) Riwayat Riwayat Penyakit Penyakit DahuluDahulu

Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK (Infeksi Saluran Kemih) yang Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK (Infeksi Saluran Kemih) yang  berulang. penyakit kronis y

 berulang. penyakit kronis yang pernah diderita.ang pernah diderita. 5)

5) Riwayat Riwayat Penyakit Penyakit keluargakeluarga

Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit Inkontinensia Urine, adakah anggota keluarga yang menderita penyakit Inkontinensia Urine, adakah anggota keluarga yang menderita DM, Hipertensi.

menderita DM, Hipertensi. 6)

6) Pemeriksaan Pemeriksaan FisikFisik

Pemeriksaan Fisik yang digunakan adalah B1-B6 : Pemeriksaan Fisik yang digunakan adalah B1-B6 : a) B1

a) B1 (breathing)(breathing)

Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.

oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.  b)

 b) B2B2(blood)(blood)

Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah c) B3

c) B3 (brain)(brain)

Kesadaran biasanya sadar penuh Kesadaran biasanya sadar penuh d) B4

d) B4 (bladder)(bladder)

Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih

(4)

serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat daerah supra pubik lesi pada meatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat  berkemih

 berkemih menandakan menandakan disuria disuria akibat akibat dari dari infeksi, infeksi, apakah apakah klien klien terpasangterpasang kateter sebelumnya. Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / kateter sebelumnya. Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik /  pelvis,

 pelvis, seperti seperti rasa rasa terbakar terbakar di di uretra uretra luar luar sewaktu sewaktu kencing / kencing / dapat dapat juga juga didi luar waktu kencing.

luar waktu kencing. e) B5

e) B5 (bowel)(bowel)

Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan  palpasi pada ginjal.

 palpasi pada ginjal. f) B6

f) B6 (bone)(bone)

Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian.

yang lain, adakah nyeri pada persendian.

3.2

3.2 Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan 1.

1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemihGangguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih

dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih 2.

2. Resiko infeksi berhubuResiko infeksi berhubungan dengan ngan dengan pemasangan kateter dalam waktu ypemasangan kateter dalam waktu yang lama.ang lama. 3.

3. Resiko kerusakan integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine.Resiko kerusakan integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine. 4.

4. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake yang tidakResiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat adekuat 3.3 3.3 IntervensiIntervensi 1) 1) Diagnosa 1Diagnosa 1

Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk  berkemih dan kehilangan kemampu

 berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat konan untuk menghambat kontraksi kandung kemih.traksi kandung kemih. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan bisa Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan bisa melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkontinensia

melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkontinensia Kriteria Hasil :

Kriteria Hasil :

 Klien dapat menjelaskan penyebab inkonteninsia dan rasional penatalaksanaan.Klien dapat menjelaskan penyebab inkonteninsia dan rasional penatalaksanaan. Intervensi :

Intervensi : 1.

1. Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatan berkemih sehari.Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatan berkemih sehari. R: Berkemih yang sering dapat

(5)

2.

2. Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hariAjarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari

R: Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya enurasis R: Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya enurasis 3.

3. Bila masih terjadi inkontinensia kurangi waktu antara berkemih yang telahBila masih terjadi inkontinensia kurangi waktu antara berkemih yang telah direncanakan

direncanakan

R: Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine R: Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga diperlukan untuk lebih sering berkemih.

sehingga diperlukan untuk lebih sering berkemih. 4.

4. Instruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran, ulangi denganInstruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran, ulangi dengan  posisi

 posisi klien klien membentuk membentuk sudut sudut 45, 45, lanjutkan lanjutkan dengan dengan klien klien berdiri berdiri jika jika tidak tidak adaada kebocoran yang lebih dulu.

kebocoran yang lebih dulu.

R: Untuk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih. R: Untuk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih. 5.

5. Pantau masukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan cairan 2000 ml,Pantau masukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan cairan 2000 ml, kecuali harus dibatasi.

kecuali harus dibatasi.

R: Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah ISK dan batu ginjal. R: Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah ISK dan batu ginjal. 6.

6. Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinanKolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinan  perubahan

 perubahan obat, obat, dosis dosis / / jadwal jadwal pemberian pemberian obat obat untuk untuk menurunkan menurunkan frekuensifrekuensi inkonteninsia.

inkonteninsia.

