• Tidak ada hasil yang ditemukan

Case Saraf hemiparese dextra tipe spastik + parese n vii n xii dextra tipe sentral

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Case Saraf hemiparese dextra tipe spastik + parese n vii n xii dextra tipe sentral"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

STATUS NEUROLOGI PENDERITA

STATUS NEUROLOGI PENDERITA

1.1.

1.1. IDENTIFIKASIDENTIFIKASII  Nama

 Nama : Ny. S: Ny. S Umur

Umur : : 64 64 TahunTahun Jenis

Jenis Kelamin Kelamin : : PerempuanPerempuan Alamat

Alamat : : PalembangPalembang Agama

Agama : : IslamIslam MRS

MRS Tanggal Tanggal : : 9 9 September September 20142014

ANAMNESA (Autoanamnes

ANAMNESA (Autoanamnesa dan a dan Alloanamnesa)Alloanamnesa)

Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena sukar Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena sukar  berjalan

 berjalan yang disebabkan yang disebabkan kelemahan kelemahan pada pada tungkai tungkai kanan kanan dan dan lengan lengan kanan kanan yangyang terjadi secara tiba-tiba.

terjadi secara tiba-tiba. ± 1

± 1 hari hari SMRS, saat SMRS, saat penderita sedang penderita sedang beraktivitas menanam beraktivitas menanam kangkungkangkung tiba-tiba mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kanan secara tiba-tiba tiba-tiba mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kanan secara tiba-tiba tanpa disertai penurunan kesadaran, saat serangan penderita tidak merasa sakit tanpa disertai penurunan kesadaran, saat serangan penderita tidak merasa sakit kepala, mual dan muntah, kejang, dan gangguan rasa pada sisi tubuh yang lemah. kepala, mual dan muntah, kejang, dan gangguan rasa pada sisi tubuh yang lemah. Kelemahan pada tungkai dan lengan dirasakan sama berat. Penderita bisa Kelemahan pada tungkai dan lengan dirasakan sama berat. Penderita bisa mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan maupun isyarat. Penderita mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan maupun isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Sehari-hari p

isyarat. Sehari-hari penderita melakukan enderita melakukan pekerjaan dengan pekerjaan dengan menggunakan menggunakan tangantangan kanan. Saat bicara mu

kanan. Saat bicara mulut penderita lut penderita mengot ke kanan mengot ke kanan dan suaranya pelo.dan suaranya pelo.

Riwayat darah tinggi ada sejak 5 tahun yang lalu, tapi tidak terkontrol, Riwayat darah tinggi ada sejak 5 tahun yang lalu, tapi tidak terkontrol,  penderita jarang minum obat. Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat penyakit  penderita jarang minum obat. Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat penyakit  jantung disangkal. Riwayat trauma disangk

(2)

1.2. PEMERIKSAAN (Tanggal 9 September 2014) 1.2. PEMERIKSAAN (Tanggal 9 September 2014) Status

Status Praesens Praesens Status Status InternusInternus Kesadaran

Kesadaran : : (E:4, (E:4, M:6, M:6, V:5) V:5) Jantung Jantung : : BJ BJ I/II I/II Normal,gallop(-),murmur(-)Normal,gallop(-),murmur(-) Suhu

Suhu Badan Badan : : 36,9ºC 36,9ºC Paru-paru: Paru-paru: vesikuler(+),wheezing(-),ronchi(-)vesikuler(+),wheezing(-),ronchi(-)  Nadi

 Nadi : 98 x/m : 98 x/m Hepar : tidak teraba membesarHepar : tidak teraba membesar Pernapasan

Pernapasan : : 22 22 x/m x/m Lien Lien : : tidak tidak teraba teraba membesarmembesar TD

TD : 140/90 : 140/90 mmHg mmHg Genitalia Genitalia : : tidak tidak diperiksadiperiksa

Status Psikiatrikus Status Psikiatrikus Sikap

Sikap : : kooperatif kooperatif Ekspresi Ekspresi Muka Muka : : wajarwajar Perhatian

Perhatian : : ada ada Kontak Kontak Psikis Psikis : : adaada

Status Neurologikus Status Neurologikus A.

A. KEPALAKEPALA Bentuk

Bentuk : : brachiocephalibrachiocephali Ukuran

Ukuran : : normalnormal Simetris

Simetris : : simetrissimetris

B.

