• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Qadariyah-Jabariyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH Qadariyah-Jabariyah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Memahami persoalan Jabariyah dan Qadariyah yang menjadi salah satu pokok bahasan utama dalam sejarah teologi Islam, dapat dilihat dari dua sisi pandang, yang pertama adalah sosiologis masyarakat Arab dan kedua yaitu apa yang kita sebut dengan institusi atau aliran pemahaman.

A. Sosiologis masyarakat Arab

Kondisi sosiologis masyarakat Arab, dengan suasana teriknya panas dan tanah berupa padang pasir tandus, menjadikan mereka tidak banyak menemukan cara untuk merubah hidup ke arah yang lebih baik. Hal inilah kemudian menggiring pemahaman jabary atau fatalism ke dalam paradigma berfikir mereka.1

Disamping itu, kuatnya iman terhadap qudrat dan iradat Allah SWT, ditambah pula dengan sifat wahdaniyat-Nya juga mendorong kuatnya pola fikir tersebut.2

B. Institusi atau aliran pemahaman

Pola fikir masyarakat Arab seperti tersebut di atas, menjadi sebuah aliran (institusi) setelah muncul orang (figur) yang menguatkan dan mengembangkan pemahaman tersebut. Tertulis dalam buku-buku sejarah, dua aliran yang saling bertentangan dalam hal pemikiran teologi yaitu Jabariyah dan Qadariyah.

Makalah ini akan membahas persoalan teologi kedua aliran tersebut, yaitu asal-usul, dasar ajaran dan perbandingan pemikiran teologi terkait dengan perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia, dengan lebih mengedepankan telaah institutif, dan tidak secara sosiologis.

1 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran, sejarah analisa perbandingan, UI Press,

Jakarta, 1983, hal 31.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. QADARIYAH

1. Asal – usul

Penamaan aliran Qadariyah didasarkan pada pandangan kelompok ini yang percaya akan tidak adanya intervensi Tuhan terhadap perbuatan manusia. Kata Qadara berasal dari bahasa Arab, artinya kemampuan, kekuatan, memutuskan. Dalam bahasa Inggris, sering disebut dengan istilah free will atau free act (kebebasan berkehendak dan kebebasan berbuat).

Arti Qadariyah secara terminologis adalah satu aliran yang percaya akan kebebasan manusia bertindak dan menentukan pilihan perbuatan tanpa peran Tuhan. Setiap manusia adalah pencipta bagi perbuatannya, dengan demikian, kita dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Manusia memiliki qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk. 3

Secara pasti, tidak dapat diketahui kapan tepatnya aliran Qadariyah ini lahir dan hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan ahli sejarah. Pendapat yang populer, mengatakan bahwa faham Qadariyah pertama kali dimunculkan pada akhir masa Sahabat sekitar tahun 70 H/689 M, oleh Ma’bad al-Juhani (w. 80 H/699 M) dan Ghailan ad-Dimasyqi (w. 105 H/722 M).4

Ma’bad al-Juhani adalah seorang Taba’i yang dapat dipercaya dan pernah berguru dengan Hasan al-Basri. Sedangkan Ghailan ad-Dimasyqi adalah seorang orator berasal dari Damaskus. Faham Qadariyah diduga berasal dari orang Irak

3 Terdapat dua pendapat tentang penamaan aliran Qadariyah; pertama, pendapat yang

menyandarkan kepada orang-orang yang berpendapat bahwa manusia adalah pencipta dan memiliki kekuatan mutlak terhadap apa yang akan diperbuatnya, tanpa intervensi apapun dari Tuhan. Dan kedua, adalah orang-orang yang berkeyakinan bahwa qudrah manusia bukan pada penciptaan perbuatan tetapi pada pemilihan dan pelaksanaan perbuatan tersebut.