2)

2) Diagnosa 2Diagnosa 2

Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang lama.

lama.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat berkemih Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat berkemih dengan nyaman.

dengan nyaman. Kriteria Hasil : Kriteria Hasil : 

 Urine jernih, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukkan tidakUrine jernih, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukkan tidak adanya bakteri.

adanya bakteri. Intervensi :

Intervensi : 1.

1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasienBerikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin.

inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin. R: Untuk mencegah kontaminasi uretra.

(6)

2.

2. Jika di pasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehariJika di pasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar.

setelah buang air besar.

R: Kateter memberikan jalan pada

R: Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih danbakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.

naik ke saluran perkemihan. 3.

3. Ikuti kewas padaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung,Ikuti kewas padaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung,  pemakaian

 pemakaian sarung sarung tangan), tangan), bila bila kontak kontak dengan dengan cairan cairan tubuh tubuh atau atau darah darah yangyang terjadi (memberikan perawatan perianal, pengosongan kantung drainase urine, terjadi (memberikan perawatan perianal, pengosongan kantung drainase urine,  penampungan

 penampungan spesimen spesimen urine). urine). Pertahankan Pertahankan teknik teknik aseptik aseptik bila bila melakukanmelakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter indwelling.

kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter indwelling. R: Untuk mencegah kontaminasi silang.

R: Untuk mencegah kontaminasi silang. 4.

4. Kecuali dikontraindikasikan, ubah posisi pasien setiap 2jam dan anjurkanKecuali dikontraindikasikan, ubah posisi pasien setiap 2jam dan anjurkan masukan sekurang-kurangnya 2400 ml / hari. Bantu melakukan ambulasi masukan sekurang-kurangnya 2400 ml / hari. Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan.

sesuai dengan kebutuhan.

R: Untuk mencegah stasis urine. R: Untuk mencegah stasis urine. 5.

5. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine.Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine. 

 Tingkatkan masukan sari buah berri.Tingkatkan masukan sari buah berri. 

 Berikan obat-obat, untuk meningkatkan asam urine.Berikan obat-obat, untuk meningkatkan asam urine.

R: Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman. Karena jumlah sari buah berri R: Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman. Karena jumlah sari buah berri diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.

kemih.

3)

3) Diagnosa 3Diagnosa 3

Resiko kerusakan integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine Resiko kerusakan integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keruskan integritas kulit Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keruskan integritas kulit teratasi.

teratasi.

Kriteria Hasil : Kriteria Hasil :

 Jumlah bakteri <100.000/ml.Jumlah bakteri <100.000/ml. 

 Kulit periostomal tetap utuh.Kulit periostomal tetap utuh. 

 Suhu 37° C.Suhu 37° C. 

(7)

Intervensi : Intervensi :

1.

1. Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8jam.Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8jam.

R: Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang R: Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

diharapkan. 2.

2. Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan kulitGanti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan kulit  bersih dan

 bersih dan kering sebelum kering sebelum memasang wafer memasang wafer yang baru. Potong yang baru. Potong lubang wafer lubang wafer kira- kira-kira setengah inci lebih besar dar diameter stoma untuk menjamin ketepatan kira setengah inci lebih besar dar diameter stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit periostomal. Kosongkan kantung ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit periostomal. Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.

urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.

R: Peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan R: Peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan kebocoran urine. Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam urine kebocoran urine. Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam urine dapat menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.

dapat menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.

4)

4) Diagnosa 4Diagnosa 4

Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

adekuat

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan seimbang Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan seimbang Kriteria Hasil : pengeluaran urine tepat, berat badan 50 kg

Kriteria Hasil : pengeluaran urine tepat, berat badan 50 kg Intervensi

Intervensi 1.

1. Awasi TTVAwasi TTV

R: Pengawasan invasive diperlukan untuk mengkaji volume intravascular, khususnya R: Pengawasan invasive diperlukan untuk mengkaji volume intravascular, khususnya  pada pasien dengan fungsi jantung

 pada pasien dengan fungsi jantung buruk.buruk. 2.

2. Catat pemasukan dan pengeluaranCatat pemasukan dan pengeluaran

R: Untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan R: Untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan

resiko kelebihan cairan 3.

3. Awasi berat jenis urineAwasi berat jenis urine

R: Untuk mengukur kemampuan ginjal dalam mengkonsestrasikn urine R: Untuk mengukur kemampuan ginjal dalam mengkonsestrasikn urine 4.

