• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 IPA

2.1.1.1 Pengertian IPA

IPA atau Sains berasal dari bahasa latin yaitu “scientia” yang berarti “pengetahuan”. Ilmu pengetahuan yang dimaksud dengan sains (science) adalah ilmu pengetahuan ilmiah atau pengetahuan yang bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat ilmu pengetahuan (KBBI). Dalam arti luas adalah setiap pengetahuan dasar atau praktek belajar yang mencari tujuan secara sistematis yang mampu menghasilkan prediksi. Itulah sebabnya mengapa sains disebut sebagai teknik atau praktek yang sangat terampil. Namun, dalam istilah yang lebih modern, sains adalah sistem yang memperoleh pengetahuan berdasarkan proses atau metode ilmiah untuk mengatur pengetahuan yang diperoleh melalui suatu penelitian. Jadi IPA atau sains merupakan suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari suatu pengetahuan alam secara terorganisir, sistematik dan melalui berbagai metode saintifik. Bidang IPA atau sains secara luas dibagi menjadi dua ilmu, ilmu alam (ilmu yang mempelajari fenomena alam) dan ilmu-ilmu sosial (ilmu untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat). Namun, di kedua hal tersebut, pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan yang mampu diuji oleh validitas peneliti lain yang bekerja di bawah kondisi yang sama. Ada beberapa disiplin ilmu lain seperti ilmu kesehatan dan teknik yang dikelompokkan ke dalam ilmu antar disiplin yang diterapkan. Namun tentu saja Ilmuan tetap melakukan upaya secara berkelanjutan untuk menemukan dan meningkatkan sains melalui penelitian.

Menurut Goldstein, ilmu merupakan cara memandang dunia, memahami, dan mengubahnya. Dalam konteks kreativitas keilmuan, ilmu pengetahuan di definisikan sebagai sistem berpikir yang melibatkan serangkaian aktivitas kreatif dan imajinatif ilmuwan dalam upaya mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan pada

(2)

dasarnya merupakan kumpulan kumpulan pengetahuan yang diperoleh manusia dari berbagai sumber. Pengetahuan-pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan metode tertentu, yakni metode ilmiah. Hasil dari semua itu lalu disusun secara sistematis. Selanjutkan dilakukan uji kebenaran atau verifikasi secara empiris. Lalu pengalaman nyata akan membuktikan kebenaran secara konkret

Conantdalam Usman (2006) dalam bukunya yang membahas tentang optimalisasi kegiatan belajar mengajar mengatakan, IPA atau Science diartikan sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungansatusamalain, dantumbuhsebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut

MenurutR.Harre dalam bukunta yang berjudul “The Philosophies Of

Science” (2000), “science is acollection of wellattestedtheories

whichexplain thepatterns andregularies andirregularies amongcarefully

studied phenomena”, yang berartisainsadalahkumpulanteori-teoriyang

telahdiujikebenarannya, menjelaskan tentangpola-pola danketeraturan maupunketidakteraturan dari gejala yangdiamati denganseksama

Bube mengatakan, Science adalah pengetahuan tentang dunia alamiah yang diperoleh dari interaksi indera dengan dunia tersebut.Pernyataan ini memberikan suatu ketelitian yang menarik terhadap dua aspek tentang bagaimana observasi terjadi (berlangsung) :

1. Observasi gejala-gejala alam (yang merupakan dasar-dasar otoritas dimana pengetahuan ilmiah berlaku) melalui pikiran dan indra seseorang.

2. Proses observasi menyangkut dua jalur interaksi antara pengamat (orang yang melakukan observasi) dan objek (sesuatu yang diobservasi)

Secara umum ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang berasal dari alam, yang telah terbukti melalui penelitian-penelitian para ahli sehingga telah teruji kevaliditasannya dan dapat digunakan sebagai acuan ilmu dalam hal belajar dan pembelajaran.

