BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.
I. Latar BelakangLatar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan di
bidang kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data Indonesia. Berdasarkan data tahun 2008, angka kematiantahun 2008, angka kematian bayi
bayi di di bawah bawah usia usia 1 1 tahun tahun di di Indonesia Indonesia adalah adalah 34 34 kematian kematian per per 10001000 kelahiran hidup, atau sekitar 157.000 kematian setiap tahunnya. Beberapa kelahiran hidup, atau sekitar 157.000 kematian setiap tahunnya. Beberapa penyebab
penyebab kematian kematian bayi bayi adalah adalah masalah masalah neonatal neonatal (meliputi (meliputi asfiksia, asfiksia, bayibayi berat lahir r
berat lahir rendah, dan infeksi), endah, dan infeksi), diare, pneumonia, dan beberapa diare, pneumonia, dan beberapa penyakit lainpenyakit lain yang dikontribusi oleh masalah gizi.
yang dikontribusi oleh masalah gizi.
Indonesia saat ini masih menghadapi masalah rendahnya status Indonesia saat ini masih menghadapi masalah rendahnya status kesehatan dan gizi masyarakat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang kesehatan dan gizi masyarakat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 menyebutkan ada 17,9% status gizi kurang pada anak usia di bawah lima menyebutkan ada 17,9% status gizi kurang pada anak usia di bawah lima tahun.Berbagai studi menunjukkan bahwa gizi sejak masa konsepsi hingga tahun.Berbagai studi menunjukkan bahwa gizi sejak masa konsepsi hingga anak usia dua tahun merupakan faktor terpenting untuk beberapa indikator anak usia dua tahun merupakan faktor terpenting untuk beberapa indikator kualitas hidup. Periode ini adalah merupakan periode sensitif yang kualitas hidup. Periode ini adalah merupakan periode sensitif yang menentukan tidak hanya pertumbuhan fisik, tapi juga perkembangan mental menentukan tidak hanya pertumbuhan fisik, tapi juga perkembangan mental dan kecerdasan anak.
dan kecerdasan anak.
Sejak tahun 2010, upaya percepatan perbaikan gizi telah berkembang Sejak tahun 2010, upaya percepatan perbaikan gizi telah berkembang menjadi suatu gerakan gizi yang luas. Di Indonesia, gerakan ini disebut menjadi suatu gerakan gizi yang luas. Di Indonesia, gerakan ini disebut sebagai Gerakan Nasional Sadar Gizi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan sebagai Gerakan Nasional Sadar Gizi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Masalah gizi pada 1000 HPK dikelompokkan dalam tiga (1000 HPK). Masalah gizi pada 1000 HPK dikelompokkan dalam tiga periode, yaitu m
periode, yaitu masa kehamilaasa kehamilan, 0-6 bulan, n, 0-6 bulan, dan 6-24 dan 6-24 bulan. Masalah bulan. Masalah gizi padagizi pada bayi
bayi usia usia 0-6 0-6 bulan bulan adalah adalah praktik praktik pemberian pemberian air air susu susu ibu ibu (ASI) eksklusi(ASI) eksklusif f didi Indonesia yang masih tergolong rendah.
Indonesia yang masih tergolong rendah.
ASI adalah sumber nutrisi alamiah yang memiliki kandungan gizi ASI adalah sumber nutrisi alamiah yang memiliki kandungan gizi cukup yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama. Selain cukup yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama. Selain itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang penting bagi imunitas bayi. Bayi itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang penting bagi imunitas bayi. Bayi yang tidak mendapat ASI atau mendapat ASI tidak eksklusif memiliki risiko yang tidak mendapat ASI atau mendapat ASI tidak eksklusif memiliki risiko
kematian akibat diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat kematian akibat diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif.
ASI eksklusif.
Pada tahun 2014 Kementrian Kesehatan (Kemkes) telah menetapkan Pada tahun 2014 Kementrian Kesehatan (Kemkes) telah menetapkan target cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%. target cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%. Kenyataannya, berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia Kenyataannya, berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dilaporkan bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapat ASI (SDKI) dilaporkan bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapat ASI eksklusif sampai usia 1-2 bulan, dan bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 eksklusif sampai usia 1-2 bulan, dan bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan hanya 27%.
bulan hanya 27%.
Kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh banyak faktor. Kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah pengetahuan ibu, ibu yang bekerja, dan volume Beberapa di antaranya adalah pengetahuan ibu, ibu yang bekerja, dan volume ASI. Gencarnya promosi susu formula serta dukungan dari keluarga, ASI. Gencarnya promosi susu formula serta dukungan dari keluarga, masyarakat, dan tenaga medis juga berpengaruh terhadap keberhasilan masyarakat, dan tenaga medis juga berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif.
pemberian ASI eksklusif.
II.
II. PermasalahanPermasalahan 1.
1. Rendahnya angka cakupan pemberian ASI eksklusif di daerah kerjaRendahnya angka cakupan pemberian ASI eksklusif di daerah kerja Puskeskel Kaliawi-Persada dibandingkan target cakupan yang Puskeskel Kaliawi-Persada dibandingkan target cakupan yang direkomendasikan
direkomendasikan 2.
2. Faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif perluFaktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif perlu dianalisa kembali untuk perancangan strategi perencanaan dalam upaya dianalisa kembali untuk perancangan strategi perencanaan dalam upaya peningkatan
peningkatan program program ASI ASI eksklusif eksklusif di di wilayah wilayah kerja kerja Puskeskel Puskeskel Kaliawi- Kaliawi-Persada Kecamatan Tanjung Karang Pusat
Persada Kecamatan Tanjung Karang Pusat
III.
III. TujuanTujuan
Mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap pengetahuan ibu tentang Mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian
pemberian ASI ASI eksklusif eksklusif di di wilayah wilayah kerja kerja Puskeskel Puskeskel Kaliawi-Persada,Kaliawi-Persada, Kecamatan Tanjung Karang Pusat.
IV.
IV. ManfaatManfaat 1.
1. Bagi PuskesmasBagi Puskesmas a.
a. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASIMengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif dan tidak tercapainya target cakupan ASI eksklusif di daerah eksklusif dan tidak tercapainya target cakupan ASI eksklusif di daerah kerja Puskeskel Kaliawi Persada
kerja Puskeskel Kaliawi Persada b.
b. Mendapat informasi tentang analisa data cakupan ASI eksklusif yangMendapat informasi tentang analisa data cakupan ASI eksklusif yang dapat menjadi dasar perencanaan peningkatan program ASI eksklusif dapat menjadi dasar perencanaan peningkatan program ASI eksklusif di daerah kerja Puskeskel Kaliawi Persada
di daerah kerja Puskeskel Kaliawi Persada c.
c. Membantu meningkatkan motivasi. jalinan kerjasama, dan peran sertaMembantu meningkatkan motivasi. jalinan kerjasama, dan peran serta kader dan masyarakat dalam mendukung dan menjalankan program kader dan masyarakat dalam mendukung dan menjalankan program ASI eksklusif sehingga kegiatan promosi ASI eksklusif dapat lebih ASI eksklusif sehingga kegiatan promosi ASI eksklusif dapat lebih maksimal
maksimal
2.
2. Bagi Bagi MasyarakatMasyarakat a.
a. Mendapat pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya ASIMendapat pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya ASI eksklusif dan kerugian pemberian susu formula sehingga memotivasi eksklusif dan kerugian pemberian susu formula sehingga memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif
ibu untuk memberikan ASI eksklusif b.
b. Mendapat informasi manajemen laktasi sehingga meningkatkanMendapat informasi manajemen laktasi sehingga meningkatkan kepercayaan diri dan memudahkan ibu dalam pemberian ASI kepercayaan diri dan memudahkan ibu dalam pemberian ASI eksklusif
eksklusif c.
c. Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi masyarakatSebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi masyarakat mengenai ASI eksklusif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi ASI
ASI atau air susu ibu adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi.
II. Komposisi ASI
Komposisi nutrisi ASI berbeda selama periode menyusui. Secara umum terdapat tiga bentuk ASI:
1. Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan selama 1-3 hari segera setelah melahirkan. Kolostrum berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, dan lebih banyak mengandung protein dan vitamin yang berperan dalam melindungi bayi dari penyakit infeksi.
