1.
1. Proses Hematopoiesis LeukositProses Hematopoiesis Leukosit A.
A. HematopoiesisHematopoiesis Normalnya
Normalnya proses proses hematopoiesis hematopoiesis bergantung bergantung pada pada interaksi interaksi komplek komplek dari dari beberapabeberapa tipe sel, terutama sel induk hematopoiesis
tipe sel, terutama sel induk hematopoiesis (stem cell)(stem cell) dan progenitor sel, serta seldan progenitor sel, serta sel mikroenvironment pada sumsum tulang yaitu sel stroma. Hematopoiesis bermula dari suatu mikroenvironment pada sumsum tulang yaitu sel stroma. Hematopoiesis bermula dari suatu sel induk pluripoten bersama yang menyebabkan timbulnya berbagai jalur sel yang terpisah. sel induk pluripoten bersama yang menyebabkan timbulnya berbagai jalur sel yang terpisah. Fenotip sel induk manusia yang tepat belum diketahui, tapi pada uji imunologik sel tersebut Fenotip sel induk manusia yang tepat belum diketahui, tapi pada uji imunologik sel tersebut adalah CD34+ dan CD38-.
adalah CD34+ dan CD38-. 22
Diferensiasi sel terjadi dari sel induk menjadi jalur eritroid, granulositik, dan jalur lain Diferensiasi sel terjadi dari sel induk menjadi jalur eritroid, granulositik, dan jalur lain melalui progenitor hemopoietik terikat yang terbatas perkembangannya. Salah satu contohnya melalui progenitor hemopoietik terikat yang terbatas perkembangannya. Salah satu contohnya adalah prekusor mieloid campuran yang terdeteksi paling dini, dimana menyebabkan adalah prekusor mieloid campuran yang terdeteksi paling dini, dimana menyebabkan timbulnya granuloist, erutrosit, monosit, dan megakariosit. Progenitor ini dinamakan
timbulnya granuloist, erutrosit, monosit, dan megakariosit. Progenitor ini dinamakan CFU CFU (colony-forming unit)
(colony-forming unit). Sumsum tulang juga merupakan tempat asal utama limfosit dan. Sumsum tulang juga merupakan tempat asal utama limfosit dan terdapat bukti adanya sel prekusor sistem mieloid dan limf
terdapat bukti adanya sel prekusor sistem mieloid dan limf oid.oid.33
Selama proses hematopoiesis, stroma sumsum tulang membentuk lingkungan yang Selama proses hematopoiesis, stroma sumsum tulang membentuk lingkungan yang sesuai untuk proliferisasi dan diferensiasi sel induk. Sumsum tulang tersusun atas sel stroma sesuai untuk proliferisasi dan diferensiasi sel induk. Sumsum tulang tersusun atas sel stroma dan jaringan mikrovaskular. Sel stroma meliputi sel lemak (adiposit), fibroblas, sel retikulum, dan jaringan mikrovaskular. Sel stroma meliputi sel lemak (adiposit), fibroblas, sel retikulum, sel endotel, dan makrofag.. Sel-sel tersebut mensekresi molekul ekstraselular seperti kolagen, sel endotel, dan makrofag.. Sel-sel tersebut mensekresi molekul ekstraselular seperti kolagen, glikoprotein
glikoprotein (fibronektin (fibronektin dan dan trombospondin), trombospondin), serta serta glikosaminoglikan glikosaminoglikan ( ( asamasam hialuronat dan dan derivat kondroitin) untuki membentuk suatu matriks ekstraselular. Selain hialuronat dan dan derivat kondroitin) untuki membentuk suatu matriks ekstraselular. Selain itu, sel stroma mensekresi beberapa faktor pertumbuhan yang diperlukan bagi kelangsungan itu, sel stroma mensekresi beberapa faktor pertumbuhan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel induk
Gambar 1. Proses hematopoiesis2
B. SINTESIS LEUKOSIT DAN JENIS-JENIS LEUKOSIT
Sintesis leukosit di sumsum tulang merupakan salah satu bagian dari proses hematopoiesis pada manusia. Sintesis leukosit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu fagosit dan imunosit. Fagosit meliputi sintesis sel-sel granulosit (leukosit dengan sitoplasma bergranula), yaitu basofil, eosinofil, dan netrofil serta sel agranulosit (leukosit dengan sitoplasma tidak bergranula) yaitu monosit. Sementara itu, imunosit akan mensintesis limfosit yang merupakan jenis leukosit agranular.1
