• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP

PEREDARAN MAKANAN DAN MINUMAN HALAL

2.1. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

2.1.1. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha

Konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika) atau

consument/konsument (Belanda).Pengertian konsumen dalam perundang-undangan

Belanda menegaskannya sebagai “een natuurlijk persoon die niet handelt in de

uitoefening van zijn beroep of bedriif” (orang alami yang bertindak tidak dalam

profesi atau usahanya).20Secara harfiah arti kata consumer adalah (lawan dari

produsen) setiap orang yang menggunakan barang.21

20

Ahmadi Miru, 2011, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia, Jakarta: Grafindo Persada, hal. 67.

21

Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Sinar Grafika, hal. 22. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Orang yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini wajiblah merupakan orang alami dan bukan badan hukum. Sebab yang dapat memakai, menggunakan dan/atau memanfaatkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan, hanyalah orang alami atau

(2)

Pengertian Konsumen pada umumnya Menurut Undang-Undang Perlindungan

Konsumen sesungguhnya dapat terbagi dalam tiga bagian, terdiri atas:22

1) Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat

barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu.

2) Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang

dan/atau jasa untuk diproduksi (produsen) menjadi barang /jasa lain atau untuk memperdagangkannya (distributor), dengan tujuan komersial. Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha; dan

3) Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna dan/atau pemanfaat barang

dan/atau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

Konsumen (akhir) inilah yang dengan jelas diatur perlindungannya dalam UU

Perlindungan Konsumen tersebut.Konsumen menurut Shidarta,23tidak hanya diartikan

hanya individu (orang), tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir.Pakar masalahkonsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan bahwa para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai

produksi terakhir daribenda dan jasa.24Pengertian pemakai dalam definisi yang

terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) dapat menunjukkan bahwa barang dan/atau jasa dalam rumusan pengertian konsumen

tidak harus sebagai hasil dari transaksi jual beli.25Dari pengertian konsumen Menurut

Pasal 1 ayat (2) tersebut dapat ditemukan unsur-unsurnya sebagai berikut:26

a. Setiap orang

Adalah subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yangberstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa.

b. Pemakai

Istilah pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut sekaligus menunjukkan barang dan/atau jasayang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli.

22

Undang-Undang No. 7 tahun 1996, tentang Pangan yang diundangkan pada tanggal 4 November 1996, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 99.

23

Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, hlm 60.

24

Ibid, hlm. 3.

25

N.H.T Siahaan, 2009, Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung JawabProdukJakarta: Panta rei, hlm 10.

26

(3)

c. Barang dan/atau jasa

Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengartikan barang sebagai setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidakbergerak, baik yang dihabiskan maupun yang tidak dihabiskan, yang dapatuntuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan olehkonsumen

d. Yang tersedia dalam masyarakat berarti barang dan/atau jasa yang

ditawarkankepada masyarakat sudah harus tersedia di pasaran

e. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

hiduplainnya. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk memperluaspengertian kepentingan yang tidak sekedar diajukan untuk diri sendiri dankeluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan bagi orang lainbahkan untuk makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan.

f. Barang dan/atau jasa tidak untuk diperdagangkan.Pengertian konsumen dalam

Undang-Undang Perlindungan Konsumen inidipertegas, yakni hanya konsumen akhir.

Senada dengan pengertian konsumen diatas menurut Susanti Adi Nugroho dapat

terdiri dari 3 pengertian yaitu :27

1) Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasayang

digunakan untuk tujuan tertentu.

2) Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barangdan/atau jasa

yang digunakan untuk diperdagangkan, komersial.

3) Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapatkan barangdan/ataujasa

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hiduppribadinya, keluarga, dan/atau rumah tangganya dan tidak untukdiperdagangkan kembali.

Adapun yang menjadi syarat-syarat Konsumen Menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen adalah:28

a. Pemakai barang dan/atau jasa, baik memperolehnya melalui pembelian

maupun secara cuma-cuma.

b. Pemakaian barang dan/atau jasa untuk kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain dan makhluk hidup lain.

27

Susanti Adi Nugroho, 2008, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, Jakarta: Kenaca Prenada Media Group, hlm. 62.

28

(4)

c. Tidak untuk diperdagangkan.

Perlindungan konsumen sendiri adalah segala upaya yang menjamin kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Salah satu bagian dari hukum konsumen adalah aspek perlindungannya, misalnya bagaimana cara mempertahankan

hak-hak konsumen terhadap gangguan pihak lain.29Janus Sidabalok mengemukakan

ada 4 (empat) alasan pokok mengapa konsumen perlu dilindungi, yaitu sebagai

berikut:30

1. Melindungi konsumen sama artinya dengan melindungi seluruh

bangsasebagaimana diamanatkan oleh tujuan pembangunan nasional menurut UUD NRI Tahun 1945;

2. Melindungi konsumen perlu untuk menghindarkan konsumen dari dampak

negatif penggunaan teknologi;

3. Melindungi konsumen perlu untuk melahirkan manusia-manusia yang

sehatrohani dan jasmani sebagai pelaku-pelaku pembangunan, yang berarti jugauntuk menjaga kesinambungan pembangunan nasional;

4. Melindungi konsumen perlu untuk menjamin sumber dana pembangunanyang

bersumber dari masyarakat konsumen.

Menurut Ali Mansyur, kepentingan konsumen dapat dibagi menjadi empat macam

kepentingan, yaitu sebagai berikut:31

1. Kepentingan fisik;

Kepentingan fisik berkenaan dengan badan atau tubuh yang berkaitan

dengankeamanan dan keselamatan tubuh dan jiwa dalam penggunaan barangdan/atau jasa.Kepentingan fisik ini juga berkaitan dengan kesehatan dankeselamatan jiwa.Kepentingan fisik konsumen ini harus diperhatikan olehpelaku usaha.

2. Kepentingan sosial dan lingkungan;

Kepentingan sosial dan lingkungan konsumen adalah terwujudnya keinginankonsumen untuk memperoleh hasil yang optimal dari penggunaan sumber- sumber ekonomi mereka dalam mendapatkan barang dan jasa yangmerupakan kebutuhan hidup, sehingga konsumen memerlukan informasi

29

Ibid.,hlm. 12.

30

Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 6.

31

(5)

yang benar mengenai produk yang mereka konsumen.Sebab jika tidak maka akanterjadi gejolak sosial apabila konsumen mengkonsumsi produk yang tidakaman.

3. Kepentingan ekonomi;

Kepentingan ekonomi para pelaku usaha untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya adalah sesuatu yang wajar, akan tetapi dayabeli konsumenjuga harus dipertimbangkan dalam artian pelaku usaha jangan memikirkankeuntungan semata tanpa merinci biaya riil produksi atas suatu produk yangdihasilkan.

4. Kepentingan perlindungan hukum.

Kepentingan hukum konsumen adalah akses terhadap keadilan (acces to

justice), konsumen berhak untuk dilindungi dari perlakuan-perlakuan pelaku

usaha yang merugikan.

Di dalam usaha memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen,terdapat beberapa asas yang terkandung di dalamnya.Perlindungan konsumen dilakukan sebagai bentuk usaha bersama antara masyarakat (konsumen), pelaku usaha dan Pemerintah sebagai pembentuk Peraturan Perundang-Undangan yang berkaitan dengan Perlindungan Konsumen, hal ini terkandung dalam ketentuan pasal 2 UUPK. Kelima asas tersebut adalah :

1. Asas manfaat

Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya

dalampenyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungankonsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak diatas pihakyang lain atau sebaliknya, tetapi adalah untuk memberikan kepada masing-masingpihak, pelaku usaha (produsen) dan konsumen, apa yang menjadi haknya.Dengan demikian, diharapkan bahwa pengaturan dan penegakan hukumperlindungan konsumen bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan padagilirannya bermanfaat bagi kehidupan berbangsa.

