• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persamaan Arrhenius Dan Energi Aktivasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persamaan Arrhenius Dan Energi Aktivasi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

Nama : Arin Nur Suci H Kelompok : 2

NIM : 4301409008

Prodi/Jurusan : Pend. Kimia/Kimia Dosen : Ir. Sri Wahyuni, M.Si Tanggal Praktikum : 5 Oktober 2011

Teman kerja : Stella Dila A Fina Haziratul Q

PERCOBAAN 3

PERSAMAAN ARRHENIUS

DAN

(3)

LAPORAN

PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

A. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi

2. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius B. Dasar Teori

Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia agar dapat berlangsung. Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung.

Dalam reaksi endoterm, energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dan sebagainya disuplai dari luar sistem. Pada reaksi eksoterm, yang membebaskan energi, ternyata juga membutuhkan suplai energi dari luarbuntuk mengaktifkan reaksi tersebut.

Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda ( membentuk senyawa produk ).

Dalam penyusunan ini, akan ada pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan yang  baru, yang membutuhkan sejumlah energi. Ketika beberapa ikatan reaktan putus dan  beberapa ikatan baru terbentuk, tercapailah suatu keadaan dimana dalam sistem terdapat

sejumlah reaktan dan produk. Keadaan ini kita sebut sebagai transisi kompleks.

Dalam keadaan transisi kompleks, memiliki campuran antara produk dan reaktan yang cenderung kurang stabil, karena produk yang terbentuk dapat membentuk reaktan kembali. Keadaan ini memiliki energi yang cukup tinggi, karena sistem ti dak stabil.

Proses untuk mencapai keadaan transisi kompleks membutuhkan energi yang disuplai dari luar sistem. Energi inilah yang disebut dengan energi aktivasi. Pada reaksi endoterm ataupun eksoterm, keduanya memiliki energi aktivasi yang positif, karena keadaan transisi kompleks memiliki tingkat energi yang lebih tinggi dari reaktan.

Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang menggambarkan pengaruh suhu terhadap konstanta laju reaksi. Persamaan yang diusulkan adalah :

(4)

  

K = konstanta laju reaksi A = faktor freakuensi Ea = energi aktivasi

Persamaan tersebut dalam bentuk logaritma dapat ditulis :

                 

Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering disimbolkan dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi s uhu dan laju reaksi dapat dianalisis dalam bentuk grafik ln k vs 1/T dengan gradien – (Ea/RT) dan intersep ln A. Jika suatu reaksi

memiliki reaktan dengan konsentrasi awal adalah a, dan pada konsentrasi pada waktu t adalah a-x, maka dapat ditulis dalam persamaan :

      

Setelah reaksi berlangsung 1/n bagian dari sempurna, x=a/n dan

  

     

Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut : 1. Suhu

Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.

2. Faktor frekuensi

Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil. Perlu dilihat  bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari energi aktivasi

3. Katalis

Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih rendah.

C. Alat dan Bahan 1. Alat

a. Rak tabung reaksi 1 buah  b. Tabung reaksi 4 buah

(5)

d. Pipet ukur 10 ml e. Stopwatch 2. Bahan a.  Na2S2O8 atau H2O2 0,04 M  b. KI 0,1 M c.  Na2S2O3 0,001 M d. Larutan amilum 1% e. Es batu D. Cara Kerja

a. Menyiapkan sistem sesuai yang tertera di bawah ini : - Tabung 1 berisi 5 ml H2O2 dan 5 ml air

- Tabung 2 berisi 10 ml KI, 1 ml Na2S2O3 dan 1 ml amilum

 b. Kedua tabung reaksi diletakkan dalam gelas piala 600 ml yang berisi air sesuai dengan suhu pengamatan, sampai masing-masing tabung 1 dan tabung 2 suhunya sama sesuai dengan suhu pengamatan, untuk suhu pengamatan 0o-20oC dilakukan dengan bantuan es.