2. ASI transisi dihasilkan setelah kolostrum (hari ke-4 sampai ke-10 setelah melahirkan). ASI ini memiliki kadar lemak dan laktosa lebih tinggi, serta kadar protein dan mineral yang lebih rendah dibanding kolostrum.
3. ASI matang adalah ASI yang dihasilkan pada sekitar hari ke-14 setelah melahirkan.
A. Kandungan Nutrisi ASI
Lebih dari 80% komposisi ASI terdiri atas air
—
alasan mengapa bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air. Selain air, secara umum komposisi ASI terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin:1. Karbohidrat
Sumber karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa dibutuhkan untuk proses pembentukan myelin otak. Kadar laktosa dalam ASI mencapai hampir dua kali lipat dibandingkan kadar laktosa dalam susu formula (7% pada ASI dan 3,8% pada susu formula).
2. Protein
Kandungan protein pada ASI adalah 0,9%, lebih rendah dibandingkan kadar protein pada susu formula yang sebesar 3,4%. Namun, kelebihan ASI terletak pada perbedaan komposisi protein dalam ASI dan susu formula. Protein dalam kedua jenis susu ini terdiri atas protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sementara susu formula lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna. Jumlah protein casein dalam ASI hanya 30%, dibandingkan susu formula yang mengandung protein casein sebesar 80%.
3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI adalah 3,8%, dan berubah kadarnya menurut perkembangan dan kebutuhan bayi. ASI mengandung lemak rantai panjang seperti Omega 3, Omega 6, dan DHA yang diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel otak. ASI juga mengandung enzim Lipase yang mempermudah pencernaan lemak. Enzim Lipase tidak terkandung dalam susu formula sehingga bayi akan sulit menyerap lemak pada susu formula.
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walau kadar mineral dalam ASI relatif (kurang dari 0,2%), kandungan ini telah mencukupi kebutuhan bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Sebaliknya, kandungan mineral dalam susu formula yang tinggi dapat memperberat kerja usus bayi dan menyebabkan kembung.
5. Vitamin
Tabel 2.1. Komposisi Kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)
Zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
Energi Kkal 58,0 70 Laktosa Gr 5,3 7,3 Casein Mg 140 187 Protein Gr 2,3 0,9 Lemak Gr 2,9 4,2 Kalsium Mg 39 35 Zat besi Mg 70 100 Fosfor Mg 14 15 Vitamin A g 151 75 Vitamin B1 g 1,9 14 Vitamin B2 g 30 40 Vitamin B12 g 0,05 0,1
B. Kandungan Zat Protektif ASI
Selama dalam kandungan, janin mendapat limpahan zat protektif dari ibu melalui plasenta. Setelah lahir, suplai ini terhenti sementara sistem imunologi bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Pada keadaan ini lah pemberian ASI berperan penting dalam mencegah infeksi pada bayi. Zat protektif dalam ASI dapat dibagi menjadi 3 komponen, yaitu:
1. Komponen selular
Komponen sel dalam ASI terdiri atas makrofag, limfosit, dan leukosit polimorfonuklear dan berjumlah kurang lebih 4000/mm3. Jumlah ini akan
menurun cepat setelah 2-3 bulan. 2. Komponen imunoglobulin
Dalam ASI dapat ditemukan 30 jenis imunoglobulin yang berfungsi untuk memproduksi mukosa usus dari virus dan bakteri. Imunoglobulin dalam ASI masih ditemukan setelah satu tahun dan kadarnya tidak tergantung pada gizi ibu.
3. Komponen non-imunoglobulin
Daya proteksi ASI juga didukung oleh komponen non-imunoglobulin. Beberapa komponen ini adalah faktor pertumbuhan Lactobasilus bifidus, laktoferin, lisozim, dan laktoperoksidase. Faktor pertumbuhan Lactobasilus bifidus, salah satu bakteri baik dalam usus, menunjang pertumbuhan bakteri ini. Faktor ini tidak terdapat dalam susu formula.
III. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun bergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara, terutama pada minggu pertama laktasi. Beberapa
faktor tersebut adalah: 1. Frekuensi penyusuan
Pada studi yang dilakukan pada 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 + 3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini, direkomendasikan penyusuan dilakukan paling sedikit 8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2. Berat lahir bayi
Berat lahir bayi berkaitan erat dengan kekuatan mengisap ASI, meliputi frekuensi dan lama penyusuan. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi dengan berat lahir normal (di atas 2500 gram). Kemampuan mengisap ASI ini akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Usia kehamilan saat melahirkan
Bayi lahir prematur (usia kehamilan kurang dari 34 minggu) cenderung lemah dan tidak mampu mengisap ASI secara aktif sehingga produksi ASI lebih rendah dibanding bayi lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat lahir yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Faktor psikologi dan penyakit pada ibu
Ibu yang cemas dan penyakit infeksi, baik yang akut atau kronik, dapat mempengaruhi produksi ASI.
5. Konsumsi rokok dan alkohol
Rokok dapat mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin yang berperan dalam produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin yang akan menghambat pelepasan oksitosin. Hal ini sama dengan kandungan etanol pada minuman beralkohol yang menghambat produksi oksitosin.
6. Pil kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya pil yang hanya mengandung progestin tidak memiliki dampak pada volume ASI. Berdasarkan hal ini, WHO merekomendasikan pil progestin sebagai pil kontrasepsi untuk ibu menyusui.
IV. Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa disertai makanan atau minuman lain, kecuali vitamin dan obat, dan dianjurkan hingga 6 bulan pertama kehidupan. Menurut WHO, secara keseluruhan pemberian ASI
eksklusif mencakup: hanya mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan, di mana menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir dan tidak memberikan makanan
prelacteal (makanan pertama yang diberikan pada bayi baru lahir sebelum inisiasi laktasi) seperti air gula atau air tajin, menyusui sesuai kebutuhan bayi, memberikan kolostrum pada bayi, menyusui sesering mungkin (tanpa jadwal), dan cairan yang diperbolehkan hanya vitamin atau mineral dan obat
dalam bentuk drop atau sirup.
V. Manfaat ASI Eksklusif
Bagi bayi, ASI merupakan sumber nutrisi yang ideal dengan komposisi seimbang dan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia 6 bulan. Kandungan zat protektif dalam ASI juga meningkatkan da ya tahan tubuh bayi dari infeksi.
Bagi ibu, menyusui dapat merangsang kontraksi rahim sehingga mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Menyusui juga dapat berperan sebagai kontrasepsi alami. Selama ibu memberikan ASI eksklusif, 98% ibu tidak hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak hamil hingga bayi berusia 12 bulan. Menyusui juga mengurangi risiko terjadinya kanker payudara dan ovarium pada ibu. Selain itu, pemberian ASI juga lebih praktis dan ekonomis.
VI. Praktek Pemberian ASI Eksklusif Langkah menyusui yang benar:
1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting susu dan areola (daerah hitam sekitar puting susu). Cara ini bermanfaat untuk menjaga kelembapan putting susu
2. Bayi diletakkan menghadap perut atau payudara ibu
a. Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk, sebaiknya menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu dapat bersandar pada sandaran kursi
b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi
tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lainnya di depan
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau aerola saja.
4. Bayi diberi rangsangan membuka mulut dengan cara: a. Menyentuh pipi bayi dengan puting susu
b. Menyentuh sisi mulut bayi
5. Setelah bayi membuka mulut, dekatkan kepala bayi ke payudara ibu dengan putting dan aerola dimasukkan ke mulut bayi
a. Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi sehingga putting susu berada di bawah langit-langit mulut bayi, dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah aerola
b. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
Apabila satu payudara sudah kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Untuk menyusui berikutnya, mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang terakhir dihisap). Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting susu dan aerola, kemudian biarkan mengering dengan sendirinya.
Pemberian ASI pada bayi sebaiknya tidak dijadwalkan dan dilakukan setiap saat bayi membutuhkan. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara dalam waktu sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola menyusui yang teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu.
VII. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif A. Faktor Internal
1. Ketersediaan ASI
Beberapa hal yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu tidak melakukan inisiasi menyusu dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman atau makanan prelacteal pada bayi baru lahir, dan kesalahan posisi menyusui.
Inisiasi menyusu dini dilakukan dengan meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah lahir dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah lahir.
