• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Mini Project Asiii Revisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Mini Project Asiii Revisi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MINI PROJECT

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif dengan Praktek Pemberian ASI Eksklusif di desa Banjarsari,

Sumberbendo dan Mentor Kecamatan Sumberasih”

Oleh :

dr. Sandy Kurnia Permana

Pembimbing : dr. Hariawan DT, M. MKes

PUSKESMAS SUMBERASIH

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO

2014

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang

Pemberian ASI segera setelah lahir atau biasa disebut Inisiasi Menyusui Dini serta pemberian ASI Eksklusif merupakan salah satu dari banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund (UNICEF) bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi (Aprillia, 2009).

ASI merupakan gizi terbaik bagi bayi karena komposisi zat-zat gizi di dalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan tubuh bayi. ASI banyak mengandung unsur-unsur yang membantu proses pencernaan di dalam usus bayi (Widjaja, 2004). Bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif akan berdampak negatif pada kesehatannya. Pemberian makanan tambahan terlalu dini akan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sehingga bayi mudah terkena diare, sembelit, batuk pilek, dan panas. Hal ini akan berujung pada kematian bayi (Kodrat, 2010).

Salah satu faktor utama penyebab rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya ASI (Wahyuningrum, 2007). Ibu-ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka miskin pengetahuan tentang menyusui dan tak mampu memberikan banyak dukungan (Welford, 2001). Hal ini juga didukung oleh pernyataan UNICEF yang menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI serta cara menyusui dengan benar merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua dalam memberikan ASI Eksklusif (Aprillia, 2009).

Pemberian ASI Eksklusif sangat baik bagi ibu, bayi, serta keluarga dan masyarakat. Namun ironisnya, cakupan kedua praktek menyusui tersebut masih sangat rendah. Berdasarkan data SDKI tahun 2007 persentasi bayi yang mulai mendapat ASI dalam 1 (satu) jam setelah dilahirkan sebanyak 43,9%. Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai enam bulan di Indonesia turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan bahwa pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Presentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan enam

(3)

bulan hanya 15,3%. Menurut Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI (2007), kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi dalam bulan-bulan pertama, umumnya dilakukan oleh masyarakat.

Berdasarkan data di puskesmas Sumber Asih pencapaian ibu yang memberikan ASI eksklusif dari tahun ke tahun selalu berada dibawah targer yaitu 80%. Oleh karena itu penulis melakukan survei tentang hubungan pengetahuan pentingnya pemberian ASI eksklusif dengan praktek pemberian ASI eksklusif tersebut.

2 Rumusan Masalah

1 Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif?

2 Bagaimanakah praktek pemberian ASI eksklusif oleh ibu?

3 Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dengan praktek pemberian ASI eksklusif?

3 Tujuan

1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan praktek pemberian ASI Eksklusif.

2 Tujuan Khusus

1 Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif,. 2 Mengetahui praktek pemberian ASI Eksklusif.

3 Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan praktek pemberian ASI Eksklusif.

4 Manfaat

1 Memberikan wawasan tentang pentinganya pemberian ASI eksklusif.

2 Memberikan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pencapaian pemberian ASI eksklusif.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

(4)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan pada satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, indra pendengaran, penciuman, penglihatan, rasa, raba dan sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan (akronim AIETA), yaitu :

1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baik.

5. Adaptation, individu telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan sikap.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut (Notoadmojo, 2003) mempunyai 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (know).

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari dari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spefisik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

(5)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didaklam structur organisasai tersebut dan ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesisi (Senthesis).

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi ( Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Umur

Umur adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki (Notoadmojo,2003).

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan seseorang) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (Notoadmojo,2003).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakuakan ibu untuk memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang berpenghasilan cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap social ekonomi keluarga akan mengganggu dalam pemenuhan nnutrisi anaknya (Notoadmojo,2003). Factor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (Notoadmojo, 2003).

(6)

4. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi. Mempengaruhi kemampuan, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Media informasi untuk komunikasi massa terdiri dari media cetak yaitu surat kabar , majalah, buku. Media elektronik yaitu radio, TV, film, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003).