4 Ketika terjadi perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang aliran Qadariyah atau

Jabariyah yang lebih dulu hadir? Penulis makalah berpendapat bahwa aliran Qadariyah lebih dahulu muncul, disebabkan 2 hal; Pertama, dilihat dari tahun wafat pencetus faham ini yaitu Ma’bad al-Juhani. Kedua, faham jabary atau fatalism yang ada waktu dulu belum berbentuk sebuah institusi aliran.

(3)

bernama Susan5 yang beragama Kristen, kemudian memeluk agama Islam, dan

kembali lagi ke Kristen. Dari Susan inilah Ma’bad dan Ghailan mengambil faham tersebut.

Pendapat lain, W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain yang menyatakan bahwa faham Qadariyah terdapat dalam Kitab ar-Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan al-Basri sekitar tahun 700 M.6

Dengan disebutkannya Ma’bad al-Juhani pernah berguru dengan Hasan al-Basri pada keterangan Adz-Dzahabi dalam kitab Mizan al-I’tidal, maka sangat mungkin faham Qadary mula-mula dikenalkan oleh Hasan al-Basri dalam bentuk kajian-kajian keIslaman, kemudian dicetuskan oleh Ma’bad al-Juhani dan Ghailan ad-Dimasyqi dalam bentuk aliran (institusi).

2. Sebab-sebab munculnya aliran Qadariah

Ada dua sebab utama yang dapat dikategorikan menjadi sebab munculnya faham dan aliran Qadariyah yaitu :

a. Masyarakat Arab yang cenderung fatalis, kehidupan yang serba sulit, faktor alam yang tidak mendukung untuk lepas dari faham tersebut. Agama Islam yang dianut oleh mereka justru menjadikan mereka bertambah dalam ke faham fatalis tersebut. Allah SWT telah menentukan nasib manusia terlebih dahulu, dalam perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang ditentukan sejak azali. Ada Sunnatullah yang hadir dalam setiap detak dan detik denyut kehidupan semesta ini, dan manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan.

5 Susan adalah penganut filsafat Nasrani Sekte Nestorian yang mendirikan sekolah filsafat di

Gundisapur, dan berdekatan dengan Basrah. Sekte Nestorian ini mengadopsi filsafat Yunani aliran Epikureanisme (Abiquriyyun), dengan konsepnya : Dikarenakan perbuatan-perbuatan kita adalah bebas, dan kepada merekalah (perbuatan-perbuatan tersebut) dilekatkan pujian dan celaan. Shobarin Syakur, Sejarah Ilmu Kalam dan Pemahaman Qada dan Qadar, makalah tidak terbitkan. Lihat www.elvingunawan.blog.frienster.com/2007/02/sejarah-ilmu-kalam-dan-pemahaman-qada-da-qadar/.

6 www.ahmad-mubarok.blogspot.com/2008/09/ilmu-kalam.html. pendapat ini mengutip buku

(4)

b. Secara politis, pemerintah yang berkuasa ketika itu, Bani Umayyah, menganut dan menekankan faham fatalis, serta menjadikannya legitimasi kekuasaan yang dipegang. Apa yang menjadi ketetapan penguasa adalah takdir Tuhan, sehingga siapapun yang menentang, maka sama saja dengan menentang ketentuan Tuhan. Hadirnya Qadariyah dianggap sebagai hambatan dan dukungan kepada kelompok yang kritis terhadap rezim. Faham Takdir yang dikembangkan Qadariyah sangat berbeda dengan keyakinan pemerintah.

Seiring perjalanan penyebaran faham ini, Ma’bad al-Juhani terlibat dalam gerakan politik menentang pemerintahan Umayyah. Beliau memihak kepada ‘Abdurrahman ibn al-Asy’as, Gubernur Sajistan wilayah kekuasann Bani Umayyah. Dan pada satu pertempuran, Ma’bad al-Juhani terbunuh pada tahun 80H.

