• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS CAMPUR KODE PADA DIALOG FILM MERRY RIANA MIMPI SEJUTA DOLAR KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH: WIKE PRAMESTY BUTAR-BUTAR NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS CAMPUR KODE PADA DIALOG FILM MERRY RIANA MIMPI SEJUTA DOLAR KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI OLEH: WIKE PRAMESTY BUTAR-BUTAR NIM:"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS CAMPUR KODE PADA DIALOG FILM MERRY RIANA MIMPI SEJUTA DOLAR

KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

OLEH:

WIKE PRAMESTY BUTAR-BUTAR NIM: 120701037

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

2

(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dan diacu dalam naskah ini serta disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juli 2019 Penulis

Wike Pramesty Butabutar

(5)

OLEH

WIKE PRAMESTY BUTARBUTAR Nim : 120701037

ABSTRAK

Skripsi ini mendeskripsikan : Campur Kode Bahasa Indonesia pada dialog film Mery Riana Mimpi Sejuta Dolar. Masalah yang diteliti adalah bentuk campur kode apa saja yang muncul dalam film tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan metode simak. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar sadap dengan teknik lanjutan teknik pengamatan dan pencatatan.

Metode pengkajian data adalah metode padan yang dilanjutkan dengan teknik dasar pilah unsur penentu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan teori Sosiolinguistik, Bilingualisme, Campur Kode.

Selanjutnya, hasil penelitian ini pada campur kode yang terjadi pada film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar yaitu ditemukan bentuk campur kode dalam bentuk kata,frasa dan klausa. Pada peristiwa campur kode terjadi campur kode ke luar (outerr code-mixing), berupa bahasa asing yang menyisip pada bahasa pertama yaitu bahasa Indonesia. Jenis kata yang terdapat dalam film tersebut dapat dibagi menjadi kata kerja berjumlah 15, kata benda berjumlah 12, kata adjektiva berjumlah 1, kata adverbia berjumlah 2, frasa berjumlah 16, dan klausa berjumlah 1.

Kata kunci : Campur Kode, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bilingualisme, Sosiolinguistik.

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesai.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Drs. Mauly Purba, M.A.,Ph.D., sebagai Wakil Dekan I, Dra. Heristina Dewi, M.Pd., sebagai Wakil Dekan II, dan Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai Ketua Prodi Sastra Indonesia dan Drs.

Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai Sekretaris Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Dwi Widayati, M.Hum., sebagai pembimbing I dan Dra. Sugihana br.

Sembiring, M.Hum., sebagai pembimbing II. Terimakasih atas kesabaran, dorongan, dan kesediaan bapak/ibu yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing penulis serta memberikan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(7)

pengetahuan selama berkuliah.

6. Kedua Orang tua saya yang tersayang, ayah B. Butarbutar dan ibu R.

Manurung yang telah memberikan saya dukungan moral, materi, kasih sayang yang tiada habisnya dan doa yang tidak pernah berhenti. Kiranya kasih dan karunia Tuhan yang senantiasa melindungi dan memberkati ayah dan ibu. Dengan kesungguhan hati penulis persembahkan semua ini sebagai tanda sayang dan terima kasih atas segala hal yang telah diberikan. Semoga dengan selesainya skripsi ini dapat membahagiakan kedua orang tua.

7. Adik-adikku terkasih, Ade, Boni, Rezky yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan seluruh keluarga yang turut memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan studi.

8. Adik-adik kost ku Fresly, Yohana, Angel, Jhonsyah, Elisa yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan seluruh keluarga yang turut memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan studi.

9. Irma, Ebigel, Gusti, Harina, Dorma terimakasih atas dorongan dan motivasi yang diberikan kepada penulis serta kesabarannya dalam mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Kak Giovani, kak Astry yang tiada hentinya mengingatkan dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Untuk abang, kakak dan adik yang selalu mengingatkan penulis sampai akhirnya menyelesaikan skripsi, Bang Pery, Kak Hoinos, kak Lilis, kak Lina, Crisdayanti yang memberikan semangat.

(8)

12. Keluarga Safari, Deby, Riska, Masita, Yohanes, Fitri, Lovita, Kartini, Dede, Iren, Izriani, Putri, dan Toga, Devi yang selalu mendampingi penulis dari awal perkuliahan.

13. Semua teman-teman seperjuangan stambuk 2012 terkhusus Zacky, Aldo, Kezia, Ihsan, Eka, Anisa, terima kasih buat bantuan dan dukungannya, terima kasih buat kebersamaan kita selama berkuliah, penulis akan selalu ingat dan selalu menyayangi kalian semua.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga berkat Tuhan melimpah bagi kita semua.

Medan, Juli 2019 Penulis,

Wike Pramesty Butarbutar

(9)

ABSTRAK

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 6

2.1.1 Campur Kode ... 6

2.1.2 Film ... 7

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Sosiolinguistik ... 8

2.2.2 Bilingualisme ... 9

2.2.3 Campur Kode ... 12

2.2.4 Bentuk Campur Kode... 12

2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Campur Kode ... 14

2.2.6 Jenis Kata... 15

2.3 Tinjauan Pustaka ... 20

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data ... 21

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data ... 22

3.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 24

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Bentuk Campur Kode ... 25

4.1.1 Penyisipan Unsur – unsur yang Berwujud Kata ... 25

4.1.2 Peyisipan Unsur – unsur yang Berwujud Frasa ... 34

4.1.3 Penyisipan Unsur – unsur yang Berwujud Klausa ... 40

4.2 Jenis Campur Kode ... 40

4.3 Faktor yang Mempengaruhi Campur Kode ... 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN

(11)

1.1 Latar Belakang

Campur kode merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih ketika melakukan komunikasi dengan mitra bicaranya. Campur kode biasanya digunakan oleh penutur yang bilingual, yang penguasaan bahasa keduanya lebih rendah atau tidak setara. Penutur yang bilingual tentulah tidak terlepas dari akibat-akibat penggunaan dua bahasa itu sendiri. Salah satu akibatnya adalah terjadinya tumpang tindih antara kedua sistem bahasa yang dipakainya atau dapat di katakan karena adanya penggunaan unsur-unsur dari bahasa yang satu terhadap penggunaan bahasa yang lain. Hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik penutur merupakan penyebab terjadinya campur kode, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan dan rasa keagamaan. Pengetahuan berbeda-beda yang dimiliki oleh setiap penutur adalah salah satu terjadinya campur kode.

Campur kode seringkali terjadi karena ada penyisipan bahasa asing atau bahasa lain ke dalam bahasa aslinya. Penyisipan unsur-unsur seperti kata, frasa,pengulangan kata, ungkapan, dan klausa. Penyisipan unsur dalam bentuk kata dan frasa seringkali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, tetapi penggunaan dalam bentuk pengulangan kata, ungkapan, dan klausa jarang dijumpai. Dalam waktu tertentu ketiga unsur tersebut akan digunakan oleh beberapa penutur bahasa, baik itu dalam situasi formal maupun informal.