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI dan menyusui sesuai permintaan bayi termasuk pada malam hari, paling sedikit 8 kali sehari. Frekuensi yang jarang dan durasi menyusui yang terlalu sebentar dapat menurunkan produksi ASI. Pada minggu pertama kelahiran, bayi seringkali mudah tertidur saat menyusui sehingga ibu sebaiknya merangsang bayi untuk tetap menyusui dengan menyentuh telinga atau telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap.
Makanan atau minuman prelacteal (makanan atau minuman yang diberikan pada bayi baru lahir sebelum pemberian ASI) seperti air putih, air gula, air madu, atau susu formula seringkali diberikan sebelum ASI keluar. Hal ini tidak boleh dilakukan karena selain menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut dapat menyebabkan reaksi intoleransi pada beberapa bayi.
2. Pekerjaan
Sebagian besar pekerjaan di Indonesia memberikan cuti melahirkan selama kurang lebih 3 bulan. Setelah itu, sebagian besar
ibu yang bekerja terpaksa memberi bayinya susu formula karena khawatir ASI perah tidak cukup.
Pada kondisi ini, bayi dapat diberi ASI yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit. Ibu dianjurkan untuk menabung ASI perah sebelum bekerja. ASI perah dapat disimpan pada suhu ruangan selama 6-8 jam, 48 jam pada lemari es (tidak dibekukan), dan dapat bertahan hingga 6 bulan bila dibekukan. Pembekuan ini tidak berpengaruh pada kandungan ASI, dan bila akan diberikan pada bayi sebaiknya tidak dipanaskan karena akan merusak kualitas ASI dan zat protektif di dalamnya. ASI cukup didiamkan beberapa saat dalam suhu ruangan agar tidak terlalu dingin sebelum diberikan pada bayi.
3. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman pada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif dan menumbuhkan sikap positif dan kepercayaandiri mengenai masalah menyusui. Kurangnya pengetahuan atau informasi menyebabkan banyak ibu yang
menganggap susu formula sama, atau lebih baik dari ASI.
4. Kelainan pada payudara
Tiga hari setelah persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri akibat adanya bendungan pada pembuluh darah payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Sebagian ibu berhenti memberikan ASI karena merasa sakit saat menyusui. Namun, penimbunan ASI dalam payudara yang tidak dikeluarkan ini dapat
menyebabkan infeksi payudara.
Keluhan lain yang sering muncul saat menyusui adalah lecet pada puting susu. Hal ini umumnya terjadi karena kesalahan posisi menyusui di mana bayi hanya menghisap pada puting susu. Pada saat menyusui, sebagian besar aerola seharusnya masuk ke dalam mulut
bayi yang, selain mencegah lecet pada puting, juga memudahkan bayi untuk menghisap air susu. Membersihkan puting dengan menggunakan alkohol dan sabun juga menyebabkan puting kering dan terasa sakit saat menyusui.
5. Kondisi kesehatan ibu
Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali karena kondisi kesehatan ibu seperti pada ibu penderita hepatitis B, HIV-AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang dirawat di rumah sakit, atau ibu meninggal dunia.
B. Faktor Eksternal
1. Dukungan dan motivasi
Dukungan baik dari keluarga, masyarakat, atau tenaga kesehatan merupakan faktor pendukung emosional dan psikologis terhadap ibu dalam memberikan ASI. Kurangnya hubungan harmonis dalam keluarga, budaya modern yang mengganggap kegiatan menyusui sebagai sesuatu yang tidak nyaman dilakukan di tempat umum, dan perilaku tenaga kesehatan dapat mempengaruhi keputusan dan
kelancaran pemberian ASI eksklusif.
2. Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Beberapa contohnya adalah pada bayi penderita intoleransi laktosa, jenis karbohidrat yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI; adanya kelainan anatomi seperti bibir sumbing; atau pada bayi prematur yang terlalu lemah untuk menghisap ASI.
3. Pemberian pengganti ASI (PASI) atau susu formula
memilih susu formula ketimbang ASI. Promosi gerakan pemberian ASI sendiri masih jauh lebih rendah dibandingkan promosi susu formula. Di Indonesia, sekitar 86% wanita gagal memberikan ASI eksklusif karena lebih memilih memberikan susu formula pada bayinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
I. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui perbandingan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sebelum dan setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan di wilayah Puskeskel Kaliawi, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung.