2.2. Praktik

2.2.1 Pengertian

Praktik atau tindakan (practice) merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2 Beberapa tingkatan Praktik:

Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.

Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

(7)

2.3.1 Pengertian

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes, RI 2005).

Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli U, 2005). Pada tahun 2001 WHO menyatakan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup 4 bulan) sudah tidak berlaku lagi.

2.3.2 Manfaat

Manfaat ASI eksklusif yaitu : 1) Untuk Bayi

Beberapa manfaat ASI untuk bayi yaitu :

 ASI sebagai nutrisi, dimana ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan di sesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai umur 6 bulan.

 ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.

 ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan, dimana dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuiakan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar

(8)

tumbuh optimal. Nutrien-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi.

 ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang, karena bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli, 2005).

2) Untuk Ibu

Selain memberi keuntungan pada bayi, menyusui jelas memberikan keuntungan pada ibu, antara lain :

 Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstriksi atau penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan.

 Mengurangi terjadinya anemia

 Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakn cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil selama ibu memberikan ASI ekskluisf dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan.

 Mengecilkan rahim, dimana kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan membantu rahim ke ukuran semula sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak menyusui.

 Lebih cepat langsing kembali, oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil, dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.

(9)

 Mengurangi kemungkinan menderita kanker, pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker payudara dan indung telur berkurang.

 Lebih ekonomis atau murah, karena dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum susu formulka.

 Tidak merepotkan dan hemat waktu

 Portabel dan praktis, ASI dapat diberikan dimana saj dan kapan saja

 Memberi kepuasan bagi ibu, ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2005).

3) Untuk Negara

Pemberian ASI eksklusif dapat menghemat pengeluaran negara karena hal-hal berikut :

 Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

 Penghematan untuk biaya sakit terutama diare dan sakit saluran nafas.

 Penghematan obat-obatan, tenaga, dan saran kesehatan

 Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara

 Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi bangsa indonesia (Roesli, 2005).

2.3.3 Cara Pemberian

Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan. ASI yang diproduksi pada 1-5 hari pertama dinamakan Kolostum, yaitu cairan kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi, karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral, dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat. Untuk memudahkan pemberian ASI, sebaiknya dilakukan rawat gabung (rooming-in) antara ibu dan bayi baru lahir.

(10)

Sebagai pedoman, pada hari pertama dan kedua, lama pemberian ASI ialah 5-10 menit pada tiap payudara. Pada hari ketiga dan seterusnya lama pemberian ASI adalah 15-20 menit. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Di samping itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi, dan perawatan payudara.

Penyuluhan tentang cara-cara pemberian ASI yang menjamin kelancaran produksi ASI sejak bayi lahir sangat diperlukan ibu, terutama bagi ibu-ibu yang melahirkan untuk pertama kali. ASI dapat terus diberikan hingga anak berumur 2 tahun (Suherni, dkk, 2008).

2.3.4 Komposisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI ini tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, diit ibu (Soetjiningsih, 2005).

Segera setelah melahirkan, air susu ibu yang keluar berwarna kekuning-kuningan, kental dan agak lengket. Air susu ibu ini disebut kolostrum dan ini diproduksi dalam masa kira-kira seminggu pertama. Kemudian setelah itu iar susu yang diproduksi berarna putih. Kolostrum berbeda dengan air susu ibu yang berwarna putih dalam hal kandungan (Suhardjo, 2000).

ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telir, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan lainnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :

 ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan dengan komposisi susu sapi, karena susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak sapi dan ASI disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak manusia.

(11)

 ASI berbeda dari satu ibu ke ibu lain. Komposisi ASI demikian spesifiknya sehingga dari satu ibu ke ibu yang lainnya berbeda. Misalnya, komposisi air susu ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dengan komposisi air susu ibu yang melahirkan cukup bulan, walaupun kedua ibu ini melahirkan pada waktu yang sama.

 Komposisi ASI ternyata tidak tepat dan tidak sama dari waktu ke waktu. Jadi, disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu.

 Komposisi ASI dari satu ibu pun berbeda-beda dari hari ke hari, bahkan dari menit ke menit (Suherni, dkk, 2008).