Apabila seorang penutur mampu menguasai lebih dari satu bahasa, maka hal tersebut juga dapat dikaitkan ke dalam campur kode. Misalnya ada penutur bahasa Batak Toba mencoba berkomunikasi dengan mitra bicaranya yang bersuku

(12)

2

Karo dengan menyisipkan bahasa karo ke dalam bahasa Indonesia dalam satu kalimat. Kajian ini merupakan peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang bilingual atau kedwibahasaan bahkan yang multilingual. Dalam situasi formal jarang terjadi campur kode. Bukan hanya dalam bentuk lisan, campur kode juga digunakan seorang penutur dalam bentuk tulisan. Namun campur kode bahasa lebih sering terjadi pada peristiwa tuturan lisan daripada tulisan. Bila dalam peistiwa tuturan tulisan, penutur bahasa menulis dengan memperhatikan penggunaan bahasanya dengan baik sedangkan pada peristiwa tuturan lisan penutur kurang memperhatikan bahasa yang digunakan, khususnya pada keadaan informal.

Gejala campur kode ialah bahwa unsur-unsur bahasa atau variasi- variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Di dalam kondisi yang maksimal campur kode merupakan konvergensi kebahasaan (linguistic convergence) yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya (Rokhman,2013:38).

Thelander dalam Chaer dan Agustina (2004:115) menyatakan bahwa dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran. Klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa ini disebut campur kode. Campur kode muncul karena adanya interaksi antar penutur yang menggunakan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya campur

(13)

kode yaitu faktor individu misalnya ingin menunjukkan status, peran, dan kepakaran, juga karena kurangnya unsur kebahasaan yang digunakan.

Pada saat ini campur kode tidak hanya dijumpai pada interakasi-interaksi masyarakat saja, tetapi juga terjadi pada karya seni seperti film. Film bukanlah sesuatu hal yang baru dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada saat ini. Film tidak hanya digunakan sebagai media hiburan namun juga dapat menjadi media komunikasi antara penonton dengan pembuat film. Di dalam dunia perfilman seringkali dijumpai bahasa yang telah mengalami campur kode. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti campur kode yang terdapat pada film.

Salah satu diantaranya adalah film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar. Penggunaan lebih dari satu bahasa membuat film ini menarik untuk diteliti. Penyisipan bahasa yang sering digunakan dalam dialog sering menyinggung ke dalam kajian campur kode. Salah satunya penyisipan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dan juga beberapa bahasa asing lainnya.

Film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar menceritakan tentang kisah hidup seorang remaja yang terpaksa harus bertahan hidup di negara orang dengan dibekali uang seadanya karena keadaan negaranya sedang tidak stabil. Keadaan hidup yang pahit lantas tidak menurunkan semangat Merry untuk meraih mimpinya. Sekalipun banyak tantangan yang harus dihadapi, ia tidak mudah menyerah untuk mewujudkan mimpinya yaitu memiliki pendapatan hingga 1.0000.000 $ sebelum berumur dua puluh enam tahun.

Perbedaan negara mengakibatkan gaya bicara Merry dengan mitra tuturnya terlibat dua bahasa atau lebih. Selain menggunakan bahasa Indonesia juga menggunakan bahasa Inggris. Kondisi lingkungan yang berbeda membuat Merry

(14)

4

sering berinteraksi menggunakan bahasa Inggris. Namun, berbeda halnya ketika Merry bertemu dengan mitra bicaranya yang mampu menggunakan bahasa Indonesia, contohnya saja dialog yang terjadi antara Merry dan Iren. Dalam dialog tersebut mereka sering mencampurkan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia ataupun sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena mereka sering menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupannya sehari-hari. Pada saat si penutur menggunakan bahasa Indonesia untuk berbicara maka tanpa sadar dialog antara Merry dengan mitra bicaranya akan menyisipkan bahasa asing kedalam bahasa Indonesia. Perbedaan budaya antara Indonesia dengan Singapura juga merupakan faktor yang mendukung terjadinya campur kode pada film ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bentuk campur kode yang terdapatdalam film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar?

2. Jenis campur kode yang terdapat dalam film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar?

3. Faktor yang mempengaruhi campur kode dalam film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian harus dibatasi agar fokus terhadap objek yang akan diteliti serta apa yang menjadi tujuan dari penelitian tersebut dapat tercapai. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis bentuk campur kode dalam bentuk kata, frasa, dan klausa yang terdapat pada film Merry Riana Mimpi Sejuta Dollar.

(15)

2. Menganalisis jenis campur kode ke dalam atau ke luar yang terdapat pada film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar.

3. Menganalisis faktor yang mempengaruhi campur kode padafilm Merry RianaMimpi Sejuta Dolar.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi bentuk campur kode dalam bentuk kata, frasa, dan klausa yang terdapat pada film Merry RianaMimpi Sejuta Dolar.

2. Mengidentifikasi jenis campur kode ke dalam atau ke luar yang terdapat padafilm Merry RianaMimpi Sejuta Dolar.

3. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi campur kode pada film Merry RianaMimpi Sejuta Dolar.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang terjadinya campur kode pada film Merry RianaMimpi Sejuta Dolar.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca, khususnya yang masih kurang memahami tentang campur kode dan dunia perfilm-an di Indonesia.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan dan wawasan bagi segenap ilmuan untuk lebih inovatif dalam penelitian yang berhubungan dengan campur kode dan lebih luas lagi yang berhubungan dengan sosiolinguistik.

(16)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep

2.1.1 Campur Kode

Campur kode adalah penggunaan lebih dari satu bahasa antarsetiap penutur yang membuat munculnya persoalan dari segi sosiolinguistik. Campur kode merupakan suatu keadaan penutur mencampur dua bahasa (atau lebih) dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu. Campur kode dapat terjadi dalam situasi non formal sedangkan pada kondisi formal jarang terjadi campur kode.

Campur kode merupakan situasi penggunaan suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai pencampuran bahasa dan pemakaian dua bahasa atau lebih atau dua varian bahasa dalam suatu situasi tertentu. Malah Hill dan Hill dalam Chaer dan Agustina (2004:114) mengemukakan bahwa campur kode adalah sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode. Seorang penutur misalnya menggunakan serpihan-serpihan dari bahasa lain yang bisa berupa kata, frase, dan dalam berbahasa Indonesia menyelipkan bahasa daerahnya, bisa dikatakan telah melakukan campur kode.

Masyarakat Indonesia sering menggunakan peristiwa campur kode dalam kehidupannya sehari-hari. Biasanya, ketika seorang penutur berbicara dalam bahasa Indonesia disisipkan unsur-unsur bahasa daerah atau bahasa asing.

(17)

Sebaliknya, bahasa daerah atau bahasa asing yang digunakan penutur sering juga disisipkan bahasa Indonesia. Banyak masyarakat yang memiliki status pendidikan lebih tinggi juga sering mengunakan peristiwa campur kode. Ketika terjadinya komunikasi seorang penutur sering menggunakan bahasa Indonesia yang disisipkan oleh bahasa asing misalnya bahasa Inggris, Jerman, Belanda dan lain- lain.

2.1.2 Film

Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual dibelahan dunia lain. Film sudah lebih dulu dijadikan sebagai media hiburan dibandingkan dengan siaran radio dan televisi. Dewasa ini film telah menjadi media komunikasi bagi manusia untuk menyampaikan ide-ide dunia nyata. Munculnya film dapat mempengaruhi pola pikir, sikap, bahkan perilaku masyarakat karena film juga merupakan audio visual yang memberikan pesan moral kepada penonton. Pesan tersebut disampaikan melalui dialog antar tokoh seolah-olah nyata melalui akting dari aktor maupun aktris yang berperan dalam film tersebut. Setiap film bersifat menghibur dan membuat penonton berfikir. Sejak pertama kali muncul sampai saat ini film terus mengalami perkembangan baik dari segi teknologi, sarana, prasarana, media bahkan salah satunya tema yang digunakan.