(3)

2.1.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA

Pendidikan IPA memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan intelektual siswa. Perkembangan psikologis anak usia SD merupakan masa dimana mereka mempunyai rasa keingintahuan yang besar. Menurut Sumaji (2006:31) dalam bukunya yang berjudul “Sains yang Humanis” menyatakan bahwa “pendidikan sains bukanlah merupakan transfer pengetahuan dari guru sebagai sumber pengetahuan kepada anak sebagai siswa. Kalau hal ini yang terjadi, pendidikan tidak akan menghasilkan generasi yang terdidik dan berkualitas”.

Maka pengembangan pendidikan IPA di SD diupayakan untuk melihat pada kesesuaian antara hakikat pembelajaran IPA itu sendiri dengan perkembangan siswa baik perkembangan psikologis maupun intelektual sehingga menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan melahirkan generasi yang siap menghadapi dunia globalisasi.

Adapun Sri Sulistyorini (2007: 9-11) menyatakan bahwa pada hakikatnyaIPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap.Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi produk (hasil), dandimensi pengembangan sikap ilmiah, yang ketiganya saling terkait satu sama lain.

a. IPA sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan hasil upaya perintis IPA terdahulu dalam menemukan fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap dalam bentuk buku teks. Pada pembelajaran IPA guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga dapat membantu siswa membangun pemahamannya dan menghasilkan pengetahuan yang relevan.

b. IPA sebagai Proses

IPA sebagai proses adalah cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh produk IPA. Cara mendapatkan IPA yaitu menggunakan metode ilmiah. Untuk memahami suatu konsep siswa tidak diberitahu oleh guru, tetapi guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh dan menemukan

(4)

konsep melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan.

c. IPA sebagai Pemupukan Sikap

IPA sebagai pemupukan sikap mempunyai arti bahwa melalui IPA, sikap ilmiah terhadap alam sekitar yang dimiliki oleh siswa akan berkembang ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di lapangan.

IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir dan mencari jawaban melalui pengamatan dan pengalaman langsung berdasarkan bukti.. Sebagaimana yang dikemukakan Rohandi dalam Sumaji (2006: 112) dalam bukunya yang berjudul “Sains yang Humanis” menyatakan bahwa “pelaksanaan pembelajaran sains adalah menempatkan aktivitas nyata anak dengan berbagai objek yang dipelajari yang merupakan hal utama untuk dapat dikembangkan”. Jadi, siswa akan memiliki kemampuan berpikir yang baik apabila memiliki banyak pengalaman belajar.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran IPA di SD adalah pembelajaran IPA bukan sekedar penguasaan konsep, prinsip, hukum atau teori semata melainkan suatu proses dengan cara mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsep ilmiah tentang alam semesta.

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Menurut Permen No 22 Tahun 2006 mata pelajaran IPA perlu diberikan kepada siswa sejak sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

(5)

Adapun Sri Sulistyorini (2007: 40) dalam bukunya yang bwejudul “Model Pembelajaran IPA SD” menyebutkan bahwa mata pelajaran IPAdi SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya

Tujuan Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:

1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam

kehidupan sehari-hari.

5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

(6)

6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini, 2007: 40)

2.1.2 Model Pembelajaran PBL dan Media Gambar 2.1.2.1 Pengertian PBL

Dalam kemendikbud tahun 2013 bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL)merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehinggamerangsang peserta didik untuk belajar. Pendapat yang sama juga dikemukakanoleh Hmelo-Silver (Paull Eggen: 2012) yang menyatakan bahwa pembelajaranberbasis masalah adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalahsebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materidan penguatan diri.

Selain beberapa pendapat diMahanal, 2009 mengatakan bahwa PBL adalah pembelajaran dengan menggunakan proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.Menurut Nurhadi, dkk (dalam Handayani, 2009)tipe pembelajaran PBL adalah tipe pembelajaran dengan pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

PBL merupakan salah satu strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. PBL adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi dkk, 2009;16).

PBL adalah cara belajar siswa dengan menggunakan strategi pemecahan masalah serta menggunakan contoh sesuatu yang nyata di kehidupan sehari-hari agar siswa dapat lebih memahami dan menyelesaikan masalah tersebut.