2.3.5 Masalah-masalah Dalam Menyusui

Beberapa masalah yang sering terjadi dalam menyusui antara lain :

1. Putting susu nyeri atau lecet, yang kebanyakan disebabkan oleh kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi tidak menyusu sampai ke areola dan hanya pada putting susu. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati. Adapun cara mengatasinya yaitu : mulai menyusu pada payudara yang tidak nyeri, susui sebelum bayi merasa sangat lapar agar menghisapnya tidak terlalu kuat, cara melepaskan mulut bayi dari putting susu setelah selesai menyusui yaitu dengan meletakkan jari kelingking di sudut mulut bayi dan keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada putting, angan membersihkan putting dengan sabun atau alkohol.

2. Payudara bengkak, sekitar hari ke 3-4 setelah persalinan, payudara sering terasa lebih penuh atau tegang disertai rasa nyeri. Hal ini terjadi karena ASI tidak disusukan dengan adekuat, sehingga ASI terkumpul dan menyebabkan pembekakan. Cara mengatasinya yaitu susui bayi lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak dan untuk mengurangi rasa sakit, kompres payudara dengan air hangat.

3. Mastitis, dengan tanda-tanda kulit payudara tampak lebih merah, mengeras, nyeri, dan berbenjol-benjol. Adapun cara mengatasinya yaitu dengan tetap menyusui, beri kompres air hangat, pakai bra yang longgar, istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi, banyak minum sekitar 2 liter per hari.

(12)

4. Abses payudara, yang merupakan kelanjutan dari Mastitis yang disebabkan meluasnya peradangan payudara tersebut. Payudara lebih merah dan mengkilat serta terdapat benjolan yang lebih lunak karena berisi nanh. Untuk sementara payudara yang abses tidak disusukan dahulu, segera berobat, setelah sembuh bayi dapat disusukan kembali (Soetjiningsih, 2005).

2.3.6 Tanda Bayi Mendapat Cukup ASI

Ada beberapa kriteria yang dapat menjadi petunjuk kecukupan ASI/PASI pada bayi (Suherni dkk, 2008):

 Sesudah menyusu atau minum bayi tampak puas, tidak menangis dan dapat tidur nyenyak.

 PASI yang diberikan tidak tersisa

 Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu lahir, berat badan waktu lahir tercapai kembali. Penurunan berat badan faali selama 2 minggu sesudah lahir tidak melebihi 10% berat badan waktu lahir.

 Bayi tumbuh dengan baik, pada umur 5-6 bulan berat badan mencapai dua kali berat badan waktu lahir. Pada umur 1 tahun berat badan mencapai tiga kali berat badan waktu lahir. Dapat dilihat pada daftar baku berat badan berdasarkan umur di bawah.

BAB III METODE 3.1 Pengumpulan Data

(13)

Data primer didapatkan dari pembagian kuisioner pada peserta kelas ibu hamil di desa Banjarsari, Sumberbendo dan Mentor. Kuisioner (terlampir) memiliki 16 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang ASI eksklusif dan praktek pemberian ASI eksklusif.

b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari laporan akhir tahun 2013 tiap bidan desa di Kecamatan Sumberasih. Penulis menggunakan data KIA pencapaian ibu yang memberikan ASI eksklusif dan data-data yang berkaitan dengan hal tersebut.

PENCAPAIN ASI EKSKLUSIF

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

(14)

0 1 2 3 4 5 6 7 0 1 1 0 2 1 0 1 1 0 0 7 0 1 1 0 0 3 1 0 1 0 0 7 1 2 2 0 0 0 1 0 0 0 1 7 1 0 0 2 1 1 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

DATA KEMATIAN BAYI, BALITA DAN LM PER DESA

DI PUSKESMAS SUMBERASIH TH 2013

NEO < 7 HR NEO > 7 HR BAYI > 28 HR LM BALITA

(15)

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Ekskklusif Dengan Praktek Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Sampel

Peserta kelas ibu hamil di desa Banjarsari, Sumberbendo dan Mentor

Praktek Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

71% 14% 14%

PENYEBAB KEMATIAN BY > 28 HR

DI PUSKESMAS SUMBERASIH

THN 2013

INFEKSI

KEL BAWAAN

ASPIRASI

3.2 . Desain Penelitian

3.3 . Definisi Operasional Penelitian

(16)

