• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS CAMPUR KODE PADA FILM PARIBAN: IDOLA DARI TANAH JAWA DAN EKSISTENSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS CAMPUR KODE PADA FILM PARIBAN: IDOLA DARI TANAH JAWA DAN EKSISTENSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

275

ANALISIS CAMPUR KODE PADA FILM

PARIBAN:

IDOLA DARI TANAH JAWA

DAN EKSISTENSINYA

DALAM PEMBELAJARAN SASTRA

Dian Syahfitri1, Suaibah2,

Putri Meliani Manalu3, Lumongga Devitasari4

1,2,3,4Universitas Prima Indonesia

1diansyahfitri@unprimdn.ac.id, 2suaibahdfkhri17@gmail.com, 3putrimelianimanau@gmail.com, 4lumonggadevitasari@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wujud campur kode dalam film Pariban : Idola dari Tanah Jawa, penyebab terjadinya serta eksistensinya dalam pembelajaran sastra. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif sedangkan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Campur kode merupakan salah satu fenomena bahasa yang sering terjadi di lingkup masyarakat bilingual ataupun multilingual. Berdasarkan jenisnya campur kode terbagi menjadi tiga bagian, campur kode ke dalam, compur kode ke luar dan campur kode campuran. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan campur kode ke dalam sebanyak 35 dengan unsur penyisipan berupa kata sebanyak 28, frasa sebanyak 4, klausa sebanyak 1, dan perulangan kata sebanyak 2. Selain itu, peneliti juga menemukan campur kode ke luar dengan unsur penyisipan berupa kata sebanyak 1. Sedangkan campur kode campuran sama sekali tidak ditemukan dalam penelitian ini. faktor penyebab terjadinya campur kode dalam penelitian ini terdiri dari beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor bahasa yang dikuasai penutur dan diri penutur.

Kata Kunci : campur kode, eksistensi, film

Abstract

This paper aims to determine how the code mixed form in the film Pariban: Idol from the Land of Java, the causes and its existence in literary learning. The research method used in this research is descriptive qualitative method while the research technique used in this study is the observation and note-taking technique. Code mixing is a language phenomenon that often occurs in bilingual or multilingual societies. Based on the type, mix code is divided into three parts, mix code in, mix code out, and mix code mix. In this study, the researcher found 35 mixed codes into as many as 28 words, 4 phrases, 1 clause, and 2 word repetitions. The researcher also found that code mixing out with the insertion element in the form of 1 word. While mixed code mixed was not found in this study. The factors causing code mixing in this study consisted of several factors, one of which was the language factor mastered by the speaker and the speakers themselves.

(2)

A. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan ungkapan gagasan atau ide-ide yang berfungsi untuk membantu proses komunikasi antar individu maupun kelompok sosial dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, selain itu, bahasa juga berfungsi sebagai tanda pengenal penutur. Hanya dengan mendengar apa yang penutur tuturkan maka petutur dapat mengidentifikasi identitas si penutur. Pengertian ini sejalan dengan definisi bahasa menurut Kridalaksana. Menurut Kridalaksana dalam (Chaer, 2012 : 32), Bahasa merupakan kesatuan lambang-lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang berfungsi sebagai alat komunikasi, kerja sama dan pengidentifikasi diri oleh sekelompok sosial. Tanpa adanya bahasa, kehidupan manusia yang sejatinya adalah makhluk sosial tidak akan berjalan dengan baik karena bahasa merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam proses komunikasi.

Pengkajian bahasa dilihat dari berbagai aspek, salah satunya dilihat dari aspek penggunaan bahasa pada masyarakat yang kerap disebut dengan sosiolinguistik. Menurut J. A Fishman dalam (Chaer, 2010 : 3), “Sociolinguistics is the study of the characteristics of language varieties, the characteristics of their functions, and the characteristics of their speakers as these three constantly interact, change and change one

another within a speech community”.

J. A Fishman mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan kajian tentang ciri khas suatu variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa. Ketiganya saling berinteraksi, berubah, dan

saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur.

Indonesia adalah negara yang multilingual (Chaer, 2012 : 65). Tidak hanya ada bahasa Indonesia, selaku bahasa nasional, tetapi juga ada ratusan atau lebih bahasa daerah dan bahasa asing yang dapat digunakan masyarakat untuk berkomunikasi. Adanya keberagaman bahasa atau variasi bahasa tersebut membuat masyarakat cenderung mampu menggunakan dua bahasa (bilingual) atau bahkan lebih (multilingual). Menurut Iftikhar, dkk (2016 : 85)

“Code switching and code mixing are

the sociolinguististic phenomenon which are frequent among billingual

or multilingual communities” yang artinya diantara fenomena-fenomena bahasa yang ada, campur kode dan alih kode kerap terjadi di antara sekelompok masyarakat bilingual dan multilingual. Campur kode itu sendiri merupakan pencampuran dua bahasa dengan salah satu bahasa menjadi kode utama (kode dasar) sedangkan bahasa lain yang terlibat hanya berupa penyisipan. Namun meskipun begitu dalam bilingual dan multilingual, tidak hanya terjadi peristiwa atau kasus campur kode saja, tetapi masih banyak peristiwa atau kasus lain yang dapat terjadi, seperti Alih Kode (Code Switching), Interferensi dan integrasi.

Penguasaan bilingual dan multilingual ternyata tidak hanya mempengaruhi tutur bahasa yang digunakan seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Tetapi juga mempengaruhi hasil karya tulisan maupun lisan yang diciptakannya, baik itu dalam bentuk novel maupun film, baik itu dilakukan tanpa sadar maupun tidak.

(3)

277

Semua tergantung pada kebutuhan

karya. Campur kode, alih kode, interfrensi dan Integrasi tanpa sadar kerap ditemukan dan itu semua tidak lepas dari penguasaan bahasa oleh penulisnya.