(7)

Masalah yang ada pada pembelajaran PBL umumnya bersifat terbuka, artinya jawaban dari masalah yang dihadapi belum tentu benar. Dengan demikian dari guru maupun siswa sangat mempunyai peluang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan jawaban apa saja yang mereka punyai. Jadi model pembelajaran PBLbisa memancing siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data guna memecahkan masalah yang mereka hadapi. Tujuan yang dicapai dari model pembelajaran ini adalah untuk mendorong siswa agar mampu berpikir kritis dan menemukan cara untuk memecahkan masalah melalui eksplorasi data dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

2.1.2.2 Karakteristik PBL

Setiap model pembelajaran memikiki karakteristik tertentu yang membedakan satu model pembelajaran dengan yang lainnya. Karakteristik PBLmenurut Paul Eggen & Don Kauchak (2012) dalam bukunya yang berjudul “Ketrampilan Berpikir”:

1) Pelajaran berfokus pada pemecahan masalah

Dalam pelajaran yang dijadikan sebagai pokok suatu persoalan berfokus pada satu pemecahan masalah agar peserta didik dapat berkosentrasi pada masalah yang sedang dibahas atau dihadapinya.

2) Tanggung jawab untuk memecahkan masalah ada pada siswa

Setiap individu siswa atau kelompok memiliki tanggung jawab atas pokok permasalah yang sedang mereka hadapi atau kerjakan dalam suatu proses pembelajaran

3) Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah.

Guru sebagai berperan sebagai fasilitator dalam jalannya proses pembelajaran model PBLini, mensuport peserta didik agar dapat tercipta suasana kelas yang hidup.

Dapat dianalisa bahwa, konsep pembelajaran PBLyakni berpusat pada pemecahan masalah dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pemecahan masalah melalui cara berpikir yang bebas dan terbuka menuju kepada suatu solusi atau penemuan. Sementara peran guru adalah sebagai fasilitator dan pendukung

(8)

proses belajar. Proses dalam PBLsecara teoritis mendukung pengembangan berpikir kritis siswa sesuai dengan desain yang diterapkan

2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model PBL

Ada pula kelebihan dan kekurangan tersendiri yang dimiliki oleh model PBL, antara lain;

a. Kelebihan

PBL inimemiliki memiliki kelebihan tersendiri dibanding dengan model pembelajaran yang lain. Kemendikbud 2013 menyebutkan ada beberapa kelebihan model PBLyaitu a) terjadi pembelajaran bermakna, b) dalam situasi PBL, siswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan scara simultan dalam konteks yang relevan, dan c) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Adapun Warsono dan Hariyanto (2013: 152) dalam bukunya yang berjudul “Pembelajaran aktif teori dan Asesmen” menyebutkan kelebihan dariPBL yaitu a) siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem solving) baik didalam kelas maupun yang ada dalam kehidupan sehari-hari, b) memupuk rasasolidaritas karena interaksi sosial yang terjadi dengan orang di sekitarnya, c)mengakrabkan guru dengan siswa, dan d) membiasakan siswa menerapkanmetode eksperimen melalui proses pemecahan masalah. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa keunggulan dari model PBLini adalah siswa lebih terbiasa dengan masalah yang dihadapi di dunia nyata, sehingga akan tercipta pembelajaran yang lebih bermakna. Pengetahuan yang didapat siswa melalui pembelajaran dpat diaplikasikan secara relevan.

Pembelajaran yang menantang dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran.

b. Kekurangan

Selain kelebihan, adapun kekurangan yang dimiliki oleh model PBLini. Antara lain; dalam pembelajaran metode ini guru tidak bisa secara langsung memberikan ilmunya kepada peserta didik, sehingga tidak tercipta pembelajaran yang inspiratif. Peran guru hanya sebatas fasilitator saja, guna memberi

(9)

kesempatan pengajar agar lebih inspiratif sebaiknya metode belajar lebih divariasikan. Namun tidak cukup hanya berpatok pada buku pegangan saja, namun diluar itu guru harus kreatif mencari referensi lainnya, misalnya untuk menanamkan nilai mencintai lingkungan sekitar.