B. LEHERLEHER Sikap

Sikap : : lurus lurus Deformitas Deformitas : : tidak tidak adaada Torticolis

Torticolis : : tidak tidak ada ada Tumor Tumor : : tidak tidak adaada Kaku

Kaku kuduk kuduk : : tidak tidak ada ada Pembuluh darah Pembuluh darah : : tidak tidak adaada Pelebaran Pelebaran

C. SYARAF-SYARAF OTAK C. SYARAF-SYARAF OTAK

(3)

1.2. PEMERIKSAAN (Tanggal 9 September 2014) 1.2. PEMERIKSAAN (Tanggal 9 September 2014) Status

Status Praesens Praesens Status Status InternusInternus Kesadaran

Kesadaran : : (E:4, (E:4, M:6, M:6, V:5) V:5) Jantung Jantung : : BJ BJ I/II I/II Normal,gallop(-),murmur(-)Normal,gallop(-),murmur(-) Suhu

Suhu Badan Badan : : 36,9ºC 36,9ºC Paru-paru: Paru-paru: vesikuler(+),wheezing(-),ronchi(-)vesikuler(+),wheezing(-),ronchi(-)  Nadi

 Nadi : 98 x/m : 98 x/m Hepar : tidak teraba membesarHepar : tidak teraba membesar Pernapasan

Pernapasan : : 22 22 x/m x/m Lien Lien : : tidak tidak teraba teraba membesarmembesar TD

TD : 140/90 : 140/90 mmHg mmHg Genitalia Genitalia : : tidak tidak diperiksadiperiksa

Status Psikiatrikus Status Psikiatrikus Sikap

Sikap : : kooperatif kooperatif Ekspresi Ekspresi Muka Muka : : wajarwajar Perhatian

Perhatian : : ada ada Kontak Kontak Psikis Psikis : : adaada

Status Neurologikus Status Neurologikus A.

A. KEPALAKEPALA Bentuk

Bentuk : : brachiocephalibrachiocephali Ukuran

Ukuran : : normalnormal Simetris

Simetris : : simetrissimetris

B.

B. LEHERLEHER Sikap

Sikap : : lurus lurus Deformitas Deformitas : : tidak tidak adaada Torticolis

Torticolis : : tidak tidak ada ada Tumor Tumor : : tidak tidak adaada Kaku

Kaku kuduk kuduk : : tidak tidak ada ada Pembuluh darah Pembuluh darah : : tidak tidak adaada Pelebaran Pelebaran

C. SYARAF-SYARAF OTAK C. SYARAF-SYARAF OTAK N. Olfaktorius

N. Olfaktorius Kanan Kanan KiriKiri

Penciuman

(4)

N.Opticus

N.Opticus Kanan Kanan KiriKiri

Visus

Visus 6/60 6/60 6/606/60

Campus visi Campus visi

-- Anopsia Anopsia tidak tidak ada ada tidak tidak adaada -- Hemianopsia Hemianopsia tidak ada tidak ada tidak tidak adaada

Fundus Oculi Fundus Oculi

-- Papil Papil edema edema tidak diperiksa tidak diperiksa tidak tidak diperiksadiperiksa -- Papil Papil atrofi atrofi tidak tidak diperiksa diperiksa tidak tidak diperiksadiperiksa -- Perdarahan Perdarahan retina retina tidak tidak diperiksa diperiksa tidak tidak diperiksadiperiksa

N. Occulomotorius, Trochlearis dan

N. Occulomotorius, Trochlearis dan AbducenAbducen

Kanan Kiri

Kanan Kiri

Diplopia

Diplopia tidak tidak ada ada tidak tidak adaada Celah

Celah mata mata simetris simetris simetrissimetris Ptosis

Ptosis tidak tidak ada ada tidak tidak adaada Sikap bola mata

Sikap bola mata

-- Strabismus Strabismus tidak ada tidak ada tidak tidak adaada -- Exophtalmus Exophtalmus tidak tidak ada ada tidak tidak adaada -- Enophtalmus Enophtalmus tidak tidak ada ada tidak tidak adaada -- Deviation Deviation conjugae conjugae tidak tidak ada ada tidak adatidak ada Gerakan

Gerakan bola bola mata mata tidak tidak terhambat terhambat ke ke segala segala araharah Pupil

(5)

-

- Langsung Langsung ada ada adaada -

- Konsensuil Konsensuil ada ada adaada -

- Akomodasi Akomodasi ada ada adaada

-- Argyl Argyl Robertson Robertson tidak tidak ada ada tidak tidak adaada

N.Trigeminus N.Trigeminus Kanan Kiri Kanan Kiri Motorik Motorik

-- Menggigit Menggigit normal normal normalnormal -- Trismus Trismus tidak tidak ada ada tidak tidak adaada -- Refleks Refleks kornea kornea normal normal normalnormal Sensorik

Sensorik

-- Dahi Dahi normal normal normalnormal -- Pipi Pipi normal normal normalnormal -- Dagu Dagu normal normal normalnormal