Berdasarkan jenisnya, Campur kode dibagi menjadi dua bagian yaitu : campur kode dalam atau innercode-mixing dan campur kode luar atau outer mixing-code. Campur kode dalam (Innercode-mixing) merupakan campur kode yang kode dasarnya berupa bahasa asli. Sedangkan campur kode luar (outer mixing-code) merupakan campur kode yang kode dasarnya berupa bahasa bahasa asing. Selain campur kode dalam dan campur kode luar juga terdapat sebuah campur kode campuran yaitu campur kode yang didalamnya telah mencampurkan dua bahasa, seperti bahasa daerah dan bahasa asing. Selain itu, campur kode juga diklasifikasikan berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat didalamnya yaitu penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, frasa, perulangan kata, idiom dan klausa (Anjalia dkk, 2017).

Menurut Suandi dalam (Rifai dkk, 2017) gejala yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah (1) adanya penggunaan istilah-istilah yang lebih populer di kalangan masyarakat, (2) penggunaan kode yang terbatas, (3) pembicara dan kepribadiannya, (5) lawan bicara si penutur, (6) tempat tinggal dan waktu berlangsung, (7) hal yang dibicarakan, (8) modus pembicaraan, (9) tingkat dan ragam tutur bahasa, (10) hadirnya orang ketiga, (11) pokok pembicara, (12) untuk menambah daya humor, (13) untuk kegengsian semata.

Peristiwa campur kode ini sangat mudah ditemukan bahkan di dalam sebuah film. Film merupakan sebuah karya seni audio-visual yang berisikan tentang perjalanan hidup atau sepenggal kisah dari sebuah cerita yang sebelumnya dituliskan terlebih dahulu. Film menjadi salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan pembelajaran, baik itu yang tersirat maupun yang tersurat. Film terdiri dari beberapa genre dengan tema yang tentunya juga beragam. salah satunya adalah genre drama-komedi, yang mengusung tentang kebudayaan di suatu daerah, seperti film Pariban : Idola dari Tanah Jawa.

Film Pariban : Idola dari Tanah Jawa merupakan film drama-komedi yang dilatar-belakangi oleh adanya peparibanan dalam suku batak. Pariban itu sendiri merupakan tradisi perjodohan antara anak laki-laki dari namboru (bou) dengan anak perempuan dari tulang , yang dimana tulang itu merupakan abang dari ibu kandung yang kemudian bisa dipasangkan/dinikahkan. Pe-paribanan ini dijadikan bahan dasar dalam pembangunan sebah cerita pada film Pariban : Idola dari Tanah Jawa. Adanya penggunaan unsur kebudayaan membuat bahasa yang ada pada cerita lebih variatif. Tidak hanya bahasa Indonesia, penggunaan bahasa batak juga ikut berada di dalamnya. Selain itu, adanya penyesuaian tokoh dengan penokohan yang diciptakan juga membuat bahasa yang timbul tidak hanya satu. Bahasa asing dapat timbul sesuai dengan latar sosial atau pendidikan tokoh yang diciptakan oleh penulis. Keberagaman tersebutlah yang

(4)

membuat fenomena campur kode tanpa sadar muncul dalam dialog.

Eksistensi campur kode dalam film Pariban : Idola dari Tanah Jawa dapat ditemukan keberadaannya dalam pembelajaran sastra di sekolah, salah satunya dalam pembelajaran Drama pada siswa/i SMP kelas VIII. Dengan KD, sebagai berikut. 3.16 Menelaah karakteristik unsur dan kaidah kebahasaan dalam teks drama yang berbentuk naskah atau pentas. 4.16 Menyajikan drama dalam bentuk pentas atau naskah (Depdiknas).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dalam penelitian yang berjudul “Analisis Campur Kode pada Film Pariban : Idola dari Tanah Jawa dan Eksistensinya dalam

Pembelajaran Sastra” terdapat

rumusan masalah yaitu, (1) bagaimanakah wujud atau bentuk campur kode dalam dialog film Pariban : Idola dari Tanah Jawa? (2) apa-apa saja faktor penyebab terjadinya sebuah campur kode dalam dialog film Pariban : Idola dari Tanah Jawa? (3) bagamanakah eksistensi campur kode pada film Pariban : Idola dari Tanah Jawa dalam pembelajaran sastra di SMP? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud atau bentuk campur kode dalam film Pariban : Idola dari Tanah Jawa, faktor penyebab terjadinya dan Eksistensinya dalam pembelajaran sastra materi drama di SMP.

B. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan menggunakan desain deskriptif. Metode kualitatif deskriptif merupakan metode yang pengkajiannya berdasarkan apa yang

didengar dan dilihat dari apa adanya suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, baik itu dari media massa maupun elektronik yang kemudian dituangkan dan dijabarkan secara detail dan sistematis dengan memahami,

mengidentifikasi dan

menginterpretasikan makna dari fenomena tersebut. Penggunaan metode dan desain dalam penelitian ini dinilai dapat menggambarkan bentuk bentuk campur kode dan faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode dalam film Pariban : Idola dari Tanah Jawa serta eksistensinya dalam pembelajaran sastra. Dengan begitu, laporan penelitian akan berisi kumpulan-kumpulan data berupa penjabaran untuk memberikan cerminan penyajian terhadap laporan penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tuturan atau ujaran antar tokoh yang ada di dalam film Pariban : Idola dari Tanah Jawa. Sumber Data Primer dalam penelitian ini adalah Film Pariban : Idola dari Tanah Jawa yang telah diunduh dari aplikasi youtube. Sedangkan sumber data sekunder pada penelitian ini, beberapa penelitian terdahulu.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik simak dan catat. Teknik simak merupakan teknik menyimak atau cara seseorang dalam menyimak untuk mendapatkan sebuah data dari yang disimaknya. Data yang ingin peneliti kumpulkan dalam penelitian ini ialah berupa data lisan, yaitu data yang berasal dari dialog antar tokoh pada film Pariban : Idola dari Tanah Jawa. Hal pertama yang dilakukan peneliti ialah mengunduh film

(5)

279

Pariban tersebut dari youtube, lalu

peneliti akan menonton film tersebut secara intens dan berulang-ulang agar data yang peneliti dapatkan akurat. Setelah menonton film tersebut secara berulang-ulang dengan memperhatikan atau mengamati fenomena bahasa yang digunakan, peneliti kemudian, mentranskripsikan film tersebut dalam bentuk naskah.