Sedangkan menurut Thobroni dan Arif (2011, hlm.350) mengungkakan bahwa kelemahan PBL yaitu: 1) memerlukan waktu yang banyak; 2) tidak bisa digunakan dikelas-kelas rendah; dan 3) tidak semua peserta didik terampil bertanya. Berdasarkan ungkapan dari Sanjaya, Thobroni dan Arif dapat disimpulkan bahwa PBL memiliki kelemahan terutama dalam masalah waktu yang lama dalam hal persiapan, perlunya motivasi kuat dari peserta didik untuk mempelajari masalah yang ada dalam materi pembelajaran, dan tidak semua materi dalam pelajaran geografi dapat menggunakan model ini.

2.1.2.4 Langkah-langkah Model PBL

Pembelajaran berbasis masalah mempunyai langkah-langkah dalam setiap proses pembelajarannya. Adapun langkah-langkah dalam PBL menurut Richard L. Arends (2008: 57) terdiri dari lima langkah yaitu;

a. orientasi masalah kepada siswa

b. mengorganisasikan siswa untuk meneliti c. membantu investigasi mandiri dan kelompok

d. mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya, dan e. menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Senada dengan pendapat di atas, Rusmono (2012: 81) juga menyebutkan pendapat yang sama mengenai tahapan pembelajaran dengan strategi PBL yaitu ;

a. mengorganisasikan siswa kepada masalah b. mengorganisasikan siswa untuk belajar c. membantu penyelidikan mandii dan kelompok

d. mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran e. menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Selain pendapat ahli di atas, Warsono dan Hariyanto (2013: 150) menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran dalam PBL meliputi;

(10)

b. mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa untuk belajar c. memandu investigasi mandiri maupun investigasi kelompok

d. mengembangkan dan mempresentasikan karya, serta e. refleksi dan penilaian.

2.1.3 Media Pembelajaran

2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

Perkembangn IPTEK yang semakin mendorong upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses upaya belajar. Hal ini menuntut agar guru mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah.Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan media yang murah dan efisien yang meskipun sederhana, tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Schramm (dalam Putri, 2011: 20) media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk pembelajaran.Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2011:3).

Sedangkan menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2011:4) media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.Menurut Heinich yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011:4), media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran antara sumber dan penerima.

Kemudian dari pengertian menurut para ahli di atas Dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.

(11)

2.1.3.2 Macam-macam Media Pembelajaran

Sebagai seorang pendidik alangkah baiknya banyak mengetahui macam-macam jenis media pembelajan yang dapat membantu proses belajar mengajar di kelas. Perlu kita ketahui media pembelajaran akan sangat bermanfaat jika sang guru bisa mempergunakannya dengan baik dan benar. Secara garis besar media dalam pembelajaran terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu media audio, media visual, media audio visual dan media serbaneka. Untuk setiap jenis media memiliki kriteria dan karakteristik tersendiri. Bagi anda yang ingin mengetahui detailnya silahkan simak ulasannya berikut;

a. Media Audio

Media Audio merupakan media berbentuk suara yang memiliki peran penting dalam pembelajaran. Media ini bisa berupa rekaman radio, rekaman suara dan sebagainya.Media ini biasanya bisa kita temukan di ruang bahasa ataupun saat siaran radio pendidikan.

b. Media Visual

Media Audio merupakan media berbentuk gambar yang menitik beratkan pada indra penglihatan. Media ini biasanya digunakan untuk meningkatkan semangat aktivitas belajar siswa, pemahaman yang menghubungkan antara dunia nyata dengan isi materi pelajaran akan meningkatkanketertarikan siswa dengan gambar yang disajikan oleh guru. c. Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang menggabungkan antara media audio dan media visual yang berbentuk video. Ketertarikan siswa akan media ini tentulah sangat besar. Selain bisa melihat gambar, siswa juga secara langsung mendengarkan suara dari media yang disajikan oleh guru. Media ini sangat membatu bagi proser mengajar guru, karena pada umumnya guru hanya menjelaskan sedikit isi atau maksud dari video kemudian kreativitas siswa akan jalan dengan sendirinya.