Adalah segala hal yang diketahui ibu tentang ASI, baik pengertian, jenis, manfaat, komposisi dan cara pemberian dengan baik dan benar,di ukur dengan menggunakan kuisioner dengan 9 soal tertutup dan 2 soal pilihan ganda yang diberi alternatif jawaban dan jika jawaban benar maka nilai 1 dan sebaliknya jika jawaban salah maka nilai 0. Poin maksimal yang bisa diraih adaah 16 poin. Tingkat pengetahuan digolongkan dengan kategori :

a Baik apabila 75-100% pertanyaan di jawab dengan benar ( mendapat 12-16 poin)

b Cukup baik apabila 60-75% pertanyaan di jawab dengan benar (mendapat 11-10 poin)

c Kurang baik apabila 40-59% pertanyaan di jawab dengan benar (mendapat 7-9 poin)

d Tidak baik apabila <39% pertanyaan di jawab dengan benar (mendapat<7poin) 2 Praktek Pemberian ASI Eksklusif

Praktek yang dilakukan ibu untuk memberikan ASI saja pada bayi sejak umur 0-6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan lain, diukur dengan kuisioner pertanyaan tertutup sebanyak 4 pertanyaan yang diberi alternatif jawaban, jika jawaban benar maka nilai 1 dan jika jawaban salah maka nilai 0, dengan menggunakan skala nominal dengan kategori :

a Diberi MP-ASI berupa pisang, nasi atau bubur dan susu formula. b Tidak diberi MP-ASI

Sampel , Lokasi dan Waktu Penelitian

Sampel penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil di desa Banjarsari tanggal 29 oktober 2014, desa Sumberbendo tanggal 25 november 2014 dan desa Mentor tanggal 25 november 2014

3.6.1 Pelaksanaan Intervensi.

A Penyuluhan: Memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif, manfaat ASI bagi bayi, ibu dan keluarga serta cara menangani masalah yang mungkin terjadi saat menyusui.

(17)

3.6.2 Evaluasi - Input :

a Jumlah warga yang hadir dalam kelas ibu hamil

b Antusiasme warga saat acara penyuluhan, dilihat dari jumlah dan macam pertanyaan yang diajukan oleh peserta pada sesi tanya-jawab.

c Ketersediaan lembar pretest-post test, alat tulis, dan alat peraga penyuluhan. d Kesiapan tenaga penyuluh.

- Output

a Meningkatnya pengetahuan warga berkaitan dengan materi yang disampaian dalam penyuluhan, dilihat dari hasil post-test yang meningkat ≥60%.

- Outcome

a Meningkatnya pencapaian ibu yang memberikan ASI Eksklusif sehingga mencapai target yakni 80%

(18)

BAB IV HASIL 4.1. Data geografis dan demografis

Luas Wilayah : 3.100.084 Ha Jumlah Desa : 13 Desa Batas Wilayah:

Utara : Kec. Kademangan Selatan : Kec. Wonomerto Barat : Kec. Tongas Timur : Kec. Wonoasih Jumlah Penduduk (2013) : 60.979 jiwa Jumlah KK (2013) : 17.259 KK Laki-laki (2013) : 29.944 jiwa

PETA KECAMATAN SUMBERASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

KEC. WONOM ERTO

K E C . T O N G A S KEC. KADEMANGAN KOTA P ROBOLINGGO SELAT MADURA Km 4 P ROBOLINGGO Banjarsari Lemah Kembar Pesisir Ambulu Sumberbendo Mentor S umur Mati Jangur Muneng Laweyan Muneng Kidul Pohsangit Leres U S Keterangan : Kantor Kecamatan Puskesmas Pustu Kantor Desa Batas Desa Jalan Propinsi GILI KETAPANG

(19)

Perempuan (2013) : 31.035 jiwa Jumlah SMP/MTs : 11 sekolah Distribusi penduduk berdasarkan usia

0-4 5-14 15-44 45-54 55-59 >60 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

GRAFIK DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN USIA KECAMATAN SUMBERASIH TAHUN 2O113

Kelompok usia terbanyak di kecamatan sumberasih adalah kelompok usia produktif 15-44 tahun.