Dalam menganalisis suatu data yang telah diperoleh, peneliti kemudian melakukan, (1) Identifikasi dan klasifikasi tuturan campur kode berdasarkan bentuk campur kode dan penyisipan unsur-unsur kebahasaan yang terdapat pada dialog tokoh-tokoh dalam film Pariban tersebut. Campur kode berdasarkan bentuknya terdiri dari campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Sedangkan campur kode berdasarkan penyisipan unsur-unsur kebahasaannya, terdiri dari penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, frasa, perulangan kata, idiom dan klausa. (2) Menjelaskan bentuk-bentuk dan faktor penyebab terjadinya campur kode pada film Pariban : Idola dari Tanah Jawa tersebut. (3) Mengidentifikasi campur kode kedalam indikator pembelajaran yang telah disiapkan. (4) Memaparkan eksistensi campur kode pada film Pariban : Idola dari Tanah Jawa dalam pembelajaran drama pada siswa SMP.

Pada penelitian terdahulu juga terdapat penelitian yang membahas tentang campur kode pada suatu film, salah satunya adalah penelitian yang berjudul “Analisis Campur Kode dalam Dialog Antartokoh pada Film Tjoet Nja’Dhien” (2016). Penelitian tersebut menggunakan teknik

analisis wacana pada dialog film yang telah di transkripkan. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bentuk-bentuk campur kode yang terdapat pada setiap dialog dalam film baik itu berupa kata, frasa, idiom, maupun perulangan kata dan lain sebagainya.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Muhammad Lukman Rifai, Nurlaksana Eko Rusminto dan Farida Ariyani dengan judul penelitian “Alih Kode dan Campur Kode pada Rubrik “Buras” dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa”(2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya alih kode dan campur kode yang terdapat pada rubrik

“Buras” bisa dijadikan media

pembelajaran dalam pembelajaran menganalisis dan menyunting teks editorial.

Selain dua penelitian di atas, juga terdapat penelitian yang lain, yaitu penelitian “Alih Kode dan Campur Kode Siaran Radio 94,4 fm di Radi Lampung dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.” (2017) Oleh Dorlan Evi Yanti, Nurlaksana Eko Rusminto, Eka Sofia Agustina, dan Ing Sunarti. Pada penelitian tersebut Hasil analisis alih kode dan campur kode pada siaran radio tersebut diimplikasikan terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu pada materi memproduksi teks film atau drama. Peneliti menggambarkan bagaimana alih kode dan campur kode pada siaran tersebut dapat diimplikasikan pada pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SMA.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

ASPEK Jumlah Berdas arkan Bentuk nya Campur Kode ke dalam Berdasarkan XCunsur penyisipannya Berwujud kata 28 36 Berwujud frasa 4 Berwujud perulangan kata 2 Berwujud klausa 1 Campur Kode Ke Luar Berwujud kata 1 Penyeb ab Terjadi nya Campur Kode

Campur Kode yang disebabkan karena kegengsian semata. 3 Campur kode yang disebabkan karena adanya istilah yang populer. 11 Campur kode yang disebabkan oleh faktor tempat tinggal si penutur 3 Campur kode yang disebabkan oleh kemampuan berbahasanya 3 Campur kode yang disebabkan oleh faktor tempat tingggal si penutur dan kemampuan berbahasanya. 6 Campur kode yang disebabkan oleh faktor kemampuan berbahasa si penutur dan diri penutur.

9 Campur kode yang disebabkan adanya faktor hal-hal yang sedang dibicarakan oleh si penutur dan lawan tutur.

(7)

281

2. Pembahasan Hasil Penelitian

2.1 Wujud Campur Kode pada Film Pariban : Idola dari Tanah Jawa dan Penyebab terjadinya.

Berdasarkan bentuknya campur kode terdiri dari campur kode ke dalam (innercode-mixing), campur kode ke luar (outercode-mixing) dan campur kode campuran. Sedangkan berdasarkan jenis unsur penyisipannya, campur kode terdiri dari kata, frasa, reduplikasi, klausa, dan idiom. Pada penelitian ini, peneliti menemukan beberapa campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam pada penelitian ini terdiri dari bahasa inggris dan bahasa batak yang berupa kata, frasa, reduplikasi, dan klausa sebanyak 35, dengan jumlah kata sebanyak 28, frasa sebanyak 4, reduplikasi sebanyak 2, dan klausa sebanyak 1. Pada campur kode ke luar, peneliti hanya menemukan 1 data dengan kata sebagai unsur penyisipannya. Sedangkan campur kode campuran pada

penelitkan tidak ditemukan. Berikut uraian hasil penelitian yang berjudul Analisis Campur Kode pada Film Pariban : Idola dari Tanah Jawa dan Eksistensinya pada Pembelajaran Sastra.

2.1.1. Campur kode ke dalam (Innercode-mixing)

Campur kode ke dalam adalah campur kode yang kode utamanya merupakan bahasa asli atau serumpun, sedangkan penyisipannya berupa bahasa asing atau yang tidak serumpun. Pada penelitian ini, Campur kode ke dalam terdapat 35. Dengan jumlah kata sebanyak 28, Kata yang ditemukan pada campur kode ke dalam ini terdiri dari bahasa batak, bahasa inggris dan bahasa jawa. Jumlah frasa sebanyak 4, Jumlah reduplikasi sebanyak 2 dan jumlah klausa sebanyak 1 dengan unsur penyisipan berupa Bahasa Inggris

a) Kata

1. Halomoan : Emang sih kadang gue meeting sampai ke luar kota. (Menit 03:13)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata meeting yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata meeting itu sendiri merupakan kata kerja yang memiliki arti rapat. Maka, pada data di atas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Halomoan adalah “... Emang sih kadang gue rapat sampai ke luar kota....”

2. Halomoan : Dan ini gue belinya

cash! (Menit 01:54)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata cash yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata cash itu sendiri memiliki arti tunai. Maka, pada data di atas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Halomoan adalah

“... dan ini gue belinya tunai!”