(12)

2.1.3.3 Media Gambar

Media pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, terutama pada siswa kelas rendah. Dengan menggunakan media pembelajaran yang mudah dipahami dan diterima oleh siswa, maka pembelajaran akan mudah diterima. Media pembelajaran dapat berupa visual, audio dan audio visual. Namun dalam penggunaan media sebagai alat bantu pembelajaran ini penulis menggunakan media gambar.

Media gambar adalah suatu bentuk asli dari dua dimensi berbentuk foto, gambar maupun lukisan yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru dan berisikan pesan tentang pelajaran sehingga siswa dapat mengungkap informasi yang terkandung dalam dalam gambar tersebut dan tercapainya tujuan pembelajaran. Media gambar memberikan pengalaman yang lebih nyata bagi siswa. Saat siswa mengamati gambar, seolah-olah siswa melihat bentuk asli seperti yang tertera pada gambar. Kebanyakan siswa sangat tertarik dengan media gambar atau cerita bergambar terutama bagi kelas rendah, karena penggunaanya dapat mengaktifkan semua indra muriddan membangkitkan dunia teori dengan realitanya. Cerita bergambar adalah cerita yang menjadi inti dari ceritanya adalah narasinya, sedangkan gambar hanya sebagai ilustrasi pelengkap. Gambarnya hanya sebagai ilustrasi dari cerita yang ada, tetapi hanya menceritakan salah satu adegan dalam sebuah cerita. Kaitannya dengan media pembelajaran yang menggunakan cerita bergambar peran guru adalah menceritakan gambar yang ditunjukkan kepada siswa untuk menyampaikan materi, sehingga siswa akan lebih memahami materi. Dengan melihat gambar siswa akan tertarik untuk memperhatikan penjelasan guru yang disajikan dalam bentuk cerita.

(13)

2.1.4. Sintak Penerapan Model Pembelajaran PBL Berbantu Media Gambar Sesuai Standar Proses

Tabel 2.1

Sintak Pembelajaran Model PBL

No Kegiatan Tahap-tahap Tingkah Laku Guru

1. Awal Stimulasi (pemberian rangsangan)

Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, meteri pokok dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya disampaikan dengan pengajaran langsung.

2. Inti Tahap 1

Penyajian Kelas/ Class Presentation Tahap 2 Belajar Kelompok/ Teams Tahap 3 Permainan/ Games Tahap 4 Kerja Kelompok Tahap 5 Penghargaan kelompok

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan. Kelompok biasanya terdiri dari 4-5 siswa. Guru membagi soal kepada masing-masing kelompok. Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi, bernomor 1-30. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan. Guru memberi reward.

3. Penutup Menarik kesimpulan Guru melakukan pembahasan kembali materi yang telah dipelajari. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Guru menutup kelas dengan do'a dan salam.

(14)

2.1.5. Aktivitas Belajar

2.1.5.1 Pengertian Aktivitas Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan mencari informasi hingga dapat menemukan ilmu yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti.Melihat dari definisi tersebut, belajar menjadi salah satu faktor yang dapat merubah pola pikir seseorang dalam pembentukan kepribadian sesuai perkembangan setiap individu tersebut. Namun tidak semua perkembangan disebut sebagai proses belajar.

Menurut Komalasari (2010) mengidentifikasikan ciri-ciri kegiatan belajar yang mengacu pada seseorang melakukan kegiatan belajar, sebagai berikut :

1. Belajar adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seeseorang, baik secara actual maupun potensial.

2. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh dalam jangka waktu yang lama.

3. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri individu.

Dapat dikatakan sesorang belajar jika melakukan aktivitas yang menghasilan perubahan dalam dirinya. Aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Gie (dalam Florensiana, 2011), aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada banyaknya perubahan.Menurut Sardiman (dalam Saminanto, 2010), yang dimaksud aktivitas belajar adalah keaktifan yang bersifat fisik maupun mental.Dalam kegiatan pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus saling menunjang agar diperoleh hasil yang maksimal.