(6)

E. Hasil percobaan

No. Suhu awal Suhu

akhir campuran Rata-rata suhu Waktu reaksi Tabung 1 Tabung 2 Campuran 1. 40oC 40oC 40oC 39oC 39,5oC 9 sekon 2. 35oC 35oC 35oC 36oC 35,5oC 11 sekon 3. 30o 30oC 30oC 29oC 29,5oC 14 sekon 4. 25oC 25oC 25oC 25oC 25oC 19,51 sekon 5. 20oC 20oC 20oC 19oC 19,5oC 23,68 sekon 6. 15oC 15oC 15oC 17oC 16oC 60,19 sekon

No. Rerata suhu 1/T waktu K

1. 39,5oC  9 sekon  2. 35,5oC  11 sekon   3. 29,5oC  14 sekon    4. 25oC  19,51 sekon    5. 19,5oC  23,68 sekon    6. 16oC  60,19 sekon    F. Analisis Data 1. Perhitungan mgrek H2O2 = M . V . val = 0,04 x 5 x 2 = 0,4 mgrek mgrek KI = M . V . val = 0,1 x 10 x 1 = 1 mgrek mgrek Na2S2O3 = M . V . val

= 0,001 x 1 x 1 = 0,001 mgrek (pereaksi pembatas) Mgrek H2O2 yang bereaksi = mgrek Na2S2O3

[]              []           2. Menghitung nilai k

(7)

  [] []   a. t = 9 dt             b. t = 11 dt              c. t = 14 dt               d. t = 19,51 dt             e. t = 23,68 dt              f. t = 60,19 dt               3. Menghitung nilai 1/T a. T = 39,5oC           b. T = 35,5oC          c. T = 29,5oC          d. T = 25oC          e. T = 19,5oC         

(8)

f. T = 16oC          4. Perhitungan Ea

Dari kurva diperoleh persamaan y = -6297 x + 15,75( y = mx + b ) m = -6297           Maka m = - Ea/R Ea = - ( m x R ) = - (-6297 x 8,314) = 52353,258 J/mol = 52,353258 kJ/mol B = intercept = ln A = 15,75 G. Pembahasan

Energi aktivasi dapat ditentukan dengan mengolah data dari grafik hubungan 1/T dan ln k berdasar persamaan Arrhenius yang didapat dar dasar teori. Maka praktikan dapat melakukan percobaan berulang dengan mengukur ln k reaksi dari temperatur yang bervariasi untuk memperoleh data yang akan diolah dalam persamaan tersebut.

Reaksi yang diukur adalah reaksi hidrogen peroksida dengan ion iodida. Dalam hal ini, hidrogen peroksida dicampurkan bersamaan dengan iodide, ion tiosulfat dan amilum.

Penambahan larutan H2O2 berfungsi sebagai oksidator, yaitu mengubah I- menjadi I2.

I- kemudian berikatan dengan Na2S2O3 yang berfungsi sebagai reduktor, I2 berubah kembali

menjadi I-  yang selanjutnya berikatan dengan larutan kanji. Ion iodide dan hidrogen  peroksida akan bereaksi membentuk gas I2, gas tersebut akan bereaksi kembali dengan ion

tiosulfat membentuk kembali ion iodide. Namun, dalam reaksi ini, tidak akan ada yodium yang dibebaskan sampai semua ion tiosulfat habis bereaksi. Dengan tambahan amilum, ion iodide yang terbentuk kembali akan bereaksi dengan amilum dan menghasilkan warna biru  pada larutan. Amilum yang digunakan haruslah amilum yang baru dibuat, karena amilum

yang telah lama dibuat memiliki kemungkinan perubahan struktur karena pengaruh luar.

Perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat apabila reaksi berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi. Pada temperatur yang lebih tinggi, ion-ion pereaksi akan memiliki energi kinetik yang lebih besar. Berdasarkan teori tumbukan, energi kinetik yang lebih besar akan membuat tumbukan antar partikel akan menjadi lebih sering, sehingga reaksi akan lebih cepat berlangsung.

(9)

Disini terlihat adanya penambahan energi kinetik partikel yang dilakukan dengan menaikkan temperatur reaksi, inilah energi yang diberikan dari luar sistem untuk mencapai kondisi transisi seperti yang dijelaskan teori. Energi tersebut akan diukur besarnya ( energi aktivasi ).