3. Halomoan : Saatnya kita

(8)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata refresh yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia, pada dialog. Kata refresh sendiri berarti menyegarkan. Pada ujaran tersebut, kata Refresh merupakan salah satu kata yang sering digunakan oleh pengguna komputer maupun internet. Halomoan yang merupakan sorang pengusaha IT tentu sangat sering menggunakan kata Refresh dikarenakan simbolik pekerjaannya. Namun dalam kasus tuturan diatas, saatnya kita refresh! Yang dimaksudkan oleh Halomoan, bukan menyegarkan kembali halaman internet atau komputer. Melainkan, hal lain.

4. Tukang Mie : Hilang mood-ku jualan gara-gara kau. (Menit 26:01)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata mood yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Mood sendiri berarti suasana hati. Maka pada data diatas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Tukang mie di atas adalah “ Hilang suasana hatiku

5. Nan Tulang : Itu tuh yang ada

chicken putih (Menit 29:18). Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata chicken yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Chicken itu sendiri merupakan kata benda yang berarti ayam. Maka pada diatas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Nan Tulang di atas adalah “Itu tuh, yang ada ayam putih.”

6. Nan Tulang : Ada manuk putih (Menit 29:27)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata manuk yang merupakan bahasa batak, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Manuk sendiri berarti ayam. Maka yang dimaksud oleh penulis pada dialog Nan-tulang diatas adalah

“Ada ayam putih.”

7. Uli : Eh, Kenalin, ini family-ku dari Jakarta. Ini kawanku Binsar. (Menit 38:41)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata family di tengah-tenagh penggunaan bahasa Indonesia,

(9)

283

berarti, keluarga. Maka yang

dimaksud oleh penulis dalam dialogi diatas adalah “ Eh, kenalin ini ini keluargaku dari Jakarta. Ini kawanku Binsar.”.

8. Halomoan : Mau aku post di instagram (Menit 39:57)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata post di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Post sendiri merupakan bahasa inggris yang berarti kirim. Maka yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Holomoan diatas

adalah “Mau aku kirim ke

instagram.”

9. Binsar : Part 1 sampai part 7 punyaku semua (Menit 40:12) Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata part di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Part sendiri merupakan bahasa inggris yang berarti bagian. Maka yang dimaksudkan penulis pada dialog Binsar diatas adalah “Bagian satu sampai bagian tujuh punyaku semua.”

10.Uli : Cantiknya aku disini, tag

aku ya! (Menit 40:00)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data

di atas terdapat penggunaan kata tag di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Tag sendiri merupakan bahasa inggris yang berarti tandai. Maka yang dimaksudkan penulis pada dialog Binsar diatas adalah

“cantiknya aku disini, tandai

aku ya!

11.Binsar : Kau follow aja lah (Menit 40:15)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata follow di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Follow sendiri merupakan bahasa inggris yang berarti ikuti. Maka yang dimaksudkan penulis pada dialog Binsar diatas adalah

“Kau ikuti aja lah.”

12. Lamhot : Ngerti ribak juga kau ya! (Menit 44:08)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata ribak di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Ribak sendiri merupakan bahasa batak yang berarti sikat.

13. Halomoan : Lo katanya, Bos.

Handle masalah gini aja nggak ngerti lo. (Menit 47:20)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata.

(10)

Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata handle yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata handle itu sendiri merupakan kata kerja yang memiliki arti mengatasi. Maka, pada data di atas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Halomoan adalah “Lo katanya, Bos. Mengatasi masalah gini aja nggak ngerti lo.”

14. Halomoan : Materi briefing,

persentase kan udah gue kasih ke joko.(Menit 47:24)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata briefing yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata briefing itu sendiri memiliki arti pengarahan . Maka, pada data di atas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Halomoan adalah Materi pengarahan, persentase kan udah gue kasih ke joko.”

15. Uli : Mau ikut kau lihat horbo? (Menit 48:26)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata horbo yang merupakan bahasa batak, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia

sendiri memiliki arti kerbau. Maka, pada data di atas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Uli adalah Mau ikut kau lihat kerbau.”

16. Nan Tulang : Masa di jualnya itu, onan ke onan. (Menit 50 : 29)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata Onan yang merupakan bahasa batak, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata onan itu sendiri memiliki arti pasar. Maka, pada data di atas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog nan tulang adalah

“Masa dijualnya itu dari pasar

ke pasar.”

17. Halomoan : Ini aplikasi sampel

offline.(Menit 1:04:45)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata offline yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia, pada dialog. Kata offline sendiri berarti. Pada ujaran tersebut, kata offline merupakan salah satu kata yang sering digunakan oleh masyarakat di zaman serba online saat ini. Halomoan yang merupakan sorang pengusaha IT tentu sangat sering menggunakan kata itu.

(11)

285

18. Halomoan : Gue yakin sih dalam hitungan detik. Ada salah satu diantara kita yang nggak

single lagi. (Menit 1:28:59) Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata yang single merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia, pada dialog. Single sendiri berarti. Sendiri. Maka pada data diatas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Halomoan di atas adalah “Gue yakin sih dalam hitungan detik. Ada salah satu diantara kita yang nggak sendiri lagi.”

19. Agam : Feeling lo memang luar biasa. (Menit 1:29:46)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata yang feeling merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia, pada dialog. Feeling sendiri berarti perasaan. Maka pada data diatas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Agam di atas

adalah “Perasaan lo memang

luar biasa.”

20. Photographer : Kita break dulu! (Menit 1:31:25)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data

di atas terdapat penggunaan kata yang break merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia, pada dialog. Break sendiri berarti istirahat. Maka pada data diatas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog photographer di atas adalah “Kita istirahat dulu.”

21. Tulang : Kau cek dulu style

aku ini. (Menit 1:35:35)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata style yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata style sendiri berarti gaya. Maka pada data diatas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog Halomoan adalah

“Kau cek dulu gaya aku ini.”

22. Tulang : Kau copot dulu riben

kau itu. (Menit 1:35:42)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud kata. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata riben yang merupakan bahasa batak, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata riben itu sendiri memiliki arti kaca mata. Maka, pada data di atas yang dimaksudkan oleh penulis pada dialog tulang adalah “Kau copot dulu kaca mata kau itu.”