1. Granulopoiesis
Granulosit dan monosit dalam darah dibentuk dalam sumsum tulang dari suatu prekusor yang sama, yaitu Colony Forming Unit (CFU)- Granulosit Eritroid, Monosit, dan Megakariosit (GEMM). Sel prekusor ini merupakan mieloid campuran yang berasal dari sel induk pluripoten.1 Sel-se granulosit setelah keluar dari sumsum tulang dan masuk ke peredaran darah biasanya berada dalam peredaran darah selama 8 jam dan 4-5 hari pada jaringan yang membutuhkan, misalnya jaringan yang megalami peradangan.1,2
Granulopoiesis meliputi enam tahapan, mulai dari mieloblas di sumsum tulang sampai tahapan segmen yang berada di darah tepi. Tahapan sintesis sel granulopoiesis dimulai dari
mieloblas, promielosit, mielosit, metamielosit, staf/batang, dan segmen. Tahapan ini berlaku bagi semua seri, baik basofil, eosinofil, dan netrofil.4
a. Mieloblas
Merupakan tahapan paling awal dari granulopoiesis. Mieloblas merupakan sel muda dengan ukuran yang besar dan hanya terdapat di dalam sumsum tulang saja pada kondisi normal. Ciri-ciri mieloblas adalah sebagai berikut ; Ukuran sel: 15 - 25 m, bentuk sel:
oval, kadang-kadang bulat. Warna sitoplasma: biru, tanpa halo perinuklear jelas atau dengan halo dengan halo perinuklear melebar. Granularitas: sitoplasma nongranular atau sedikit granula azurofilik atau tanpa granula azzurofilik. Bentuk inti: biasanya oval, kadang-kadang tidak teratur, jarang bulat. Tipe kromatin: halus, dengan tampilan reticular , nukleolus: tampak, ukuran sedang atau besar 1 sampai 4; lebih terang dari kromatin. Rasio inti/sitoplasma: tinggi atau sangat tinggi . Keberadaan di darah tepi tidak ada, keberadaan di sumsum tulang: < 5% .4
b. Promielosit
Promielosit masih merupakan sel muda dan hanya berada di sumsum tulang saja. Sel ini sudah dapat dibedakan serinya dengan melihat warna sitoplasma dan ukuran granula. Promielosit memiliki ciri-ciri sebagai berikut ; ukuran sel 15 - 30 m, bentuk sel oval atau
bulat, warna sitoplasma biru muda, dengan halo jelas, granularitas pekat, azurofilik banyak. Bentuk inti oval, tipe kromatin awal kondensasi, nucleolus tampak ukuran sedang
atau besar ,lebih terang, kromatin, 1-2, kadang-kadang tak terlihat. Ratio inti/sitoplasma tinggi.. Keberadaan di peredaran darah tidak ada, sementara di sumsum tulang: < 5 % (netrofil), < 1% (eosinofil), < 1% (basofil).4
c. Mielosit
Sama seperti mieloblas dan promielosit, mielosit masih merupakan stadium muda dari leukosit agranular dan normalnya hanya ditemukan di sumsum tulang saja. Ciri-ciri mielosit adalah sebagai berikut ; Ukuran sel 15 - 25 m, bentuk sel oval, kadang-kadang bulat,
warna sitoplasma biru, tanpa halo perinuklear jelas atau dengan halo perinuklear melebar. Sitoplasma nongranular atau sedikit granula azurofilik, bentuk inti biasanya oval, kadang-kadang tidak teratur, jarang bulat. Tipe kromatin halus, dengan tampilan reticular, nucleolus tampak, ukuran sedang atau besar 1 sampai 4; lebih terang dari kromatin. Rasio inti/sitoplasma sedang. Keberadaan di darah tidak ada, sementara di sumsum tulang sumsum tulang: < 5% .4
Metamielosit juga masih merupakan stadium muda dari sel granulosit, sama seperti mielosit. Metamielsoit sudah dapat dibedakan jenisnya dengan melihat warna sitoplasma dan ukuran granula. Metamielosit normalnya hanya berada pada sumsum tulang saja. Ciri-ciri metamielosit adalah sebagai berikut ; ukuran sel: 14 - 20 m, bentuk sel: oval atau bulat,
warna sitoplasma pink, granula sedikit azurofilik dan neutrofilik, berbeda dalam jumlah. Bentuk inti lonjong, semicircular, tipe kromatin padat , nucleolus tidak terlihat. Rasio inti/sitoplasma sedang. Keberadaan darah tidak ada, sementara di sumsum tulang: 10 - 25 %4.