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin

49%

51%

GRAFIK DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN PUSKESMAS SUMBERASIH 2013

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Berdasarkan grafik diperoleh gambaran jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa kesehatan dan pengetahuan wanita tentang kesehatan membutuhkan perhatian lebih pula, terutama kesehatan ibu dan anak.

(20)

4.2. Sumber daya kesehatan yang ada

Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Sumberasih 2013

 Dokter umum : 1 orang

 Dokter gigi : 1 orang

 Bidan induk : 2 orang

 Bidan desa : 12 orang

 Bidan pustu : 5 orang

 Perawat gigi : 1 orang

 Perawat induk : 12 orang

 Perawat pustu : 3 orang

 Perawat Ponkesdes : 6 orang

 Sanitarian : 1 orang

 Juru imunisasi : 1 orang

 Petugas laboratorium : 2 orang

 Pembantu bidan : 1 orang

 Pengelola gizi : 1 orang

 Apoteker : 1 orang

4.3. Sarana pelayanan kesehatan yang ada

Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang ada

 Puskesmas induk : 1 buah

 Puskesmas pembantu : 1 buah

 Polindes : 2 buah

 Ponkesdes : 6 buah

4.2 Hasil Kuisioner

Kuisioner dibagikan pada seluruh ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil di desa Banjarsari tanggal 29 oktober 2014 sebanyak 8 orang, desa Sumberbendo tanggal 25

(21)

november 2014 sebanyak 13 orang dan desa Mentor tanggal 25 november 2014 sebanyak 11 orang

Tabel Karakteristi Umur Responden

Umur (thn) Banjarsari Sumberbend o Mentor Total % 15-19 1 4 3 8 25 20-25 3 5 5 13 41 26-30 2 2 2 6 37,5 31-35 2 1 1 4 12,5 36-40 - 1 - 1 3 Total 8 13 11 32 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kecenderungan umur responden paling banyak sudah termasuk dalam umur yang ideal untuk memperoleh anak yakni umur 20-30 tahun.

Tabel Pendidikan responden

Pendidikan Banjarsari Sumberbend o Mentor Total % SD 5 7 6 18 56,25 SMP 2 5 3 10 31,25 SMA 1 1 2 4 12,5 Total 8 13 11 32 100

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa sebagian besar responden (56,25%) memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD.

Tabel tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif saat pre test Tingkat Pengetahua n Banjarsari Sumberbend o Mentor Total % Baik 1 - - 1 3,125 Cukup baik - 3 4 7 21,875 Kurang baik 5 8 6 19 59,375 Tidak baik 2 2 1 5 15,625 Total 8 13 11 32 100

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa saat pre test tingkat pengetahuan responden tentang ASI eksklusif sebagian besar masih kurang baik (mampu menjawab 40%-59% pertanyaan dengan benar)

(22)

Tabel praktek pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif Banjarsai Sumberbend o Mentor Total % ASI Eksklusif 2 5 4 11 34,375 Non ASI Eklusif 6 8 7 21 65,625 Total 8 13 11 32 100

Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa sebagian besar (65,625%) responden tidak memberikan ASI Eksklusif.

Tabel jenis makanan selain Asi yang diberikan pada bayi 0-6 bulan Makanan Banjarsari Sumberbend

o Mentor Total Pisang 4 3 3 10 Nasi/Bubur 3 3 3 9 Susu Formula 6 3 3 12

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden memberikan makanan selain ASI pada bayi pada usia 0-6 bulan sebagian besar berupa susu formula.

Tabel penyebab responden tidak memberikan ASI Eksklusif

Penyebab Banjarsari Sumberbendo Mentor Total

ASI tidak keluar atau keluar

sedikit 4 6 6 16

Mengikuti tradisi orang tua 1 3 2 6

Mengikuti saran ibu lain

1 - 3 4

Putting ibu lecet atau bengkak 2 4 - 6

Ibu bekerja

(23)

Dari tabel diatas diketahui bahwa penyebab tersering responden tidak memberikan ASI eksklusifdan memberikan makanan tambahan pada bayi usia 0-6 bulan karena ASI tidak keluar atau ASI keluar sedikit.