2. Asas keadilan

(6)

dan pelakuusaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungankonsumen ini, konsumen dan pelaku usaha (produsen) dapat berlaku adil melaluiperolehan hak dan penunaian kewajiban secara seimbang.Karena itu, UUPKmengatur sejumlah hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha.

3. Asas keseimbangan

Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antarakepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupunspiritual.Asas ini menghendaki agar konsumen, pelaku usaha (produsen), dan Pemerintahmemperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan hukumperlindungan konsumen.Kepentingan antara konsumen, pelaku usaha (produsen)dan Pemerintah diatur dan harus diwujudkan secara seimbang sesuai dengan hakdan kewajibannya masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Tidak ada salah satu pihak yang mendapat perlindungan atas kepentingannyayang lebih besar dari pihak lain sebagai komponen bangsa dan Negara.Keseimbangan perlindungan antara pelaku usaha dan konsumen menampakkan fungsi hukum yang menurut Roscoe Pound sebagai saranapengendalian hidup bermasyarakat dengan menyeimbangkan kepentingan- kepentingan yang ada dalam masyarakat atau

dengan kata lain sebagai sarana kontrol sosial.32

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dankeselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatanbarang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akanmemperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi/dipakainya, dan sebaliknyabahwa produk itu tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa danharta bendanya. Karena itu Undang-Undang ini membebankan sejumlahkewajiban yang harus dipenuhi dan menetapkan sejumlah larang yang harusdipatuhi oleh produsen dalam memperoduksi dan mengedarkan produknya.

32

(7)

5. Asas kepastian hukum

Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukumdan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, sertanegara menjamin kepastian hukum.Artinya Undang-Undang ini mengharapkan bahwa aturan-aturan tentang hak dankewajiban yang terkandung di dalam undang-undang ini harus diwujudkan dalamkehidupan sehari-hari sehingga masing-masing pihak memperoleh keadilan.Olehkarena itu, Negara bertugas dan menjamin terlaksananya undang-undang inisesuai dengan bunyinya.

Adapun Tujuan Perlindungan Konsumen, sebagaimana termaksud dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bertujuan :

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untukmelindungi diri;

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dariekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastianhukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha;

f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usahaproduksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dankeselamatan konsumen.

Achmad Ali mengatakan bahwa “ masing-masing undang-undang memiliki tujuan

khusus “.33

33

Achmad Ali, 2002, Menguak Takbir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Cetakan Kedua, Jakarta : PT. Toko Gunung Agung Tbk, (selanjutnya disebut Achmad Ali I), hlm. 25.

(8)

Rumusan tujuan perlindungan konsumen huruf a dan e mencerminkan tujuan hukum mendapatkan keadilan. Sedangkan rumusan huruf a, b, termasuk c dan d serta huruf f mencerminkan tujuan hukum memberikan kemanfaatan, dan tujuan hukum khusus yang diarahkan untuk tujuan kepastian hukum tercermin dalam rumusan huruf d. Pengelompokan ini tidak berlaku mutlak, oleh karena seperti yang dapat kita lihat dalam rumusan pada huruf a sampai dengan huruf f terdapat tujuan yang dapat dikualifikasi sebagai tujuan ganda.

Kesulitan memenuhi ketiga tujuan hukum (umum) sekaligus sebagaimanadikemukakan sebelumnya, menjadikan sejumlah tujuan khusus dalam huruf a sampai dengan huruf f dari pasal 3 tersebut hanya dapat tercapai secara maksimal, apabila didukung oleh keseluruhan subsistem perlindungan yang diatur dalam undang- undang ini, tanpa mengabaikan fasilitas penunjang dan kondisi masyarakat. Unsur masyarakat sebagaimana dikemukakan berhubungan dengan persoalan kesadaran hukum dan ketaatan hukum, yang seterusnya menentukan efektivitas Undang-Undang Perlindungan Konsumen, sebagaimana dikemukakan oleh Achmad Ali bahwa kesadaran hukum, ketaatan hukum dan efektivitas

perundang-undangan adalah tiga unsur yang saling berhubungan.34

Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Ada beberapa caraperlindungan secara hukum, antara lain sebagai berikut :

Agar tujuan hukum perlindungan konsumen ini dapat berjalan sebagaimanaseperti yang telah dicita-citakan, hal ini harus diperkuat oleh kesatuan dari keseluruhan sub sistem yang terkandung dalam undang-undang perlindungankonsumen didukung oleh sarana dan fasilitas yang menunjang.

35

1) membuat peraturan (by giving regulation), yang bertujuan untuk :

a. Memberikan hak dan kewajiban;

b. Menjamin hak-hak para subyek hukum;

2) Menegakkan peraturan (by the law enforcement) melalui :

34

Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Jakarta : Yarsif Watampone,, (selanjutnya disebut Achmad Ali II),1988, hlm. 191.

35

(9)

a. Hukum administrasi Negara yang berfungsi untuk mencegah

(preventif)terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perijinan

dan pengawasan;

b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive)

setiappelanggaran terhadap peraturan-undangan, dengan cara mengenakansanksi hukum berupa sanksi pidana dan hukuman;

c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative,

recovery), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.

2.1.2. Hak dan Kewajiban Konsumen

Hak konsumen dalam artian yang luas ini dapat disebut sebagai dimensi baru hak asasi manusia yang tumbuh dan harus dilindungi dari kemungkinan penyalahgunaan atau tindakan-tindakan sewenang-wenang dalam hubungan kekuasaan yang bersifat horizontal antara pihak produsen dengan konsumennya.Konsepsi generasi keempat ini dapat disebut sebagai Konsepsi Generasi Kedua apabila seluruh corak pemikiran atau konsepsi hak asasi manusia sebelumnya yang bersifat vertikal dikelompokkan sebagai satu generasi tersendiri dalam pertumbuhan dan perkembangan konsepsi hak asasi manusia.Konsepsi Generasi kedua adalah konsepsi hak asasi manusia untuk mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan kebudayaan, termasuk hak atas pendidikan, hak untuk menentukan status politik, hak untuk menikmati ragam penemuan-penemuan ilmiah, dan lain-lain sebagainya.

Secara historis mengenai hak-hak dasar konsumen pertama kali dikemukakan

oleh Presiden Amerika Serikat J.F. Kennedy “Presiden yang pertama kali mengangkat martabat konsumen” saat menyampaikan pidato revolusioner di depankongres (US Congress) pada tanggal 15 Maret 1962 tentang Hak konsumen. Iaberujar, “Menurut definisi, konsumen adalah kita semua. Mereka adalah kelompokekonomi paling besar yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hampir setiapkeputusan ekonomi Publik dan swasta, tetapi mereka hanya sekelompok penting yangsuaranya nyaris tak didengar.”Yang di dalam pesannya kepada Kongres dengan judulA Special Massage of Protection the Consumer Interest. Presiden J.F. Kennedy menjabarkan empat hak

konsumen sebagai berikut:36

1. The right to safety (hak atas keamanan)

36

(10)

2. The right to choose (hak untuk memilih)

3. The right tobe informed (hak mendapatkan informasi)

4. The right tobe heard (hak untuk didengar pendapatnya)

Selanjutnya dalam perkembangannya hak-hak tersebut dituangkan di dalam Piagam Hak Konsumen yang juga dikenal dengan Kennedy’s Hill of Right. Kemudian muncul beberapa hak konsumen selain itu, yaitu hak ganti rugi, hak pendidikan konsumen, hak atas pemenuhan kebutuhan dasar dan hak atas lingkungan yang sehat. Selanjutnya, keempat hak tersebut merupakan bagian dari Deklarasi Hak- hak Asasi Manusia yang dicanangkan PBB pada tanggal 10 Desember 1948, masing- masing pada pasal 3, 8, 19, 21 dan pasal 26, yang oleh Organisasi Konsumen Sedunia

(International Organization of Consumers Union- IOCU) ditambahkan empat hak

dasar konsumen lainnya, hak untuk memperoleh kebutuhan hidup, hak untuk memperoleh ganti rugi, hak untuk memperoleh pendidikan konsumen, hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat.