e. Staf/ Batang
Staf/ batang juga masih merupakan stadium muda sel granulosit, banyak ditemukan di sumsum tulang, tapi juga sudah ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam peredaran darah (<5%). Staf memiliki ukuran sel yang lebih kecil dari stadium muda sebelumya dan dapat dibedakan dengan lebih jelas jenisnya dengan melihat warna sitoplasma dan ukuran granula. Ciri-ciri staf adalah sebagai berikut ; ukuran sel: 14 - 20 m, bentuk sel oval atau bulat,
warna sitoplasma sesuai dengan jenis granulosit (basofil : biru, eosinofil : merah, netrofil : jernih atau pink), granularitas sedikit azurofilik. Bentuk inti: lonjong, semicircular, tipe kromatin padat, nucleolus tidak terlihat. Rasio inti/sitoplasma rendah atau sangat rendah. Keberadaan di peredaran darah < 5% , sementara di sumsum tulang: 5 - 20 % (netrofil) , < 2 % (eosinofil).4
Gambar 2. Leukosit stadium batang dari seri a. Basofil b. Netrofil c.Eosinofil
f. Segmen
Segmen merupakan stadium dewasa/matur dari sel granulosit, dan lebih banyak ditemukan dalam peredaran darah dibanding pada sumsum tulang. Segmen dapat dibedakan dengan jelas dengan melihat warna sitoplasma dan ukuran granula. Segmen netrofil memiliki sitoplasma berwarna jernih atau agak pink dengan granula kecil dan halus, segmen basofil memiliki sitoplasma berwarna biru dengan granula berukuran besar dan kasar, menutupi inti sel, sedangkan eosinofil memiliki sitoplasma berwarna merah dengan granula besar-besar
yang tidak menutup inti. Segmen dibedakan dari staf dengan melihat bentuk inti yang lebih kecil, dimana diameter inti kurang dari 1/3 ukuran sel, sedangkan pada batang, diameter inti kurang lebih sepertiga ukuran sel. Sel ini normalnya ditemukan di peredaran darah dengan presentase 40-70% (netrofil), 2-4% (eosinofil), dan <1 % (basofil). Presentase di sumsum
tulang lebih sedikit.