(12)

23.Tulang : Haa woi oma uli ,bikin kan abang ini kopi dulu lah (Menit 44.19)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata oma yang merupakan Bahasa Batak. Di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata oma itu sendiri memiliki arti “mamak “maka pada data di atas dimaksudkan oleh penulis pada dialog Tulang adalah “ haa woi mamak uli, bikin kan abang ini kopi dulu lah”.

24.Binsar : Kalau kau berani besok kita tanding catur di lapo

(Menit 48:08)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam. Hal ini dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan kata lapo yang merupakan Bahasa Batak. Di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata lapo itu sendiri memiliki arti “warung,kedai “maka pada data di atas dimaksudkan oleh penulis pada dialog Binsar adalah “ Kalau kau berani besok kita tanding catur di warung”.

25.Uli : Muncung kau itu (sambil memasukan kue ke mulut binsar) bosan aku dengarnya (Menit 48:53)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam. Hal ini

terdapat penggunaan kata muncung yang merupakan Bahasa Batak. Di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata muncung itu sendiri memiliki arti “mulut “ maka pada data di atas dimaksudkan oleh penulis pada dialog Uli adalah “Mulut kau itu, bosan aku dengarnya”. 26.Bryan : Iya ndoro! (menit

02:27)

Data diatas merupakan campur kode Hal ini dikarenakan pada data diatas terdapat penggunaan kata ndoro yang merupakan bahasa jawa, ditengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata ndoro itu sendiri memiliki arti tuan. Maka, pada data diatas yang dimaksudkan dialog bryan adalah “ iya tuan!” 27.Mama Moan : Banyak kali

cengkunekmu, pacarmu yang pernah kau bawa kesini cuma si lastrinya (menit 15:59) Data diatas merupakan campur kode. Hal ini dikarenakan pada data diatas terdapat penggunaan kata cengkunek yang merupakan bahasa batak, ditengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata cengkunek itu sendiri memiliki arti omongan . Maka, pada data diatas yang dimaksudkan dialog mama moan adalah “ banyak kali omonganmu, pacarmu yang pernah kau bawa kesini cuma

(13)

287

28.Mama Moan : Sudahlah

pergilah kau ke kampung sana bawa paribanmu sana. Bungkus sana bawa ke Jakarta ini, itu sudah hakmu. (menit : 17:14)

Data diatas merupakan campur kode. Hal ini dikarenakan pada data diatas terdapat penggunaan kata pariban yang merupakan bahasa batak, ditengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Kata pariban itu sendiri memiliki arti sepupu. pada data diatas yang dimaksudkan dialog mama moan adalah: “Sudahlah pergilah kau ke kampung sana bawa sepupumu sana. Bungkus sana bawa ke Jakarta ini, itu sudah hakmu. b) Frasa

1. Halomoan : Tapi untungnya nih gue punya patner in crime

yang oke banget. (Menit 03:16)

Penyisipan Patner in Crime di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada data diatas menjadikan data diatas termasuk ke dalam campur kode yang berwujud frasa. Hal ini dikarenakan dalam data diatas terdapat penggunaan tiga kata yang tidak memiliki karakteristik klausa yaitu patner, in, dan crime.

2. Halomoan : Udah lo telpon gue. entar lagi lah. Ini gue lagi ngobrol sama ghost leader

(Menit 47:36)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam yang berwujud frasa. Hal ini dikarenakan dalam data diatas terdapat penggunaan kata ghost leader yang terdiri dari dua kata dan tidak memiliki ciri suatu klausa, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia. Ghost Leader sendiri merupakan bahasa inggris yang memiliki arti ketua setan. Maka pada dialog diatas yang dimaksudkan oleh

penulis adalah “Udah lo

telepon gue, entar lagi lah. Ini gue lagi ngobrol sama ketua setan.”

3. Halomoan : Semalem jadi

grandmaster nih gue. (Menit 52:42)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam, dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan Grandmaster yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Sedangkan berdasarkan bentuk penyisipannya, data diatas termasuk ke dalam campur kode yang berbentuk frasa, hal ini dapat dilihat dari

penggunaan frasa

grandmaster. Grandmaster itu sendiri terdiri dari dua kata yang dimana salah satu unsurnya tidak berfungsi sebagai predikat.

4. Halomoan : Semudah masukkin nomor telepon ke

(14)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam, dikarenakan pada data di atas terdapat penggunaan phonebook yang merupakan bahasa Inggris, di tengah-tengah penggunaan bahasa Indonesia pada dialog. Sedangkan berdasarkan bentuk penyisipannya, data diatas termasuk kedalam campur kode yang berbentuk frasa, hal ini dapat dilihat dari penggunaan frasa phonebook. Phonebook terdiri dari dua kata yang dimana salah satu unsurnya tidak berfungsi sebagai predikat.

c. Perulangan Kata atau Reduplikasi 1. Halomoan : Otaknya nggak

smart-smart amat (Menit 06:34).

Data diatas merupakan campur kode ke dalam yang berwujud reduplikasi. Campur kode ke dalam pada data diatas dapat dilihat dari penggunaan penyisipan bahasa Inggris

“Smart”, di tengah-tengah

penggunaan bahasa Indonesia. Sedangkan campur kode berwujud reduplikasi pada data diatas dapat dilihat dari adanya penggunaan atau perulangan pada kata smart dalam dialog. Reduplikasi pada data diatas termasuk kata perulangan murni karena tidak ada penambahan ataupun pengurangan dalam perulangan yaitu smart-smart.

