BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo, 2015) mencatat tingkat penjualan mobil di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Dari tahun 2010 sampai tahun 2014 peningkatan penjualannya mencapai 57% dimana pada tahun 2014 penjualan mobil adalah sebesar 1.208.028 unit dan pada tahun 2010 sebesar 764.710 unit. Total jumlah mobil penumpang yang ada di jalanan sampai tahun 2014 adalah sebesar 12.497.072 unit dan didominasi oleh tipe mobil berbahan bakar bensin dan solar (Gaikindo, 2015). Dengan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi yang tinggi sulit diimbangi oleh pertumbuhan jaringan jalan dan ini mengakibatkan kinerja jaringan jalan menurun, kemacetan menjadi produk dari fenomena ini. Kinerja jalan yang memburuk menimbulkan dampak pada peningkatan kecelakaan lalu lintas, peningkatan polusi udara dan pemborosan waktu. Selain itu krisis energi juga menjadi dampak kumulatif dari kemacetan dan peningkatan jumlah kendaraan di jalan. Konsumsi BBM yang terus meningkat dan ketergantungan yang tinggi terhadap energi fosil pada sektor transportasi mempercepat terjadinya krisis energi. Pemerintah harus mengeluarkan anggaran besar untuk melakukan impor BBM dengan fluktuasi harganya dan diperparah dengan besarnya pemberian subsidi yang ternyata salah sasaran. Realisasi penyaluran BBM besubsidi dengan anggaran Rp 210 triliun pada tahun 2013 adalah 92% digunakan untuk transportasi darat. Dari total subsidi yang disaluran untuk transportasi darat, 53% dinikmati oleh mobil pribadi, berarti lebih dari Rp 100 triliun subsidi BBM habis oleh mobil pribadi (BPH Migas, 2014).
Diperlukan kendaraan dengan efisiensi konsumsi bahan bakar yang tinggi, kendaraan dengan teknologi yang tidak menggunakan bensin dan solar sebagai tenaga penggerak utamanya atau sepenuhnya menggunakan energi alternatif untuk secara bertahap menggantikan kendaraan konvensional. Saat ini yang sudah ada di Indonesia mobil dengan konsep seperti di atas adalah tipe hybrid electric. Mobil
tipe ini menggabungkan mesin pembakaran internal konvensional dengan motor listrik sebagai tenaga penggeraknya. Kombinasi ini menciptakan mobil yang lebih irit bahan bakar dan emisi gas buang yang lebih rendah 30-50% daripada mobil konvensional (Romm, 2006). Dalam kondisi lalu lintas perkotaan, mobil tipe hybrid electric ini mampu mencapai efisiensi konsumsi bahan bakar hingga 40-60% (Fontaras et al, 2008). Walaupun demikian, tipe mobil ini belum memasuki pasar secara optimal. Toyota sebagai satu-satunya perusahaan mobil yang mengeluarkan tipe mobil hybrid electric yaitu Camry pada tahun 2012 hanya terjual 53 unit dari total penjualan mobil Toyota pada tahun tersebut sebanyak 406.026 unit (Gaikindo, 2015). Penetrasi tipe mobil hybrid electric ke pasar otomotif masih sangat kecil, atau dengan kata lain masyarakat masih enggan untuk beralih menggunakan mobil tipe tersebut. Salah satu faktornya dikarenakan tingginya harga beli mobil tersebut jika dibandingkan dengan mobil konvensional.
Perlu adanya peran pemerintah untuk mengurangi penggunaan mobil konvensional. Contohnya dengan mengeluarkan kebijakan penghapusan subsidi BBM. Biaya bahan bakar yang harus dikeluarkan pengguna mobil konvensional yang meningkat akan menjadi pertimbangan untuk beralih ke mobil alternatif karena fuel cost yang lebih sedikit. Pemerintah juga dapat memberikan insentif berupa pengurangan bea masuk mobil hybrid agar harga mobil tersebut lebih terjangkau. Contoh lain, pembangunan infrastruktur yang memadai, sehingga pemasaran mobil hybrid di Indonesia lebih bergairah dan akan menarik minat investor Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) untuk menjual mobil hybrid di Indonesia selain PT Toyota Astra Motor yang telah lebih dahulu memasarkan Prius dan Camry. Kompetisi antar ATPM diharapkan dapat membuat harga mobil hybrid lebih kompetitif.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, terdapat masalah yang perlu dikaji. Beberapa permasalahan tersebut adalah:
1. Berapa besar kesediaan masyarakat untuk beralih kepada mobil hybrid di Indonesia?
2. Apakah skenario kebijakan yang paling efektif dalam meningkatkan pembelian mobil hybrid di Indonesia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Hasil dari penelitian dapat digunakan pemerintah sebagai pertimbangan pembuatan kebijakan untuk meningkatkan penjualan mobil hybrid di Indonesia. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis besar kesediaan masyarakat untuk beralih kepada mobil hybrid. 2. Menganalisis skenario kebijakan yang paling efektif dalam meningkatkan
pembelian mobil hybrid di masa yang akan datang.
1.4. Batasan Penelitian
Adapaun batasan-batasan dalam penelitian ini antara lain:
1. Responden yang diambil berdomisili di Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta serta telah memiliki mobil pribadi dan akan membeli mobil pribadi pada 10 tahun yang akan datang.