Ciri-ciri segmen adalah sebagai berikut ; ukuran sel: 14 - 20 m bentuk sel oval
atau bulat. Bentuk inti berlobus (normal kurang dari 5 lobus), tipe kromatin padat, r asio inti/sitoplasmarendah atau sangat rendah,, nukleolus tak terlihat.4
Gambar 3. Leukosit stadium segmen dari seri a. Basofil b. Netrofil c.Eosinofil 2. Monopoiesis
Monopoiesis hamper sama dengan granulopoiesis, yaitu melalui tahapai-tahapan dari sel muda di sumsum tulang hingga menjadi sel dewasa di peredaran darah. Sintesis dimulai dari Monoblas, promonosit, dan monosit. 5
a. Monoblas
Monoblas merupakan stadium paling awal dari monopoiesis. Sel ini merupakan sel muda yang berukuran besar. Ciri-ciri monoblas adalah sebagai berikut ; ukuran 15 - 25 m,
bentuk oval, kadang-kadang bulat, warna sitoplasma biru, biasanya muda, tanpa granul, atau sedikit granul halus azurofilik. Bentuk inti oval, bulat, kadang-kadang tidak teratur, tipe kromatin kromatin kasar atau berkelompok, nucleolus tampak, ukuran sedang atau besar, lebih terang dari kromatin, jumlah 1 sampai 3. Rasio inti/sitoplasma tinggi /sangat tinggi. Sel ini normalnya hanya ditemukan di sumsum tulang saja dengan presentase < 1%, di peredaran darah tidak ada.5
b. Promonosit
Promonosit merupakan stadium muda dari monosit, sel ini masih berukuran besar karena merupakan sel muda. Ciri-ciri promonosit adalah sebagai berikut ; Ukuran 15 - 25
atau sedikit granul halus azurofilik Bentuk inti biasa tidak teratur, tipe kromatin kasar atau berkelompok . Nukleolus hampir tak tampak, ukuran sedang atau besar; lebih terang dari
kromatin, 1 sampai 3. Rasio inti/sitoplasma sedang Distribusi di peredaran darah tidak ada, di sumsum tulang: < 1 % .5
c. Monosit
Monosit merupakan stadium akhir dari monopoiesis, sel ini merupakan sel dewasa/matur yang normalnya lebih banyak berada pada peredaran darah. Monosit merupakan leukosit yang memiliki ukuran paling besar dengan bentuk tidak beraturan. Dalam peredaran darah, monosit memiliki waktu transit yang lebih singkat, yaitu 10-20 jam, sebelum menembus membrane kapiler menuju jaringan. Sel monosit di jaringan jika teraktivasi akan membengkak dan ukuranya menjadi lebih besar menjadi makrofag jaringan. Makrofag dapat bertahan kurang lebih satu bulan dan didestruksi jika melakukan fungsi fagosit. Ciri-ciri monosit adalah sebagai berikut ; ukuran 15 - 25 m, bentuk bulat, oval
atau tidak teratur, warna sitoplasma abu-abu biru, granula tidak ada atau sedikit granul azurofilik halus. Bentuk inti biasanya tidak teratur, tipe kromatin kromatin kasar, berkelompok, nucleolus tidak terlihat. Rasio inti/sitoplasma sedang. Distribusi di peredaran
darah: 1-6 %, di sumsum tulang: < 2 % .5
Gambar 4. Monosit pada peredaran darah, Monosit khas dengan sitoplasma biru lembayung, mengandung vakuola dan bentuk nukleus sangat tidak teratur
3. Limfopoiesis
Limfopoiesis sedikit berbeda dengan granulopoiesis dan monopoiesis, karena tidak berasal dari CFU-GEMM, melainkan dari Limfoid Stem Cell (LSC) yang sama-sama berasal
dari sel progenitor yang sama. Pada awal kehidupan pascanatal, sumsum tulang dan timus adalah organ limfoid primer tempat berkembangnya limfosit. Organ limfoid sekunder tempat pembentukan respon imun spesifik adalah kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfoid
salaurn cerna dan pernapasan. Hoffbrand. Limfosit sangat berperan sebagai salah satu system imuntas tubuh. Respon imun bergantung pada dua jenis limfosit, yaitu sel B dan Sel T. Sel B bersifat humoral, berasal dari sel induk sumsum tulang. Sel ini jika teraktivasi akan menjadi