Tabel hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI Eksklusif dengan praktek pemberian ASI Eksklusif

Tingkat Pengetahua

n

ASI Eksklusif Non ASI Eksklusif %

N % N % Baik 1 3,125 - - 3,125 Cukup Baik 5 15,625 2 6,25 21,875 Kurang Baik 4 12,5 15 46,875 59,375 Tidak Baik 1 3,125 4 12,5 15,625 Total 11 34,375 21 65,625 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semakin baik tingkat pengetahuan responden tentang ASI eksklusif maka semakin tinggi persentase praktek pemberian ASI eksklusif. Tabel tingkat pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif saat post test

Tingkat Pengetahua n Banjarsari Sumberbend o Mentor Total % Baik 4 4 2 10 31,25 Cukup baik 4 6 8 18 56,25 Kurang baik - 3 1 4 12,5 Tidak baik - - - - -Total 8 13 11 32 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa setelah dilakukan penyuluhan tingkat pengetahuan responden meningkat sebagian besar menjadi cukup baik.

BAB V DISKUSI

Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 32 responden yang mengikuti kelas ibu hamil didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 21 orang (65,625%) tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik lebih cenderung untuk melakukan praktek pemberian ASI Eksklusif. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang dan rendah juga ada yang memberikan ASI Eksklusif namun dengan jumlah yang sedikit.

(24)

Meskipun faktor pengetahuan merupakan faktor yang memiliki hubungan yang kuat dengan praktek pemberian ASI Eksklusif namun ada juga faktor lain yang turut mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil kuesioner dan tanya jawab dengan responden ditemukan bahwa faktor utama yang menyebabkan responden tidak memberikan ASI eksklusif karena ASI tidak keluar atau keluar sedikit. Hal ini disebabkan responden tidak mengetahui tentang manajemen laktasi yang merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan beberepa responden yang menyatakan bahwa pada saat pasca persalinan mereka tidak memberikan ASI kepada bayi karena payudaranya tidak menghasilkan air susu. Hal ini bisa diakibatkan karena pada masa kehamilan responden tidak memperhatikan kecukupan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsinya dan responden juga tidak tahu cara-cara yang harus dilakukan agar payudaranya bisa menghasilkan ASI pasca persalinan. cara merangsang keluarnya ASI supaya lancar yaitu dengan pemijatan payudara mulai usia kehamilan tri semester 3. Oleh sebab itu dalam penyuluhan penulis juga menayangkan video cara pemijatan payudara untuk memperlancar ASI. Dengan demikian diharapkan masalah ini bisa teratasi.

Sosial budaya juga turut mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan sebagian responden yang menyatakan bahwa mereka memberikan makanan selain ASI pada bayi mereka usia 0-6 bulan karena mengikuti tradisi orang tua atau mengikuti nasihat ibu lain yang sudah punya anak. Mereka memberikan makanan berupa susu formula, pisang, nasi ataupun bubur pada bayi mereka. Selain itu, ada juga yang beranggapan bahwa bayi mereka tidak akan kenyang jika hanya diberikan ASI saja.

Responden lainnya menyatakan bahwa mereka harus menghentikan pemberian ASI karena puting susu yang luka/lecet dan mereka kurang tahu cara untuk menanganinya. Sedangkan untuk responden yang bekerja, mereka menyatakan bahwa mereka tidak tahu cara memerah dan menyimpan ASI yang baik untuk ditinggalkan di rumah. Hal ini mengakibatkan mereka terpaksa memberikan susu formula kepada bayi karena mereka takut jika ASI yang diperah dan disimpan akan menjadi basi.

Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif akan rentan terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Terutama bayi yang mendapat makanan tambahan selain ASI pada usia sangat dini dimana sistem pencernaan bayi belum siap dengan makanan tersebut. Sehingga rendahnya angka bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif juga berkorelasi dengan meningkatnya angka kejadian infeksi pada bayi dan angka kematian bayi akibat infeksi di kecamatan Sumberasih/

(25)

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa praktek pemberian ASI Eksklusif sangat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya pengetahuan responden. Hal ini didukung dengan teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo) yang menyatakan bahwa perilaku atau kecenderungan orang untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu faktor predisposisi dalam hal ini pengetahuan seseorang.

