• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mini Project Lala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mini Project Lala"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

F7- MINI PROJECT

PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN ANGKA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA PECORO KECAMATAN RAMBIPUJI

KABUPATEN JEMBER Oleh: dr. Aldila Pratiwi Pendamping: dr. H. Moch. Husnan PUSKESMAS RAMBIPUJI

DINAS KESEHATAN KABUPATEN JEMBER 2015

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN ANGKA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA PECORO KECAMATAN RAMBIPUJI

KABUPATEN JEMBER

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internsip Indonesia 2015

Penyusun : dr. Aldila Pratiwi

Telah Disetujui Oleh : Pendamping

dr. H. Moch. Husnan NIP. 19561110 198711 1 001

(3)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...1 LEMBAR PENGESAHAN ………..…… 2 DAFTAR ISI... 3 DAFTAR TABEL...5 DAFTAR GAMBAR .……… 6 BAB 1 PENDAHULUAN...7 1.1. Latar Belakang...7 1.2. Rumusan Masalah...9 1.3. Tujuan Penelitian...9 1.4. Manfaat Penelitian...9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...11

2.1. Definisi ASI (Air Susu Ibu)...11

2.2. Komposisi ASI...11

2.3. Produksi ASI...13

2.3.1 Volume Produksi ASI ...13

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI...17

2.4. Manfaat Pemberian ASI...19

2.5. Manajemen Laktasi...20

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui.……….. 22

2.7. Cara Pengeluaran ASI...24

2.8. Cara Menyimpan Perahan ASI...25

2.9. Definisi ASI Eksklusif...26

2.10. Keuntungan ASI Eksklusif………. 26

2.11. Faktor yang mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif...27

BAB 3 PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI...28

3.1. Metode Pengumpulan Data...28

3.1.1. Rancangan Pengumpulan Data...28

3.1.2. Populasi dan Sampel...28

3.1.3. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data...28

3.1.4. Instrumen Pengumpulan Data...29

(4)

3.2. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi...29

3.2.1. Pemilihan Prioritas Intervensi...29

3.2.2. Metode Intervensi...29

3.2.3. Petugas Penyuluhan...29

3.2.4. Lokasi dan Waktu Penyuluhan...29

3.2.5. Sasaran Penyuluhan...29

BAB 4 HASIL INTERVENSI...30

4.1. Hasil Pengumpulan Data...30

4.1.1. Data Demografik...30

4.1.2 Sumber Daya Kesehatan...30

4.1.3. Sarana Pelayanan Kesehatan...30

4.1.4. Profil Posyandu...31

BAB 5 DISKUSI...34

5.1. Identifikasi Masalah Kesehatan di Puskesmas Rambipuji...34

5.2. Intervensi...36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...38

6.1. Kesimpulan...38 6.2. Saran...38 DAFTAR PUSTAKA...39 LAMPIRAN... 40 Soal Pretest-Posttest...40 Foto Kegiatan...41 Materi Penyuluhan………. 42

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum,ASI dan Susu Sapi untuk Setiap 100 ml 12 Tabel 4.1 Jumlah Sasaran di Desa Pecoro Tahun 2014 32

Tabel 4.2 Pertanyaan Pre Test dan Post Test 33

Tabel 5.1 Masalah pada Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Tahun 2014 35

Tabel 5.2 Masalah pada Program Gizi Tahun 2014 35

Tabel 5.3 Masalah pada Program Imunisasi Tahun 2014 36 Tabel 5.4 Masalah pada Program Kesehatan Lingkungan Tahun 2014 36

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi Menyusui yang Benar...23 Gambar 2.2 Posisi Perlekatan yang Baik dan Kurang Baik………. 24

(7)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan merupakan investasi dalam mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) kesehatan yaitu menurunkan kematian anak. Berdasarkan laporan Plan Of Action Puskesmas Rambipuji 2014, didapatkan angka kematian bayi pada tahun 2012 sejumlah 5 bayi sedangkan pada tahun 2013 jumlahnya meningkat menjadi 7 bayi atau sekitar 30%. Kematian pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji yang meningkat ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain kurangnya penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil, serta kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang asupan gizi yang baik dan kepatuhan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan.

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori dan protein, hal ini banyak ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan juga diperparah karena anak dan bayi merupakan golongan rentan.

Terjadinya kerawanan gizi pada bayi selain disebabkan makanan yang kurang, Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu formula dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan. Setelah itu, ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral utama untuk bayi yang telah mendapat makanan tambahan yang berupa beras.

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin, yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan

(8)

ASI termasik ASI EKSKLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang bertemakan "Dengan ASI, kaum ibu mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia". Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia enam bulan. Pemberian ASI tanpa pemberian makanan lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun.

ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baik pun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.

ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu menyusui melupakan manfaat menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu formula. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan. Fakta yang memprihatinkan lagi bahwa 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan.

Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tidak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI.