sel plasma, kemudian menghasilkan immunoglobulin yang merupakan protein heterogen. 1,2 Sementara itu, sel T yang awalnya diproduksi oleh sumsum tulang akan bermigrasi ke kelenjar timus untuk berdiferensiasi menjadi sel T matur. Sel T merupakan system imun sellular yang memiliki dua jenis, yaitu T-helper (CD4+) dan T- sitolitik (CD8+). Tahapan sintesis limfosit di sumsum tulang dimulai dari Limoblas, prolimfosit, dan limfosit.6
a. Limfoblas
Limfoblas merupakan stadium paling awal dari limfopoiesis, sel ini merupakan sel muda dengan ukuran yang besar. Normalnya sel ini hanya ditemukan di sumsum tulang saja. Ciri-ciri limfoblas adalah sebagai berikut ; ukuran 12 - 18 m, bentuk bulat,
kadang-kadang oval, warna sitoplasma biru, biasanya gelap, lebih gelap dari promieloblas, granularitas tidak ada. Bentuk inti bulat, tipe kromatin homogen,, nucleolus terlihat, ukuran kecil atau sedang,lebih terang daripada kromatin, jumlah 1sampai 2. Rasio inti/sitoplasmatinggi. Distribusi dalam darah tidak ada, di sumsum tulang: < 1 % .6 b. Prolimfosit
Prolimfosit juga masih merupakan stadium muda dari limfosit, normalnya hanya terdapat pada sumsus tulang saja. Ciriciri prolimfosit adalah sebagai berikut ; ukuran 12 -18 m, bentuk oval, kadang-kadang bulat, warna sitoplasma biru gelap, tanpa granul,
Bentuk inti biasa tidak teratur, tipe kromatin kasar atau berkelompok . Nukleolus hampir tak tampak, ukuran sedang atau besar; lebih terang dari kromatin, 1 sampai 2. Rasio inti/sitoplasma tinggi Distribusi di peredaran darah tidak ada, di sumsum tulang: < 1 % .6
c. Limfosit
Limfosit merupakan sel matur yang normalnya berada di peredaran darah dan keberadaan di sumsum tulang lebih sedikit. Limfosit memiliki ciri khas yaitu ukuran sama/hampir sama dengan eritrosit normositik, berbentuk bulat, dan berwarna ungu intinya. Ciri-ciri limfosit adalah sebagai berikut ; ukuran 10 - 15 m, bentuk bulat, kadang-kadang
oval, warna sitoplasma biru, granularitas tidak ada. Bentuk inti bulat atau agak oval, tipe kromatin homogen, padat, nukleolus tidak terlihat, kadang-kadang hampir tidak terlihat , satu nukleolus kecil. Rasio inti/sitoplasma tinggi atau sangat tinggi .Distribusi darah 20 -40 % sumsum tulang 5 - 20 % .6
Gambar 5. Limoosit pada peredaran darah (ungu), di sekitarnya terdapat eritrosit (merah), dan trombosit (ungu kecil).
C. FUNGSI MASING-MASING JENIS LEUKOSIT DAN APLIKASI KLINIS 1. Neutrofil
Netrofil yang sudah matur akan masuk ke jaringan melalui proses yang disebut diapedesis, yaitu suatu lubang/celah pada pembuluh darah yang berukuran lebih kecil daripada sel. Netrofil matur masuk ke jaringan karena adanya chemotaxis yang dipicu oleh inflamasi jaringan, baik karena toxin bakteri atau virus, procuk degenerative dari jaringan yang inflamasi, reaksi berat baik komplek komplemen maupun plasma clotting pada daerah yang terinflamasi. Sel ini di jaringan akan melakukan fungsi fagositosis. Netrofil mendekati partikel yang akan difagosit, kemudian membentuk pseudopodia untuk mengelelingi partikel yang akan difagosit, sehingga terbentuk ruang tertutup di sekitar partikel. Partikel akan masuk ke dalam rongga sitoplasma dan keluar dari membrane sel untuk membentuk vesikel fagositik yang mengapung (fagosom) di dalam sitoplasma. Satu netrofil dapat memfagosit 3-20 bakteri sebelum netrofil menjadi inaktif dan mati.1,2,3