N.Facialis

N.Facialis Kanan Kanan KiriKiri

Motorik Motorik

Mengerutkan

Mengerutkan dahi dahi : : simetrissimetris Menutup

Menutup mata mata : : lagophtalmus lagophtalmus tidak tidak ada ada lagophtalmus lagophtalmus tidak tidak adaada Menunjukkan

Menunjukkan gigi gigi : : sudut sudut mulut mulut tertinggal tertinggal normalnormal Lipatan

Lipatan nasolabialis nasolabialis : : datar datar normalnormal Bentuk Muka

Bentuk Muka

-- Istirahat Istirahat : : asimetrisasimetris -- Berbicara/bersiul Berbicara/bersiul : : asimetrisasimetris Sensorik

Sensorik 2/3

(6)

- Chvostek’s sign Tidak ada kelainan

N. Cochlearis Kanan Kiri

Suara bisikan : terdengar terdengar

Detik arloji : terdengar terdengar

Tes Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan Tes Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan

N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri

Arcus pharingeus : simetris

Uvula : ditengah

Gangguan menelan : tidak ada

Suara bicara : normal

Denyut jantung : normal

Refleks

- Muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Batuk : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Okulokardiak : Belum dilakukan pemeriksaan - Sinus karotikus: Belum dilakukan pemeriksaan Sensorik

- 1/3 belakang lidah: Normal

N. Accessorius Kanan Kiri

Mengangkat bahu : kuat kuat

(7)

D. COLUMNA VERTEBRALIS

Kyphosis : tidak ada

Lordosis : tidak ada

Gibbus : tidak ada

Deformitas : tidak ada

Tumor : tidak ada

Meningocele : tidak ada

Hematoma : tidak ada

 Nyeri ketok : tidak ada

E. BADAN DAN ANGGOTA GERAK FUNGSI MOTORIK

LENGAN Kanan Kiri

Gerakan kurang cukup

Kekuatan 0 5

Tonus meningkat normal

Refleks fisiologis

- Biceps meningkat normal

- Triceps meningkat normal

- Periost radius meningkat normal

- Periost ulna meningkat normal

Refleks patologis

- Hoffman Ttromner negatif

Trofik eutrofi

TUNGKAI Kanan Kiri

(8)

- Kaki tidak ada tidak ada Refleks fisiologis

- K P R meningkat normal

- A P R meningkat normal

Refleks patologis

- Babinsky (+) ada tidak ada

- Chaddock (+) ada tidak ada

- Oppenheim tidak ada tidak ada

- Gordon tidak ada tidak ada

- Schaeffer tidak ada tidak ada

- Rossolimo tidak ada tidak ada

- Mendel Bechtereyev tidak ada tidak ada Refleks kulit perut

- Atas tidak ada kelainan

- Tengah tidak ada kelainan

- Bawah tidak ada kelainan

SENSORIK

(9)

GAMBAR

Keterangan: Hemiparese Dextra tipe spastik

FUNGSI VEGETATIF

Miksi : tidak ada kelainan

Defekasi : tidak ada kelainan

Ereksi : tidak diperiksa

F. GEJALA RANGSANG MENINGEAL

Kanan Kiri

Kaku kuduk tidak ada

Kernig tidak ada tidak ada

Gerakan : kurang Kekuatan : 0 Refleks fisiologi meningkat Gerakan : kurang Kekuatan : 3 Refleks fisiologis meningkat Refleks patologis + (Babinsky, Chaddock) Gerakan : kurang Kekuatan : 0 Refleks fisiologi meningkat Gerakan : kurang Kekuatan : 3 Refleks fisiologis meningkat Refleks  patologis + (Babinsky,

(10)

- Symphisis tidak ada

- Leg I tidak ada tidak ada

- Leg II tidak ada tidak ada

G. GAIT DAN KESEIMBANGAN

Gait Keseimbangan dan Koordinasi

Ataxia : belum bisa dinilai Romberg : belum bisa dinilai Hemiplegic : belum bisa dinilai Dysmetri :

Scissor : belum bisa dinilai - jari-jari : belum bisa dinilai Propulsion : belum bisa dinilai - jari hidung : belum bisa dinilai Histeric : belum bisa dinilai - tumit-tumit : belum bisa dinilai Limping : belum bisa dinilai

Steppage : belum bisa dinilai Trunk Ataxia : tidak dilakukan Astasia-Abasia: belum bisa dinilai Limb Ataxia : tidak dilakukan

H. GERAKAN ABNORMAL

Tremor : tidak ada

Chorea : tidak ada

Athetosis : tidak ada Ballismus : tidak ada

Dystoni : tidak ada

Myocloni : tidak ada

I. FUNGSI VEGETATIF

Miksi : tidak ada kelainan

(11)