Dari hasil pengamatn, dapat diketahui pada suhu tinggi warna biru lebih cepat terlihatdaripada suhu rendah. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi suhunya maka reaksi akan berjalan semakin cepat. Sehingga grafik yang terbentuk adalah garis linear. Selain untuk menunjukkan kebergantungan laju reaksi terhadap temperature, percobaan ini juga dilakukan untuk menentukan energy aktivasi (Ea) yang dibutuhkan untuk reaksi dengan  persamaan Arrhenius serta semakin tinggi suhu maka waktu yang diperlukan untuk bereksi semakin cepat. Sebenarnya pada grafik terjadi penyimpangan pada suhu lebih dari 40oC. Hal ini dimungkinkan karena jika suhunya lebih dari 40oC maka amilum yang ada pada larutan akan rusak atau rusak sebagian, sehingga ion iodide yang terbentuk dari perubahan yodium tidak dapat terdeteksi dengan baik. Pada percobaan yabg dilakukan, didapatkan nila Ea sebesar 52,353258 kJ/mol dan nilai ln A yaitu 15,75

Reaksi yang terjadi:

2H2O2 2H2O + O2

I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6

2-2H2O2 + 2I- + S4O62- I2 + 2H2S2O3+ 2O2

Hasil percobaan ini masih jauh dari sempurna. Hal ini terjadi karena beberapa kesalahan. Antara lain:

y = -6297.3x + 15.757 R² = 0.8838 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035     l   n    K 1/T

Persamaan Arrhenius

(10)

1. Pembuatan larutan yang kurang tepat 2. Alat yang digunakan kurang standart 3. Kurang teliti dalam pengamatan

4. Kurang memahami cara kerja percobaan H. Simpulan dan Saran

- Simpulan

1. Persamaan Arrhenius terbukti bahwa laju reaksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur larutan yang bereaksi.

2. Energi aktivasi dari percobaan ini adalah 52,353258 kJ/mol

3. Penyimpangan hukum Arrhenius mengenai hubungan laju reaksi dan temperatur dapat terjadi apabila

- Saran

Sebaiknya praktikan benar-benar mendalami materi praktikum sehingga dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan dapat memahami proses dan hasil yang diperoleh. I. Daftar Pustaka

Vogel. 1994.  Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Castellan GW. 1982.  Physichal Chemistry. Third Edition. New York : General Graphic Services.

Atkins PW. 1999.  Kimia Fisika. “Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto

Purnomo Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Physichal Chemistry.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2011.  Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik . Semarang : Jurusan Kimia FMIPA UNNES

Semarang, 10 Oktober 2011 Mengetahui,

Dosen Pengampu Praktikan

Ir. Sri Wahyuni, M.Si Arin Nur Suci H  NIM. 4301409008

(11)

Jawaban Pertanyaan

Alasan yang mungkin menyebabkan terjadinya penyimpangan apabila suhu diatas 40oC adalah hal ini dimungkinkan karena jika suhunya lebih dari 40oC maka amilum yang ada pada larutan akan rusak atau rusak sebagian , sehingga ion iodide yang terbentuk dari  perubahan yodium tidak dapat terdeteksi dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi oksidasi minyak ikan tuna ( Thunnus sp) selama penyimpanan dengan menentukan besarnya energi aktivasi (Ea) dan

Persamaan tersebut analog dengan persamaaan garis lurus, yang sering disimbolkan dengan y = mx +c, maka hubungan antara energi aktivasi suhu dan laju reaksi dapat

Guru meminta peserta didik menganalisis soal dan menghitung orde reaksi untuk menentukan persamaan laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan yang ada pada

Penurunan kadar air terhadap variasi pemberian bisulfit dan suhu udara digunakan untuk menentukan nilai konstanta laju pengeringan (k), energi aktivasi (Ea) dan

Dari hasil simulasi kemudian dilakukan perhitungan teoritik besarnya energy aktivasi molekul keadaan eksitasi dan selanjutnya dikorelasikan dengan besarnya

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi oksidasi minyak ikan tuna (Thunnus sp) selama penyimpanan dengan menentukan besarnya energi aktivasi (Ea) dan

Menentukan tetapan laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan 4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan. hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa parameter yang memiliki nilai energy aktivasi terkecil yaitu pH, sehingga dapat digunakan untuk menentukan umur simpan