Berdasarkan Data laporan tahunan Puskesmas Rambipuji tahun 2014, didapatkan angka pencapaian pemberian ASI eksklusif masih sekitar 59% dimana masih jauh dari target

(9)

nasional yaitu 80%. Salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji yaitu Desa Pecoro, masih jauh dari target pencapaian Puskemas dengan presentase 26% pada tahun 2014 dimana sasaran ASI eksklusif sejumlah 106 orang dan hanya 28 orang yang memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pemberian ASI eksklusif dengan judul Penyuluhan ASI Eksklusif Ibu Hamil sebagai Upaya Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji, Jember.

1.2 Rumusan Masalah

1 Tingkat pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil di Desa Pecoro, Kecamatan Rambipuji mengenai ASI eksklusif secara umum masih kurang.

2 Metode yang tepat untuk menyebarkan informasi mengenai ASI eksklusif kepada masyarakat.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan para ibu hamil di desa Pecoro mengenai pemberian ASI eksklusif, pentingnya dan manfaat menyusui, serta cara menyusui yang benar.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan para ibu hamil di Desa Pecoro mengenai pemberian ASI eksklusif.

b. Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian pada bayi dan balita. 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Instansi Kesehatan

1) Dapat menjadi masukan bagi puskesmas Rambipuji untuk evaluasi dalam promosi kesehatan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif di desa-desa lain sehingga dapat dijadikan sebagai pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan pencapaian pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji.

2) Sebagai informasi tambahan untuk instansi kesehatan akan pentingnya pengetahuan para ibu tentang ASI eksklusif terkait sikap terhadap pemberian ASI.

(10)

1) Sebagai acuan bagi dokter internship yang akan melakukan penelitian selanjutnya. 1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

1) Sebagai informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI secara eksklusif pada ibu menyusui sebagai upaya menurunkan angka kematian bayi.

2) Dapat memacu masyarakat khususnya keluarga terdekat untuk berperan serta dalam mendukung pemberian ASI eksklusif kepada ibu menyusui.

1.4.4. Manfaat bagi Puskesmas

1) Sebagai masukan bagi petugas Puskesmas Rambipuji sehingga dapat dijadikan sebagai pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan pencapaian pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji.

BAB 2

(11)

2.1 Definisi ASI (Air Susu Ibu)

ASI (Air Susu Ibu) merupakan suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayu baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual.

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayinya.

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.

2.2. Komposisi ASI

Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang matur, karena colostrum lebih banyak mengandung imunoglobin A (IgA), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap serangan penyakit (Infeksi), lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).

Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National Research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel 2.1.

Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 2.1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi.

Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase laktasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan

(12)

memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.

Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk Setiap 100 ml

Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi

Energi (K Cal) Protein (g) - Kasein/whey - Kasein (mg) - Laktamil bumil (mg) - Laktoferin (mg) - Ig A (mg) Laktosa (g) Lemak (g) Vitamin - Vit A (mg) - Vit B1 (mg) - Vit B2 (mg) - Asam Nikotinmik (mg) - Vit B6 (mg) - Asam pantotenik - Biotin - Asam folat - Vit B12 - Vit C - Vit D (mg) - Vit Z - Vit K (mg) Mineral - Kalsium (mg) - Klorin (mg) - Tembaga (mg) - Zat besi (ferrum) (mg) - Magnesium (mg) - Fosfor (mg) - Potassium (mg) 58 2,3 140 218 330 364 5,3 2,9 151 1,9 30 75 -183 0,06 0,05 0,05 5,9 -1,5 -39 85 40 70 4 14 74 48 70 0,9 1 : 1,5 187 161 167 142 7,3 4,2 75 14 40 160 12-15 246 0,6 0,1 0,1 5 0,04 0,25 1,5 35 40 40 100 4 15 57 65 3,4 1 : 1,2 -4,8 3,9 41 43 145 82 64 340 2,8 ,13 0,6 1,1 0,02 0,07 6 130 108 14 70 12 120 145 58

(13)

- Sodium (mg) - Sulfur (mg)

22 15

14

30

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.

Di samping fungsinya sebagai sumber energi, juga di dalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Di dalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.

ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.

Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak.

2.3 Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitari Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran ASI. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Reflex, dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.

Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam puting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil.

(14)

Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat digambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiferous. Pusat dari areola (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

A. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.

 Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.

 Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.

 Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Matur.

 Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekonium usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.

 Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Matur, tetapi berlainan dengan ASI Matur dimana protein yang utama adalah casein sedangkan pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

 Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Matur yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

 Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Matur.  Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Matur yaitu 58 kalori/100 ml

kolostrum.

 Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.

(15)

 PH lebih alkalis dibandingkan ASI Matur.

 Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lecitin di bandingkan ASI Matur.

Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antobodi pada bayi.

 Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

 Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Matur.

 Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Matur baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.

 Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.

 Volume semakin meningkat.

C. Air Susu Matur

 ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.

 Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

 ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk bayi.

 Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflavum dan karoten.

 Tidak menggumpal bila dipanaskan.  Volume: 300 – 850 ml/24 jam

Terdapat anti microbaterial faktor, yaitu:

 Antibodi terhadap bakteri dan virus.

 Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)

(16)

Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)  Faktor resisten terhadap staphylococcus.

Complement ( C3 dan C4)

2.3.1 Volume Produksi ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4–6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.

Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.

Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.

Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di

(17)

daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah: a. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.

Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.

Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.

Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:

(18)

 Reflek Prolaktin

Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada puting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar–kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.

Let-down Reflex (Refleks Milk Ejection)

Refleks ini membuantu melancarkan keluarnya ASI. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut: ”rooting reflex” (refleks menoleh). Bayi secara otomatis menghisap puting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa, dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.

c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitikberatkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekitar kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan. Oleh karena itu, alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus

(19)

ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

e. Perawatan Payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.

2.4 Manfaat Pemberian ASI

ASI sebagai makanan bayi mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna dan memiliki komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.

b. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di dalam usus laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk:  Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

 Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.

 Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.

 Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium. c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6

bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.

d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.

e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Selain memberikan manfaat bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:

a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.

b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.

c. Dengan menyusui, bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian ke ukuran sebelum hamil.

(20)

d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.

e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan sehingga dapat menjarangkan kehamilan.

f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

g. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan.

h. Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya.

i. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi.

j. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan lebih langsing setengah kilogram dibanding ibu yang menyusui empat bulan.

Selain itu, pemberian ASI juga bermanfaat bagi keluarga, yaitu :

a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.

b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.

c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif.

d. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.

e. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.

f. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dll.

(21)

Manajemen laktasi adalah upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.

Adapun upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut pada masa kehamilan (antenatal):

 Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, di samping bahaya pemberian susu botol.

 Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Di samping itu, perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

 Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.

 Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.

Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu.

b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.

Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

a. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.

b. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.

(22)

c. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui.

e. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.

f. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.

g. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi.

ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6 bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 6 bulan pertama.

Adapun makanan bayi umur 0-6 bulan adalah sebagai berikut:

 Susui bayi segera dalam 30 menit setelah lahir (Inisiasi Menyusu Dini)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini, ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.

 Berikan Kolostrum

 Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap kali sampai payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai kosong merangsang produksi ASI yang cukup.

(23)

o Berikan ASI 8-12 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui antara lain posisi badan ibu dan bayi, perlekatan mulut bayi pada payudara dan kasih. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam menyusui adalah cara menyusui yang benar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses menyusui yang baik dan benar sebagai berikut.

1. Posisi badan ibu dan badan bayi

 Ibu harus duduk atau berbaring dengan posisi santai.

 Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.  Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

 Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.  Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

 Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.

 Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

Gambar 2.1 Posisi Menyusui yang Benar 2. Perlekatan Mulut bayi dan payudara

 Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola.

Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara : - Menyentuh pipi dengan puting susu

- Menyentuh sisi mulut puting susu

 Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah kebawah.

(24)

 Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu betakang bayi bukan bagian belakang kepala.

 Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi.

 Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.

 Usahakan sebagian besar areola masuk kemulut bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle.)

 Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah areola.  Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak

perlu dipegang atau disangga lagi.

 Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.

 Dianjurkan tangan ibu yang bebas digunakan untuk mengelus-elus bayi.

Gambar 2.2 Posisi Perlekatan yang Baik dan Kurang Baik 3. Kasih

Ibu memeluk dan memandang bayi saat menyusui. 2.7 Cara Pengeluaran ASI

Ada 2 cara untuk mengeluarkan ASI yang ada di dalam kelenjar payudara, yaitu: 1) Memerah dengan menggunakan Tangan

(25)

Pijatlah sel-sel produksi ASI dan saluran ASI mulai dari bagian atas payudara dengan gerakan memutar dan pijatan payudara dengan dengan menekan ke arah dada.

b) Stroke

Tekanlah daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar putting dan tekan dengan lembut, dengan jari seperti menggelitik.

c) Shake

Gunjang payudara dengan arah memutar, gerakan seperti ini dapat membantu pengeluaran ASI.

2) Memerah dengan menggunakan pompa

Pemerahan ASI denga pompa lebih mudah dan cepat dilakukan. Kendurkan otot dan saluran ASI dalam payudara dengan menaruh handuk hangat di atas payudara ibu atau diurut sebelumnya dan pastikan pompa telah steril sebelum dipakai. Lamanya pemerahan ASI dengan pompa bisa sampai 15-45 menit dan tidak bisa menimbulkan rasa sakit tergantung jenis pompa yang digunakan.

2.8 Cara Menyimpan Perahan ASI

Penyimpanan ASI diperlukan dalam berbagai alasan antara lain pada ibu yang bekerja yang tidak memungkinkan membawa anaknya ke tempat bekerja, bayi yang tidak bisa mampu menghisap puting, ibu sakit dan tidak bisa memberi ASI secara mandiri.

ASI dapat disimpan di tempat seperti kantung plastic polietilen, wadah plastic untuk makanan atau yang bisa dimasukkan ke microwave, gelas, atau cangkir keramik. Beri tanggal dan jam setelah ASI diperah pada masing-masing wadah.