Masyarakat Eropa (Europese Ekonomische Gemeenschap atau EEG) juga

menyepakati lima hak dasar konsumen sebagai berikut, hak perlindungan

kesehatandan keamanan (recht op bescherming van zijn gezendheid en veiligheid),

hak perlindungan kepentingan ekonomi (recht op bescherming van zijn economische

belangen), hak mendapat ganti rugi (recht op schadevergoeding), hak atas penerangan

(recht op voorlichting en vorming), hak untuk didengar (recht om te worden gehord).

Dua dekade kemudian setelah Kennedy menyampaikan pidato, pada tanggal

15 Maret 1983, maka Hari Hak Konsumen dirayakan untuk pertama kali, dan setelah perjalanan panjang gerakan konsumen sejak pidatonya, hak konsumen akhirnya diterima secara prinsip oleh pemerintah seluruh dunia dalam Sidang Majelis Umum PBB (UN General Assembly) pada tanggal 9 April 1985. Pengakuan hak konsumen dilakukan melalui adopsi UN guidelines for Consumers Protection.Lobi yang konsisten oleh kelompok konsumen berdasarkan Guidelines tersebut merupakan kesinambungan untuk meningkatkan dan memperkuat perlindungan hukum bagi kelanjutan gerakan konsumen di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun di negara maju.Usai Presiden Amerika Serikat John .F. Kennedy sesudah itu, L.B.

Johnson, menambahkan perlu dikembangkan konsep product warranty dan product

(11)

Dan sementara itu, RRC, hak-hak konsumen diakui sebagai hak-hak: (1). To select commodities and service of their own will; (2). To know the real circumstances

of the price, quality, Weight-measurement, function, ect., of commodities and service;

(3). To have guarantees of quality, weigths and measures, price, safety, and hygienes

as stipulated by law; (4). To request receipts for payment in purcahsing

commoditiesand services; (5). To request repairing, replacing, or returning

commodities orservice because of unstatisfactory quality according to the standard

provided by law agreed by the parties, to request compensation when persobal or

property damage is caused thereof; (6). To have other rights as stipulated law. Dalam

catatan, mengenai urutan hak-hak diatas tersebut telah beberapa kali diubah dan tidak

bersifat tunggal untuk seluruh negara tersebut.37

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsibarang dan/atau jasa;

Hak konsumen di Indonesia sebagaimana tertuang dalam pasal 4 UU No. 8Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut :

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barangdan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasayang

digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaiansengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidakdiskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,apabila

barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjianatau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undanganlainnya.

kewajiban konsumen dijelaskan dalam pasal 5 UUPK, yakni :

37

(12)

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian ataupemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumensecara

patut.

2.1.3. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Hak pelaku usaha sebagaimana disebutkan dalam pasal 6 UUPKadalah :

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenaikondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikadtidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukumsengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugiankonsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

kewajiban pelaku usaha diatur dalam pasal 7, yakni :

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminanbarang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan danpemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidakdiskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkanberdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba

barangdan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yangdibuat dan/atau yang diperdagangkan;

(13)

penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/ataujasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

2.1.4. Larangan Pelaku Usaha

Pasal 8 UUPK, disebutkan larangan-larangan tentang produksi barang dan/atau jasa, dan larangan memperdagangkan barang dan/atau jasa,antara lain :

1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang

dan/atau jasa yang :

a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan

danketentuan peraturan perundang-undangan;

b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah

dalamhitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barangtersebut;

c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam

hitunganmenurut ukuran yang sebenarnya;

d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau

kemanjuransebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/ataujasa tersebut;

e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,

gaya,mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label

atauketerangan barang dan/atau jasa tersebut;

f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,iklan

atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka

waktupenggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana

pernyataan"halal" yang dicantumkan dalam label;

i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat

(14)

j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalambahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau

bekas,dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barangdimaksud.

3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan

yangrusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasisecara lengkap dan benar.

4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)

dilarangmemperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dariperedaran.

Ketentuan Pasal 14 UUPK yang menyebutkan :

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk :

a. tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;

b. mengumumkan hasilnya tidak melalui media masa;

c. memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;

d. mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.

Dalam memasarkan produknya, pelaku usaha dilarang untuk melakukan cara- cara penjualan dengan cara tidak benar dapat mengganggu secara fisik maupun

psikiskonsumen. Hal ini diatur dalam ketentuan pasal 15 UUPK yang bunyinya : Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa dilarang melakukan dengancara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen.

2.2. Pengertian Makanan dan Minuman

Secara etimologi makan berarti memasukkan sesuatu melalui mulut, sedangkan makanan ialah segala sesuatu yang boleh dimakan.Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam makanan ialah segala sesuatu yang boleh dimakan oleh

manusia atau sesuatu yang menghilangkan lapar.38

38

Abdul Azis Dahlan, et. al., Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve, 1996), Cet. ke-1, hlm. 1071

(15)

Tentang Makanan Daluarsa adalah barang yang diwadahi dan diberikan label yang digunakan sebagai makanan dan minuman manusia, akan tetapi bukan obat.

Minum, secara etimologi berarti meneguk barang cair dengan mulut, sedangkan minuman adalah segala sesuatu yang boleh diminumdalam ensiklopedi

hukum Islam diartikan dengan jenis air atau zat cair yang bisa diminum.39

Konsumen akan memperoleh informasi yang benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi, kualitas mengenai barang/jasa beredar dan dapat menentukan pilihan sebelum membeli atau mengkonsumsi barang dan jasa. Dan setiap orang yang memproduksi atau memasukan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangankan, wajib mencantumkan label, diluar atau didalam kemasan pangan. Serta usaha yang wajib mencantumkan nama dan alamat pangan ialah produsen pangan, importir, pengedar produk pangan. Hal ini bertujuan agar konsumen dapat memperoleh informasi yang lengkap yaitu baik importir pangan yang bersangkutan.Selama produk makanan dan minuman dalam kemasan wajib

mencantumkan tanggal, bulan dan Tahun kadaluarsa. Hal ini agar

konsumenmakanan/minuman dapat mengetahui apakah barang tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak hal ini tertera dalam ketentuan Kadaluarsa menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Ketentuan ini berlaku mengikat tidak hanya pangan yang diproduksi didalam negeri, berlaku juga terhadap pangan yang dimasukan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan.Tujuannya adalah agar informasi tentang pangan dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.Ketentuan Halal Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.Yaitu pelaku usaha wajib mengikuti ketentuan berproduksi secara halal yang di cantumkan dalam label.Untuk mendukung pernyataan halal, produsen wajib memeriksakan pangan pada lembaga pemeriksa yang sudah terakreditasi sesuai ketentuan perUndang-Undangan yang berlaku.Dengan

Dalam buku Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal yang diterbitkan oleh Departemen Agama disebutkan makanan adalah barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh manusia, serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman.