2. Uli : Kami kemari, mau bertemulah kami sama family-family kami di Jakarta. (Menit 1:39:07)

Data diatas merupakan campur kode ke dalam yang berwujud reduplikasi. Campur kode ke dalam pada data diatas dapat dilihat dari penggunaan penyisipan bahasa Inggris

“Family”, di tengah-tengah

penggunaan bahasa Indonesia. Sedangkan campur kode berwujud reduplikasi pada data diatas dapat dilihat dari adanya penggunaan atau perulangan pada kata Family dalam dialog. Reduplikasi pada data diatas termasuk kata perulangan murni karena tidak ada penambahan ataupun pengurangan dalam perulangannya yaitu Family-family..

d. Klausa

1. Halomoan : Tapi kamu pernah dengarkan, kata-kata practice made perfect? (Menit 1:34:40) Data diatas merupakan campur kode ke dalam berwujud Klausa. Campur kode ke dalam pada data diatas ditunjukkan dengan adanya penggunaan kata-kata Practice Made Perfect di tengah-tengah penggunaan Bahasa Indonesia. Campur kode berwujud Klausa pada diatas dapat dilihat dari penggunaan kata “Practice Made Perfect” yang terdiri dari subjek, predikat dan keterangan. Practice made

(15)

289

Perfect sendiri memiliki arti

(16)

2.1.2 Campur Kode ke Luar (Outercode-mixing)

Campur kode ke luar (Outercode-mixing) Merupakan campur kode yang kode utamanya berupa bahasa asing atau bahasa tidak serumpun, sedangkan unsur penyisipannya berupa bahasa asli atau bahasa serumpun. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menemukan 1campur kode ke luar (Outercode-mixing). Campur kode ke luar yang ditemukan, unsur penyisipannya berupa kata bahasa Indonesia, sedangkan kode utamanya berasal dari bahasa inggris.

a) Kata

1) Relasi Bisnis : Over all saya

deal (Menit 04:54)

Data diatas merupakan campur kode luar berwujud kata. Campur kode luar pada data diatas dapat dilihat dari penggunaan bahasa inggris yang digabungkan dengan penyisipan kata ‘saya’ yang merupakan Bahasa Indonesia. Sedangkan, campur kode berwujud kata pada dialog diatas dapat dilihat dari segi bentuk penyisipan. Kata penyisipan pada dialog diatas hanya terdiri dari satu kata

yaitu “saya”.

2.2 Penyebab terjadinya campur kode pada Film : Pariban

Penyebab terjadinya campur kode pada sebuah film pada umumnya dikarenakan penulis menguasai berbagai bahasa, baik itu, Bahasa Daerah maupun Bahasa Asing. Penguasaan Bahasa yang lebih dari satu, menjadi pegangan penulis dalam menuliskan sebuah naskah

film, penggunaan campur kode pada film tidak dilakukan sembarangan oleh penulis. Penulis melakukan campur kode dengan menyesuaikan unsur-unsur cerita yang ia bangun. Dimulai dari tema, alur, latar atau setting hingga tokoh dan penokohan. Sehingga campur kode yang dilakukan dapat membantu dan menyokong jalannya cerita hingga terlihat lebih nyata. Pada penelitian ini penyebab terjadinya campur kode pada film pariban disebabkan oleh diri si penutur misalnya, latar belakang sosial tokoh, latar belakang pendidikan tokoh, kemampuan berbahasa tokoh dan karakteristik tokoh yang diciptakan oleh penulis. Selain itu, penyebab terjadinya campur kode dalam film ini, dikarenakan adanya istilah-istilah yang populer dikalangan masyarakat seperti kata mood dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, penggunaan campur kode hanya untuk kegengsian semata juga dilakoni oleh tokoh, untuk memperkuaat karakter tokoh. Berikut uraian penyebab terjadinya campur kode pada film Pariban : Idola dari Tanah Jawa.

1. Campur Kode yang disebabkan karena kegengsian semata. 1) Halomoan : Semudah masukkin nomor telepon ke phonebook (Menit 05:27)

2) Nan Tulang : Itu tuh yang ada chicken putih (Menit 29:18).

3) Tulang : Kau cek dulu

style aku ini.(Menit 1:35:35)

(17)

291

2. Campur kode yang

disebabkan karena adanya istilah yang populer.

1) Tukang Mie : Hilang

mood-ku jualan gara-gara kau. (Menit 26:01) 2) Halomoan : Mau aku

post di instagram (Menit 39:57)

3) Binsar : Part 1 sampai part 7 punyaku semua (Menit 40:12)

4) Uli : Cantiknya aku disini, tag aku ya! (Menit 40:00)

5) Binsar : Kau follow aja lah (Menit 40:15) 6) Halomoan : Semalem

jadi grandmaster nih gue. (Menit 52:42) 7) )Halomoan : Ini

aplikasi sampel

offline.(Menit 1:04:45) 8) Halomoan : Gue

yakin sih dalam hitungan detik. Ada salah satu diantara kita yang nggak single

lagi. (Menit 1:28:59) 9) Agam : Feeling lo

memang luar biasa. (Menit 1:29:46)

10) Halomoan : Tapi untungnya nih gue punya patner in crime

yang oke banget. (Menit 03:16)

11)Photographer : Kita

break dulu! (Menit 1:31:25)

3. Campur kode yang disebabkan oleh faktor tempat tinggal si penutur

1) Tulang : haa woi omak uli ,bikin kan abang ini

kopi dulu lah (Menit 44.19)

2) Binsar : Kalau kau berani besok kita tanding catur di lapo

(Menit 48:08)

3) Uli : Muncung kau itu (sambil memasukan kue ke mulut binsar) bosan aku

dengarnya (Menit 48:53)

4. Campur kode yang disebabkan oleh kemampuan berbahasanya

1) Bryan : iya ndoro! (menit 02:27)

2) Mama moan : banyak kali cengkunekmu, pacarmu yang pernah kau bawa kesini

cuma silastrinya (menit 15:59)

3) Mama moan : sudahlah pergilah kau ke kampung sana bawa

paribanmu sana.

Bungkus sana bawa ke Jakarta ini, itu sudah hakmu. (menit : 17:14) 5. Campur kode yang

disebabkan oleh faktor tempat tingggal si penutur

dan kemampuan

berbahasanya.