Berdasarkan nilai-nilai tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan signifikan dengan tingkat kekuatan/keeratan yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan praktek pemberian ASI Eksklusif. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa praktek pembeian ASI Eksklusif di wilayah Kecamatan Sumberasih khususnya desa banjarsari, Sumberbendo dan Mentor masih cukup rendah. Dengan diadakan penelitian ini dan penyuluhan tentang manfaat ASI eksklusif didapatkan pengetahuan responden tentang ASI eksklusif meningkat dari awalnya sebagian kurang baik menjadi cukup baik. Semoga peningkatan pengetahuan ini juga diikuti oleh peningkatan praktek pemberian ASI eksklusif.

(26)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan responden sebelum dilakukan penyuluhan sebagian besar kurang baik yakni sebanyak 59,375 % dan setelah penyuluhan tingkat pengetahuan ibu sebagian besar meningkat menjadi cukup baik yakni sebanyak 56,25%

2. Praktek pemberian ASI Eksklusif masih cukup rendah yaitu sebesar 11 orang (34,375%) dari 32 responden

3. Penyebab responden tidak memberikan ASI Ekslusif yang paling banyak karena Asi tidak keluar atau keluar sedikit

4. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang ASI Eksklusif yang baik lebih cenderung untuk melakukan praktek pemberian ASI Eksklusif

6.2 Saran

Pengetahuan tentang ASI eksklusif sangat dibutuhkan oleh ibu hamil terutama yang sudah masuk trisemester 3 serta ibu yang baru melahirkan. Oleh sebab itu perlu diadakan follow up berupa pelaksanaan kelas ASI bagi mereka secara berkala. Dengan demikian diharapkan tingkat pengetahuan ibu meningkat dan diikuti oleh peningkatan praktek pemberian ASI Eksklusif.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, Yesie, 2009. ASI eksklusif, artinya ASI, tanpa tambahan apapun.

http:// www.unicef.org/indonesia/id/reallives_19398.htmDiakses tanggal 20 nobember 2014

Depkes RI, 2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen.

http://asuh.wikia.com.wiki/ASIeksklusif diakses tanggal 18 November 2014 Kodrat, Laksono. 2010. Dahsyatnya ASI dan Laktasi Untuk Kecerdasan Buah Hati Anda.

Yogyakarta: Media Baca

Notoatmodjo, 2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Pustaka Perkembangan Swadaya Nusantara. Jakarta.

Soetjiningsih, 2005. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta.

Suhardjo, 2000. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Kanisius. Yogyakarta. Suherni., 2014. Kenapa harus ASI Eksklusif

http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/kenapa-harus-asi-ekslusif-6-bulan.htm

diakses tanggal 18 november 2014

Wahyuningrum, 2007. ASI Eksklusif. http://aimi-asi.org/tag/asi-eksklusif/ Diakses tanggal 18 November 2014

Welford, Hearther. 2001. Menyusui Bayi Anda, Jakarta: PT Dian Rakyat.

Widjaja, M. C. 2004. Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita, Jakarta: Kawan Pustaka.

(28)

Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi IDENTITAS IBU 1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : 4. Pendidikan terakhir : 5. Pekerjaan : 6. Jumlah anak :

Centanglah pada kolom benar atau salah yang menurut anda paling tepat

N o Pernyataan Ben ar Sala h 1 Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berarti hanya memberikan ASI saja

pada bayi usia 0-6 bulan

2 ASI saja tidak cukup untuk bayi usia hingga 6 bulan jadi harus ditambah Makanan Pendamping lain atau susu formula

3 ASI yang keluar pertama kali disebut kolostrum

4 ASI esklusif membantu melindungi bayi dari penyakit diare dan penyakit infeksi lain serta alergi

5 Pemberian susu formula atau makanan pendamping lain untuk bayi usia kurang dari 6 bulan dapat membuat bayi lebih gemuk dan sehat