Apraksia : tidak ada

Agrafia : tidak ada

Alexia : tidak ada

Afasia nominal : tidak ada

LABORATORIUM DARAH

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

HB 12,5 G/DL 12-14 HEMATOKRIT 37 % 37- 43 LEUKOSIT 9.600 /UL 5000-10000 TROMBOSIT 330.000 /UL 150.000-400.000 HITUNG JENIS  BASOFIL  EOSINOFIL  BATANG  SEGMEN  LIMFOSIT  MONOSIT 0 0 1 64 29 6 % % % % % % 0-1 1-3 2-6 50-70 20-40 2-8

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

Glukosa sewaktu 167 mg/dl <180

Kolesterol total 341 mg/dl <200

HDL 28 mg/dl >65

LDL 35 mg/dl <130

(12)

FAECES : tidak diperiksa

LIQUOR CEREBROSPINALIS : tidak diperiksa

PEMERIKSAAN KHUSUS

Rontgen foto cranium : tidak diperiksa Rontgen foto thoraks : tidak diperiksa Rontgen foto columna vertebralis : tidak diperiksa Electro Encephalo Graphy : tidak diperiksa

Arteriography : tidak diperiksa

Electrocardiography : tidak diperiksa

Pneumography : tidak diperiksa

(13)

1.3. RINGKASAN ANAMNESA

Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena sukar  berjalan yang disebabkan kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan yang

terjadi secara tiba-tiba.

± 1 hari SMRS, saat penderita sedang beraktivitas menanam kanggung tiba-tiba mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kanan secara tiba-tiba tanpa disertai penurunan kesadaran, saat serangan penderita merasa tidak sakit kepala, mual dan muntah, kejang, dan gangguan rasa pada sisi tubuh yang lemah. Kelemahan pada tungkai dan lengan dirasakan sama berat. Penderita bisa mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan maupun isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Sehari-hari penderita melakukan pekerjaan dengan menggunakan tangan kanan. Saat bicara mulut penderita mengot ke kanan dan suaranya pelo.

Riwayat darah tinggi ada sejak 5 tahun yang lalu, tapi tidak terkontrol,  penderita jarang minum obat. Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat penyakit  jantung disangkal. Riwayat trauma disangkal.

Penderita mengalami keluhan seperti ini untuk pertama kalinya.

PEMERIKSAAN Status Generalis Kesadaran : (E:4, M:6, V:5) TD : 140/90 mmHg  Nadi : 76 x/m Pernapasan : 22 x/m Suhu Badan : 36,8ºC

(14)

Status Neurologicus

Nn. Cranialis :  parese N VII dan N XII

FUNGSI MOTORIK

LENGAN Kanan Kiri

Gerakan kurang cukup

Kekuatan 0 5

Refleks fisiologis

- Biceps meningkat normal

- Triceps meningkat normal

- Radius meningkat normal

- Ulna meningkat normal

TUNGKAI Kanan Kiri

Gerakan kurang cukup

Kekuatan 3 5

Tonus meningkat normal

Klonus

- Paha tidak ada tidak ada

- Kaki tidak ada tidak ada

DIAGNOSA

Diagnosa Klinik : Hemiparese dextra tipe spastik + parese  N. VII dan N.XII dextra tipe sentral Diagnosa Topik : Capsula interna hemisferium Sinistra Diagnosa Etiologi : Hemorrgia cerebri

(15)

PENGOBATAN  Perawatan

• Bed rest

• Diet nasi biasa

 Medikamentosa

• IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt • Citicoline 2 x 500 mg iv

• Ranitidin 2 x 1 amp iv • Aspilet 1x 80 mg •  Neurodex 1 x 500 mg

PROGNOSA

Quo ad Vitam : ad bonam Quo ad Functionam : ad dubia

(16)

DISKUSI

A.Diagnosis Banding Klinis

Hemiparese Dextra tipe spastik + parese N. VII dan N.XII dextra tipe sentral B. Diagnosis Banding Topik

1) Lesi di Cortex hemisferium Pada penderita ditemukan gejala: Cerebri Sinistra

- Defisit Motorik - Hemiparesis dextra tipe spastik

- Gejala iritatif

- Tidak ada kejang pada sisi yang lemah

- Gejala Fokal (kelumpuhan tidak sama berat)

- Kelemahan lengan dan tungkai sinistra dirasakan sama berat

- Gejala defisit sensorik pd sisi yang lemah - Tidak ada kelainan

* Jadi, kemungkinan lesi di cortex Hemisferium cerebri Sinistra dapat disingkirkan

2) Lesi di subcortex Hemisferium Cerebri Pada penderita ditemukan gejala: Sinistra, gejalanya:

*Ada gejala defisit motorik - Hemiparesis dextra tipe spastik *Ada afasi motorik subkortikal - Tidak afasia motorik subkortikal

* Jadi, kemungkinan lesi di sub korteks hemisferium cerebri Sinistra dapat disingkirkan

3) lesi di kapsula Interna hemisferium cerebri Pada penderita ditemukan gejala: sinistra, gejalanya:

- Ada hemiparese/hemiplegia typical - Hemiparase dextra tipe spastik - Parase N.VII tipe sentral - Parase N. VII sinistra sentral - Parase N.XII tipe sentral - Parase N. XII sinistra sentral

(17)

Kesimpulan Diagnosis topik :

Lesi di kapsula interna hemisferium cerebri Sinistra

C. Diagnosis Banding Etiologi

1) Hemorrhagia Cerebri Pada penderita ditemukan gejala

* Kehilangan kesadaran > 30 menit Tidak ada kehilangan kesadaran > 30 menit *Terjadi saat aktifitas Terjadi saat aktivitas

*Didahului sakit kepala, mual, muntah

Didahului sakit kepala (+), mual(-), muntah (-)

*Riwayat Hipertensi Riwayat Hipertensi (+)

Jadi kemungkinan etiologi Hemorrhagia cerebri sudah dapat disingkirkan

2) Emboli Serebri Pada penderita ditemukan gejala

*Kehilangan kesadaran < 30 menit

- Tidak ada kehilangan kesadaran < 30 menit

*Ada atrial Fibrilasi *Tidak ada arterial Fibrilasi

Jadi, Kemungkinan etiologi emboli cerebri sudah dapat disingkirkan

3) Trombosis Cerebri Pada penderita ditemukan gejala *Tidak ada kehilangan kesadaran - Tidak ada kehilangan kesadaran *Terjadi saat istirahat - Terjadi saat aktivitas

Jadi, kemungkinan etiologi trombosis serebri belum dapat disingkirkan

Kesimpulan Diagnosis Etiologi : Trombosis Cerebri

(18)

FOLLOW UP Tanggal 10 September 2014

Keluhan :

- Lengan dan tungkai kanan masih lemah susah digerakkan - Bicara pelo Status Generalis : Kesadaran : E4M6V5 TD : 160/90 mmHg  Nadi : 98 x/menit RR : 22 x/menit Temp : 36.9 0C Status Cranialis : Nn. Cranialis :  N. Facialis Kanan Kiri Motorik

Lipatan nasolabialis tertinggal tidak ada kelainan Bentuk Muka

- Istirahat asimetris

- Berbicara/bersiul asimetris

Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi

Gerakan kurang cukup kurang cukup

Kekuatan 0 5 3 5

Tonus meningkat normal meningkat normal

(19)

KPR meningkat normal

APR meningkat normal

Refleks Patologis

- Babinsky (+) ada tidak ada

- Chaddock (+) ada tidak ada

- Schaeffer tidak ada tidak ada

Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan Fungsi Luhur : tidak ada kelainan Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan

GRM : tidak ada kelainan

Diagnosa Klinik : Hemiparese dextra tipe spastik + parese  N. VII dan N.XII dextra tipe sentral Diagnosa Topik : Capsula interna hemisferium Sinistra Diagnosa Etiologi : Trombosis cerebri

Rencana Terapi :

• IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt • Citicoline 2 x 500 mg iv

• Ranitidin 2 x 1 amp iv • Aspilet 1x 80 mg • Neurodex 1 x 500 mg

(20)

FOLLOW UP Tanggal 11 September 2014

Keluhan :

- Lengan dan tungkai kanan masih lemah susah digerakkan

Status Generalis : Kesadaran : E4M6V5 TD : 140/90 mmHg  Nadi : 87 x/menit RR : 21 x/menit Temp : 37 0C Status Cranialis : Nn. Cranialis :  N. Facialis Kanan Kiri Motorik

Lipatan nasolabialis tertinggal tidak ada kelainan Bentuk Muka

- Istirahat asimetris

- Berbicara/bersiul asimetris

Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi

Gerakan kurang cukup kurang cukup

(21)

Biseps meningkat normal Triseps meningkat normal

KPR meningkat normal

APR meningkat normal

Refleks Patologis

- Babinsky (+) ada tidak ada

- Chaddock (+) ada tidak ada

- Schaeffer tidak ada tidak ada

Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan Fungsi Luhur : tidak ada kelainan Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan

GRM : tidak ada kelainan

Diagnosa Klinik : Hemiparese dextra tipe spastik + parese  N. VII dan N X.II dextra tipe sentral Diagnosa Topik : Capsula interna hemisferium Sinistra Diagnosa Etiologi : Trombosis cerebri