Lama penyimpanan ASI tergantung pada tempat penyimpanan sebagai berikut.

a. Jika ASI disimpan di dalam ruangan tidak ber-AC/suhu ruangan, lama penyimpanan tidak lebih dari 4 jam. Jika di dalam ruangan ber-AC bisa disimpan sampai 6 jam. Suhu ruangan ber-AC harus stabil (tidak dimatikan selama botol ASI ada di dalamanya). b. jika ASI disimpan di dalam lemari es 2 pintu, dimana ASI diletakkan terpisah dari bahan makanan lain yang ada di dalam lemari es, maka ASI bisa bertahan sampai 8 hari. Jika lemari es tidak memiliki ruangan terpisah, maka ASI jangan disimpan lebih dari 72 jam.

c. jika ASI disimpan di dalam lemari es dengan suhu 4oc, dapat disimpan selama 72 jam jika disimpan pada freezer dengan suhu -20oc, maka ASI dapat disimpan selama 3-6 bulan.

(26)

2.9 Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berusia 0 – 6 bulan. Makanan lain termasuk pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim. Minuman lain termasuk susu formula, madu, air putih, air jeruk kecuali obat.

ASI eksklusif diberikan kepada bayi sesering mungkin minimal 8 kali dalam 24 jam. Apabila bayi telah tertidur selama 2-3 jam, maka ibu harus membangunkan bayi untuk disusui.

2.10 Keuntungan ASI Eksklusif

Berikut ini adalah beberapa keuntungan pemberian ASI secara eksklusif yaitu: 1) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

Faktor yang meningkatkan kecerdasan anak antara lain genetik dan lingkungan. Faktor genetik atau keturunan ini diturunkan oleh orang tua dan tidak dapat di manipulasi maupun rekayasa. Faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan apakah faktor genetik tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat di manipulasi maupun rekayasa.

Secara garis besar ada 3 jenis kebutuhan dalam faktor lingkungan, antara lain:

 Kebutuhan untuk pertumbuhan fisik otak (ASUH),

 Kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual (ASIH),

 Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (ASAH). 2) ASI eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu akan merasa aman dan nyaman dikarenakan bayi akan mendengar detak jantung sang ibu yang telah dikenalnya selama di dalam kandungan.

2.11 Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ASI eksklusif antara lain: a) Persiapan psikologis Ibu

Persiapan psikologis ibu sangat penting dalam hal menyusui karena keputusan dan sikap ibu yang positif tentang menyusui harus sudah tertanam pada saat kehamilan. b) Upaya meningkatkan produksi ASI

(27)

Dianjurkan untuk meningkatkan asupan gizi dan kesehatan ibu selama hamil. Setelah melahirkan ibu segera melakukan inisiasi menyusu dini yang dilakukan dalam 30 menit-1 jam pertama setelah bayi lahir.

c) Perawatan puting payudara

Keberhasilan menyusui diperlukan perawatan puting susu dan payudara sejak awal secara teratur. Perawatan ini bertujuan agar produksi ASI cukup selama menyusui dan tidak terjadi masalah pada putting dan payudara.

BAB 3

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

(28)

3.1.1 Rancangan Pengumpulan Data

Pengumpulan data digunakan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil mengenai ASI eksklusif khususnya di desa Pecoro. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer berupa wawancara terhadap pemegang program gizi serta data sekunder berupa laporan tahunan Plan of Action (POA) Puskesmas Rambipuji tahun 2014 dan laporan pemegang program gizi tahun 2014.

Data sekunder yang didapat dari laporan POA Puskesmas Rambipuji memuat profil Puskesmas Rambipuji, data 10 penyakit terbanyak di seluruh desa kecamatan Rambipuji, serta identifikasi berbagai masalah berdasarkan program seperti program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, imunisasi, kesehatan lingkungan. Data ini diolah untuk mendapatkan satu dari program yang paling sesuai dan mudah untuk dilakukan intervensi. Selain itu, berdasar laporan tahunan pemegang program gizi memuat pemberian ASI eksklusif, pemberian Vitamin A, pemberian Fe pada ibu hamil, anak dengan berat badan kurang dan lebih, dan gizi buruk. Cara yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah dengan memilih desa dengan angka pencapaian pemberian ASI eksklusif terendah.

3.1.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi target adalah ibu hamil di desa Pecoro b. Sampel

Kriteria sampel yang memenuhi syarat yaitu : 1. Kriteria inklusi

Sampel merupakan seluruh ibu hamil yang datang ke posyandu di desa Pecoro, kecamatan Rambipuji, Jember.

2. Kriteria eksklusi

- Sampel yang tidak datang ke Posyandu

- Sampel yang tidak bersedia diberikan penyuluhan 3.1.3 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 29 Desember 2014 di Puskemas Rambipuji.

3.1.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada mini project ini adalah data laporan program tahunan Plan of Action Puskesmas Rambipuji tahun 2014 serta laporan tahunan dari bidang gizi perihal pencapaian ASI eksklusif di tiap-tiap desa di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji.

(29)

3.1.5 Cara Pengumpulan Data

Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa profil responden dan hasil intervensi. Sedangkan data sekunder berupa profil desa Pecoro kecamatan Rambipuji, Jember.

3.2. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi 3.2.1 Metode Intervensi

Metode intervensi yang digunakan dalam mini project ini adalah penyuluhan dengan alat bantu slide, lembar balik dan leaflet. Sebagai evaluasi terhadap penyuluhan ini, dilakukan pretest dan posttest. Pretest dan posttest akan diberikan dalam bentuk pernyataan benar/salah. Pernyataan tersebut berkaitan tentang pengertian ASI eksklusif, manfaat pemberian ASI, faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui, serta cara pemberian dan penyimpanan ASI.