Seiring berkembangnya teknologi dan cara pandang masyarakat maka semakin banyak juga muncul jenis-jenis film. Salah satunya adalah tentang percintaan, dimana tema film seperti ini merupakan film yang sering disenangi oleh masyarakat khususnya remaja saat ini. Banyak tema dalam sebuah film diangkat dari kisah nyata kehidupan seseorang. Namun saat ini sudah banyak film

(18)

8

yang mengangkat tema tentang pendidikan, kehidupan seorang tokoh dan lain-lain.

Film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar merupakan salah satu film yang menceritakan tentang kehidupan seorang tokoh. Dimana film ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak perempuan yang berjuang untuk dapat meraih cita-citanya.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sosiolinguistik

Sosiologi merupakan dua bidang linguistik yang memiliki hubungan erat satu sama lain. Soekanto mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial. Sedangkan linguistik adalah ilmu yang mempelajari struktur bahasa tanpa hirau konteks sosial tempat struktur itu digunakan. Berdasarkan pengertian dari masing masing bidang linguistik tersebut Soekanto menyimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam bahasa yang berkaitan faktor-faktor kemasyarakatan (dalam Umar,2011:13).

Namun Fishman memberikan batasan yang lebih sederhana tentang sosiolinguistik, yakni ilmu yang membahas hubungan pemakai bahasa dengan perilaku sosialnya. Dengan kata lain ia juga menjelaskan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang cirri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsure ini selalu berinteraksi, berubah dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur. Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dan kaitannya dengan penggunaan bahasa

(19)

itu di dalam masyarakat. Kridalaksana mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagaivariasai bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Chaer dan Agustina 2004:2-3).

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari penggunaan bahasa, mulai dari pemberian nama bayi yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah. Ini berarti bahwa sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Oleh sebab itu sosiolinguistik tidak terlepas dari faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa misalnya status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya (Suwito,1983:3).

Sejalan dengan pengertian diatas, menurut Rokhman (2013:1)sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Sosiolinguistik dapat didefenisikan sebagai kajian tentang bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat. Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan kajian antardisiplin yang mengkaji hubungan antara bahasa dengan masyarakat sebagai penutur bahasa yang tidak terlepas dari pemakaian bahasanya.

2.2.2 Bilingualisme

Istilah bilingualisme dapat juga disebut kedwibahasaan. Kedwibahasaan artinya kemampuan/kebiasaan yang dimiliki oleh penutur dalam menggunakan

(20)

10

bahasa. Kedwibahasaan biasanya digunakan bagi mereka yang mampu menguasai bahasa lebih dari satu. Penggunaan bahasa yang dipakai tidak terlepas dari mitra bicara mereka, dimana bahasa yang digunakan sama-sama dimengerti. Selain itu, penggunaan bahasa juga bukan hanya ditujukan kepada penutur bahasa. Namun hal ini juga mengacu pada tujuan dan kondisi berbahasa ketika si penutur berkomunikasi.

Banyak aspek yang berhubungan dengan kajian kedwibahasaan, antara lain aspek sosial, individu, pedagonis,dan psikologi. Secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme, yakni berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Mackey dan Fishman dalam Chaer dan Agustina (2004:84) menyatakan bahwa bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Menurut Mackey dan Fishman, dalam membicarakan bilingualisme tercakup beberapa pengertian, seperti masalah tingkat, fungsi, pertukaran/alih kode, percampuran/campur kode, interferensi, dan integrasi. Untuk dapat menggunakan dua bahasa ,tentunya seorang harus menguasai kedua bahasa tersebut. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (B 1) dan bahasa kedua (B 2) adalah bahasa lain yang dikuasainya selain bahasa ibu.

Dewasa ini sulit ditemukan orang yang hanya menggunakan satu bahasa, karena banyak penutur yang melakukan interaksi dengan orang yang memiliki latar belakang suku, bahasa, dan budaya yang berbeda. Hal inilah yang membuat seorang penutur tidak hanya menggunakan bahasa hanya satu saja atau bahasa ibunya, khususnya mereka yang dapat menguasai beberapa bahasa. Perbedaan

(21)

latar belakang inilah yang menyebabkan timbulnya bilingualisme dalam kehidupan masyarakat. Penutur bahasa yang seperti inilah yang disebut dengan bilingual (dalam bahasa Indonesia juga disebut sebagai dwibahasawan).

Menurut Bloomfield (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2014:23), bilingualisme sebagai penguasaan (seseorang) yang sama baiknya atas dua bahasa.

Pengertian kedwibahasaan selalu berkembang mulai dari pengertian yang ketat sampai kepada pengertian yang longgar. Bloomfield juga memberikan batasan kedwibahasaan sebagai gejala penguasaan bahasa seperti penutur jati (native speaker). Jadi, menurut Bloomfield seorang disebut bilingual apabila dapat menggunakan bahasa pertama atau bahasa ibunya (B1) dan bahasa kedua atau bahasa lainnya (B2) dengan derajat yang sama baiknya.

Kemudian Weinreich mengartikan bilingualisme sebagaikebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian, sedangkan Einar Haugen mengartikannya sebagai kemampuan (seseorang) menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain.

Seiring dengan perkembangan pengertian bilingualisme itu, Mackey (dalam Aslinda dan Syafyahya, 2014:24) mendefinisikan bilingualisme sebagai pemakaian dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur sesuai dengan tingkatan kemampuan yang dimilikinya. Hal yang menonjol adalah adanya persentuhan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Tinggi rendahnya kontak kedua bahasa itu bergantung pada ruang gerak komunikasi penutur kedua bahasa itu.

Dari pengertian beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bilingualisme merupakan kemampuan seorang berkomunikasi dengan

(22)

12

menggunakan lebih dari satu bahasa. Bilingualisme juga dapat terjadi berdasarkan kemampuan penutur menguasai bahasa.

2.2.3 Campur Kode

Campur kode adalah peristiwa percakapan dengan menggunakan dua bahasa secara bersamaan untuk menunjukkan bahwa mereka beralih dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain dalam satu ujaran. Nababan (1986:32) menyatakan bahwa campur bahasa merupakan mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindakan bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu. Seperti yang telah disebutkan bahwa campur kode dapat berupa idiolek, dialek, register, tindak tutur, ragam, dan registrasi, maka unsur-unsur yang bercampur pun dapat berupa varian bahasa maupun bahasa itu sendiri.

Dalam kondisi yang maksimal, campur kode merupakan konvergensi kebahasaan yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing- masing telah meninggalkan fungsinya dari mendukung fungsi bahasa yang disusupinya, Suwito (1985) membedakan unsur – unsur bahasa yang menyusup itu ke dalam dua golongan, masing – masing :

1. Campur kode ke dalam (innercode mixing) bersumber dari bahasa daerah.

2. Campur kode ke luar (outcode mixing) bersumber dari bahasa asing.

2.2.4 Bentuk Campur Kode

Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlihat di dalamnya, menurut Suwito (1983:78) dalam Ayu Lumongga membedakan campur kode menjadi beberapa macam antara lain.