2.3. Tinjauan Umum Tentang Label

2.3.1. Pengertian Label

39

(16)

demikian para konsumen membiasakan diri untuk membaca label tersebut karena dengan mambaca label akan diketahui isi bungkusan /wadah barang tersebut. Karena hampir semua makanan jadiyang dijual di pasaran berada dalam kemasan sehingga konsumen tidak dapat memeriksa apa dan bagaimana keadaan isinya waktu membeli.

Menurut Pasal 1 (3) dari PP No. 69 Tahun 1999 menentukan bahwa yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentukgambar, tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk lain yang disertakan pada pangan,dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada atau merupakan bagian kemasan pangan.Dari pengertian label diatas dapat diketahui bahwa didalam label itu termuat informasi. Informasi mana sangat berguna bagi konsumen, karena dari informasipada label, konsumen secara tepat dapat menentukan pilihan sebelum membeli danatau mengkonsumsi pangan. Informasi pada label tidak hanya bermanfaat bagikonsumen, karena label juga memberikan dampak signifikan untuk meningkatkanefisiensi dari konsumen dalam memilih produk serta meningkatkan kesetiaannyaterhadap produk tertentu, sehingga akan memberikan keuntungan juga bagi pelakuusaha. Sedangkan pangan adalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atauminuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan bakupangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan,dan/atau pembuatan makanan atau minuman.40

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang

Jaminan Produk Halal, produk halal adalah produk yang telah dinyatakan halalsesuai syariat Islam. Labelisasi halal sifatnya sukarela, kecuali untuk makanan haji itu sifatnya wajib.Sertifikat halal adalah pengakuan kehalalan suatu produk yang dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal yang selanjutnya

disingkat BPJPH.41

Menurut Disperindag Kabupaten banjar bahwa “Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merk produk, bahan baku, ukuran,bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, berat isi bersih (netto), aturan pakai, akibat sampingan dan nama alamat

40

Pasal 1 angka (1) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan

41

(17)

usaha serta keterangan untuk penggunaan menurut ketentuan harus

dipasang/dibuat”.42

Fungsi Label menurut Disperindag Kabupaten Banjar adalah:

Pada dasarnya, umat Islam diwajibkan mengkonsumsi makanan yang halal menurut syariat agama Islam. Untuk itu pencantuman label halal pada produkmakanan sangatlah penting. Hal ini juga ditegaskan dalam Peraturan pemerintahNomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan Pasal 10 ayat (1) : “setiaporang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan menyatakan bahwa pangan tersebuthalal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut danwajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada label.

2.3.2. Fungsi Label

43

a. Merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintahkepada para konsumen

yang berupa pelaksanaan tertibsuatu Undang-Undang bahan makanan dan minuman atauobat. Dalam hal ini pemerintah mewajibkan produsenuntuk melekatkan labe/etiket pada hasil produksinya sesuaidengan peraturan yang tercantum dalam Undang-Undangbahan makan;

b. Dengan melekatkan label sesuai dengan peraturan berartiprodusen

memberikan keterangan yang diperlakukan olehpara konsumen agar dapat memilih membeli serta menelitisecara bijaksana;

c. Merupakan jaminan bahwa barang yang telah dipilih tidakberbahaya bia

digunakan ,untuk megatasi hal ini maka parakonsumen membiasakan diri untuk membaca label terlebihdahulu sebelum membelinya;

d. Bagi produsen label dipergunakan untuk alat promosi danperkenalan terhadap

barang tersebut.

2.3.3. Pengaturan Tentang Label

Pengaturan tentang label didalam perundang-undangan di Indonesia telah diatur Pasal 8 ayat (1) huruf i Undang-UndangPerlindungan Konsumen yang berbunyi: “tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal

42

produk-jaminan-kesehatan diakses tanggal 9 Maret 2015 jam 21.30 WIB).

43

(18)

pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat”. Sejalan dengan Pasal 8 ayat (1) huruf (i) Undang-UndangPerlindungan Konsumen, pengaturan mengenai label diperkuat juga oleh Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label.

2.4. Pengertian Halal

Kata halal berasal dari bahasa Arab yang artinya sesuatu yang diperbolehkan.Adapun dari sisi terminologi, halal adalah sesuatu yang diperbolehkan

oleh Syariat Islam.43F

44

Dengan perkataan lain, halal merupakan setiap sesuatu yang

terbebas dari hal-hal yang diharamkan bagi umat Islam.44F

45

Kata halal memiliki

kesamaan makna dengan mubah dan jâiz.45F

46

Menurut al-Jurjani kata halal memiliki makna kebolehan menggunakan dan memanfaatkan benda-benda serta hal apapun yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti makanan, minuman serta

obat-obatan berdasar pada nash.46F

47

Melalui beberapa firman-Nya, Allah S.W.T memerintahkan manusia untuk mengonsumsi hal-hal yang berstatus halal, di antaranya:

Pertama, Allah berfirman:

ﻥﻳِﺑُﻣ ﱞﻭُﺩَﻋ ْﻡُﻛَﻟ ُﻪﱠﻧِﺇ ۚ ِﻥﺎَﻁْﻳﱠﺷﻟﺍ ِﺕﺍ َﻭُﻁُﺧ ﺍﻭُﻌِﺑﱠﺗَﺗ َﻻ َﻭ ﺎًﺑﱢﻳَﻁ ًﻻ َﻼَﺣ ِﺽْﺭَ ْﻷﺍ ﻲِﻓ ﺎﱠﻣِﻣ ﺍﻭُﻠُﻛ ُﺱﺎﱠﻧﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ

ٌ◌ .

Wahai manusia, makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat

di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, sungguh

syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS al-Baqarah [2]: 168) Kedua, Allah berfirman:

ۖ ُ ﱠﷲ ُﻡُﻛَﻣﱠﻠَﻋ ﺎﱠﻣِﻣ ﱠﻥُﻬَﻧﻭُﻣﱢﻠَﻌُﺗ َﻥﻳِﺑﱢﻠَﻛُﻣ ِﺡِﺭﺍ َﻭَﺟْﻟﺍ َﻥِﻣ ْﻡُﺗْﻣﱠﻠَﻋ ﺎَﻣ َﻭ ۙ ُﺕﺎَﺑﱢﻳﱠﻁﻟﺍ ُﻡُﻛَﻟ ﱠﻝِﺣُﺃ ْﻝُﻗ ۖ ْﻡُﻬَﻟ ﱠﻝِﺣُﺃ ﺍَﺫﺎَﻣ َﻙَﻧﻭُﻟَﺄْﺳَﻳ ِﺏﺎَﺳِﺣْﻟﺍ ُﻊﻳ ِﺭَﺳ َ ﱠﷲ ﱠﻥِﺇ ۚ َ ﱠﷲ ﺍﻭُﻘﱠﺗﺍ َﻭ ۖ ِﻪْﻳَﻠَﻋ ِ ﱠﷲ َﻡْﺳﺍ ﺍﻭُﺭُﻛْﺫﺍ َﻭ ْﻡُﻛْﻳَﻠَﻋ َﻥْﻛَﺳْﻣَﺃ ﺎﱠﻣِﻣ ﺍﻭُﻠُﻛَﻓ

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “apakah yang dihalalkan bagi

mereka?” Katakanlah yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu yang telah kamu latih menurut apa yang Allah ajarkan kepadamu. Maka makanlah apa yang ditangkap untukmu dan sebutlah nama

44

Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam.2001, Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve. hlm.604.