3.2.2 Petugas Penyuluhan

Petugas penyuluhan dari kegiatan mini project ini adalah :

1. Dokter Internship Puskesmas Rambipuji periode Oktober 2014 - Februari 2015, dalam hal ini dr. Aldila Pratiwi selaku narasumber.

2. Petugas kesehatan lain dari Puskesmas Rambipuji. 3.2.3 Lokasi dan Waktu Penyuluhan

Kegiatan mini project ini bertempat di posyandu-posyandu desa Pecoro. Pelaksanaannya pada tanggal 06 – 14 Januari 2015, pukul 09.00 – 11.00 WIB.

3.2.4 Sasaran Penyuluhan

Sasaran kegiatan mini project ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke posyandu di desa Pecoro.

BAB 4

HASIL INTERVENSI

4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data demografik

(30)

Luas Wilayah Desa Pecoro : 68 Ha Jumlah penduduk (2014) : 6.597 jiwa

Mata pencaharian mayoritas : Buruh Tani, Buruh Bangunan Jumlah Kepala Keluarga (2014) : 1961 KK

Data Pendidikan : Jumlah Sekolah - SMA : 1 - SMP : 1 - SD : 3 - TK : 3 - Paud : 2 - Pondok Pesantren : 3 Jumlah murid - SMA : 626 - SMP : 586 - SD : 534 - TK : 154 - Paud : 56 - Pondok Pesantren : 50 4.1.2 Sumberdaya kesehatan

Jumlah tenaga kesehatan

- Bidan : 2

- Kader aktif posyandu : 30 4.1.3 Sarana pelayanan kesehatan

Jumlah sarana pelayanan kesehatan - Puskesmas pembantu : 1

- Posyandu : 6

4.2 Profil Posyandu 4.2.1 Letak/Lokasi

Posyandu yang berada di desa Pecoro tersebar di seluruh desa Pecoro. Terdapat 6 Posyandu yang berada di desa Pecoro, antara lain :

 Posyandu Bougenville 53  Mencakupi daerah Krajan.

 Posyandu Bougenville 54  Mencakupi daerah Kebonan.

 Posyandu Bougenville 55  Mencakupi daerah Bindung.

 Posyandu Bougenville 56  Mencakupi daerah Tembelang.

 Posyandu Bougenville 57  Mencakupi daerah Dawuhan.

 Posyandu Bougenville 58  Mencakupi daerah Kandangan.

4.2.2 Sasaran Posyandu:

Berikut ini adalah tabel jumlah sasaran posyandu tahun 2014 yang terdapat di desa Pecoro, Rambipuji, Kab. Jember.

(31)

No

. Posyandu Strata

Jumlah KK

Jumlah Sasaran Posyandu Kader Posyandu Bayi (0-11) Balit a (1-5) Bumi

l Bufas Buteki PUS KB AktifPeserta Jumlah

Mengikuti Pelatihan Kader Posyandu Sudah Belum 1 Bougenville 53 mandiri 435 22 66 9 8 46 352 331 5 4 1 2 Bougenville 54 purnam a 353 19 88 4 3 26 275 181 5 4 1 3 Bougenville 55 mandiri 457 19 93 12 10 113 415 202 5 4 1 4 Bougenville 56 purnam a 55 1 12 3 2 9 45 30 5 5 0 5 Bougenville 57 purnama 276 26 54 9 8 25 193 121 5 4 1 6 Bougenville 58 purnam a 385 19 60 9 8 38 225 141 5 5 0 Jumlah 1961 106 373 46 39 257 150 5 1006 30 26 4 4.3 Hasil Intervensi

Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi terhadap para ibu hamil, penyuluh melakukan evaluasi terhadap ibu hamil dengan meminta ibu menjawab soal pretest dan posttest. Pretest dan posttest yang diberikan dalam bentuk pernyataan benar/salah yang terdiri dari lima belas pernyataan ringkas seputar ASI eksklusif.

Tabel 4.2 Pertanyaan Pre Test dan Post Test

No. Pertanyaan BPre TestS BPos TestS

1. ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh

kembang yang optimal.

100% (40)

0% (0)

36 0

2. ASI dan kolostrum merupakan air susu yang keluar pada saat 1 minggu setelah persalinan. 80% (32) 20% (8) 31 5

3. ASI eksklusif adalah pemberian ASI beserta makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berusia 0 – 6 bulan.

40% (16)

60% (24)

30 6

4. Manfaat pemberian ASI bagi ibu salah satunya adalah dapat mengurangi resiko kanker payudara. 92,5% (37) 7,5% (3) 34 2

5. ASI mengandung anti infeksi yang dapat mencegah penyakit pada bayi seperti diare dan infeksi saluran pernapasan.

80% (32)

20% (8)

32 4

(32)

mengonsumsi makanan seperti ikan, telur, dan kacang-kacangan.