1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata

(23)

Kata merupakan unsur terkecil dalam pembentukan kalimat yang sangat penting peranannya dalam tata bahasa, yang dimaksud kata adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri, terdiri dari morfem tunggal atau gabungan morfem. Bahasa Indonesia memiliki empat kategori kata atau kelas kata, yaitu:

1) kata benda (nomina) 2) kata kerja (verba) 3) kata sifat (adjektiva) 4) kata keterangan (adverbia)

2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa

Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa maksudnya penyisipan unsur frasa yang disisipkan ke dalam kalimat inti. frasa dapat digolongkan menjadi empat yaitu:

1) frasa nominal 2) frasa verbal 3) frasa adjektival 4) frasa preposisi.

3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster

Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda membentuk satu makna. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya penyisipan bentuk baster atau kata campuran menjadi serpihan bahasa yang dimasukinya.

4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata

(24)

14

Perulangan kata merupakan kata yang terjadi sebagai akibat dari reduplikasi. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata artinya pengulangan kata ke dalam bahasa inti dari suatu kalimat.

5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom yaitu penyisipan kiasan dari suatu bahasa serpihan dari bahasa inti yang dimasukinya.

Kridalaksana (1993:80) menyatakan bahwa idiom umumnya di anggap merupakan gaya bahasa yang bertentangan dengan prinsip penyusunan kekomposisian (Principle of Compositionality). Idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya.

6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa

Kluasa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K).

Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada penyisipan kata, frasa, dan klausa. Penyisipan dalam bentuk kata dan frasa seringkali di jumpai dalam tuturan sehari-hari termasuk pada film yang akan di teliti sehingga memudahkan peneliti untuk memperoleh data.

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Campur Kode

Pada film ini tidak hanya terdapat jenis-jenis campur kode, juga terdapat beberapa faktor terjadinya campur kode. Adapun faktor-faktornya karena faktor kesantaian dan kebiasaan.

Menurut Suwito (1985: 75) latar belakang terjadinya campur kode pada dasarnya dikategorikan menjadi dua tipe yaitu tipe yang berlatar belakang sikap

(25)

(attitudional type) dan tipe yang berlatar kebahasaan (linguistic type). Kedua tipe ini sangat bergantung dan tidak jarang saling tumpah tindih (overlap). Faktor yang melatar belakangi terjadinya campur kode antara lain (a) identifikasi peranan, (b) identifikasi ragam, (c) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan eductional. Identifikasi ragam ditentukan olah bahasa, bahwa seorang penutur melakukan campur kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status sosialnya. Namun, keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan, tampak karena campur kode juga menandai sikap dan hubungan terhadap orang lain dan sikap serta hubungan orang lain terhadapnya.

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor terjadinya campur kode adalah : (1) kesantaian atau situasi informal, (2) faktor sosial, (3) kebiasaan, (4) keterbatasan kemampuan linguistik, dan (5) alasan- alasan yang bersifat efektif. Pada film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar ditemukan penyisipan bahasa ketika si penutur berbicara. Hal ini untuk menunjukkan karena adanya status sosial, faktor kebiasaan, serta kemampuan si penutur berbahasa asing maka dapat terjadi campur kode.

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penyebab dari campur kode pada objek yang di teliti. Batasan faktor – faktor penyebab campur kode tersebut adalah kesantaian atau situasi informal, dan faktor kebiasaan.

2.2.6 Jenis Kata

Dalam pembagian jenis kata, Keraf (dalam Muslich, 2008:112) menggolongkan kata bahasa Indonesia berdasarkan bentuk atau struktur morfologinya menjadi empat jenis kata. Dasar bentuk tersebut menyangkut

(26)

16

kesamaan morfem yang membentuk kata dan kesamaan ciri atau sifat dalam membentuk kelompok kata. Berikut jenis-jenis kata tersebut.

1. Kata benda (nomina)

Kata benda adalah segala macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan “yang+katasifat”. Misalnya :

Bunga yang indah anak yang lucu kayu yang panjang buku yang tebal baju yang besar buah yang manis

Maka kata yang bercetak miring di atas dapat di golongkan ke dalam kata benda. Kata benda memiliki sub golongan, yaitu kata ganti, sebab kata ganti mampu menduduki tempat-tempat kata benda dalam hubungan tertentu, serta strukturnya sama dengan kata benda. Di samping kata ganti memiliki, kata benda juga memiliki ciri-ciri tersendiri. Melalui substitusi, kata ganti itu dapat menduduki segala macam fungsi yang dapat diduduki oleh kata benda. Misalnya :

a) Novi pergike Padang. Ia pergike Padang.

b) Ibu memukul Novi. Ibu memukulnya.

c) Nasi di masak Ibu. Itu di masak Ibu.

2. Kata kerja (verba)

Kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata “dengan + kata sifat”. Misalnya :

berlari dengan kencang

bernyanyi dengan kuat

(27)

makan dengan lahap membaca dengan santai 3. Kata sifat (adjektiva)

Kata sifat adalah segala kata yang dapa tmengambil bentuk “se+ reduplikasi + nya”, serta dapat diperluas dengan: paling, lebih, sekali. Apabila kita melihat dari segi bentuk, segala kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa mengambil bentuk se+ reduplikasi kata dasar + nya. Misalnya :

se-hebat-hebat-nya se-kecil-kecil-nya se-lebar-lebar-nya se-kuat-kuat-nya se-luas-luas-nya

Dari segi kelompok kata, kata sifat dapat diterangkan oleh kata paling, lebih, dan sekali. Misalnya :

Paling kecil Lebih Kecil Kecil sekali Paling Panjang Lebih panjang Panjang sekali Paling tinggi Lebih tinggi Tinggi sekali Paling luas Lebih luas Luas sekali Paling kuat Lebih kuat Kuat sekali

4. Kata tugas

Kata tugas adalah segala macam kata yang tidak termasuk salah satu jenis kata, atau menjadi sub golongan jenis-jenis kata di atas. Dilihat dari segi bentuk, pada umumnya kata tugas sulit mengalami perubahan bentuk, atau bahkan tidak

(28)

18

mengalami perubahan bentuk. Ditinjau dari segi kelompok kata, kata tugas hanya memiliki tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata tugas tidak bias menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah kalimat. Contoh kata tugas :di, ke, dari, dan, tetapi, supaya, bagi, sudah, tidak, sebelum, tentang, dengan, akan, oleh, terhadap, bagi.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian campur kode sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, di antaranya Tarihoran (2000) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis campur Kode dalam Majalah Tempo”. Dalam skripsi tersebut Tarihoran membahas bentuk-bentuk campur kode dalam majalah Tempo dan latar belakang penutur menggunakan campur kode. Dikemukakannya bahwa bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam majalah Tempo berupa penyisipan unsur-unsur kebahasaan yang berbentuk kata,dan klausa. Dalam skripsi tersebut juga di kemukakan bahwa peranan dan fungsi kebahasaan sangat menentukan di dalam melakukan campur kode tersebut. Peranan yang dimaksud siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak dicapai penutur dengan tuturannya.