Rencana Terapi :

• IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt • Citicoline 2 x 500 mg iv

• Ranitidin 2 x 1 amp iv • Aspilet 1 x 80 mg • Neurodex 1 x 500 mg

(22)

FOLLOW UP Tanggal 12 September 2014

Keluhan :

- Lengan dan tungkai kanan masih lemah susah digerakkan Status Generalis : Kesadaran : E4M6V5 TD : 160/90 mmHg  Nadi : 87 x/menit RR : 24 x/menit Temp : 37 0C Status Cranialis : Nn. Cranialis :  N. Facialis Kanan Kiri Motorik

Lipatan nasolabialis tertinggal tidak ada kelainan Bentuk Muka

- Istirahat asimetris

- Berbicara/bersiul asimetris

Fungsi Motorik :LKa LKi TKa TKi

Gerakan kurang cukup kurang cukup

Kekuatan 0 5 3 5

Tonus meningkat normal meningkat normal

(23)

KPR meningkat normal

APR meningkat normal

Refleks Patologis

- Babinsky (+) ada tidak ada

- Chaddock (+) ada tidak ada

- Schaeffer tidak ada tidak ada

Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan Fungsi Luhur : tidak ada kelainan Fungsi Vegetatif : tidak ada kelainan

GRM : tidak ada kelainan

Diagnosa Klinik : Hemiparese dextra tipe spastik + parese  N. VII dan N.XII dextra tipe sentral Diagnosa Topik : Capsula interna hemisferium Sinistra Diagnosa Etiologi : Trombosis Cerebri

Rencana Terapi :

• IVFD Ringer Laktat gtt xx/mnt • Citicoline 2 x 500 mg iv

• Ranitidin 2 x 1 amp iv • Neurodex 1 x 500 mg • Nifedipine 1 x 5 mg • Candesartan 1 x 8 mg

Skor Stroke Siriraj:

SJ : (2,5 x derajat kesadaran) + ( 2 x Vomitus) + ( 2 x Nyeri kepala) + (0,1 x tekanan diastolic) –  (3 x ateroma) –  12

(24)

B. Diagnosis banding Etiologi: 1.  Hemoragia cerebri

2.  Emboli cerebri 3. Trombosis cerebri

1. Hemoragia cerebri, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala: - Kehilangan kesadaran > 30 menit - Tidak ada kehilangan kesadaran - Terjadi saat aktifitas - Terjadi saat beraktivitas

- Didahului sakit kepala, mual dan Muntah

- Didahului sakit kepala, tanpa disertai muntah dan mual

- Riwayat hipertensi - Ada riwayat hipertensi Jadi kemungkinan etiologi hemoragia cerebri dapat disingkirkan.

2. Emboli cerebri, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala: - Kehilangan kesadaran < 30 menit - Tidak ada kehilangan kesadaran - Ada arterial fibrilasi - Tidak ada arterial fibrilasi

- Terjadi saat aktifitas - Terjadi saat aktivitas Jadi kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan

3. Trombosis cerebri, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala: - Tidak ada kehilangan kesadaran - Tidak ada kehilangan kesadaran - Terjadi saat istirahat - Terjadi saat aktivitas

Jadi kemungkinan etiologi trombosis cerebri belum dapat disingkirkan. Kesimpulan:

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri karotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum, mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak, sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan  beberapa bagian lobus temporalis1.

Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang  berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang: arteri serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian medial lobus temporalis1.

Tiga pasang arteri serebri ini bercabang-cabang menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu bagian lainnya. Cabang-cabang yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling berhubungan dengan cabang-cabang arteri serebri lainya. Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3 sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu:

(26)

media posterior dan arteri komunikans posterior (yang menghubungkan arteri serebri media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.

 Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di

daerah orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke arteri maksilaris eksterna.

 Hubungan antara sistem vertebral dengan arteri karotis ekterna (pembuluh

darah ekstrakranial).

Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke  atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta  batang otak yang merupakan tempat jalan serabut-serabut saraf ke target

organ.

2.2. Definisi

Definisi Stroke

Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa ditemukannya penyakit selain daripada gangguan vaskular 1. Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak. Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak (brain attack ), merupakan penyebab cacat

(27)

2.3. Klasifikasi

Klasifikasi stroke

A. Berdasarkan kelainan patologik pada otak : 1. Stroke Hemoragik :

 Perdarahan intraserebral

 Perdarahan ekstraserebral (perdarahan subaraknoid)

2. Stroke non hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan) Yang dibagi atas subtipe :

 Trombosis serebri  Emboli serebri

 Hipoperfusi sistemik

Stroke non hemoragik dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan  proses patologik (kausal).

a. Berdasarkan Manifestasi Klinik 1

- Serangan Iskemik Sepintas/ Transient Ischemic Attack (TIA)

Gejala neurologi yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

- Defisit Neurologik Iskemik Sepintas ( Reversible Ischemic Neurological  Deficit )

Gejala neurologi yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari satu minggu.