45

Zalina Zakaria. 2008, Tapping into the world halal market: Some discussions on Malaysian Laws and Standards. Shariah Journal.Vol. 16. Edisi Khusus. hlm. 604.

46

Zein,Satria Effendi M. 2005, Ushul Fiqh. Jakarta: Prenada Media. hlm. 60.

47

(19)

Allah (waktu melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah niscaya Allah sangat cepat perhitungan-Nya”(QS al-Mâidah [5]: 4)

Adapun haram secara lughawi berarti sesuatu yang dilarang.Dalam kajian ushul fiqh, haram didefinisikan sebagai sesuatu yang dituntut Syâri’ (pembuat hukum) untuk tidak melakukannya dengan tuntutan yang pasti.M. Quraish Shihab mengartikan haram sebagai sesuatu yang terlarang atau suatu aktivitas mukallaf yang melahirkan

dosa dan dapat mengakibatkan siksa.48Oleh sebab itu, dalam ushulfiqh, haram juga

dimaknai sebagai sesuatu yang diberi pahala bagi orang yang meninggalkannya dan dikenakan dosa serta ancaman bagi orang yang melakukannya.Pada prinsipnya, Allah tidak mengharamkan sesuatu hal tertentu kecuali karena dalam sesuatu tersebut terkandung mudharat bagi yang melakukannya. Dengan demikian setiap hal yang diharamkan oleh Allahl melalui nash, semata-mata untuk kebaikan Umat Islam dan menghindarkan Umat Islam dari konsekuensi negatif yang ditimbulkan oleh berbagai

hal yang diharamkan.49

Secara konseptual, haram dibagi menjadi 2 macam. Pertama,haram li dzatihi(haram karena zatnya). Haram li dzatihi adalah sesuatu yang keharamannya langsung atau sejak semula ditentukan oleh syariat Islam.Keharaman haramli dzatihi merupakan keharaman pada esensi perbuatannya yang mengandung kemudaratan

apabila perbuatan tersebut dilakukan.49F

50

Terdapat beberapa contoh perbuatan yang termasuk dalam kategori haram li dzatihi seperti:Memakan bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembeli atas nama selain Allah, yang tercekik, yang

dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang puas kecuali yang sempat disembelih. Sebagaimana firman Allah:

َﻝَﻛَﺃ ﺎَﻣ َﻭ ُﺔَﺣﻳ ِﻁﱠﻧﻟﺍ َﻭ ُﺔَﻳﱢﺩَﺭَﺗُﻣْﻟﺍ َﻭ ُﺓَﺫﻭُﻗ ْﻭَﻣْﻟﺍ َﻭ ُﺔَﻘِﻧَﺧْﻧُﻣْﻟﺍ َﻭ ِﻪِﺑ ِ ﱠﷲ ِﺭْﻳَﻐِﻟ ﱠﻝِﻫُﺃ ﺎَﻣ َﻭ ِﺭﻳِﺯْﻧِﺧْﻟﺍ ُﻡْﺣَﻟ َﻭ ُﻡﱠﺩﻟﺍ َﻭ ُﺔَﺗْﻳَﻣْﻟﺍ ُﻡُﻛْﻳَﻠَﻋ ْﺕَﻣﱢﺭُﺣ

Shihab.M.Quraish. 2008, Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. hlm. 496. Lihat juga M. Quraish Shihab. 2008, Lentera Al-Qur’an; Kisah Dan Hikmah Kehidupan. Bandung: PT Mizan Pustaka. hlm. 334.

49

Muslih, Abdullah dan Salah al-Sawi.tt.Memahami Aqidah, Syariat dan Adab.terj. Ahmad Amin Sjihab, Amir Hamzah dan Hanif Yahya. ttp.:t.p. hlm. 348.

50

(20)

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang

disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan”(QS al-Mâidah [5]: 3)

Meminum khamr,50F

51

berjudi, (berkurban untuk) berhala dan mengundi nasib dengan anak panah. Sebagaimana firman Allah l:

ﻥﻭُﺣِﻠْﻔُﺗ ْﻡُﻛﱠﻠَﻌَﻟ ُﻩﻭُﺑِﻧَﺗْﺟﺎَﻓ ِﻥﺎَﻁْﻳﱠﺷﻟﺍ ِﻝَﻣَﻋ ْﻥِﻣ ٌﺱْﺟ ِﺭ ُﻡ َﻻْﺯَ ْﻷﺍ َﻭ ُﺏﺎَﺻْﻧَ ْﻷﺍ َﻭ ُﺭِﺳْﻳَﻣْﻟﺍ َﻭ ُﺭْﻣَﺧْﻟﺍ ﺎَﻣﱠﻧِﺇ ﺍﻭُﻧَﻣﺁ َﻥﻳِﺫﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,

(berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah, termasuk perbuatan syaitan maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”(QS al-Mâidah [5]: 90)

Berzina. Sebagaimana firman Allah:

ﺍ ًﻝﻳِﺑَﺳ َءﺎَﺳ َﻭ ًﺔَﺷِﺣﺎَﻓ َﻥﺎَﻛ ُﻪﱠﻧِﺇ ۖ ﺎَﻧﱢﺯﻟﺍ ﺍﻭُﺑَﺭْﻘَﺗ َﻻ َﻭ

Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan

yang keji dan suatu jalan yang buruk.”(QS al-Isra [17]: 32)

Kedua,haram li ghairihi (haram karena yang lain). Haram li ghairihi adalah sesuatu yang dilarang bukan karena esensinya sebab secara esensi tidak mengandung larangan dan kemudaratan, namun karena dilakukan dalam kondisi tertentu yang terlarang,

maka status hukumnya menjadi haram.51F

52

Contoh dari haram li ghairihi adalah melakukan transaksi jual beli pada saat adzan shalat Jum’at berkumandang.Jual beli

pada prinsipnya diperbolehkan52F

53

namun status hukumnya menjadi haram jika transaksi jual beli dilakukan pada saat adzan shalat Jumat berkumandang. Sebagaimana firman Allah:

ْﻡُﺗْﻧُﻛ ْﻥِﺇ ْﻡُﻛَﻟ ٌﺭْﻳَﺧ ْﻡُﻛِﻟ َٰﺫ ۚ َﻊْﻳَﺑْﻟﺍ ﺍﻭُﺭَﺫ َﻭ ِ ﱠﷲ ِﺭْﻛِﺫ ٰﻰَﻟِﺇ ﺍ ْﻭَﻌْﺳﺎَﻓ ِﺔَﻌُﻣُﺟْﻟﺍ ِﻡ ْﻭَﻳ ْﻥِﻣ ِﺓ َﻼﱠﺻﻠِﻟ َﻱِﺩﻭُﻧ ﺍَﺫِﺇ ﺍﻭُﻧَﻣﺁ َﻥﻳِﺫﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ َﻥﻭُﻣَﻠْﻌَﺗ

51

Imam Abu Hanifah mendefinisikan khamer sebagai jenis minuman yang dibuat dari perasan anggur sesudah dimasak sampai mendidih serta mengeluarkan buih dan kemudian menjadi bersih kembali.Adapun mayoritas ulama termasuk Imam Malik dan Imam Syafi’i mendefinisikan khamer sebagai setiap minuman yang mengandung unsur memabukkan, sekalipun tidak terbuat dari perasan anggur. Salim, Abu Malik Kamal Said. 2010 M.Shahihu Fiqhi Sunnah wa Adilatuhu. Jilid 4.al-Qahirah: Daral-Taufiqiyat Lil Turatst. hlm. 65. Lihat Juga Shihab, M.Quraish. 2011 M.Membumikan Al-Qur’an Jilid 2: Memfungsikan Wahyu Dalam Kehidupan. Tangerang: Lentera Hati. hlm. 171.