2.1.5.2 Jenis-jenis Aktivitas

Aktivitas belajar meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus selalu berkait. Aktivitas belajar siswa sangat kompleks. Paul B. Diedrich (Sardiman, 2006: 101), menyatakan bahwa kegiatan siswa digolongkan sebagai berikut:

(15)

1. Kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi 3. Kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan

penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.

4. Kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.

5. Kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan polaKegiatan-kegiatan

6. Kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7. Kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan, berani, tenang, merasa bosan dan gugup.

Dari penggolongan di atas, dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar sangatlah kompleks dan bervasi. Sebagai pendidik sangatlah dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran dengan menyajikan variasi model pembelajaran yang dapat memicu siswa untuk berpikir kreatif dan aktif dalam pembelajan.Jadi penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran secara aktif agar pembelajaran mencapai keberhasilan belajar.aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan

(16)

pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat darri kegiatan tersebut. Pusat dari aktivitas belajar adalah siswa, karena dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran akan menciptakan situasi belajar aktif. Indikator dari aktivitas belajar siswa adalah antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, kerjasama kelompok, aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok, aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran, keterampilan siswa dalam menggunakan alat peraga, partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi.

2.1.5.3. Nilai Aktivitas dalam Pembelajaran

Aktivitas merupakan hal penting bagian dari belajar siswa, yang mana membawa pengaruh besar bagi nilai belajar mereka. Walaupun tidak sepenuhnya hasil belajar dapat dinilai dari tingkat keaktifan siswa tersebut, namun sebagian besar siswa yang aktif di hal positif dalam pelajaran biasanya lebih cenderung banyak akal. siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal yang penting. Adanya aktivitas dalam suatu pembelajaran membawa pengaruh besar dalam tingkat keberhasilan, hal tersebut membuktikan bahwa pelajaran berlangsung dengan baik dan optimal

Dalam penggunaannya aktivitas sendiri memiliki pengaruh besar bagi pembelajaran. Karena siswa mencari pengalaman sendiri dalam belajar dengan kreativitas yang mereka punyai, entah dengan cara kerjasama bersama teman sekelompok sekaligus dapat memupuk kedisiplinan dan suasana belajar menjadi demokratis ataupun bekerja sendiri menurut minat dan kemampuan mereka sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup.

2.1.6 Hasil Belajar

2.1.6.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.Suprijono (2010) menyatakan hasil

(17)

belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Menurut Bloom (Rusman, 2011) perubahan yang terjadi dalam belajar merupakan hasil belajar yang meliputi perubahan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan evaluasi.Afektif meliputi sikap menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati.Psikomotorik meliputi keterampilan bergerak dan bertindak, dan kecakapan ekspresi verbal dan nonberbal.

Adapun Munawar (2009) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang dilakukan berulang-ulang serta akan tersimpan dalam waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamanya.

Hasil belajar siswa merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Hasil juga bisa diartikan bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.

Penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa melalui proses pembelajaran yang dilakukan berulang-ulang dan bersifat permanen, perubahan terjadi dari sebelum belajar hingga setelah belajar, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil merupakan puncak dari proses belajar.

2.1.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Banyak sekali macam-macam faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, namun dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal;

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Dalam faktor internal ini, terdapat tiga jenis faktor yang dapat mempengaruhi faktor internal itu sendiri, antara lain;

(18)

a. Faktor Jasmaniah  Faktor kesehatan

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

 Cacat tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis ini adalah faktor yang meliputi ilmu kejiwaan seperti intelegensi,minat,bakat,perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

 Intelegensi

intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

 Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

(19)

 Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sfatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

 Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hillgard adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di bidang itu.

 Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorong.

 Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

(20)

 Kesiapan

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seeseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlahat denngan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.

2. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

a. Lingkungan Sosial

 Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.

 Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika

(21)

memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan yang belum dimilikinya.

 Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b. Lingkungan Nonsosial

 Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

 Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.

 Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa

2.1.6.3 Pengukuran Hasil Belajar

Penilaian dapat disebut sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar Peserta Didik (Permendikbud No. 66 Tahun 2013). Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk

(22)

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru pada saat melaksanakan penilaian untukimplementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.

Sahih maksudnya penilaian didasarkan pada data yang memang

mencerminkan kemampuan yang ingin diukur;

Objektif, penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan tidak boleh dipengaruhi oleh subjektivitas penilai (guru);

Adil, suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa hanya karena mereka (bisa jadi) berkebutuhan khusus serta memiliki perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;

Terpadu, penilaian dikatakan memenuhi prinsip ini apabila guru yang merupakan salah satu komponen tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;

Transparan, di mana kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan;

Menyeluruh dan berkesinambungan, mencakup segala aspek kompetensi

dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai. Dengan demikian akan dapat memantau perkembangan kemampuan siswa;

Sistematis, Penilaian yang dilakukan oleh guru harus terencana dan dilakukan secara bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku;

Akuntabel, penilaian yang proses dan hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya;  Edukatif, penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan

(23)

Standar penilaian pada kurikulum 2013 lebih menekankan pada pada prinsif-prisif kejujuran, yang mengedepankan aspek-aspek berupa afektif, kognitif dan psikomotorik.Salah satu bentuk dari penilaian itu adalah penilaia autentik. Penilaian autentik disebutkan dalam kurikulum 2013 adalah model penilaian yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung berdasarkan tiga komponen di atas. Diantara teknik dan isntrumen penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai berikut :

1. Penilaian kompetensi sikap (afektif). Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian iri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

2. Penilaian kompetensi pengetahuan (kognitif), menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

3. Penilaian kompetensi keterampilan (psikomotorik), pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

Menurut Sudjana (Abdul Majib 2014) menguatarakan tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut :

1. Mendiskripsikan kecakapan belajar siswa sehiingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya.

2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Menetukan tindak lanujut hasil penilaian, melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta system pelaksanaannya.

(24)

4. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada piak-pihak yang berkepentingan (orang tua/wali murid, komite, dinas, dll)

2.1.7. Hubungan Model Pembelajaran PBL dengan Hasil Belajar

Model pembelajaran PBL sendiri dikembangkan dari faham konstruktivisme, yaitu siswa membangun sendiri penalarannya melalui pengalaman atau ilmu yang telah mereka peroleh (Hamurni dalam Suyadi 2013: 129). Aspek pembelajaran PBL sendiri dimulai dari masalah, permasalahan tersebut akan menjadi acuan siswa dalam pembelajaran yang dikerjakan bersama kelompok kemudian bersama-sama menggali informasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Pendapat peneliti terhadap penerapan metode pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA pada kelas 4 SD keputon 01 Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Penerapan model PBL dalam pembelajaran dapat menumbuhkan dampak positif bagi siswa, karena dengan inovasi pembelajaran yang semakin beragam di masa kini, siswa tidak mudah merasa jenuh dan dapat dengan mudah menerima pelajaran dengan baik. Sehingga akan mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hal ini sangat memungkinkan adanya keterkaitan model PBL dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan sebagai dasar acuan dalam penelitian penerapan model pembelajaran PBLberbantu media gambar yaitu:

1. Rati, Ni Yayan (2014) penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD segugus 1 Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan”latar belakang penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model PBL dan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran

(25)

Konvensional. Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) Hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen tergolong tinggi dengan rata-rata (M) 19,50. (2) Hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol tergolong rendah dengan rata-rata (M) 12,25. (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V semester II SD Negeri 1 Tua dan SD Negeri 4 Tua yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran PBL dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

2. Sudana, Nyoman (2013) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Video Terhadap Hasil Belajar IPA kelas IV SD Negeri Pergung”Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hasil belajar siswa setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran PBL berbantuan media video, (2) hasil belajar siswa setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, (3) perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran PBL berbantuan media video dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

3. Putri, Yeliana (2012) penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Menggunakan Media Gambar pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tingkir – Tengah 02” latar belakang pada penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan media gambar pada siswa kelas 4 hasil penelitian yang diperoleh menggunakan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. fariabel yang terkait yatu penggunaan media gambar untuk media pembelajaran.