- Stroke Progresif (Progressive Stroke) Gejala neurologi makin lama makin berat

- Stroke Komplet (Completed Stroke/permanent Stroke)

Kelainan neurologi sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

(28)

dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau  Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan  pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke  pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan

merupakan indikator penyakit aterosklerosis

 Stroke Emboli

Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

B. Berdasarkan penilaian terhadap waktu kejadiannya

1. Transient Iskemik Attack   (TIA) atau serangan stroke sementara, gejala defisit neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam.

2.  Reversible Ischemic Neurolagical Deficits (RIND), kelainannya atau gejala neurologis menghilang lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.

3. Stroke progresif atau Stroke in Evolution  (SIE) yaitu stroke yang gejala klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin  berat.

4. Stoke komplit atau completed stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.

Patofisiologi

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis interna dan

(29)

Gambar 3. Sirkulis Willisi

Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat  bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah

otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah tersebut. Proses patologik mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi di pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat  berupa :

1. Keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri seperti pada arterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau  peradangan.

2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah.

3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium

(30)

Gambar 4. Stroke perdarahan intraserebral dan subarachnoid

Stroke hemoragik disebabkan karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang normal, akibatnya darah merembes ke dalam suatu daerah diotak dan merusaknya. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan rentan pecah. Stroke hemoragik dibagi lagi menjadi :

a. Perdarahan Intraserebral

Pada kasus ini terjadi perdarahan pada parenkim hingga ventrikel otak yang terjadi pada arteri kecil maupun arteriol yang bisa menyebabkan terbentuknya hematoma dan menimbulkan edema serebri yang jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan terjadinya herniasi batang otak dan menyebabkan penurunan kesadaran secara cepat dan bahkan menjadi koma dan tak jarang berakhir dengan kematian. Perdarahan intraserebral terutama mengenai lobus serebral, ganglia basalis, thalamus, batang otak dan serebelum sedangkan

(31)

malformasi vaskuler, penggunaan obat-obatan seperti amfetamin dan kokain. Biasanya mengenai usia antara 50-80 tahun. Serangan seringkali terjadi mendadak dan pada siang hari saat beraktivitas dan ketika dalam keadaan emosi atau marah. Tingkat mortalitas mencapai 44% setelah 30 hari terjadinya serangan bahkan dapat meningkat menjadi 100% jika pasien dalam keadaan koma. Perdarahan intraserebral merupakan penyebab kematian tertinggi pada penderita stroke.

 b. Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan subarachnoid biasanya menyerang usia 20-70 tahun yang disebabkan karena vena maupun kapiler dan tersering dikarenakan  pecahnya aneurisma pada sirkulus Willisi ruptur satu atau lebih  pembuluh darah, baik di arteri, vena, maupun kapiler dan tersering akibat peningkatan tekanan darah atau tekanan intrakranial sehingga menimbulkan gangguan aliran darah serebral yang bisa menyebabkan hilangnya kesadaran. Oleh karena itu, sangat penting menentukan lokalisasi terjadinya aneurisma pada arteri oftalmika dan kompresi pada nervus optikus maka dapat menyebabkan defisit visual monocular.10  Namun, jika aneurisma terjadi pada arteri karotis interna, arteri basilaris dan arteri oftalmika maka dapat menyebabkan gangguan pada otot-otot ekstraokuler.14  Perdarahan subarachnoid lebih sering mengenai wanita dan meningkat risikonya setelah wanita tersebut post menopause, terkadang dihubungkan dengan adanya riwayat migrain ataupun kejang. Manifestasi awal dapat berupa ptekie ataupun purpura pada kulit. Pada keadaan yang lebih berat, dapat menimbulkan edema papil dan iritasi  batang otak serta defisit neurologi permanen pada 20-50% kasus. Bahkan bila tidak segera ditangani dapat menimbulkan infark

(32)