Netrofil dapat mengalami peningkatan hitung jenis (leukositosis netrofil) jika ditemukan lebih dari 70% segmen netrofil. Kondisi ini dijumpai pada : infeksi bakteri (khususnya bakteri piogenik, lokal, atau generalisata), inflamasi dan nekrosis jaringan (miositis, vaskulitis, infark jantung, dan trauma), kelainan metabolic (uremia, eklampsia, asidosis, gout), semua jenis neoplasma (karsinoma, limfoma, melanoma), perdarahan akut atau hemolisis, terapi kortikosteroid, penyakit mieloproliferatif (CML, polisitemia vera, mielosklerosis), pengobatan dengan factor pertumbuhan myeloid (G-CSF, GM-CSF).1,7
Sementara itu, netrofil dapat mengalami peurunan hitung jeis (netropeni) jika ditemukan < 40%. Penyebab netropeni antara lain : congenital ( sindrom kostman), induksi
obat ( anti inflamasi : aminopirin, fenilbutazon, antibakteri : kloramfenikol, kotrimoxazole, sulfasalazin, selazopirin, imipenem, antikonvulsan : fenitoin, karbamazein, antitiroid : karbimazol), autoimun ( SLE, sindrom felty, hipersensitivitas dan anafilaksis), leukemia limfositik granular besar, infeksi (virus : hepatitis, influenza, HIV, bakteri fulminan : tifoid, tuberculosis millier), kegagalan sumsum tulang, spleenomegali.1,7
2. Eosinofil
Eosinofil ditemukan pada peredaran darah sekitar 2-4 %, sel ini memiliki daya fagosit yang lemah dan menghambat chemotaxis. Jika dibandingkan dengan netrofil, eosinofil masih diragukan dalam perannya terhadap beberapa infeksi. Eosinofil diproduksi dalam jumlah banyak pada infeksi parasit, dimana sel ini akan bermigrasi ke tempat yang terinfeksi. Eosinofil tidak memfagosit parasit, karena ukuran parasit jauh lebih besar, tapi selini mengeluarkan molekul permukaan dan substansi yang membunuh parasit, terutama stadium yang masih muda. Proses ini melalui cara berikut : melepaskan enzim hidrolisis dari granula yaitu lisosom yang telah dimodifikasi, melepaskan oksigen reaktif kekuatan tinggi yang bersifat lethal terhadap parasit, dan melepaskan larvasidal polipeptida (mayor basic protein).
Selain terhadap parasit, eosinofil juga berperan dalam proses alergi, misalnya pada jaringan peribronchial pada asthma dan pada reaksi alergi kulit. Pada alergi, sel mast dan basofil
melepaskan eosinofil chemotaktil factor yang menyebabkan eosinofil bermigrasi ke jaringanyang mengalami reaksi alergi. Eosinofil akan mendetoksifikasi substansi yang menginduksi inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan kemungkinan memfagosit dan merusak komplek alergan-antibodi yang tersebar pada proses inflamasi lokal.1,2,3
Eosinofil dapat mengalami peningkatan hitung jenis jika ditemukan >4% dari seratus sel atau disebut Eosinofilia. Kondisi ini dijumpai pada penyekit alergi (hipersensitivitas jenis atopic : asthma bronchial, hay fever, urtikaria, dan hipersensitif terhadap makanan), penyakit parasit (amubiasis, infeksi cacing : askariasis, anchylostomiasis, skistosomiasis, trikonosis, filariasis, cacing pita), pemulihan dari infeksi akut, penyakit kulit tertentu :SSJ, psoriasis, pemfigus, dermatitis herpetiformis, eosinofilia pulmonum, sindrom hipereosinofilik, sensitivitas obat, poliareritis nodusa, penyakit Hodgkin dan beberapa tumor lain, keganasan metastasis dengan nekrosis tumor, leukemia eosinofilik (jarang), pengobatan dengan GM-CSF.1,7
3. Basofil
Basofil dalam sirkulasi darah menyerupai sel mast, yang banyak terdapat terutama di luar kapiler. Baik sel mast maupun basofil akan membawa heparin ke dalam darah, sehingga mencegah pembekuan darah. Basofil dan sel mast akan melepaskan histamine, dan sedikit