52

Syarifudin,Amir. 2009 M.Ushul.hlm. 368.

53

(21)

Hai orang-orang yang beriman, apabila diserukan untuk menunaikan shalat pada

hari jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS al-Jumu’ah [62]: 9)

Pengertian Halal Dalam literatur Pedoman Penyusunan Manual SistemJaminan Halal Bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM) dinyatakan bahwa: “Kebijakan halal merupakan pernyataan tertulis tentang komitmen perusahaan untuk memproduksi produk halal secara konsisten, mencakup konsistensi dalam penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta konsistensi dalam

proses produksihalal sesuai dengan syariat Islam.54

1. Bahan yang dipakai,

2.5. Pengaturan Terkait Produk Makanan dan Minuman Halal di Indonesia

Sebagai bentuk perlindungan bagi konsumen, Pemerintah Indonesia dan Lembaga Legislatif telah membentuk beberapa produk hukum baik pada level UU, Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri maupun peraturan lain. Dalam beberapa peraturan diwajibkan bagi setiap produsen yang memproduksi produk pangan untuk mencantumkan komposisi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan dicantumkannya komposisi yang digunakan dalam kemasan produk, maka konsumen dapat mengetahui terdapat atau tidak bahan-bahan yang diharamkan untuk dikonsumsi. Hal ini sebagaimana diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang mengharuskan produsen memberikan keterangan dalam produknya

sebagai berikut:

2. Komposisi setiap bahan,

3. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa,

Konsekuensi dari keberadaan aturan terkait pencantuman label sebagaimana tersebut di atas adalah setiap produsen yang memproduksi produk makanan maupun minuman berkeharusan untuk mencantumkan tanda yang berisi bahan-bahan yang dipakai dan komposisi setiap bahan pada produk. Informasi terkait komposisi bahan dalam produksi suatu produk dapat dijadikan sebagai media bagi konsumen untuk mencermati produk tersebut. Jika dalam keterangan tersebut terdapat komposisi yang secara esensi berstatus haram dalam perspektif Hukum Islam, maka menjadi

54

(22)

keharusan bagi konsumen khususya yang beragama islamuntuk tidak mengonsumsinya. Urgensi ketentuan tanda atau label bagi konsumen muslim dalam UU tentang Kesehatan adalah menginformasikan komposisi suatu produk makanan utamanya kepada konsumen, sehingga konsumen muslim dapat mencermati komposisi dari suatu produk yang hendak dikonsumsi.

Penegakan hukum perlindungan konsumen atau penegakan hak-hak konsumen

pada dasarnya hanya dapat dibagi atas tiga hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu:55

a. Hak yang dimaksud untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik kerugian

personal, maupun kerugian harta kekayaan;

b. Hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar;

c. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang

dihadapi.

Sebagaimana diketahui bahwa peraturan perundang-undangan yang bermaksud untuk memberikan perlindungan kepada konsumen tidak hanya terbatas pada UUPK saja melainkan berbagai peraturan perundang-undangan dalam berbagai tingkatan, maka perlu diadakan pengkajian atas berbagai peraturan perundang-undangan tersebut tentang cakupannya dalam memberikan perlindungan kepada konsumen.

Upaya memberikan perlindungan konsumen dari produk haram telah dilakukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan, hanya saja masih dilakukan secara parsial sehingga tidak dirasakan sebagai perlindungan konsumen muslim karena nama peraturan perundang-undangan tersebut tidak secara jelas menyebutkan

perlindungan konsumen, berbeda dari Rancangan Undang-undang Jaminan Produk Halal yang dari namanya sudah tampak bahwa undang-undang itu nantinya akan memberikan perlindungan kepada konsumen, sehingga seolah-olah undang-undang itulah yang merupakan ketentuan perundang-undangan pertama yang memberikan perlindungan hukum kepada konsumen..

Perlindungan konsumen dari produk haram, sebenarnya dapat digolongkan dalam dua golongan besar perlindungan, yaitu perlindungan dari produk yang zatnya haram, dan produk prosesnya haram. Bagi produk yang zatnya haram, apabila produk tersebut merupakan produk utama maka bagi masyarakat akan dengan mudah mengenalinya, tapi yang sering menimbulkan masalah adalah jika zat yang haram

55

(23)

tersebut bukan merupakan produk utama tapi hanya merupakan campuran dari produk utama, karena tidak dengan mudah dapat diketahui oleh konsumen sehingga apabila hal ini yang terjadi maka pada akhirnya akan menimbulkan kegelisahan masyarakat, dan hal inilah yang sering menjadi sorotan media massa. Sebagai contoh adalah produk-produk yang mengandung gelatin yang berasal dari babi.

UUPK merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen.Salah satu bentuk perlindungan terhadap konsumen adalah perlindungan kesehatan yaitu perlindungan terhadap manusia agar kesehatannya tidak menurun / hartanya tidak berkurang sebagai akibat penggunaan produk. Perlindungan ini sangat penting bagi konsumen sehingga perlu bagi setiap konsumen. Begitu pentingnya hal ini maka dalam Organisasi Perdagangan Dunia/WTO diajadikan suatu bahasan tersendiri, yaitu Persetujuan tentang Pelaksanaan Tindakan Perlindungan Kesehatan Manusia, Hewan dan Tumbuh-tumbuhan (selanjutnya disebut perlindungan kesehatan manusia), yang mana salah satu ketentuan yang terkandung di dalamnya adalah perlindungan kesehatan manusia

yang didasarkan pada bukti ilmiah.56

a. pangan telah diuji dan atau diperiksa serta dinyatakan lulus dari segi

keamanan, mutu dan atau gizi oleh instansi yang berwenang di negara asal; Ketentuan dalam perjanjian internasional yang menghendaki perlindungan kesehatan manusia didasarkan pada bukti ilmiah dimaksudkan agar suatu negara anggota tidak memperlakukan secara berlebihan terhadap produk negara lain dengan dalih tindakan perlindungan kesehatan manusia.

Apabila dikaitkan dengan UUPK, maka dalam UUPK tidak ditemukan ketentuan yang khusus menyebutkan bahwa untuk melindungi kesehatan konsumen, tapi hanya

menyebutkan kata keamanan dan keselamatan konsumen pada uraian tentang asas perlindungan konsumen dan hak konsumen, tanpa uraian lebih lanjut, namun ketentuan yang lebih dapat menjabarkan prinsip perlindungan kesehatan/harta konsumen tersebut dapat dilihat dari berbagai ketentuan hukum yang pada dasarnya juga dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen, di antaranya adalah Pasal 36 dan Pasal 37 UU No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, yang pada intinya melarang memasukkan dan mengedarkan pangan ke dalam wilayah jika tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan, dan untuk itu pemerintah dapat menetapkan persyaratan bahwa:

56

(24)

b. pangan dilengkapi dengan dokumen hasil pengujian dan atau pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan atau

c. pangan terlebih dahulu diuji dan atau diperiksa di Indonesia dari segi

keamanan, mutu, dan atau gizi sebelum peredarannya.