Ghailan ad-Dimasyqi menjadi penerus aliran Qadariyah pasca terbunuhnya Ma’bad al-Juhani. Faham ini menyebar luas ke wilayah Damaskus, namun mendapat larangan dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Setelah Umar bin Abdul Aziz wafat, penyebaran faham ini dapat berlangsung lama, tapi Ghailan dihukum mati oleh Khalifah Hisyam bin Malik (724-743 M). Ada dialog singkat sebelum dia dibunuh :

“Manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri. Dan manusia sendiri yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri” 7

3. Dasar Ajaran

Faham Qadariyah, bukanlah faham yang semata-mata disandarkan kepada akal fikiran saja. Terbukti, mereka banyak menjadikan ayat-ayat al-Qur’an sebagai pijakan dan penafsiran faham mereka, antara lain :

a. QS. Al-Kahfi : 29

7 www.zanikhan.multiply.com/profile. tulisan ini mengutip apa yang ditulis Ali al-Mustafa

(5)

ق

ّ ححححححححححححححححححححَلْا لِحححححححححححححححححححقُوَ

                            

 

س

َ ئْبِِِ

     

29. Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. b. QS. Ali Imran : 165











   

     

    

165. Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

c. QS. Ar-Ra’d : 11



 













      

   









    

     

11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang

(6)

ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

d. QS. An-Nisaa : 111







  







  

111. Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. e. QS. Fussilat : 40



 













   













  

    

40. Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat kami, mereka tidak tersembunyi dari kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

f. QS. As-Sajadah : 40











   

   

    





 







 

4. Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak

(7)

ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

[1188] bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

Dari ayat-ayat di atas, faham tentang taqdir ini meluas dan berkembang.8 Dalam

faham Qadariyah, Takdir difahami sebagai ketentuan Allah yang diciptakannya bagi alam semesta beserta seluruh isinya sejak azali, yaitu hukum alam yang dalam isltilah al-Qur’an disebut Sunnatullah. Seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga kelak di akhirat. Dan seseorang akan diberi ganjaran siksa di neraka. Semua ini atas pilihan sadar manusia sendiri, bukan pilihan akhir Tuhan. Tidaklah pantas manusia menerima siksaan atas tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri. 9

Kemudian, dengan potensi yang diberikan Tuhan, manusia dapat mengembangkan sunnatullah yang ada. Contoh; manusia yang ditakdirkan tidak dapat mengangkat beban seperti kekuatan gajah. Tapi potensi yang ada, manusia dapat berfikir mengangkat dengan menggunakan alat. Kreatifitas inilah yang menjadi keyakinan aliran ini. Hanya saja faham ini masih menyisakan pertanyaan, sejauh mana kebebasan yang dimiliki manusia? Siapa yang membatasi daya imajinasi manusia? Dimana batas akhir kreatifitas manusia?

Dilihat dari pendapat di atas, Qadariyah yang ada, lebih cenderung kepada pendapat yang mengatakan bahwa aliran Qadariyah disandarkan kepada orang-orang yang meyakini adanya sunnatullah sebagai alternative-alternatif pilihan yang

8 Dalam Kitab al-Milal wan Nihal, pembahasan masalah Qadariyah disatukan dengan

pembahasan doktrin-doktrin Mu’tazilah, sehingga perbedaan kedua aliran ini tidak begitu jelas. Ahmad Amin juga menjelaskna bahwa doktrin Qadar lebih luas dikupas oleh kalangan Mu’tazilah, sebab faham ini juga menjadikan salah satu doktrin Mu’tazilah. Akibatnya orang menamakan Qadariyah dengan Mu’tazilah karena kedua lairan ini sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan. Lihat www.sherikay.blogspot.com/2008/11/aliran-qadariyah.html.

(8)

diciptakan Tuhan dan manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dan menentukan perbuatan tersebut.10

B. JABARIYAH

1. Asal – usul

Aliran muncul di masa Pemerintahan Bani Umayyah berkuasa, kondisi sosiologis masyarakat sangat mendukung sehingga kelompok ini muncul. Faham ini dikenal dengan sebutan Fatalism atau Predestination.