Sitepu (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Campur Kode Dalam Majalah Aneka Yess”. Dalam penelitian ini menganalisis tentang bentuk-bentuk campur kode dan pengaruh campur kode terhadap bahasa Indonesia yang terdapat dalam majalah Aneka Yess!. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak, dan teknik yang digunakan adalah teknik catat. Data yang dianggap relevan dicatat dan dikelompokkan berdasarkan jenis kata, frase, pengulangan kata, dan ungkapan kata atau idiom. Metode agih dan padan

(29)

digunakan dalam menganalisis data yang dibantu dengan teknik baca markah.

Untuk mengamati pengaruh campur kode terhadap bahasa Indonesia pada majalah tersebut digunakan teori sosiolinguistik. Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk campur kode yang paling dominan dalam penelitian ini adalah bentuk kata, sedangkan pengaruh campur kode yang paling dominan adalah pengaruh interferensi. KBBI (2008 : 1470) tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidik iatau mempelajari). Pustaka adalah kitab buku, buku primbon (KBBI, 2008 : 1121).

Pasaribu (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “CampurKode pada Lirik Lagu Pop Indonesia”. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode simak dan teknik yang digunakan adalah teknik catat dan objek penelitian merupakan lirik lagu pop Indonesia.Data dan sumber data merupakan data tertulis. Data yang dianggap relevan dicatat dan dikelompokkan berdasarkan jenis kata, frase, bentuk baster, klausa dan pengulangan kata. Untuk mengamati gejala campur kode pada lirik lagu tersebut digunakan teori sosiolinguistik.Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk campur kode yang terdapat pada lirik lagu pop Indonesia adalah campur kode kata benda, campur kode kata verba, campur kode kata sifat atau adjektiva, campur kode kata seru atau interjeksi, campur kode frase nominal, campur kode frase verbal, campur kode frase adjektiva, campur kode klausa nominal, campur kode klausa verbal, campur kode klausa adjektiva, campur kode bentuk baster, dan campur kode bentuk pengulangan kata.

Ramawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Campur Kode pada Tuturan Sehari-hari di Desa Tanjung Langkat”. Dalam penelitian tersebut

(30)

20

membahas tentang bentuk-bentuk dan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam tuturan sehari-hari masyarakat di desa TanjungLangkat. Penelitian ini menggunakan metode simak liba cakap dan metode padan, kemudian teknik yang digunakan adalah teknik libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sosiolinguistik, Bilingualisme, dan Campur Kode. Hasil analisis penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk- bentuk campur kode adanya berbentuk penyisipan kata, penyisipan frase, penyisipan klausa, dan penyisipan pengulangan kata.

Penelitian campur kode sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya Tarigan (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam Dialog Sinetron Ganteng-ganteng Serigala”. Pengumpulan data dalam skipsi ini dilakukan dengan metode simak yang didukung dengan teknik bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat sedangkan penganalisisan data menggunakan metode padan yang didukung dengan teknik pilah unsure penentu (teknik PUP) pembeda larik tulisan dan teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) pembeda referen. Teori yang digunakan dalam menganalisis data adalah teori campur kode yang dikemukakan oleh suwito. Hasil penelitian terdapat beberapa bentuk campur kode yang ada dalam sinetron Ganteng-ganteng Serigala yaitu (1) campur kode yang berwujud kata, (2) campur kode yang berwujud frasa, (3) campur kode yang berwujud baster, (4) campurkode yang berwujud pengulangan kata, dan (5) campur kode yang berwujud klausa. Ada tiga jenis campur kode yang terdapat dalam sinetron tersebut yaitu campur kode ke dalam, campur kode ke luar dan campur kode ke dalam dan ke luar.

(31)

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Data adalah kenyataan yang ada, yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran atau penyelidikan (Alwi. 2002:319). Data penelitian ini bersumber dari film Merry RianaMimpi Sejuta Dolar. Film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar di rilis pada 24 desember 2014 yang di produseri oleh Dhamo Punjabi dan Manoj Punjabi, di sutradarai oleh Hestu Saputra dan ditulis oleh Alberthene Endah. Film ini berdurasi 1 jam 45 menit.

Berkaitan dengan film tersebut sudah tidak ditayangkan di Bioskop dan TV. Oleh sebab itu, data yang diteliti akan diperoleh dari youtube dan DVD. Data yang diambil dalam film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar berupa kata-kata dari bahasa lain (di luar bahasa Indonesia formal) yang masuk ke dalam kalimat tuturan para tokoh. Tuturan itu berupa dialog antar tokoh yang bermain dalam film tersebut. Penggunaan bahasa pada film ini memiliki beberapa bahasa asing selain bahasa Indonesia yang menimbulkan campur kode dalam peristiwa percakapan tersebut.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian diperlukan sejumlah data sebagai bahan penelitian. Untuk memperoleh data tersebut maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak. Penyimakan atau metode simak itu diwujudkan

(32)

22

dengan penyadapan (Sudaryanto 2015:203). Metode simak dilakukan dengan penyimakan penggunaan bahasa. Dengan menggunakan metode ini peneliti akan menyimak data yang terdapat dalam film Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar.

Metode simak juga didukung oleh teknik dasar yaitu teknik sadap. Teknik sadap merupakan teknik dasar yang dipakai peneliti untuk mendapatkan data pada objek peneltian. Selain menggunakan teknik dasar, peneliti juga menggunakan beberapa teknik lanjutan, yaitu:

a. Teknik rekam

Teknik ini juga digunakan peneliti untuk melengkapi dan memperkuat data yang dihasilkan. Dengan menggunakan teknik rekam ini maka peneliti dapat mendengarkan kembali data-data yang telah direkam sehingga peneliti tidak kesulitan untuk mengumpulkan data.

b. Teknik catat

Teknik catat ini dilakukan dengan pencatatan data yang berbentuk percakapan atau dialog para tokoh tentang campur kode. Data tersebut kemudian digolongkan berdasarkan jenis kata, misalnya kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Teknik ini dapat membantu peneliti dalam menggolongkan data.

3.3 Metode danTeknikAnalisis Data

Data yang sudah terkumpul akan dianalisis dengan metode atau teknik yang sesuai. Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang telah terkumpul adalah metode padan. Menurut Sudaryanto (2015:15) metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan.

(33)

Metode tersebut didukung dengan teknik pilah. Teknik pilah digunakan untuk memilah data dan menggolongkan berdasarkan jenis kata. Penggolongan ini dilakukan agar dapat menganalisis data dari sinetron film Merry Riana :Mimpi Sejuta Dolar berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan menggunakan daya pilah tersebut, maka dapat diketahui bahwa data itu ada yang berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Demikian juga dengan penyisipan unsur-unsur lainnya yang berwujud frasa, baster, ungkapan atau idiom, dan klausa.

Berikut ini merupakan penggolongan data awal berdasarkan teori yang digunakan,

1. Iren : Ok, gue punya ide sih. Jadi, lo nginap di (1) dorm gue aja.

Berdasarkan contoh di atas, kata yang bercetak miring merupakan campur kode dengan penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kata. Kata „dorm‟ termasuk dalam katabenda. Kata dorm berasal dari bahasa Inggris yang disingkat dari kata dormitory yang berarti „asrama‟.