(33) (7) 7. Menyusui bayi dapat diberikan hanya jika

bayi menangis, rewel, dan nampak gelisah saja. 82,5% (33) 17,5% (7) 34 2

8. ASI dapat dikeluarkan/diperah dengan menggunakan tangan dan pompa.

82,5% (33)

17,5% (7)

33 3

9. ASI yang sudah diperah dapat disimpan di dalam lemari es selama 10 hari.

50% (20)

50% (20)

20 16

10. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih jarang sakit daripada bayi yang mendapat ASI eksklusif.

67,5% (27)

32,5% (13)

27 9

11. Cara memperbanyak ASI adalah dengan menyusui bayi sesering mungkin serta asupan makanan yang bergizi dan banyak mengandung cairan. 95% (38) 5% (2) 34 2

12. ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI matang disebut ASI transisi. 87,5% (35) 12,5% (5) 33 3

13. ASI dapat digantikan dengan susu formula yang mahal karena kandungannya lebih lengkap. 90% (36) 10% (4) 34 2

14. ASI dapat meningkatkan daya penglihatan dan kecerdasan otak bayi.

100% (40)

0% (0)

36 0

15. ASI bersifat praktis dan mudah diberikan kepada bayi tetapi tidak bersih.

95% (38)

5% (2)

(33)

BAB 5 DISKUSI

5.1 Identifikasi Masalah Kesehatan di Puskesmas Rambipuji

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan kepala puskesmas dan staf pemegang program di Puskesmas Rambipuji dan juga melalui data sekunder berupa laporan tahunan puskesmas tahun 2014, laporan tahunan pemegang program gizi tahun 2014 dan laporan evaluasi pencapaian kegiatan program puskesmas berupa Plan of Action (POA) Puskesmas Rambipuji tahun 2014. Beberapa potensi masalah yang didapatkan di Puskesmas Rambipuji, diantaranya yaitu :

a. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Tabel 5.1 Masalah pada Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Tahun 2014 NO

.

IDENTIFIKASI MASALAH

PENYEBAB MASALAH PEMECAHAN MASALAH 1. Cakupan kurang dari

target 99% dari semua desa

Masih banyak Bumil baru yang tidak segera memeriksakan diri ke Posyandu/Pustu/Puskesm as

- Penyuluhan pada masyarakat

- Sweeping Bumil baru - Kemitraan dengan

dukun/kader untuk penjaringan Bumil Baru 2. K4 tidak mencapai

target di semua desa

Masih banyak Bumil baru yang diperiksa tidak pada Trimester 1

Penjaringan K1 pada TM I. bekerjasama dengan dukun bayi, kader dan KUA.

3. Persalinan NAKES belum mencapai targer

Masih ada persalinan oleh dukun di Desa Kaliwining dan Gugut

Penyuluhan pada Bumil dengan kelas Ibu Hamil di setiap desa.

b. Program Gizi

Tabel 5.2 Masalah pada Program Gizi Tahun 2014 NO

.

IDENTIFIKASI MASALAH

PENYEBAB MASALAH PEMECAHAN MASALAH

(34)

1. ASI eksklusif Puskesmas Rambipuji tidak mencapai target (< 80%) yaitu 39,5%

- Pengetahuan ibu kurang - Promosi susu formula di

media - Pendampingan ibu bersalin - Pembentukan KP-ASI - Penyuluhan tentang IMD ASI Eksklusif, MP ASI terintegrasi dengan kelas ibu hamil dan kelas Balita

2. Fe 3 tidak mencapai sebesar 74,6

K4 pada KIA tidak tercapai - Kunjungan rumah pada Bumil - Pemantauan penggunaan Fe melalui kader 3. N/D = 73.06 < 85% - Protap 10 langkah penimbangan kurang dijalankan

- Banyak kader belum terlatih

Pembinaan dan supervisi kader secara berkala di tiap posyandu 4. T/D = 18.38 kurang dari target - Keterampilan kader kurang - 10 langkah penimbangan kurang tepat dijalankan - Pola asuh dan makan

anak kurang

- Pembinaan dan supervisi kader - Penyuluhan dan

praktek pola makan serta MP ASI di posyandu dengan T/D tertinggi

c. Program Imunisasi

Tabel 5.3 Masalah pada Program Imunisasi Tahun 2014 NO

.

IDENTIFIKASI MASALAH

PENYEBAB MASALAH PEMECAHAN MASALAH 1. Desa UCI = 4

Tidak UCI = 1 (Rambigundam)

- Adanya penduduk tidak menetap

- Masih ada penolakan untuk imunisasi

Validasi data sasaran untuk luar wilayah 2. DO D1 – D3 = 93% D1 - Campak = =16% Konseling (KIE) tentang imunisasi pada keluarga tentang pentingnya imunisasi

(35)

Tabel 5.4 Masalah pada Program Kesehatan Lingkungan Tahun 2014 NO

.

IDENTIFIKASI MASALAH

PENYEBAB MASALAH PEMECAHAN MASALAH 1. Masih rendahnya Angka

Bebas Jentik (ABJ)

- Kurangnya masyarakat melaksanakan 3M - PSN - Penyuluhan - Abatenisasi 2. Masih banyak

masyarakat yang BAB di sembarang tempat

- Kebiasaan masyarakat BAB di sungai

- Rumah dekat dengan sungai

- Keterbatasan biaya untuk membuat jamban/ekonomi keluarga rendah - Penyuluhan - Pengadaan jamban untuk daerah yang angka kepemilikan jamban rendah.