Kata Jabara dalam bahasa arab berarti memaksa. Secara terminologis, Jabariyah diartikan dengan aliran yang berkeyakinan bahwa tidak adanya perbuatan manusia secara hakekat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Segala perbuatan hanya terjadi dengan qudrat dan Iradat-Nya. Manusia tidak mempunyai Qudrat dan Iradat, manusia hanya merupakan wadah bagi apa yang Allah kehendaki.

Manusia tidak mampu melakukan sesuatu dan memang tidak bisa disebut mampu. Didalam aktifitasnya, ia terpaksa karena ia tidak mempunyai kemampuan, kehendak dan kebebasan. Pahala dan siksa serta kewajiban merupakan keterpaksaan seperti semua perbuatan.11

Aliran Jabariyah pertama kali dicetuskan oleh Ja’ad ibn Dirham. Namun dalam sejarah tertulis bahwa penyebar faham ini adalah Jahm ibn Safwan (w. 127 H/745 M), lahir di kota Samarkand, Khurasan, Iran dan menetap di Iraq. Ia seorang budak yang sudah dimerdekakan (mawali). Aliran ini dimulai di kota Tirmizh (Iran Utara), dan dikenal juga dengan aliran Jahmiyah.12

10 Berbeda dengan apa yang penulis baca pada makalah Zainal Abidin Syamsuddin, Lc.

Beliau mengutip Hadits dari Abdullah ibn Umar : Nabi SAW bersabda : Qadariyah adalah majusinya umat ini, jika mereka sakit janganlah kalian menjenguknya dan jika mereka mati janganlah kalian menyaksikan jenazahnya. (Shahih: dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud dalam Sunannya 4691), Imam Ahmad dalam Musnadnya (5584 2/86), Imam al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra. Dipublikasikan oleh : www.ibnuramadhan.wordpress.com. Wallahu a’lam bish showab.

11 www.rdemha65.blogspot.com/2009/03/persoalan-kalam-satu.html, Pendapat ini dikutip

dari pernyataan al-Syahrastani.

12 Faham ini diduga berasal dari filsafat Yunani yang didirikan oleh Zeno (336-264 SM) dari

kota Citium pada tahun 30 SM yang kemudian dikembangkan oleh para pengikutnya yang disebut dengan Stoisis (Rawwaqiyyun). Kata Stoisis diambil dari nama gedung tempat ajaran

(9)

Filsafat Yunani mulai diadopsi oleh bangsa Persia, menjadi pembahasan-pembahasan yang cukup mendapat tempat di kalangan ahli-ahli fikir. Konsep ‘ruang kosong’nya Zeno yang disitir oleh Aristoteles yaitu : Everything that is in motion must be moved by something (segala sesuatu yang bergerak, pasti digerakkan oleh sesuatu. Artinya tidak ada sesuatu gerakan yang terjadi dengan sendirinya (spontanea).13

Konsep ini dikaji oleh Iban ibn Sam’an, seorang Yahudi Syam, kemudian disampaikan dan difahami serta diyakini oleh Ja’ad ibn Dirham yang tak lain adalah guru dari Jahm ibn Safwan. Namun diyakini bahwa pengadopsian konsep filsafat Yunani ini hanya sebatas kulitnya saja (intifa’) bukan dalam bentuk substansi (Ta’aththur).

Jahm ibn Safwan pernah menjadi sekretaris Syuraih ibn al-Haris, golongan Murji’ah. Ia mengatakan bahwa : Manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa; manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan, manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah dipaksan dengan tidak ada kemauan dan pilihan baginya.14 Sebenarnya aliran

Jabariyah ini sangat disukai dan didukung oleh Pemerintah Bani Umayyah, namun karena Jahm ibn Safwan terlibat pemberontakan terhadap Rezim penguasa, maka ia ditangkap dan dibunuh oleh Salma ibn Ahwaz al-Mazini, penguasa yang ditunjuk oleh bani Umayyah di Marwa (wilayah Turmekistan, Rusia)15

Aliran Jabariyah terbagi ke dalam dua kelompok : a. Moderat

Kelompok ini dipelopori oleh al-Husain ibn Muhammad an-Najjar dan Dirar ibn ‘Amr, yang berpendapat Tuhanlah yang menciptakan perbuatan-perbuatan manusia baik yang buruk atau jahat. Tetapi, manusia memiliki ruang www.elvingunawan.blog.frienster.com/2007/02/sejarah-ilmu-kalam-dan-pemahaman-qada-da-qadar. hal. 3

13 Ibid.

14 Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat danTtasawuf (Dirasah Islamiyah), Jakarta: Grafindo

Persada, hal. 39.