2. Jenis mobil yang ditinjau hanya mobil pribadi penumpang tidak termasuk truk, bus dan kendaraan umum lainnya.
3. Aspek ekonomi meliputi tingkat kesejahteraan masyarakat yang diwakili oleh responden diasumsikan sama dari tahun 2014 sampai tahun 2024
4. Teknologi mobil hybrid yang ada sampai tahun 2024 diasumsikan sudah mencakup semua tipe mobil pribadi penumpang.
1.5. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian tentang kendaraan alternatif di berbagai negara yang telah dilakukan sebelumnya (diatas tahun 2010) dan terkait dengan penelitian ini
ditunjukkan dalam Tabel 1.1. Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah bivariate ordered probit dengan 6 variabel uji yaitu penghapusan subsidi BBM, pembatasan suplai BBM, regulasi pembatasan usia kendaraan, harga beli, pajak kendaraan dan fuel cost. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian yang dilakukan oleh (Silaban, 2015). Tujuan penelitian yang dicapai oleh (Silaban, 2015) adalah menganalisis prioritas kendaraan yang diminati masyarakat Indonesia diantara mobil alternatif (listrik, gas dan hybrid), menganalisis hubungan antara kebijakan-kebijakan dengan pemilihan mobil di masa yang akan datang serta menganalisis skenario kombinasi kebijakan paling efektif dalam mengurangi pembelian mobil berbahan bakar minyak di masa yang akan datang menggunakan metode structural equation modelling (SEM). Sedangkan penelitian ini difokuskan untuk menganalisis kesediaan masyarakat Indonesia untuk beralih ke mobil hybrid dan menganalisis skenario kebijakan yang paling efektif dalam meningkatkan pembelian mobil hybrid di masa yang akan datang. Dalam Tabel 1.1 juga disajikan perbandingan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh (Silaban, 2015).
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti Model analisis Jumlah variabel dan leveling
Variabel yang ditinjau Harga Beli Biaya Operasi Driving range Emisi Kesediaan bahan bakar Jenis bahan bakar Performa Tipe kendaraan Kebijakan Pemerintah Qjan and Soopramani en (2011) Multinomial logit and nested logit 6,3 Harga beli
Fuel cost Range - Kesediaan bahan bakar Jenis bahan bakar - - Pemberian insentif Ziegler (2012) Multinomial probit 5,3 Harga beli
Fuel cost - Emisi Kesediaan bahan bakar - Horsepower - - Achtnicht et al.(2012) Logit 6,7 Harga beli
Fuel cost - Emisi Kesediaan bahan bakar Jenis bahan bakar Horsepower - - Hess et al.(2012) Mixed multinomial logit, nested, cross-nested logit 12,2-15 Harga beli Fuel cost, biaya perawatan Driving range - Kesediaan bahan bakar, waktu pengisian Jenis bahan bakar Akselerasi Tipe kendaraan, umur kendaraan Pemberian insentif 5
Tabel 1.1 Lanjutan Ito et al.(2013) Multinomial logit and nested logit 9,4 Harga beli
Fuel cost Range Pengurangan Emisi Kesediaan bahan bakar, waktu pengisian Jenis bahan bakar
Akselerasi Tipe bodi, manufacturer - Hackbarth and Madlener (2013)
Mixed logit 8,3 Harga beli
Fuel cost Range Pengurangan Emisi Kesediaan bahan bakar, waktu pengisian - - - Pemberian insentif Tanaka et al. (2014)
Mixed logit 6,2-4 Harga beli
Fuel cost Driving range Pengurangan Emisi Kesediaan bahan bakar - - - - Hoen and Koetse (2014)
Mixed logit 8,3-4 Harga beli Fuel cost, biaya perawatan , pajak jalan Driving range - Waktu pengisian Jenis bahan bakar - Jumlah merk mobil Peraturan pemerintah 6
Tabel 1.1 Lanjutan Caulfield et al. Multinomial logit and nested multinomial logit 12, NA Harga beli Fuel cost, pajak jalan
- Emisi - - Horsepower Manufacturer -
Penelitian ini Bivariate ordered probit 5,2-4 Harga beli
Fuel cost - - - Penghapusan
subsidi BBM Pembatasan suplai BBM Regulasi pembatasan usia kendaraan Pajak kendaraan 7
8
Tabel 1.1 Lanjutan
No Peneliti Judul Metode Analisis Output
1
Rizky Maulana Akbar Silaban
(2015)
Analisis Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Perilaku Pembelian Mobil di Indonesia Menggunakan Metode Structural Equation
Modelling
Structural Equation Modelling
a. Prioritas kendaraan yang diminati masyarakat.
b. Hubungan antara kebijakan dengan pemilihan jenis mobil.
c. Skenario kebijakan paling efektif dalam mengurangi pembelian mobil berbahan bakar minyak.
2 Isnaen Dwi Sanjoyo (2015)
Analisis Prediksi Market Share Mobil Hybrid di Indonesia Menggunakan Metode Bivariate
Ordered Probit
Bivariate Ordered Probit
a. Market share mobil hybrid. b. Skenario keebijakan paling efektif
dalam meningkatkan pembelian mobil hybrid.
8