Ketentuan tentang tindakan perlindungan kesehatan manusia tidak hanya berlaku terhadap produk impor, namun juga terhadap produk pangan lokal, sehingga setiap orang dilarang mengadakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi

persyaratan sanitasi.57

Undang-undang Pangan, yang dalam Pasal 30 menentukan bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan yang memuat keterangan sekurang-kurangnya mengenai: nama

Selain dalam Undang-undang Pangan, ketentuan perlindungan kesehatan manusia melalui pengamanan makanan dan minuman juga dikenal dalam UUU N0. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 21 bahwa Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standar dan atau persyaratan kesehatan dan Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yang berisi bahan yang dipakai; komposisi setiap bahan; tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa; serta ketentuan lainnya. Apabila makanan dan minuman tidak memenuhi ketentuan standar dan atau persyaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan maka dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan undang-undang yang disebut terakhir ini walaupun tidak secara tegas disebutkan berlaku untuk produk impor, namun ketentuan tersebut harus dipahami sebagai ketentuan yang berlaku baik terhadap produk impor maupun produk lokal.

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang telah disebutkan, tampak bahwa ketentuan dalam perjanjian internasional yang ditetapkan dalam GATT/WTO, sesuai dengan ketentuan hukum perlindungan konsumen yang terdapat dalam kedua undang-undang tersebut.

57

(25)

produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia; keterangan tentang halal; serta tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa. Selain itu pemerintah dapat menetapkan keterangan lain yang wajib atau dilarang untuk dicantumkan pada label pangan.

Khusus mengenai Pasal 30 ayat (2) huruf e dalam penjelasan Undang-undang Pangan disebutkan bahwa keterangan halal untuk suatu produk pangan sangat penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam. Namun pencantumannya pada label pangan baru merupakan kewajiban apabila setiap orang yang memproduksi pangan dan atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan menyatakan bahwa pangan yang bersangkutan adalah halal bagi ummat Islam. Hal yang sama juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Keterangan halal tersebut dimaksudkan agar masyarakat (ummat Islam) terhindar dari mengonsumsi pangan yang tidak halal (haram).

Perlindungan kesehatan manusia dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, tentu dengan mudah dapat diterima oleh para anggota, namun diperlukan pula suatu tindakan perlindungan kesehatan (rohani) yang walaupun secara ilmiah sulit (bahkan mungkin tidak dapat) dibuktikan , namun sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan (rohani) atau ketenteraman batin konsumen.Konsumsi daging bagi konsumen di Indonesia yang mayoritas beragama

Islam, walaupun secara ilmiah daging tersebut sehat untuk dikonsumsi, namun konsumen yang beragama Islam masih membutuhkan persyaratan lain yang dapat menenteramkan batinnya. Hal ini perlu diperhatikan, karena salah satu keharusan bagi importir dan/atau pengedar daging yang berasal dari luar negeri adalah mencegah timbul dan menjalarnya penyakit hewan yang dapat ditularkan melalui daging yang diimpor dan/atau diedarkannya, serta ikut bertanggung jawab atas keamanan dan ketenteraman batin konsumen.Untuk menjaga ketenteraman batin konsumen tersebut, maka pemasukan daging untuk konsumsi umum atau diperdagangkan harus berasal dari ternak yang pemotongannya dilakukan menurut syariat Islam dan dinyatakan dalam sertifikat halal.

(26)

hanyalah pencegahan kesehatan manusia yang didasarkan pada bukti ilmiah, sehingga apabila timbul sengketa, masyarakat Indonesia dapat dirugikan, karena di depan pengadilan internasional, suatu negara responden tidak dapat mengemukakan alasan bahwa hukum nasionalnya (bukan konstitusinya) memuat kaidah-kaidah yang bertentangan dengan hukum internasional, dan juga tidak dapat menyatakan ketiadaan suatu ketentuan legislatif atau suatu kaidah hukum interen sebagai pembelaan diri terhadap dakwaan bahwa pihaknya telah melanggar hukum

internasional.58

Salah satu contoh pemberian informasi untuk kepentingan konsumen yang beragama Islam adalah adanya ketentuan bahwa pada wadah atau bungkus makanan yang diproduksi di dalam negeri maupun yang berasal dari impor yang mengandung bahan yang berasal dari babi harus dicantumkan tanda peringatan. Tanda peringatan tersebut harus berupa gambar babi dan tulisan yang berbunyi: “MENGANDUNG BABI” dan harus ditulis dengan huruf besar berwarna merah dengan ukuran sekurang-kurangnya univers medium corp 12, di dalam suatu garis kotak persegi yang

berwarna merah:58F

59

Bagi konsumen, yang penting untuk diperhatikan bukan hanya masalah halal dan haram, tapi juga suatu produk harus baik, karena dalam mengonsumsi suatu produk umat Islam (bahkan juga ummat lain, sesuai bahasa Al-Qur,an) harus memilih makanan yang halal dan baik ( halalanthaiyyibah), sebagaimana ditentukan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an. Di antaranya adalah S. Al-Baqarah ayat 168 sebagai

berikut:

ٌﻥﻳِﺑُﻣ ﱞﻭُﺩَﻋ ْﻡُﻛَﻟ ُﻪﱠﻧِﺇ ۚ ِﻥﺎَﻁْﻳﱠﺷﻟﺍ ِﺕﺍ َﻭُﻁُﺧ ﺍﻭُﻌِﺑﱠﺗَﺗ َﻻ َﻭ ﺎًﺑﱢﻳَﻁ ًﻻ َﻼَﺣ ِﺽْﺭَ ْﻷﺍ ﻲِﻓ ﺎﱠﻣِﻣ ﺍﻭُﻠُﻛ ُﺱﺎﱠﻧﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di

bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Salah satu makanan yang baik adalah makanan yang tidak daluwarsa. Masa daluwarsa suatu produk (tanggal, bulan dan tahun) dicantumkan pada label makanan dimaksudkan agar konsumen mendapat informasi yang jelas mengenai produk yang dibelinya atau dikonsumsinya. Akan tetapi tanggal yang biasanya tercantum pada

58

J.G. Starke, 2010, Pengantar Hukum Internasinal, edisi kesepuluh, terjemahan Bambang Iriana Djajaatmadja, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 114.

59

(27)

label produk tersebut tidak hanya masa daluwarsanya, namun tanggal-tanggal lain.

Beberapa jenis tanggal pada label adalah:60

a. diproduksi atau dikemas tanggal …. (manufacturing or packing date);

b. dijual paling lama tanggal ….. (sell by date);

c. digunakan paling lama tanggal ….. (use by date);

d. sebaiknya digunakan sebelum tanggal ….. (date of minimum durability) atau

(best before)

Pencantuman tanggal daluwarsa pada label produk tersebut bermanfaat bagi konsumen, distributor dan penjual, maupun produsen itu sendiri, yaitu:

a. konsumen dapat memperoleh informasi yang lebih jelas tentang keamanan

produk tersebut;

b. distributor dan penjual makanan dapat mengatur stok barangnya (stock

rotation);

c. Produsen dirangsang untuk lebih menggiatkan pelaksanaan “quality control”

terhadap produknya.

Hanya saja, walaupun telah dicantumkan masa daluwarsa pada kemasan produk, tapi biasanya konsumen sendiri tidak membaca informasi tersebut sehingga menimbulkan kerugian pada konssumen itu sendiri. Apabila hal ini terjadi, maka kesalahan tidak sepenuhnya ada pada pelaku usaha tapi juga pada konsumen sehingga adalah tidak adil kalau kerugian yang timbul sepenuhnya ditanggung oleh pelaku usaha, karena kedua belah pihak melakukan kesalahan, yaitu pihak pelaku usaha

memajang produk yang daluwarsa sedangkan konsumen tidak membaca informasi mengenai masa daluwarsa tersebut, padahal salah satu kewajiban konsumen adalah membaca informasi yang telah disediakan oleh pelaku usaha.