1)Nan Tulang : Ada

manuk putih (Menit 29:27)

2)Uli : Eh, Kenalin, ini

family-ku dari

Jakarta. Ini kawanku Binsar. (Menit 38:41) 3)\Uli : Mau ikut kau

lihat horbo? (Menit 48:26)

(18)

4)Nan Tulang : Masa di jualnya itu, onan ke onan. (Menit 50 : 29) 5)Tulang : Kau copot dulu

riben kau itu.(Menit 1:35:42)

6)Uli : Kami kemari, mau bertemulah kami sama family-family

kami di Jakarta. (Menit 1:39:07)

6. Campur kode yang disebabkan oleh faktor kemampuan berbahasa si penutur dan diri penutur. 1) Halomoan : Emang sih

kadang gue meeting

sampai ke luar kota. (Menit 03:13)

2) Halomoan : Dan ini gue belinya cash! (Menit 01:54)

3) Halomoan: Materi

briefing, persentase kan udah gue kasih ke joko. (Menit47:24) 4) Relasi Bisnis : Over all

saya deal (Menit 04:54)

5) Halomoan : Saatnya kita refresh! (Menit 05:38)

6) Halomoan : Lo katanya, Bos. Handle

masalah gini aja nggak ngerti lo. (Menit

47:20)

7) Halomoan : Udah lo telpon gue. entar lagi lah. Ini gue lagi ngobrol sama ghost

leader (Menit 47:36) 8) Halomoan : Otaknya

nggak smart-smart

amat (Menit 06:34).

9) Halomoan : Tapi kamu pernah dengarkan, kata-kata practice made perfect?

(Menit 1:34:40) 7. Campur kode yang

disebabkan adanya faktor hal-hal yang sedang

dibicarakan oleh si penutur dan lawan tutur.

1)Lamhot : Ngerti ribak

juga kau ya! (Menit 44:08)

2.3 Eksistensi campur kode pada film pariban : idola dari tanah jawa dalam pembelajaran sastra.

Dalam membuat suatu teks naskah drama siswa dapat memanfaatkan bahasa yang dikuasainya dengan mengaitkan bahasa-bahasa tersebut ke dalam unsur-unsur cerita yang dibangun, guna memperkuat cerita dan karakter si tokoh dalam drama/film. Tidak hanya mampu memanfaatkan, Siswa juga mampu mengendalikan penggunaan bahasa asing atau daerah yang dikuasai saat menuliskan suatu dialog dalam cerita. Penggunaan bahasa asing atau daerah yang berlebih akan menimbulkan ketidaknyamanan penonton, dan hal tersebut tentu harus dihindari oleh siswa. Berdasarkan hal-hal tersebut bisa dilihat bagaimana eksistensi atau keberadaan campur kode itu sendiri dalam pembelajaran sastra, materi drama, dengan kompetendi dasar (3.16) Menelaah karakteristik unsur dan kaidah kebahasaan dalam teks drama yang berbentuk naskah atau pentas. dan (4.16) menyajikan drama dalam bentuk pentas atau naskah. Dalam hal ini, Siswa diharapkan

(19)

293

mampu memanfaatkan dan

mengendalikan bilingual atau multilingual yang dimiliki saat membuat naskah drama/film. Selain itu, Siswa juga diharapkan mampu menyajikan drama dalam bentuk pentas atau naskah dengan memperhatikan karakteristik unsur dan kaidah kebahasaannya.

Adapun kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan, yaitu : (1) Pendahuluan, Guru mengucapkan Salam, memperkenalkan diri, meminta peserta didik untuk berdoa dan menyiapkan buku serta alat tulis, menginformasikan materi yang akan dipelajari yaitu tentang membuat naskah drama/film, menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik, (2) Inti, Guru bertanya kepada peserta didik, Bahasa apa saja yang peserta didik kuasai kemudian menjelaskan bahwasanya bahasa yang dikuasai lebih dari satu, dapat menciptakan suatu fenomena bahasa yang dikenal dengan campur kode, Guru menjelaskan pengertian campur kode, Guru memberi beberapa contoh campur kode dari kalangan umum, kemudian mengaitkan pengetahuan mengenai campur kode dengan materi pembelajaran peserta didik yaitu mengenai tentang membuat naskah drama/film. Guru menjelaskan unsur-unsur pembangun drama/film, menjelaskan bahwasanya dalam membangun sebuah naskah drama/film peserta didik dapat memanfaatkan dan mengendalikan kemampuan bilingual atau multilingual yang mereka miliki. Guru meminta siswa untuk menonton film Pariban : Idola dari Tanah Jawa, guru meminta siswa untuk mencermati bahasa yang

dituturkan oleh tokoh, Guru meminta siswa untuk mengeluarkan pendapat mereka mengenai bahasa yang digunakan oleh tokoh-tokoh, Guru menarik suatu kesimpulan dari hasil pendapat para siswa dan siswi. Guru meminta siswa membuat naskah drama satu babak. (3) Penutup.

D. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

a. Dalam Film Pariban : Idola dari tanah Jawa terdapat campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam dalam penelitian ini sebanyak 35 buah dengan unsur penyisipan berupa kata 28 kali, frasa 4 kali, klausa 1 kali, dan reduplikasi/pengulangan kata 2 kali. Sedangkan campur kode ke luar dalam penelitian ini hanya 1 kali dengan unsur penyisipan berupa kata sebanyak 1. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menemukan adanya campur kode campuran.

b. Penyebab terjadinya campur kode pada penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, campur kode yang disebabkan hanya untuk kegengsian semata, campur kode yang disebabkan karena adanya istilah yang populer, campur kode yang disebabkan oleh faktor tempat tinggal si penutur, campur kode yang disebabkan oleh kemampuan berbahasanya, campur kode yang disebabkan oleh faktor tempat tingggal si penutur dan kemampuan berbahasanya, campur kode yang disebabkan oleh faktor kemampuan berbahasa si

(20)

penutur dan diri penutur dan campur kode yang disebabkan adanya faktor hal-hal yang sedang dibicarakan oleh si penutur dan lawan tutur.

c. Adanya campur kode pada dialog tokoh dapat memperkuat cerita dan karakter dalam sebuah film/drama. Namun meskipun begitu, adanya campur kode yang berlebihan pada dialog dapat menimbulkan ketidak nyamanan oleh penonton. Oleh karena itu, penggunaan campur kode harus disesuaikan. Dapat digunakan namun tidak berlebihan.