II. Tempat dan Waktu Penelitian A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskeskel Kaliawi, Kelurahan Kaliawi, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung.
B. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada periode bulan Maret 2014. Kunjungan posyandu, intervensi, dan evaluasi dilakukan pada bulan Maret 2014.
III. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki anak berusia 0-6 bulan di wilayah Kelurahan Kaliawi Persada, Kecamatan Tanjung Karang
Pusat, Kota Bandar Lampung.
Dari populasi tersebut, diambil sampel penelitian yaitu seluruh ibu yang datang ke posyandu saat intervensi dilaksanakan.
Tabel 3.1. Jumlah Ibu dengan Anak Usia 0-6 bulan di Daerah Kerja Puskeskel Kaliawi-Persada Posyandu Jumlah Kenanga I 24 Kenanga II 31 Kenanga III 17 Kenanga IV 14 Total 86
IV. Alat Penelitian
1. Kuesioner yang dibagikan kepada seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan.
2. Leaflet sebagai media penyuluhan
V. Skoring Kuesioner
Tingkat pengetahuan ibu dibagi menjadi tiga kelompok: 1. Tingkat pengetahuan baik
2. Tingkat pengetahuan cukup 3. Tingkat pengetahuan kurang
Skor tingkat pengetahuan dinilai berdasarkan jawaban benar atau salah. Jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Dikatakan tingkat pengetahuan baik bila 80% (12 soal) jawaban dari 15 soal benar, tingkat pengetahuan cukup bila 60% (9 soal) jawaban benar, dan dikatakan tingkat pengetahuan kurang bila < 60% (< 8 soal) jawaban benar.
Tingkat sikap ibu dibagi menjadi tiga kelompok: 1. Tingkat sikap baik
2. Tingkat sikap cukup 3. Tingkat sikap kurang
Skor tingkat sikap ibu dinilai berdasarkan jawaban tepat, kurang tepat, dan salah. Jawaban tepat mendapat nilai 2, kurang tepat mendapat nilai 1, dan salah mendapat nilai 0.
Nilai tertinggi : 20 Nilai terendah : 0
Sikap baik : 80% x 20 = 16 16-20 Sikap cukup : 60% x 20 = 12 12-15 Sikap kurang : < 12
VI. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian, dengan instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner.
VII. Prosedur Penelitian
Analisis data
Mendata jumlah ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan di wilayah Puskeskel Kaliawi pada periode bulan Maret 2014
Didapatkan total jumlah ibu menyusui di wilayah Puskeskel Kaliawi kemudian dijadikan sebagai populasi penelitian
Mengumpulkan data dari ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan yang datang ke posyandu saat dilakukan penelitian
Melakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner
Melakukan penyuluhan mengenai ASI eksklusif dengan menggunakan leaflet
VIII. Pengolahan dan Analisis Data A. Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut: 1. Editing
Kegiatan editing dimaksudkan untuk meneliti kembali formulir data dan untuk memeriksa kembali data yang terkumpul apakah sudah lengkap, terbaca dengan jelas, tidak meragukan, terdapat kesalahan atau tidak, dan sebagainya.
2. Data Entry
Menyusun data dalam bentuk tabel-tabel yaitu tabel distribusi frekuensi. 3. Tabulating
Menyusun data dengan bantuan komputer. Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data diolah mnggunakan komputer.