bradikinin dan serotonin. Basofil memiliki peranan yang penting pada beberapa tipe reaksi alergi, karena tipe antibody yang mengakibatkan reaksi ale rgi, yaitu IgE akan menempel pada basofil. Saat spesifik antigen untuk spsesfik antibody (IgE) bereaksi dengan antibody, akan mengakibatkan basofil pecah dan akan melepaskan histamine, bradikinin, serotonin, heparin, slow-reacting substance of anaphylaxis, dan enzim lisosomal. Ini mengakibatka lokal vascular berupa vasodilatasi dan reaksi jaringan yang memunculkan alergi.1,2
Peningkatan hitung jenis basofil (Basophilia) terjadi jika ditemukan > 1 % basofil dalam 100 sel leukosit. Basophilia terjadi pada myeloproliverative disorder (CGL, CML, PRV, myelofibrosis, esensial trombositemia, basofilik leukemia), AML, Hipotiroidisme, reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE, inflammatory disorder (rheumatoid diseases, colitis ulserative), estrogen, inveksi virus, radiasi, hiperlipidemia.1,7
Sementara itu, jika jumlah hitung basofil < 1 % dalam 100 sel leukosit disebut basopenia. Basopenia terjadi pada inflamasi, termasuk infeksi, tirotoksikosis, perdarahan, sindrom cushing, reaksi alergi, progesterone.7
4.Monosit
Sama seperti netrofil, makrofag memiliki daya fagosit yang besar. Makrofag merupakan monosit yang sudah teraktivasi dan masuk ke dalam jaringan. Di dalam tubuh, makrofag akan menempati jaringan tubuh, ada beberapa makrofag yang menempati jaringa tertentu, yaitu makrofag di sinusoid hepar (sel Kupffer), makrofag di otak (microglia), makrofag di kulit dan subkutan (histiosit), makrofag di limfonodi, dan makrofag di paru-paru (makrofag alveolar). Jika sudah diaktifkan oleh system imun tubuh (TNF alfa, IL-1daya fagosit jauh lebih besar dari netrofil, karena mampu memfagosit sekitar 100 bakteri. Makrofag juga memiliki kemampuan untuk memakan partikel yang jauh lebih besar, seperti eritrosit, parasit malaria. Setelah memfagosit, makrofag dapat menampung produk residu di sitoplasma dan inti (terbentuk vakuola) dan mampu bertahan beberapa bulan di jaringan. 1,2
Partikel yang difagosit akan dicerna oleh intraselular enzim, partikel asing akan oleh lisosom setelah kontak dengan vesikel fagosit dan fusi dari membrane. Setelah itu, fagosit vesikel akan menjadi vesikel digestif yang akan segera mencerna partikel. Selain itu, lisosom pada makrofag juga mengandung lipase dalam jumlah besar yang akan mencerna lipid yang tebal pada beberapa dinding sel bakteri, terutama M.tuberkulosis Pada makrofag juga mengandung bactericidal agent yang akan membunuh bakteri jika enzim lisosom gagal mencerna bakteri. Efek pencernaan antigen juga berasal dari agen oksidasi yang kuat yang dibentuk oleh enzim pada membrane fagosome atau oleh special organelle, yaitu peroksisom. Oksidasi agen meliputi superoksida (O2-) dalam jumlah besar, jidrogen peroksida (H2O2)
dan ion hidroksil (-OH-) yang semuanya bersifat lethal terhadap bakteri meskipun dalam jumlah terbatas. Selain itu juga enzim lisosomal, myeloperoksidase, katalisasi reaksi antara
H2O2 dan ion clorida yang membentuk hipochlorit yang sangat bakterisidal. 2
Monosit dalam peredaran darah jumlahnya 8-10%, jika >10% dalam 100 sel leukosit disebut monositosis. Monositosis antara lain disebabkan oleh : infeksi bakteri kronik (TBC, bruselosis, endokarditis bakterialis, tifoid), infeksi protozoa (malaria, trypanosomiasis),