4. Amanah, H. Bunyamin (2015) dengan penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Gambar Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Di Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah An-Nur Kota Cirebon” latar belakang penelitian ini bertujuan guna memperbaiki hasil belajar siswa kelas I MI An-Nur dengan penggunaan media gambar pada mata pelajaran IPA dan menggunakan penelitian tindakan kelas. Pada pra siklus diperoleh rata-rata 60,04, siklus I diperoleh rata-rata 72,17. Nilai

(26)

tersebut mengalami peningkatan 12,13%, siklus II diperoleh nilai rata-rata 86,52 nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 14,35.

5. Yuswanti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas IV SD PT. Lestari Tani Teladan (LTT) Kabupaten Donggala” latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD PT. Lestari Tani Teladan Kabupaten Donggala pada mata pelajaran IPS. Setelah diterapkan media gambar dalam pembelajaran IPS yaitu ketuntasan klasikal pada siklus I 20,08% meningkat menjadi 95,80% pada siklus II dan daya serap klasikal yang diperoleh pada siklus I 54,58% menjadi 75,42% pada siklus II dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa penerapan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD PT. Lestari Tani Teladan. Kabupaten Donggala.

2.3. Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA di sekolah saat ini masih dianggap sebagai pelajaran yang monoton dan membosankan. Maka dari itu Pembelajaran IPA di sekolah dasar harus di kemas dengan menarik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Indikasi tersebut dapat dilihat dari hasil belajar dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang diterapkan masih konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru, siswa kurang terlibat dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan berakibat kurangnya minat dapat berpengaruh terhadap hasil pembelajarannya. Hasil belajar akan meningkat apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi melalui penerapan model/metode yang di dukung dengan media pembelajaran yang sesuai.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka perlu adanya model pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran PBL merupakan salah satu pilihan untuk mengatasi masalah tersebut merupakan model pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok

(27)

dan memainkan permainan dengan anggota kelompok lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka dalam bentuk pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.

Penggunaan media gambar sebagai media yang mendukung pembelajaran diharapkan dapat mempermudah siswa tenteng materi yang diajarkan yaitu perubahan wujud benda dan faktor yang mempengaruhi. Dengan media gambar dapat membantu agar pembelajaran lebih merarik dan siswa lebih berminat mengikuti pembelajaran.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang sudah diuraikan diatas, maka sebelum dilakukan pengambilan data dalam penelitian dirumuskan hipotesis terlebih dahulu sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran PBL berbantuan media gambar didugadapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 semester 2 SDN Keputon 01 Kec. Blado, Kab. Batang.

2. Penerapan langkah-langkah model pembelajaran PBL berbantuan media gambar sesuai sintak diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 semester 2 SDN Keputon 01 Kec. Blado, Kab. Batang.

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi Kualitas Layanan yang terdiri dari bukti fisik tangibles,

Perawatan payudara merupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya, hal ini dikarenakan payudara merupakan organ esensial

Desain media labirin math story yang digunakan dalam pembelajaran materi bangun ruang di kelas V SDI Almaarif 01 Singosari merupakan satu set permainan labirin yang terdiri dari

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

menggunakan framework CodeIgniter atau disebut CI. CodeIgniter adalah web aplikasi php framework yang sangat populer serta menggunakan konsep MVC Framework

Dapat disimpulkan bahwa para pihak yang menjalani pernikahan beda agama memiliki keyakinan sesuai dengan hati nuraninya dan percaya bahwa tujuan dari penikahan tersebut

dari sebuah populasi atau berpedoman pada perlakuan acak terhadap unit eksperimen, maka pengujian dapat dijalankan seakan-akan asumsi yang diambil

Standar Panitia Tata Batas areal yang ditata batas sebagai kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) adalah Pejabat Instansi Pemda, pejabat instansi kehutanan