B. Analisis Data
Untuk analisis data digunakan analisis data secara deskriptif, mengelompokkan dan mendistribusikan data berdasarkan kategori kemudian dihitung presentasenya dan mendesripsikannya sesuai dengan data yang tersedia serta teori yang mendukung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu
Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)
< 20 tahun 29 37,18
20-35 tahun 35 44,87
> 35 tahun 14 17,95
Jumlah 78 100
Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa kelompok ibu berusia 20-35 tahun memiliki frekuensi terbanyak yaitu 35 orang (44,87%), diikuti dengan kelompok usia kurang dari 20 tahun sebanyak 29 orang (37,18%) dan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 14 orang (17,95%). Umur adalah faktor yang menentukan pemberian ASI dari segi produksi. Ibu yang berusia 19-23 tahun pada umumnya
dapat menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan yang berusia lebih tua karena fisiologis tubuh yang masih baik.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
Tidak tamat SD 10 12,82 SD 18 23,08 SMP 12 15,38 SMA 27 34,62 Perguruan Tinggi 11 14,10 Jumlah 78 100
dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 18 orang (23,08%), SMP 12 orang (15,38%), Perguruan Tinggi 11 orang (14,10%), dan ibu yang tidak sekolah atau tidak tamat SD sebanyak 10 orang (12,82%). Sebagaimana umumnya, tingkat pendidikan mempengaruhi kemudahan mendapatkan informasi yang akhirnya
mempengaruhi perilaku seseorang.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu
Status Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Tidak bekerja 46 59,0
Bekerja 32 41,0
Jumlah 78 100
Dari hasil penelitian diperoleh angka yang lebih tinggi pada ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 46 orang (59,0%), sedangkan ibu yang bekerja sebanyak 32 orang (41,0%). Status pekerjaan ibu merupakan faktor pendukung pemberian ASI, di mana ibu yang tidak bekerja akan lebih mudah dalam memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan ibu yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah akan memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk menyusui bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah. Sebenarnya ibu yang bekerja masih dapat memberikan ASI kepada bayinya dengan memerah ASI baik menggunakan alat/pompa maupun tangan, kemudian disimpan dan dapat diberikan pada bayi selama ibu bekerja.
Tingkat Pengetahuan
Sebelum Sesudah
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Baik 29 37,2 56 71,8
Cukup 33 42,3 15 19,2
Kurang 16 20,5 7 9,0
Jumlah 78 100 78 100
Gambar 4.1. Grafik Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan intervensi, diperoleh data bahwa dari 78 responden, ibu dengan tingkat pengetetahuan cukup mengenai ASI eksklusif adalah sebanyak 33 orang (42,3%), 29 orang (37,2%) dengan pengetahuan baik, dan 16 orang (20,5%) dengan pengetahuan kurang. Hasil ini menunjukkan bahwa ibu di wilayah kerja Puskeskel Kaliawi-Persada memiliki pengetahuan yang cukup mengenai ASI eksklusif.
Setelah dilakukan intervensi, didapatkan peningkatan terhadap tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif di mana ibu dengan tingkat pengetahuan baik meningkat menjadi 56 orang (71,8%), diikuti dengan ibu tingkat
0 10 20 30 40 50 60
Sebelum intervensi Setelah intervensi
Baik Cukup Kurang
Tingkat Pengetahuan Responden
F re k u en si R es o n d en
pengetahuan cukup sebanyak 15 orang (19,2%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 7 orang (9,0%).
Tabel 4.5. Perbandingan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi
Sikap Sebelum Sesudah
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Baik 28 35,90 37 47,43
Cukup 35 44,87 32 41,0
Kurang 15 19,23 9 11,57
Jumlah 78 100 78 100
Gambar 4.2. Grafik Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan intervensi, didapatkan 35 orang (44,87%) memiliki sikap pemberian ASI eksklusif yang cukup, 28 orang (35,90%) memiliki sikap yang baik, dan 15 orang (19,23%) memiliki sikap pemberian ASI eksklusif yang kurang.
Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan sikap pemberian ASI eksklusif yang baik
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Sebelum intervensi Setelah intervensi
Baik Cukup Kurang F re k u en si R es on d en
meningkat menjadi 37 orang (47,43%), sikap yang cukup menjadi 32 orang (41,0%), dan sikap kurang menurun menjadi 9 orang (11,57%).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
1. Dari 78 responden didapatkan kelompok ibu berusia 20-35 tahun memiliki frekuensi terbanyak yaitu 35 orang (44,87%), usia kurang dari 20 tahun 29 orang (37,18%) dan usia lebih dari 35 tahun 14 orang (17,95%)
2. Ibu dengan pendidikan terakhir SMA memiliki frekuensi terbanyak yaitu 27 orang (34,62%), pendidikan terakhir SD 18 orang (23,08%), SMP 12 orang (15,38%), Perguruan Tinggi 11 orang (14,10%), dan ibu yang tidak sekolah atau tidak tamat SD 10 orang (12,82%)
3. Angka ibu yang tidak bekerja adalah 46 orang (59,0%), lebih banyak dibanding ibu yang bekerja yaitu sebanyak 32 orang (41,0%)
4. Setelah dilakukan intervensi, didapatkan peningkatan terhadap tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif di mana ibu dengan tingkat pengetahuan baik meningkat dari 29 orang (37,2%) menjadi 56 orang (71,8%), pengetetahuan cukup dari 33 orang (42,3%) menjadi 15 orang (19,2%), dan pengetahuan kurang dari 16 orang (20,5%) menjadi 7 orang (9,0%)
5. Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan sikap pemberian ASI eksklusif yang baik meningkat dari 28 orang (35,90%) menjadi 37 orang (47,43%), sikap
yang cukup dari 35 orang (44,87%) menjadi 32 orang (41,0%), dan sikap kurang menurun dari 15 orang (19,23%) menjadi 9 orang (11,57%).