(10)

untuk mewujudkan perbuatan tersebut. Manusia tidak semata-mata menjadi wayang saja (dipaksa) namun ada kerjasama antara keduanya. Kelompok ini menjadi penengah antara Qadariyah dan Jabariyah Ekstrem.

b. Ekstrem (radikal)

Kelompok ini yang menjadi arus utama aliran Jabariyah, dipelopori oleh Jahm ibn Safwan langsung. Melalui Jahm inilah faham fatalisme ini berkeyakinan bahwa manusia hanya wayang yang dipaksa untuk mengikuti takdir Tuhan.

2. Dasar Ajaran

Dalam menyebarkan fahamnya, aliranini menunjukkan dalil-dalil al-Qur’an untuk mendukung pendapatnya :

a. QS. Ash-Shaffat : 96







 

96. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". b. QS. Al-Anfal : 17





   

   







  

    

   

17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

(11)









     

  

30. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

d. QS. Al-An’am : 39 dan 112





  

    

   







 

39. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya[473]. dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk

diberi-Nya petunjuk), niscaya dia menjadikan-diberi-Nya berada di atas jalan yang lurus.

[473] disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, Karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.







 







 









  

    

    

112. Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)[499]. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak

mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

[499] maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman

kepada nabi.

(12)

     







   

    









 

22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

f. QS. Hud : 6, 107-108























   

  

6. Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang

memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).

[709] yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.

[710] menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.

   





     

    













   



















107. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi[736], kecuali jika

Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki.

(13)

108. Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.

[736] alam akhirat juga mempunyai langit dan bumi tersendiri.

g. QS. Al-Qamar : 49

   

 

49. Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. h. QS. Ar-Rum : 40

   

  

    







    





  

40. Allah-lah yang menciptakan kamu, Kemudian memberimu rezki, Kemudian mematikanmu, Kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.

i. QS. Asy-Syura : 12











 



   

    

12. Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi; dia melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya dia Maha mengetahui segala sesuatu.

j. QS. Taha : 50

... ىدَهَ مّثُ هُقَلْخَ ءٍي

ْ ش

َ لّكُ ى طَعْأَ يذِلّا انَبّرَ

ٰ

Artinya : Tuhan Kamilah yang memberikan segala sesuatu kejadiannya, kemudian Allah memberi petunjuk kepadanya.

(14)

Dari dalil-dalil al-Qur’an di atas, setidaknya ada empat hal pokok yang menjadi doktrin aliran jabariyah :

1. Sifat Allah SWT, mereka tidak membenarkan Allah SWT diberi sifat-sifat yang terdapat pada makhluk-Nya. Ayat al-Qur’an yang menyebutkan Allah mendengar, berbicara, melihat dan lain-lain, tidak difahami secara tekstual tetapi secara kontekstual (majazi).

2. Surga dan Neraka serta aktifitasnya tidaklah kekal, meskipun banyak ayat yang menyatakan kekekalannya. Hal ini juga difahami secara majazi, karena hanya Allah yang kekal, jika ada makhluk yang kekal, maka Allah tidak lagi absolut.

3. Iman dan Kufur yang menyertai manusia, adalah sebagai sarana Allah menunjukkan kekuasaan-Nya. Manusia tidak akan menjadi kafir meskipun ia ingkar terhadap Allah, dan sebaliknya.