Permasalahan di atas hanya sebagian di ambil berdasarkan laporan evaluasi pencapaian kegiatan program puskesmas berupa POA Puskesmas Rambipuji tahun 2014. Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program dan kegiatan di Puskesmas tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, karena terbatasnya sumber daya dan dana sehingga perlu ditentukan prioritas masalah yang merupakan masalah utama yang memang benar-benar bisa dilakukan intervensi.

Tabel 5.5 Prioritas Penyebab Masalah

No. Kriteria Penyebab Masalah Magnitude Seriousness Feasibility Skor/Peringkat

1. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif

9 7 8 24 (I)

2. Gencarnya Promosi Susu Formula di Media Elektronik

9 6 8 23(II)

3. Pembentukan Kelompok

Pendukung ASI belum berjalan lancar

9 6 5 20 (III)

5.2 Intervensi

Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan pentingnya ASI eksklusif pada ibu hamil,

yang dilaksanakan selama 6 hari mulai tanggal 06-14 Januari 2015. Penyuluhan dilakukan di masing-masing posyandu yang ada di desa Pecoro. Materi disampaikan dengan bahasa yang

(36)

sederhana dan mudah dipahami oleh ibu hamil. Dengan memanfaatkan multimedia berupa slide, lembar balik ASI Eksklusif, dan leaflet, membuat ibu nampak lebih antusias dalam mengikuti kegiatan. Penyuluhan diakhiri dengan sesi tanya-jawab.

Proses evaluasi dilakukan dengan pretest dan posttest. Pretest dan posttest yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda. Secara umum, seluruh hasil posttest mengalami peningkatan dibandingkan hasil prestest.

Penyuluhan dilakukan terkait dengan materi mengenai ASI eksklusif dimulai dari pentingnya menyusui, manfaat menyusui, faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui, serta pemberian ASI eksklusif. Soal pre test dan post test merupakan pernyataan yang harus dijawab dengan jawaban benar/salah. Pada pengisisan soal pre test ibu masih dapat terkondisikan sehingga didapatkan hasil jawaban soal pretest ada 40 responden akan tetapi pada proses pelaksanaan post test, banyak ibu yang sudah terburu-buru pulang sehingga hanya didapatkan 36 responden. Dari data pre test yang ada, pada bahasan pengertian ASI eksklusif, masih banyak ibu yang tidak mengetahui pengertian ASI eksklusif yaitu dimana pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lainnya pada bayi berusia 0 – 6 bulan. Makanan lain yang dimaksud termasuk pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim. Minuman lain termasuk susu formula, madu, air putih, air jeruk kecuali obat. Sebanyak 60% responden masih menjawab salah. Hal ini membuktikan bahwa ibu hamil masih belum paham sepenuhnya tentang ASI eksklusif. Setelah dilakukan penyuluhan, pemahaman ibu mengenai ASI eksklusif menjadi meningkat.

Mengenai manfaat pemberian ASI, sekitar 20% ibu masih belum mengetahui bahwa pemberian ASI bagi ibu dapat mengurangi resiko kanker payudara. Manfaat lain ASI bagi ibu adalah dapat mengurangi resiko perdarahan setelah melahirkan, sebagai metode amenore laktasi (MAL) sehingga ibu dapat menunda kehamilan berikutnya, dan berat badan ibu akan lebih cepat kembali normal.

Pernyataan mengenai ASI dapat digantikan dengan susu formula yang mahal karena kandungannya lebih lengkap, sekitar empat orang atau 10% ibu menjawab benar. Berdasar hasil di atas masih didapatkan ibu-ibu yang belum paham mengenai pentingnya ASI. Hal ini disebabkan gencarnya promosi susu formula yang ada di media. Susu formula yang dipromosikan di media elektronik salah satunya memaparkan kandungannya yang seolah-olah lebih lengkap daripada ASI saja karena komposisi yang terdapat di dalam ASI sendiri

(37)

formula tidak dapat menggantikan kandungan dari ASI. Bahaya pemberian susu formula pada anak antara lain lebih mudah terkena diare dan infeksi saluran nafas, kurang gizi dan vitamin A, lebih mudah alergi dan intoleransi, meningkatkan resiko terserang penyakit kronis, nilai tes kecerdasan lebih rendah dibanding yang diberi ASI, dan meningkatan resiko kematian.

Keberhasilan dari penyuluhan masih belum dapat dievaluasi, karena metode evaluasi post test dan pre test masih belum berjalan maksimal, khususnya saat post test. Saat pelaksanaan pre test dan penyuluhan, para ibu hamil masih kooperatif dan kondusif akan tetapi saat post test, banyak yang terburu-buru untuk pulang sehingga hanya didapatkan 36 responden.