II. Saran
Perlu dilakukan penelitian mengenai peran petugas kesehatan kaitannya dengan ASI eksklusif. Bagi ibu diharapkan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sedangkan untuk Institusi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas) diharapkan dapat memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI
eksklusif kepada ibu-ibu di wilayah kerjanya dan kepada tenaga kesehatan dan kader posyandu.
LAMPIRAN
KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESKEL KALIAWI, KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT,
BANDAR LAMPUNG IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Alamat : 3. Umur : a. < 20 tahun b. 20-35 tahun c. > 35 tahun 4. Pendidikan terakhir :
a. Tidak tamat sekolah atau tidak tamat SD b. SD
c. SMP d. SMA
e. Perguruan tinggi 5. Apakah Anda bekerja:
a. Ya b. Tidak 6. Jumlah anak : a. 1-2 b. 3-4 c. >5
PENGETAHUAN
1. Apakah Ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif ? a. Ya
b. Tidak 2. Bila j
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat sampai usia 6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai usia 2
tahun
3. Menurut ibu kapan seorang bayi harus diberikan ASI pertamanya? a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah
diberikan ASI pertama
d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan 4. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi ?
a. Ya b. Tidak
5. Bila jawaban ya, manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI ? a. Memberi nutrisi
b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
d. Semua jawaban benar
6. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI ? a. Kolostrum
d. Semua benar
7. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?
a. ASI eksklusif membuat anak cerdas dan mandiri
b. ASI eksklusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan bayi
c. A dan B benar d. Semua salah
8. Apakah memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat bagi ibu?
a. Ya b. Tidak
9. Bila jawaban ya, manfaat apa yang didapatkan oleh ibu ? a. Menunda kehamilan berikutnya
b. Lebih cepat langsing c. Semua jawaban benar
10. Menurut ibu apakah ASI dapat diganti dengan makanan pengganti ASI (PASI)?
a. Ya b. Tidak
11. Menurut ibu mana yang lebih baik, ASI atau PASI ? a. ASI
b. PASI
12. Bila jawaban ASI, apakah kelebihan ASI daripada PASI ? a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik
b. ASI praktis dan tidak memerlukan biaya
c. ASI dapat mempererat tali kasih sayang ibu dan anak d. Semua jawaban benar
13. Menurut ibu berapa usia bayi yang tepat untuk diberikan makanan pengganti ASI?
b. 3 bulan c. 5 bulan d. 6 bulan
14. Menurut ibu frekuensi yang tepat dalam menyusui berapa kali? a. 1 kali
b. Sesering mungkin c. 3-5 kali
d. setiap kali bayi menangis
15. Berapa lama ASI perah dapat bertahan bila tidak dimasukkan dalam kulkas? a. 8 jam b. 30 menit c. 24 jam d. < 5 menit SIKAP
Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kebiasaan Anda! 1. Menurut Anda, seberapa penting pemberian ASI eksklusif pada bayi?
a. Sangat penting b. Cukup penting c. Tidak penting
2. Kapan ibu mulai memberikan ASI pada bayi? a. Segera setelah melahirkan
b. Setelah membuang ASI berwarna kuning yang pertama kali keluar c. S
3. Sampai usia berapa ibu memberikan ASI pada bayi? a. 6 bulan
b. 4 bulan c. < 4 bulan