4. Qudrat dan Iradat Manusia. Manusia tidak mampu melakukan suatu perbuatan, tidak memiliki kemauan bahkan tidak memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan. Semua adalah ciptaan Allah. Manusia hanya sebagai wayang yang digerakkan oleh dalang.

BAB III PENUTUP Kesimpulan

(15)

Perbandingan Pemahaman Teologi Qadariyah dan Jabariyah dalam hal Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia

A. Konsep Pemikiran Qadariyah tentang Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia

Tuhan adalah pencipta alternative atau pilihan takdir. Alternatif ketentuan Allah yang diciptakan bagi alam semesta beserta seluruh isinya sejak azali, yaitu hukum alam yang dalam istilah al-Qur’an disebut Sunnatullah.

Manusia menjadi penentu akhir perbuatan yang akan dilakukannya, karena memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memilih yang baik atau yang buruk tanpa intervensi Tuhan.

Seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga kelak di akhirat. Dan seseorang akan diberi ganjaran siksa di neraka. Semua ini atas pilihan sadar manusia sendiri, bukan pilihan akhir Tuhan. Tidaklah pantas manusia menerima siksaan atas tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri. B. Konsep Pemikiran Jabariyah tentang Perbuatan Tuhan dan Perbuatan

Manusia

Tuhan adalah Pencipta segala sesuatu di alam semesta, dan Tuhan pula yang menggerakkan & memaksakan ciptaan-Nya tersebut ke seluruh gerak makhluk-Nya. Ketika manusia berbuat, itu sama saja dengan sunnah benda mati yang ‘melakukan’ aktifitasnya seperti matahari, air mengalir, hujan, dll.

Manusia berbuat, perbuatan baik atau buruk, hanya sebagai wayang, yang dipaksa melakukan segala sesuatu tergantung dalang. Sehingga jika nanti mendapat ganjaran surga atau neraka, maka itulah bagian dari kekuatan Tuhan dalam Menjalankan qadar-Nya. Apapun perbuatan manusia, adalah kekuatan Tuhan yang mencipta dan merealisasikannya.16

DAFTAR PUSTAKA

16 Ini adalah pendapat major dari aliran Jabariyah (ekstrem), sedikit berbeda dengan

(16)

Nasution, Harun.1983. Teologi Islam: Aliran-aliran, sejarah analisa perbandingan. Jakarta : UI press

Thahir, Abdul Mun’im Thaib.1986. Ilmu Kalam, Jakarta: Widjaya

www.elvingunawan.blog.frienster.com/2007/02/sejarah-ilmu-kalam-dan-pemahaman-qada-da-qadar/.

www.ahmad-mubarok.blogspot.com/2008/09/ilmu-kalam.html www.zanikhan.multiply.com/profile.

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian adalah (1) Pengembangan bahan ajar pelajaran sejarah pada pokok bahasan bahan ajar situs sejarah Kalinyamat pada pokok bahasan proses Islamisasi yang

Sumber data utama penelitian ini adalah pokok bahasan-pokok bahasan dalam kurikulum Madrasah Aliyah pada masa Orde Baru, terutama pokok bahasan-pokok bahasan yang berisi

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan yang berjudul pasar modal khususnya tentang Pengertian pasar modal,

14 Setelah Setelah mempelajari mempelajari pokok bahasan ini pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa diharapkan mahasiswa mampu untuk mampu untuk memahami, memahami, b.

Adapun yang membedakan penelitian saya dengan penelitian ini adalah penelitian saya lebih memfokuskan tentang persoalan kemiskinan ditinjau dari sudut pandang

Namun konsep-konsep pokok yang diajukan oleh masing-maisng teori itu kurang lebih dapat membantu kita untuk memahami terjadinya peniruan yang dimaksud dalam hubungan bahasan

Pada akhir pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami pengertian tata hukum/sistem hukum, sejarah hukum, politik hukum, dari Nagara Republik

Persoalan-persoalan teologi sering dilihat menimbulkan percanggahan pendapat. ercanggahan pendapat yang dimaksudkan tidak semestinya berlaku antara satu lmadun dengan