2. Iren : (2) Good morning sunshine. Ehh gue mau (3) shooping nih, mau ikutan gak?

Berdasarkan contoh di atas, kata yang bercetak miring merupakan campur kode dengan penyisipan unsur-unsur yang berbentuk frasa. Kata good morning sunshine termasuk dalam kata kerja (nomina), berasal dari bahasa Inggris yang berarti „selamat pagi sinar matahari‟. Berbeda halnya dengan kata shooping termasuk dalam kata kerja (verba), berasal dari bahasa Inggris yang berarti

„belanja‟.

(34)

24

Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah karena adanya hubungan timbal balik antara peranan (penutur), bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya penutur yang mempunyai latar belakang sosial tertentu, cenderung memilih bentuk campur kode tertentu untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu. Pemilihan bentuk campur kode demikian dimaksudkan untuk menunjukkan status sosial dan identitas pribadinya di dalam masyarakat.

3.4 Metode dan Teknik Penyajian Data

Sudaryanto menjelaskan bahwa metode dan teknik penyajian data dibagi atas dua metode, yaitu metode formal dan informal. Metode penyajian data formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal sebagai tanda dan lambang- lambang. Sedangkan metode penyajian data informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya.

Hasil penelitian campur kode pada film Merry Riana “Mimpi Sejuta Dolar”

disajikan dengan menggunakan metode informal dan tidak menggunakan lambang-lambang. Metode informal yang digunakan pada penelitian ini untuk menyajikan hasil analisis data yang berupa kata-kata biasa dalam terminologi sosiolinguistik. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata.

(35)

Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian bentuk-bentuk campur kode, jenis campur kode, dan faktor yang mempengaruhi campur kode dalam film Merry Rian “Mimpi Sejuta Dolar”.

4.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode

Ilmu Sosiolinguistik memiliki bentuk-bentuk campur kode yang berkaitan dengan kehidupan manusia dan salah satunya yaitu dalam dunia peran atau perfilman. Dalam film Merry Riana “Mimpi Sejuta Dolar” terdapat beberapa bentuk campur yang dapat mempengaruhi komunikasi antara penutur satu dengan yang lainnya. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaannya, bentuk-bentuk campur kode dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :

4.1.1 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata

Data 1

Iren : Alfa. Hai.

Alfa : Hai Ren.

Iren : Lagi baca apa ? Alfa : Murakami.

Iren : Mmm...Okay, sebenarnya gue lagi butuh bantuan lo. (4) So, gue punya teman, dia lagi butuh (5) guaranter. Mer (memanggil Merry)

Mery : Merry, Merry Riana.

Alfa : Alfa.

(36)

26

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Iren yang mengalami campur kode di mana penutur menyisipkan kata (4) so dan (5) guaranter. Kedua kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata so apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti

„jadi‟ dan kata ini termasuk dalam kata keterangan (adverbia). Sedangkan guaranter termasuk dalam kata benda (noun) yang memiliki arti sebagai

„penjamin‟.

Data 2

Alfa : Gue harus tau dia. (6) Sorry, nama lo siapa tadi ?. Gue harus tau Mery ini gak bakal ngerepotin gue sepanjang kuliah, dan kalau lo mau gue jadi (7) guaranter lo gue butuh kalau lo gak bakal kabur dari gue, harus tau duit lo berapa, sumber keuangan lo siapa, ada pemasukan perbulan atau enggak, gue butuh laporan keuangan lo.

Iren : Emang butuh segitunya ya, Fa?

Alfa : Ini Singapur ren, bukan Jakarta.

Mery : Eee...gue...

Iren : Bentar. Bentar. Fa, sini. Fa, (8) please dong tolongin Mery dan lo taukan di Jakarta lagi ada kerusuhan lagi dan sekarang lebih parah dari yang dulu.

Dia salah satu korbannya, Fa. Tolongin dia, at least sampai orang tuanya datang ke sini.

Pada data di atas terdapat beberapa dialog yang mengalami peristiwa campur kode yaitu kata (6) sorry, (7) guaranter, dan (8) please. Ketiga kata tersebut menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata sorry memiliki arti „maaf‟ dan merupakan kata benda. Kata guaranter memiliki arti „penjamin‟ dan merupakan

(37)

kata benda. Sedangkan please merupakan kata kerja (verba) yang memiliki arti

„tolong‟ atau „mohon‟.

Data 3

Alfa : Hmmm. Gini deh, lo cari kerja dulu buktiin ke gue kalau lo bisa cari duit di sini terus balik lagi ke gue. Kalau lo bisa gue mau jadi (9) guaranter lo.

Mery : (10) No, no, no. Gak bisa dong, kan hari ini pendaftaran terakhir. Gimana dia bisa cari kerjaan secepat itu ?

Alfa : Ya buru-burulah kalau gitu.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Alfa yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (9) guaranter. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata guaranter apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti „penjamin‟.

Kata ini termasuk dalam kata benda (nomina). Sedangkan (10) no diartikan sebagai kata „tidak‟ dan digolongkan ke dalam kata keterangan (adverbia).

Data 4

Alfa : Good job.

Mery : (11) Thanks. Udah telat tapi.

Alfa : Nih, gak diliat dulu isi (12) formnya?

Mery : Alfa.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Mery yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (11) thanks. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata thanks apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti „terima kasih‟.

Kata ini termasuk dalam kata kerja (verba). Dalam percakapan di atas juga

(38)

28

ditemukan dialog Alfa yang mengalami campur kode yaitu (12) form. Kata tersebut merupakan bahasa Inggris yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia.

Kata form apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti „blanko‟

atau „formulir‟. Jenis kata ini termasuk dalam kata benda (nomina).

Data 5

Iren : Kayaknya harus lo lihat dari track record nya deh, paling enggak ada alamat kantornya, (13) mail¸ (14) website.

Mery : Terus kalau misalnya. Ha ha ha. Masa bungkus kado di depan orang yang ulang tahun sih?

Iren : Ini buat Alfa.

Mery : Hah? Emang Alfa ulang tahun hari ini juga?

Iren : Enggak. Pengen beli aja buat dia.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Iren yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (13) mail dan (14) website. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata mail apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti

„surat elekronik‟.Sedangkan kata website dapat di artikan sebagai „situs web‟ atau

„situs internet‟. Kedua kata tesebut di golongkan ke dalam kata benda (nomina).

Data 6

Iren : Hai, fa.

Alfa : Hei.

Iren : Mmmm.

Alfa : Kenapa?.

Iren : Ini buat lo.

(39)

Alfa : Buat apa?.

Iren : Mmm. Gue lagi (15) shopping dan gue lagi iseng nyobain parfum. Pas gue nyium yang ini, gue keinget aja sama lo.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Iren yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (15) shopping. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata shopping apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti „belanja‟.

Kata tersebut di golongkan ke dalam kata kerja (verba).

Data 7

Alfa : Mer.

Mery : Eh, Alfa? Ayok apa?.

Alfa : Gue temenenin cari kerja.

Mery : Gak papa. Gak usah. Gue bisa nyari kerjaan sendiri kok.

Alfa : Temenin, kan gue (16) guaranter lo. Ayok.

Mery : Lo bukannya ada janji sama iren?

Alfa : Masih lama, nanti sore. Ayok.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Alfa yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (16) guaranter. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata guaranter apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti „penjamin‟.

Kata tersebut di golongkan ke dalam kata benda (nomina).

Data 8

Mery : Hai ren.