Pelaksana kegiatan memiliki harapan agar para ibu hamil yang mengikuti penyuluhan ini dapat memiliki sikap positif mengenai pemberian ASI sehingga ibu dapat mempersiapkan kelahirannya dengan baik serta ibu dapat melakukan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya sampai berusia 6 bulan. Selain itu diperlukan pula dukungan keluarga terutama suami dan orangtua agar tercipta rasa percaya diri ibu dalam memberikan ASI eksklusif sehingga dapat tercipta kesadaran yang tinggi di masyarakat mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif sehingga berbagai masalah kesehatan yang terjadi pada bayi dan balita bisa dicegah.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari mini project adalah sebagai berikut.

1. Terdapat peningkatan pengetahuan ibu hamil sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan mengenai ASI eksklusif.

2. Intervensi yang diberikan berupa penyuluhan belum dapat dievaluasi keberhasilannya karena proses pengerjaan post test keadaan ibu sudah tidak terkondisikan, sudah banyak yang terburu-buru pulang.

6.2. Saran

Perlu digunakan metode yang berbeda agar lebih valid dalam mengumpulkan data terkait dengan masalah pemberian ASI eksklusif khususnya di desa Pecoro. Pengumpulan berdasarkan laporan data yang ada mungkin masih belum bisa mencakup masalah tentang pemberian ASI eksklusif terutama di wilayah kerja Puskesmas Rambipuji sehingga kami

(38)

menyarankan agar menggunakan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner maupun pendekatan personal (konseling) pada ibu hamil dan menyusui. Diperlukan juga sosialisasi yang berkelanjutan dan berkesinambungan tentang ASI eksklusif baik kepada ibu hamil dan ibu menyusui pada kelas ibu hamil dan balita serta pembentukan Kelompok Pendukung ASI di tiap desa. Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan Konseling Menyusui : Panduan Peserta. Katalog Dalam Terbitan, Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Emilia, Rika Candra. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun 2008 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kesehatan, Dinas. Jember. Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Tatalaksana Gizi Buruk Di Kabupaten Jember. Diakses pada tanggal 20 Januari 2015. (online).

(39)

http://dinkes.jemberkab.go.id/ index.php/regulasi/berita-kesehatan/167-peningkatan-kapasitas-petugas-dalam-tatalaksana-gizi-buruk-di-kabupaten-jember

Puskesmas Rambipuji.2014. Plan of Action Puskesmas Rambipuji Tahun 2014.

Yuliarti, Iin Dwi. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

LAMPIRAN

Soal Pretest-Postest

No .

Pertanyaan B/S B/S

1. ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.

2. ASI dan kolostrum merupakan air susu yang keluar pada saat 1 minggu setelah persalinan.

3. ASI eksklusif adalah pemberian ASI beserta makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berusia 0 – 6 bulan.

4. Manfaat pemberian ASI bagi ibu salah satunya adalah dapat mengurangi resiko kanker payudara.

(40)

seperti diare dan infeksi saluran pernapasan.

6. Ibu yang memberikan ASI tidak perlu mengonsumsi makanan seperti ikan, telur, dan kacang-kacangan.

7. Menyusui bayi dapat diberikan hanya jika bayi menangis, rewel, dan nampak gelisah saja.

8. ASI dapat dikeluarkan/diperah dengan menggunakan tangan dan pompa. 9. ASI yang sudah diperah dapat disimpan di dalam lemari es selama 10 hari. 10. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih jarang sakit daripada bayi

yang mendapat ASI eksklusif.

11. Cara memperbanyak ASI adalah dengan menyusui bayi sesering mungkin serta asupan makanan yang bergizi dan banyak mengandung cairan. 12. ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI matang

disebut ASI transisi.

13. ASI dapat digantikan dengan susu formula yang mahal karena kandungannya lebih lengkap.

14. ASI dapat meningkatkan daya penglihatan dan kecerdasan otak bayi. 15. ASI bersifat praktis dan mudah diberikan kepada bayi tetapi tidak bersih.

Foto Kegiatan

(41)

Pengisian soal posttest

(42)
(43)
(44)

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk Setiap 100 ml
Gambar 2.1 Posisi Menyusui yang Benar 2. Perlekatan Mulut bayi dan payudara
Gambar 2.2 Posisi Perlekatan yang Baik dan Kurang Baik 3. Kasih
Tabel 4.1 Jumlah Sasaran di Desa Pecoro Tahun 2014
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. Perhatikan gizi/makanan

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seseorang ibu pada anak yang baru dilahirkan dan hanya 39 persen semua bayi di dunia yang mendapatkan

Menyusui on-demand adalah menyusui kapanpun bayi meminta atau kapanpun dibutuhkan oleh bayi. Menyusui on-demand merupakan cara terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap

Pemberian ASI eksklusif memberikan berbagai manfaat untuk ibu dan bayi dimana ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah

Kriteria : Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan sehubungan dengan manfaat ASI dan melakukan tehnik cara menyusui yang benar serta imunisasi pada bayi

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seseorang ibu pada anak yang baru dilahirkan dan hanya 39 persen semua bayi di dunia yang mendapatkan

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama

2.4 Konsep ASI Eksklusif 2.4.1 Pengertian ASI Air Susu Ibu ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan, serta ASI