4. Berikan minuman yang disukai sepanjang 24 jamBerikan minuman yang disukai sepanjang 24 jam

R: Membantu periode tanpa cairan, meminimalkan kebosanan pilihan yang terbatas R: Membantu periode tanpa cairan, meminimalkan kebosanan pilihan yang terbatas dan menurunkan rasa haus

dan menurunkan rasa haus 5.

5. Timbang BB setiap hariTimbang BB setiap hari

R: Untuk mengawasi status cairan R: Untuk mengawasi status cairan

(8)

3.4

3.4 EvaluasiEvaluasi

Evaluasi keperawatan terhadap gangguan inkontinensia dapat dinilai dari adanya Evaluasi keperawatan terhadap gangguan inkontinensia dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :

kemampuan dalam : a)

a) Miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai denganMiksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter

kandung kemih atau kateter  b)

 b) Mempertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpaMempertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi dan kulit di sekitar uterostomi kering.

inflamasi dan kulit di sekitar uterostomi kering. c)

c) Memerikan rasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak ditemukanMemerikan rasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang.

adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang. d)

d) Melakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensiMelakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat

(9)
(10)

BAB IV BAB IV PENUTUP PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.1 Kesimpulan

Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan kencing. Anamnesis dan Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan kencing. Anamnesis dan  pemeriksaan

 pemeriksaan fisik fisik yang yang baik, baik, dengan dengan beberapa beberapa prosedur diagnostik prosedur diagnostik yang yang diperlukandiperlukan mempunyai hasil yang baik untuk menegakkan diagnosis gangguan ini. Jenis mempunyai hasil yang baik untuk menegakkan diagnosis gangguan ini. Jenis inkontinensia urine yang utama yaitu inkontinensiastres, urgensi, luapan dan inkontinensia urine yang utama yaitu inkontinensiastres, urgensi, luapan dan fungsional. Penatalaksanaan konservatif dilakukanpada kasus inkompetem sfingter fungsional. Penatalaksanaan konservatif dilakukanpada kasus inkompetem sfingter uretra sebelum t

uretra sebelum terapi bedah. Bila erapi bedah. Bila dasar dasar inkontinensia neurogen atau inkontinensia neurogen atau mental makamental maka  pengobatan disesuaikan dengan fak

 pengobatan disesuaikan dengan faktor penyebab.tor penyebab. 4.2 Saran

4.2 Saran

Agar penderita inkontinensia urine tetap menjaga kebersihan diri

Agar penderita inkontinensia urine tetap menjaga kebersihan diri agar terhindaragar terhindar dari infeksi pada saluran kemih bagian bawah dan tetap menjaga keseimbangan intake dari infeksi pada saluran kemih bagian bawah dan tetap menjaga keseimbangan intake dan output cairan, agar tidak terjadi deficit volum cairan.

(11)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi

Brunner&Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 1. Jakarta: 8 Vol 1. Jakarta: EGC.EGC. Hidayah, a. Aziz Alimul.

Hidayah, a. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Edisi 2). Jakarta:2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika.

Salemba Medika.

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. Utama.

Stanley, Mickey dan Patricia G. Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Stanley, Mickey dan Patricia G. Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.

Jakarta: EGC Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2003. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian menyimpulkan bahwa (1) tingkat Inkontinensia urin pada lansia sebagian besar adalah Inkontinensia sedang, (2) tingkat depresi lansia sebagian besar adalah

Setelah dilakukan analisis dan pembahasan, maka secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara Inkontinensia urin dengan derajat depresi

PENERAPAN METODE BLADDER TRAINING UNTUK MENCEGAH TERJADINYA INKONTINENSIA URIN PADA PASIEN TERPASANG.. KATETER URIN DI

Beberapa peneliti berpendapat bahwa hanya kuesioner QUID yang merupakan metode diagnostik yang handal dan sesuai dengan protokol inkontinensia urin oleh IUGA

Kehamilan mungkin berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dasar panggul yang mana nantinya dapat menyebabkan inkotinensia urin stress, namun bagaimapun juga

Walaupun angka kejadian inkontinensia urin tidak dapat dideteksi secara pasti di Indonesia tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian inkontinensia ternyata tinggi

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terdapat 60% (42) orang mengalami inkontinensia urin, dan 40% (28) orang tidak mengalami inkontinensia urin.Semua

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati 2018 ada pengaruh pemberian senam kegel terhadap tingkat Inkontinensia Urin pada ibu Postpartum Di Ruang