(40)

30

Iren : Mer.

Mery : Lo bukannya baru (17) shopping kemarin ini?

Iren : Iya. Tapi Alfa kan ngajak ngedate sama gue, jadi dari pada gue bete gue pergi (18) shopping. Tapi setelah gue menghabiskan lima ratus dolar, what ever what, tetap aja gue ngerasa bete.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Mery dan Iren yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (17,18) shopping.

Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata shopping apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti „belanja‟. Kata tesebut di golongkan ke dalam kata kerja (verba).

Data 9

Alfa : Lo ngapain ikut-ikutan beginian? Menurut lo bisa gitu (19) invest $200 dapat $1.000.000 dalam lima tahun. Kalau kayak gitu semua orang juga bisa kaya.

Mery : Cuman orang yang mau gabung dan berusaha cari (20) member banyak yang akan kaya. Thats why i chose you to join. Gue udah cek semuanya fa.

(21) website, (22) email bahkan gue datang ke kantornya, di depan kantornya ada mobil mewah.

Alfa : Lo (23) invest?

Mery : Iya

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Alfa dan Mery yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (19,23) invest, (21) member, (22) website, (23) email. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata invest apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti „berinvestasi‟. Kata tesebut di golongkan ke dalam

(41)

kata kerja (verba). Member dapat diartikan sebagai „anggota‟, website di artikan sebagai „situs web‟ atau „situs internet‟, dan email dapat di artikan sebagai „surat elektronik‟. Ketiga kata tesebut termasuk ke dalam kata benda (nomina).

Data 10

Mery : Jadi ini kerjaan lo, fa?

Alfa : Iya. Tapi seakarang jadi kerjaan lo.

Mery : Gak bisa gini, fa.

Alfa : Bisa mer. Kuliah lo kan masih lama. Lo lebih butuh dari gue. Gue gampang kok cari kerjaan lain, gue mau nyoba di gudang pabrik yang waktu itu. Udahlah mer, gue kan (24) guaranter lo. Kalau lo gak ada kerjaan kan gue juga yang repot kan yah?

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Alfa yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (24) guaranter. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata guaranter apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti „penjamin‟.

Kata tesebut di golongkan ke dalam kata benda (nomina).

Data 11

Alfa : Mer.

Mery : Sebentar, ini (25) reminder. Gimana? Gimana?.

Alfa : Kalau kamu sibuk gak papa kok, lain waktu aja kita ngobrolnya.

Mery : Oh. No no no. Aku cuman lagi kepikiran terus sama kepikiran kita. Dari awal kita mulai bisnis bareng harusnya kita lebih.

Alfa : Lebih apa?.

(42)

32

Mery : Lebih berani.

Alfa : Berani?

Mery : Tadi (26) reminder perusahaan Air Lines ini udah sampe seharga ini sahamnya. Harusnya kita pasang aja di sini. Tapi kan kamu coba yang kecil-kecil dulu, tapi kalau menurut aku kita coba aja (27) invest di sini.

Gimana?

Alfa : Mer, kita udahan aja main sahamnya.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Mery yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (25,26) reminder dan (27) invest.

Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata reminder apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti sebagai „pengingat‟. Kata tesebut di golongkan ke dalam kata benda (nomina).

Sedangkan invest dapat di artikan sebagai „berinvestasi‟ dan termasuk ke dalam kata kerja (verba).

Data 12

Mery : Aku udah bilang aku yang bayar fa.

Alfa : I‟m done with you.

Mery : Alfa, aku akan tetap (28) invest ke perusahaan Air Lines itu. Aku akan segera melunasi student loan aku, biar gak ngebebanin kamu lagi.

Alfa : Okay.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Mery yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (28) invest. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata

(43)

invest apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti sebagai

„berinvestasi‟. Kata tesebut di golongkan ke dalam kata kerja (verba).

Data 13

Mery : Fa.

Alfa : Keep it.

Mery : Tapi ini punya kamu fa, aku gak punya uang untuk bayarin ini.

Alfa : Bukan masalah harganya, kalau ada apa-apa lagi kamu bisa nelfon aku.

Kalau kamu udah lulus dan aku bukan (29) guaranter kamu lagi, kamu boleh balikin.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Alfa yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (29) guaranter. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata guaranter apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti „penjamin‟.

Kata tesebut di golongkan ke dalam kata benda (nomina).

Bentuk campur kode yang terjadi pada film Mery Riana Mimpi Sejuta Dolar di jumpai beberapa penyisipan unsur dalam bentuk kata. Kata yang muncul dalam beberapa dialog tersebut adalah kata benda dan kata kerja. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata tersebut dapat dilihat pada data dibawah ini:

No. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata Jumlah

1 . Kata Benda (Nomina) 16

2 . Kata Kerja (Verba) 12

3 . Kata Adverbia 2

(44)

34

Dari tabel di atas dapat dilihat dan disimpulkan bahwa, saat terjadinya Dialog dalam film Mery Riana Mimpi Sejuta Dolar jenis kata yang sering muncul adalah pertama kata benda (nomina), kedua kata kerja, dan ketiga kata adverbia.

keempat kata adjektiva.

4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Frasa

Data 14

Alfa : Lo di sini pernah kerja ?.

Mery : Enggak.

Alfa : Berarti lo cuman ngarepin biaya sehari-hari dari (30) student loan lo doang?.

Mery : Iya.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Alfa yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (30) student loan. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Kata student loan apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti sebagai

„pinjaman mahasiswa‟. Student loan termasuk kedalam frasa nomina.

Data 15

Iren : Dia butuh (31) work permit kan untuk kerja di sini?

Alfa : Ada kerjaan yang bisa nerima (32) student past. Kalau dia berani ngambil (33) student loan, yah gak bisa manja gini. Kalau gak suka cara gue yah cari yang lain aja.

Mery : Lo pegang uang gue, nih dompet nanti gue isi . Iren : Mer. Mery.

(45)

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Iren dan Alfa yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan kata (31) work permit dan (32,33) student loan. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Work permit apabila di artikan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti sebagai „kartu pelajar‟. Student loan dapat diartikan sebagai „pinjaman mahasiswa‟. Work permit dan student loan termasuk ke dalam campur kode berbentuk frasa nomina.

Data 16

Mery : Kalau gitu gue harus benar-benar ngirit dong? Yah mungkin untuk penduduk asli singapu gampang kali yah kan?.

Iren : Yah yang namanya penduduk asli sih kalau mau ngapa-ngapain di negaranya mereka sendiri pasti lebih gampang mer. Tapi Singapur itu termasuk toleran lohi mean for student kayak kita aja bisa dapat (34) student loan kan? Coba kamu di Indonesia.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Iren yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan (34) student loan. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia.

Student loan dapat diartikan sebagai „pinjaman mahasiswa‟ dan termasuk ke dalam campur kode berbentuk frasa nomina.

Data 17

Papa : Papa sama mama belum bisa nyusul, uangnya belum cair ria.

Mery : Terus sekarang dimana? Di rumah?

Papa : Ini lagi di Semarang di rumah Om Ling nungguin kerusuhan selesai. Kamu

(46)

36

itu tinggal dimana sih?