netropenia kronik, penyakit Hodgkin dan keganasan lain, mielodisplasia (khususnya leukemia mielomonositik kronik), pengobatan dengan GM-CSF atau M-CSF. Apabila dalam peredaran darah jumlahnya < 8% dalam 100 sel leukosit, disebut Monositopenia, misalnya pada penyakit autoimmune (SLE), hairy cell leukemia, obat-obatan : glukokortikoid,
chemotherapy.1,7 5.Limfosit
Limfosit merupakan leukosit agranular dengan rasio inti/sitoplasma tinggi. Limfosit jenis natural killer (NK) memiliki prominen pada granula sitoplasma. Leukosit secara prinsip dibagi dua, yaitu sel B dan sel T. Sel B mengekspresikan monoclonal permukaan (bukan sitoplasma) berupa IgM dan seringnya IgD. Stimulasi Sel B melalui keterkaitan lintas permukaan molekul Immunoglobulin atau melalui sel efektor sel T menyebabkan diferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma berperan dalam imunitas humoral melalui sekresi Immunoglobulin.1
Sel T berasal dari sel induk yang mengalami pematangan di kelenjar Timus dan mengekspresikan molekul reseptor sel T (CD3) pada permukaan sel. Sel T bertanggung jawab sebagai sel mediasi imun, misalnya hipersensitivitas tipe lambat (tipe 4), graft rejeksi,
kontak alergi, dan reaksi sitotoksik.1,7
Dalam peredaran darah, jumlah limfosit normalnya 20-40 % dalam 100 sel leukosit. Jika jumlahnya lebih dari 40 %, disebut leukositosis. Penyebabny antara lain : leukemia dan limfoma (CLL, NHL, Hodgkin’s diseases, ALL, hairy cell leukemia, Waldenstorm’s macroglobulinemia, heavy chain diseases, mycosis fungoides, Sezary syndrome, large granular limfosit leukemia, adult T-cell leukemia limfoma (ATLL), infeksi (Ebstein-Barr virus, Cito Megalo Virus, Toxoplasma gondii, rickettsial infeksi, Bordotella pertussis,, mumps, varicella, coxsackievirus, rubella, hepatitis virus, adenovirus), stress (Miocardial infark, sickle crisis, trauma, rheumatoid diseases, adrenalin, vigrouse exercise, post spleenectomy, thalassemia intermedia.1,7
Sementara itu, jika hitung jenis limfosit kurang <20 %, dalam 100 sel leukosit disebut limfopenia. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh : Malignant disease . (Hodgkin’s disease,
NHL, non-haematopoietic cancers, angioimmunoblastic lymphadenopathy), MDS, Collagen vascular disease (rheumatoid, SLE, GvHD), Infections HIV, Chemoterapi, pembedahan, luka bakar, gagal hati, ARF dan CRF, anoreksia nervosa, defisiensi besi, anemia aplastik, sindrom cushing, sarcoidosis, kelainan congenital (SCID, reticular disgenesis, agammaglobulinemia, aplasia timus, ataksia telangiectasia.1,7
Sumber :
1. Hoffbrand, A.V, J.E Pettit, P.A.H Moss. 2005. Pembentukan sel darah (hemopoiesis). Dalam Kapita Selekta Hematologi edisi 4. Jakarta : EGC.
2. Guyton, Arthur C. and John E. Hall. 2006. Blood cell, immunity, and blood clotting . Textbook of Medical Physiology Eleventh edition. Pennsylvania : Elsevier Saunders. 3. Theml, Harald, Heinz Diem, and Torsten Haferlach. 2004. Physiology and
Pathophysiology of Blood cell. Colour Atlas of Hematologysecond edition. Stutgart : Thieme.
4. Lewandowski, Krzysztof and Andrzej Hellmann. 2006.Atlas of Granulopoiesis. Poland : Gdansk.
5. Lewandowski, Krzysztof and Andrzej Hellmann. 2006.Atlas of Monopoiesis. Poland : Gdansk.
6. Lewandowski, Krzysztof and Andrzej Hellmann. 2006. Atlas of Limfopoiesis. Poland : Gdansk.
7. Provan, Drew, Charles R.J. Singer, Trevor Baglin, and John Lilleyman. 2004. White cell abnormalities. Oxford Handbook of Clinical Haemotology second edition.. Oxford University press.