Berkaitan dengan pencantuman tanggal daluwarsa pada label suatu produk, perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi salah pengertian, karena tanggal daluwarsa tersebut bukan merupakan batas mutlak suatu produk dapat dugunakan atau dikonsumsi, karena tanggal daluwarsa tersebut hanya merupakan perkiraan produsen berdasarkan hasil studi atau pengamatannya, sehingga barang yang sudah melewati masa daluwarsapun masih dapat dikonsumsi sepanjang dalam kenyataannya produk tersebut masih aman untuk dikonsumsi, sebaliknya, suatu produk dapat menjadi rusak

60

(28)

atau berbahaya untuk dikonsumsi sebelum tanggal daluwarsa yang tercantum pada label produk tersebut.

Pengertian daluwarsa dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI telah mengalami perubahan, karena berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 346/Men.Kes/Per/IX/1983, pengertian tanggal daluwarsa adalah batas waktu akhir suatu makanan dapat digunakan sebagai makanan manusia, sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985, pengertian tanggal daluwarsa adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk produsen. Ini berarti bahwa pengertian daluwarsa yang sebelumnya adalah use by date diubah menjadi best before. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, walaupun dalam Pasal 27 ditentukan bahwa tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa dicantumkan setelah kata “Baik Digunakan Sebelum”, namun dalam Pasal 28 ditentukan bahwa “dilarang memperdagangkan pangan yang sudah melampauai tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa sebagaimana dicantumkan pada label. Hal ini berarti bahwa Peraturan Pemerintah tersebut memberikan pengertian daluwarsa sama dengan sell by date.

Selain berbagai ketentuan yang bermaksud mencegah terjadinya kerugian bagi masyarakat, pemerintah juga melakukan tindakan segera yang bermaksud mengatasi masalah yang telah terjadi atau mencegah terjadinya masalah kesehatan di Indonesia sebagai akibat masuknya barang-barang berbahaya ke Indonesia.

(29)

2.6. Pengaturan Terkait Produk Pangan Halal di Beberapa Daerah

Menyadari arti penting keberadaan produk hukum yang secara substantif melindungi konsumen Muslim dari produk pangan yang tidak halal, beberapa Pemerintah Daerah di Indonesia membentuk produk hukum, baik dalam wujud Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Gubernur. Keberadaan peraturan tersebut merupakan wujud proteksi bagi konsumen Muslim agar terhindar dari produk pangan yang tidak halal. Beberapa daerah yang telah memiliki produk hukum terkait perlindungan terhadap konsumen khususnya konsumen Muslim tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

2.6.1. Kota Pekan Baru

Perlindungan hukum bagi konsumen muslim terkait produk pangan halal di Kota Pekan Baru diatur dalam Perda Pekan Baru Nomor 7 Tahun 2003 tentang Retribusi rumah potong hewan. Peraturan ini tidak seluruhnya berisi perlindungan hukum bagi konsumen muslim di Pekan Baru. Namun demikian terdapat substansi norma bertalian dengan keharusan bagi pihak yang menyediakan jasa pemotongan hewan untuk melakukan proses pemotongan sesuai dengan ketentuan dalam Hukum Islam serta telah mendapat sertifikat halal dari MUI. Ketentuan ini tidak berlaku bagi pemotongan

hewan yang dikhususkan untuk Umat non Muslim.61

Pembentukan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI) Nomor 158 Tahun 2013 tentang Tata cara sertifikasi halal restoran dan non restoran

dibentuk sebagai pedoman bagi pengusaha restoran dan/atau non restoran yang menyediakan makanan dan minuman yang diperbolehkan menurut Agama Islam untuk mendapat sertifikat halal.

2.6.2. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

62

Pihak yang memiliki otorisasi untuk melakukan sertifikasi halal adalah Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan, dan Kosmetika

(LPPOM) MUI bersama dengan LPPOM MUI DKI.63

61

Pasal 10 Perda Pekan Baru Nomor 7 Tahun 2003 tentang Retribusi Rumah Potong Hewan.

62

Pasal 2 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 158 Tahun 2013 tentang Tata Cara Sertifikasi Halal Restoran dan Non Restoran.

63

Pasal 4 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 158 Tahun 2013 tentang Tata Cara Sertifikasi Halal Restoran dan Non Restoran.

(30)

dinyatakan halal dalam hal permohonan telah memenuhi standar kehalalan; atau (2) restoran dan non restoran dinyatakan tidak halal dalam hal permohonan belum

memenuhi standar kehalalan.64Terhadap restoran dan non restoran yang telah

memiliki sertifikat halal berkewajiban untuk meletakan sertifikat dan logo halal di

tempat yang mudah diketahui oleh konsumen.65Adapun terkait standarisasi kehalalan

dalam peraturan ini sepenuhnya mengacu pada penetapan LPPOM MUI.66

Ketentuan dan pengawasan pada Pasal 30 Undang-undang Perlindungan Konsumen

menyebutkan bahwa:67

1. Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta

penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat.

2. Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan oleh Menteri danatau menteri teknis terkait.

3. Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya

masyarakat dilakukan terhadap barang danatau jasa yang beredar di pasar.

4. Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ternyata

menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan membahayakan konsumen, Menteri danatau menteri teknis mengambil tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Hasil pengawasan yang diselenggarakan masyarakat dan lembaga

perlindungan konsumen swadaya masyarakat dapat disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat disampaikan kepada Menteri dan menteri teknis.

6. Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), ayat (2), dan ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

64

Pasal 4 Ayat (2) Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 158 Tahun 2013 tentang Tata Cara Sertifikasi Halal Restoran dan Non Restoran.

65

Pasal 9 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 158 Tahun 2013 tentang Tata Cara Sertifikasi Halal Restoran dan Non Restoran.

66

Pasal 7 Ayat (2) Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 158 Tahun 2013 tentang Tata Cara Sertifikasi Halal Restoran dan Non Restoran.

67

Referensi

Dokumen terkait

 Jumlah penumpang domestik yang berangkat dari Sumatera Utara melalui Bandara Internasional Kuala Namu selama bulan Maret 2015 mencapai 240.988 orang, atau naik sebesar 8,05

Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan keadaan data ke dalam bentuk kalimat atau uraian sehingga terlihat

Farikhin Syahmari di Desa Gombong Kecamatan Warungpring Kabupaten Pemalang (Studi Analisis Respon Jamaah Pengajian Rutin Sabtunan). Tujuan dari penelitian ini adalah

dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas.. dilengkapi dengan fasilitas rawat inap (DepKes

Penelitian struktur dan komposisi pohon serta karbon tersimpan di Deleng Macik Kawasan Tahura Bukit Barisan Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober

siswa dapat diberi karangan merasa bosan, jika diajak untuk kerja sederhana dalam bahasa In- dalam kelompok kecil terlalu sering; donesiadandiberikata-kata sehingga apa

Adapun faktor-faktor intensi yang mempengaruhi seseorang berperilaku tertentu yaitu sikap terhadap suatu perilaku, norma-norma subjektif dan kmtrol perilaku (dalam

merupakan Sistem operasi berbasis Debian yang dapat bebas dioptimalkan untuk perangkat keras Raspberry Pi , yang dirilis pada bulan Juli 2012.. Gambar 2.2 Diagram blok arsitektur