Mery : Papa jangan kaget yah, pa. Ra akhirnya ambil kuliah di sini, makanya bisa tinggal satu asrama sama Iren. Ria ambil (35) student loan.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Mery yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan (35) student loan. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia.

Student loan dapat diartikan sebagai „pinjaman mahasiswa‟ dan termasuk ke dalam campur kode berbentuk frasa nomina.

Data 18

Iren : Kayaknya harus lo lihat dari(36) track record nya deh, paling enggak ada alamat kantornya, mail,website.

Mery : Terus kalau misalnya. Ha ha ha. Masa bungkus kado di depan orang yang ulang tahun sih?

Iren : Ini buat Alfa.

Mery : Hah? Emang Alfa ulang tahun hari ini juga?

Iren : Enggak. Pengen beli aja buat dia.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Iren yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan (35) track record. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia.

Track record dapat diartikan sebagai „rekam jejak‟. Rekam jejak adalah catatan yang menggambarkan pencapaian nyata seseorang, misalnya prestasi apa saja yang telah didapatnya. Track record termasuk ke dalam campur kode berbentuk frasa nomina.

(47)

Data 19

Alfa : Rata-rata semua kerjaan itu butuh (36) work permit. Kalau ada yang nerima (37) student pass, biasanya kerjaan berat.

Mery : Kerjaan berat?

Alfa : Tahan dikit, tahan dikit ini. Ini kenceng banget ni. Gimana?

Mery : Udah, udah enakan.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Alfa yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan (36) work permit dan (37) student pass.

Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. Work permit dapat diartikan sebagai „izin kerja (surat izin kerja)‟.

Student pass dapat di artikan sebagai „kartu pelajar‟. Keduanya termasuk ke dalam campur kode berbentuk frasa nomina.

Data 20

Mery : Lo punya (38) hard drive kan?

Iren : Ada. Kenapa?

Mery : Gue mau nitip data-data gue. Gue mau jual laptop.

Iren : Hah? Lo ngapain jual laptop? Lo kalau butuh duit ada kok. Lo mau pinjam?

Mery : Enggaklah ren. Gue udah banyak ngutang.

Iren : Ya udah lo mau minjam (39) hard drive nya?

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Alfa yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan (38,39) hard drive. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia.

Hard drive dapat diartikan sebagai „perangkat keras‟. Hard drive (perangkat keras)

(48)

38

ini merupakan alat yang biasa dipakai untuk menyimpan file atau data. Frasa ini termasuk ke dalam campur kode berbentuk frasa nomina.

Data 21

Mery : Fa, gue kira ini awalgue bisa sukses fa. Gue pengen bisa ngelunasin semua (40) study loan sendiri tanpa ngebebani siapa-siapa dan ngandelin siapa- siapa.

Alfa : Iya.

Mery : Gue udah jual laptop papa fa.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Mery yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan (40) student loan. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia.

Student loan dapat diartikan sebagai „pinjaman mahasiswa‟ dan termasuk ke dalam campur kode berbentuk frasa nomina.

Data 22

Mery : Aku udah bilang aku yang bayar fa.

Alfa : I‟m done with you.

Mery : Alfa, aku akan tetap invest ke perusahaan Air Lines itu. Aku akan segera melunasi (41) student loan aku, biar gak ngebebanin kamu lagi.

Alfa : Okay.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Mery yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan (41) student loan. Student loan merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia.

(49)

Student loan dapat diartikan sebagai „pinjaman mahasiswa‟ dan termasuk ke dalam campur kode berbentuk frasa nomina.

Data 23

Mery : Terimakasih ren. Terimakasih banget.

Iren : Mer, justru gue yang makasih sama lo. Lo udah ngajarin gue banyak hal dan gue sebenarnya mau balikin ini ke elo.

Mery : Oh my god. Ini (42) hard drive yang berisi foto keluarga gue kan?

Iren : Iya.

Mery : Terimakasih ren. Lo benar-benar malaikat.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Alfa yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan (42) hard drive. Kata tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia.

Hard drive dapat diartikan sebagai „perangkat keras‟. Hard drive (perangkat keras) ini merupakan alat yang biasa di pakai untuk menyimpan file atau data. Frasa ini termasuk ke dalam campur kode berbentuk frasa nomina. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa tersebut dapat dilihat pada data dibawah ini:

No

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa

Jumlah

1 . Frasa Nomina 15

Dari tabel di atas dapat dilihat dan disimpulkan bahwa, saat terjadinya Dialog dalam film Mery Riana Mimpi Sejuta Dolar sering di jumpai frasa nomina.

4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Klausa

(50)

40

Data 24

Mery : Kalau gitu gue harus benar-benar ngirit dong? Yah mungkin untuk penduduk asli Singapur gampang kali yah kan?

Iren : Yah yang namanya penduduk asli sih kalau mau ngapa-ngapain di negaranya mereka sendiri pasti lebih gampang mer. Tapi Singapur itu

termasuk toleranloh (43) i mean for student kayak kita aja dapat student loan kan? Coba kalau di Indonesia.

Berdasarkan percakapan di atas terdapat dialog Iren yang mengalami campur kode dimana penutur menyisipkan (43) i mean for student. Kalimat tersebut merupakan bahasa asing (Inggris) yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia. I mean for student dapat diartikan sebagai „saya maksud untuk siswa‟.

Apabila di gabungkan dengan beberapa kata berdasarkan contoh di atas, maka akan menghasilkan kalimat „saya maksud untuk siswa kayak kita aja dapat student loan kan?‟. Kalimat tersebut merupakan campur kode berbentuk penyisipan unsur klausa. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa tersebut dapat dilihat pada data dibawah ini:

No

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa

Jumlah

1 . Klausa 15

4.2 Jenis Campur Kode

Suwito (1983: 76) bahwa campur kode menurut asal bahasanya, dapat berupa inner code mixing atau campur kode ke dalam dan outer code mixing atau

Referensi

Dokumen terkait

Horizontal shores (also known as joists) range from small units 1,8 m, to large members 9,0 m, used to carry much heavier loads, usually manufactured from wood or

Agar tanaman kari dapat menjadi tanaman yang bisa direkomendasikan sebagai bagian dari tanaman penghasil minyak atsiri dan potensial untuk dikembangkan sebagai

aktivitas antioksidan produk olahan jambu biji merah berupa selai yang dibuat dengan variasi suhu dan waktu pemanasan yang berbeda menggunakan metode penangkap

Pemeliharaan khusus meliputi pinching, yaitu pembuangan tangkai bunga bagian bawah dengan hanya menyisakan satu kuntum bunga untuk krisan jenis standar, kegiatan ini dilakukan

Selama ini komunikasi yang dilakukan oleh pelaksana kepada penerima kebijakan hanya sebatas informasi yang kaitannya dengan pemungutan pajak air tanah saja,

Kalau pun terjadi sedikit pergeseran di Baduy Luar, namun Suku Baduy secara keseluruhan masih kuat mempertahankan budaya atau adat istiadat di era digital saat ini, karena

PILAR diterbitkan 1 (satu) tahun sebanyak 2 (dua) kali disetiap diawal semester, redaksi PILAR menerima artikel ilmiah dari hasil penelitian, laporan/studi kasus,

Kebermaknaan ini merupakan tujuan utama dari kurikulum tahun 2013 (K.13) bagi terwujudnya perilaku peserta didik yang menjadi aktif, inovatif, interaktif,