2. Saran

Harapan dari adanya penelitian ini yaitu dapat memberikan sumbangsih ilmiah dalam meningkatkan dan memperkaya ilmu kebahasaan dalam bidang sosiolinguistik terkhususnya pada fenomena campur kode.

Dalam penelitian selanjutnya, peneliti berharap peneliti yang lain dapat mencari suatu objek yang belum pernah diteliti sebelumnya agar contoh-contoh campur kode dapat terus berkembang sehingga contoh-contoh campur kode tidak lagi terpaku pada apa yang sudah dituliskan.

DAFTAR PUSTAKA

Anjalia, F., Taib, R., & Subhayani. (2007). Analisis Campur Kode dalam Dialog antar Tokoh pada Film Tjoet Nja Dhien’: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan PBSI, Vol. 2 No. 2. Tersedia di http://jim.unsyiah.ac.id/pbsi/i ndx

Chaer, A. (2012). Linguistik Umum, Jakarta: PT Rineka Cipta

Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.

Chughtai, I. A., Khan, M. A., & Khan, M. R. (2016). Reason and Conrexts to Switch an Mix English Code by Pakistani Young Learners in their Native Speech : A Sociolinguistic Study : International Journal of Language and Lingusitic, Vol 3 No.1 tersedia di http://ijllnet.com/journals/Vol _3 N1_March_2016/8.pdf

Dalman, D. H. (2014). Menulis Karya Ilmiah, Jakarta : Rajawali Pers. Dewanti, I. S (2019) Analisis Campur

Kode Oleh Tokoh Dalam Film My Old Classmate (Skripsi) : Universitas Negeri Semarang.

Tersedia di http://eprints.ums.ac.id/19260 //11._NASKAH_PUBLIKASI.pdf &vd=2ahUKEwiJrqzmb3uAhW CV30HF_oAUAQFjACegQIDBAB &usg=OvVaw0YetP3unz6vvKW dtum3K

Fajriansyah, N. B., Sopianda, D., & Kartini, (2018). Alih Kode dan Campur Kode pada Film Romeo dan Juliet Karya Andibachtiar Yusuf : Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), Vol. 1 No.4. tersedia di

https://journal.ikipsiliwangi.ac. id/index.php/parole/article/vi ew/952

Hayati, Wardah (2016) Alih Kode dan Campur Kode pada Film Perempuan Berkalung Sorban serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMKN 18 Jakarta : UHAMKA graduate School

(21)

295

Thesis Abstract Collection

Tersedia di

https://journal.uhamka.ac.id/i ndeks.php/gradstac/article/ Julianti, U ., (2020) Bantuk Campur

Kode dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Drama Siswa Kelas XI IPS 5 SMAN Negeri 6 Kota Medan Tangerang Selatan. Tersedia di http://eprints.ums.ac.id?74560 /NASKAH%2520publikasi%25 20.pdf

Marlina, A., Ing, S., & Bambang, R, (2017). Alih Kode dan Campur Kode dalam Film Toba Dreams dan Implikasinya. : Jurnal Kata (Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya). Tersedia di http://jurnal.fkip.unila.ac.id Ohoiwutun, P. (2007). Sosiolinguistik

Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Bekasi : Kesain Blanc.

Prastowo, A. (2016). Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan Penelitian. Yogjakarta : Ar-Ruz Media.

Purbawati, C. (2019) Campur Kode dalam Novel Aroma Karsa Karya Lestara, D. (Skripsi) : Univeristas Muhammadiyah

Surakarta tersedia di http://eprints.ums.ac.id?78247 ?1NASKAH%2520PUBLIKASI.p df

Rifai. M . L., Rusminto. N. E., & Ariyani. F. (2017). Alih Kode dan Campur Kode pada Rubrik

“Buras” dan Implikasinya pada

Pembelajaran Bahasa. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra Dan Pembelajarannya). Tersedia di http://jurnal.fkip.unila.ac.id Sabilla, A. F. (n.d.). Pengaruh Alih

Kode dan Campur Kode pada Kanal Youtube "Nihongo Mantappu" Terhadap Eksistensi Pemakaian Bahasa Indonesia di Era Globalisasi.

Tersedia di

https://osf.io/preprints/inarxi v/8ahvx/

Yanti, D. E., Rusminto, N. E., Agustina, E. S., & Sunarti, L. (2017). Alih kode dan campur kode siaran radio 94,4 fm di radio lampung dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di SMA. Jurnal Kata (bahasa, Sastra dan Pembelajarannya). Tersedia di http://jurnal.fkip.unila.ac.id/in dex.pp/BINDO1/article/view/ 13047

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yaitu campur kode yang digunakan dalam film Jagad X Code, terdapat campur kode dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia, campur kode dari

Campur kode ke dalam terdiri dari campur kode morfem terikat berjumlah 6, campur kode kata berjumlah 16 yang terdiri dari kata benda, kata kerja, kata sifat,

Hasil penelitian ini, ditemukan campur kode yang muncul berupa: (1) Latar belakang campur kode dalam pembelajaran secara internal, karena penggunaan kata yang

Sedangkan pada data (f) merupakan jenis campur kode ke luar berupa penggunaan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dengan bahasa Korea, bahasa Korea yang terdapat dalam data (f)

Dan pada peristiwa campur kode terjadi campur kode ke dalam (inner code-mixing) berupa bahasa daerah yang menyisip pada bahasa pertama yaitu bahasa Indonesia, dan campur kode

Dan pada peristiwa campur kode terjadi campur kode ke dalam (inner code-mixing) berupa bahasa daerah yang menyisip pada bahasa pertama yaitu bahasa Indonesia, dan campur kode

Tuturan percakapan di atas menunjukkan campur kode ke dalam (Inner code mixing) yang dicampur adalah bahasa Indonesia, bahasa daerah. Campur kode ke dalam tersebut

Jenis campur kode ke dalam inner code-mixing yang terdapat pada lirik lagu “JPDA”, berupa penyisipan kata yang bersumber dari bahasa utama yaitu bahasa Bali ragam nonformal ke dalam