6 Jika ibu sakit sebaiknya tidak menyusui bayinya agar tidak tertular

7 Konsumsi daun katuk dapat membuat ibu menghasilkan ASI lebih banyak

8 Pemijatan payudara secara teratur perlu dilakukan mulai ibu hamil agar ASI keluar dengan lancar

9 Kondisi ibu stres dan cemas membuat ASI yang dihasilkan lebih sedikit

10 Saya hanya memberi ASI saja pada bayi saya saat usia 0-6 bullan

11 Saya memberi pisang pada bayi saya saat usia 0-6 bulan

12 Saya memberi nasi atau bubur pada bayi saya saat usia 0-6 bulan

(29)

13 Saya memberi susu formula pada bayi saya saat usia 0-6 bulan

Pilihlah jawaban yang menurut anda benar (Jawaban boleh lebih dari satu)

14. Menurut Ibu apakah keuntungan memberikan ASI eksklusif ? a. Ibu secara tidak langsung dapat menunda kehamilan b. Lebih mendekatkan hubungan ibu dan anak

c. Bayi menjadi lebih sehat dibandingkan bayi yang diberi susu formula d. Biaya hidup lebih murah karena tidak perlu beli susu formula

15. Menurut Ibu apakah manfaat memberikan ASI yang keluar pertama kali keluar pada bayi ?

a. Mengandung zat-zat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi b. Memperlancar bayi buang air besar

c. Membantu memperlancar produksi ASI d. Sama saja dengan diberi susu formula

16. Ibu memberi makanan tambahan lain selain ASI saat usia bayi 0-6 bulan dengan alasan: a. ASI tidak keluar atau keluar sedikit

b. Mengikuti tradisi dari orang tua atau nenek c. Mengikuti saran ibu lain yang sudah punya anak d. Puting ibu lecet atau bengkak

(30)

LAMPIRAN

Jawaban Tingkat Pengetahuan: 1. Benar 2. Salah 3. Benar 4. Benar 5. Salah 6. Salah 7. Benar 8. Benar 9. Benar

14. a,b,c,d (maksimal poin 4) 15. a,b,c ( maksimal poin 3)

Tingkat pengetahuan digolongkan dengan kategori :

Baik apabila 75-100% pertanyaan di jawab dengan benar ( mendapat 12-16 poin) Cukup baik apabila 60-75% pertanyaan di jawab dengan benar (mendapat 11-10 poin) Kurang baik apabila 40-59% pertanyaan di jawab dengan benar (mendapat 7-9 poin) Tidak baik apabila <39% pertanyaan di jawab dengan benar (mendapat<7poin)

Gambar

GRAFIK DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN USIA KECAMATAN SUMBERASIH TAHUN 2O113
Tabel Pendidikan responden
Tabel praktek pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif Banjarsai Sumberbendo Mentor Total % ASI Eksklusif 2 5 4 11 34,375 Non ASI Eklusif 6 8 7 21 65,625 Total 8 13 11 32 100
Tabel hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI Eksklusif dengan praktek pemberian ASI  Eksklusif

Referensi

Dokumen terkait

7 Bayi sebelum usia 6 bulan yang diberikan makanan dan minuman tambahan selain ASI dapat meningkatkan berat badan bayi dan membuat bayi gemuk. 8 Bayi yang

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini adalah makanan yang diberikan pada bayi pada usia kurang dari 6 bulan (44). MP-ASI Dini yaitu pemberian makanan tambahan yang

Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya diberikan ASI atau dikenal dengan sebutan ASI Eksklusif, karena ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung

Jadi selain makanan pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan pendamping ASI sama sekali

Hubungan Pemberian ASI, Pengganti ASI (PASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi Bayi Usia 6 – 9 Bulan. Vitariani * Zinatul

Pengaruh Pola Pemberian Asi Dan Pola Makanan Pendamping Asi Terhadap Status Gizi Bayi Usia 6-..

Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah usia 6 bulan Pemberian makanan pendamping (MP-ASI) sangat berpengaruh terhadap kejadian

Pengaruh Edukasi MP-ASI Terhadap Pola Makan Baduta Pada anak usia 6-23 bulan, selain ASI bayi mulai bisa diberi makanan pendamping ASI, karena pada usia itu bayi sudah mempunyai