2. Stroke Non Hemoragik atau Stroke Iskemik

Pada stroke terjadi penurunan suplai darah dan oksigenasi ke otak yang mengakibatkan terjadinya hipoksia dan nekrosis jaringan otak pada darah tersebut. Proses yang mendasarinya dapat disebabkan oleh trombosis (akibat obstruksi pembuluh darah karena adanya bekuan darah), emboli, tekanan perfusi sistemik yang menurun misalnya keadaan syok, dan terjadinya trombosis pembuluh darah vena, terutama mengenai arteri karotis kranial meliputi cabang terminal dan arteri karotis interna, arteri basilaris dan arteri serebri media, dan arteri serebri posterior. Selain itu, iskemia serebral juga akan diikuti oleh respon inflamasi yang hebat yang melibatkan infiltrasi granulosit, limfosit T dan makrofag pada area iskemik dan sekitarnya. Pada kasus stroke jenis ini terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan neutrofil dengan luas infark, sehingga dapat disimpulkan neutrofil sebagai indikator yang memperburuk keadaan. Stroke non hemoragik dibagi lagi menjadi :

a. Stroke Trombosis

Gambar 5. Stroke trombosis

Terjadinya stroke trombosis disebabkan karena adanya trombus yang terdiri dari trombosit, fibrin, eritrosit, dan sel leukosit sehingga menyebabkan penyempitan lumen dimana gejalanya muncul perlahan

(33)

umum dipakai untuk sumbatan pembuluh darah, baik arteri maupun vena.15

Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada tahun 1856 dengan diajukannya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai Triad of Virchow, yaitu terdiri dari abnormalitas dinding  pembuluh darah, perubahan komposisi darah, dan gangguan aliran darah. Ketiganya merupakan faktor-faktor yang memegang peranan  penting dalam patofisiologi trombosis. Dikenal dua macam trombosis,

yaitu :

1. Trombosis arteri 2. Trombosis vena

Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial. Meskipun ada perbedaan antara trombosis vena dan trombosis arteri,  pada beberapa hal terdapat keadaan yang saling tumpang tindih. Trombosis dapat mengakibatkan efek lokal dan efek jauh. Efek lokal tergantung dari lokasi dan derajat sumbatan yang terjadi pada  pembuluh darah, sedangkan efek jauh berupa gejala-gejala akibat fenomena tromboemboli. Trombosis pada vena besar akan memberikan gejala edema pada ekstremitas yang bersangkutan. Terlepasnya trombus akan menjadi emboli dan mengakibatkan obstruksi dalam sistem arteri, seperti yang terjadi pada emboli paru, otak dan lain-lain. Ada 3 hal yang  berpengaruh dalam pembentukan/timbulnya trombus ini (trias

Virchow): 15

1. Kondisi dinding pembuluh darah (endotel). 2. Aliran darah yang melambat/ statis.

3. Komponen yang terdapat dalam darah sendiri berupa peningkatan koagulabilitas.

(34)

Gambar 6. Stroke emboli

Stroke emboli adalah suatu gangguan neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah, dimana terjadi secara mendadak atau cepat timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang dapat menjadi lebih berat akibat suatu emboli dan sering mengenai usia muda dengan tingkat mortalitas 7-10 %. Stroke emboli diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat (misalnya stroke arteria vertebralis) atau asal embolus. Asal stroke emboli dapat suatu arteri distal atau jantung (stroke kardioembolik.13  Pada stroke jenis ini, embolus dapat berasal dari tempat lain didalam tubuh, dimana 90% emboli berasal dari jantung. Hal tersebut dikarenakan aliran darah ke otak berasal dari arkus aorta sehingga emboli yang lepas dari ventrikel kiri akan disebarkan melalui aliran darah ke arteri karotis komunis kiri dan arteri  brakhiosefalika. Selain itu, jaringan otak sangat sensitif terhadap obstruksi aliran darah, sehingga emboli yang berukuran 1 mm sudah

(35)

 penumpukan lemak, komposisi darah maupun deposit kalsium maka  perubahan-perubahan hemodinamik sistemik (aritmia jantung, hipotensi, hipertensi) dan kimia darah (polisitemia, hiperviskositas) dapat menimbulkan iskemik dan infark serebri regional.16  Pada saat aliran darah lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan. Untuk  pembuluh darah kecil dan arteriol, terjadi penumpukan lipohialinosis

yang mengakibatkan mikroinfark.

2.6. Gejala Stroke Non Hemoragik

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah 3

 Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna

- Buta mendadak (amaurosis fugaks).

- Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia)  bila gangguan terletak pada sisi dominan.

- Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral ) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

 Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior

-  Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol. - Gangguan mental.

- Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh. - Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air. - Bisa terjadi kejang-kejang.

 Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media

- Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila tidak dipangkal maka lengan lebih menonjol

(36)

- Meningkatnya refleks tendon

- Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh

- Gejala-gejala sereblum seperti tremor dan kepala berputar (vertigo) - Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia)

- Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga  pasien sulit bicara (disatria)

- Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap lingkungan (disorientasi).

- Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah  bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapangan pandang  pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).

- Gangguan pendengaran

- Rasa kaku di wajah, mulut dan lidah.

 Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior

- Koma

- Hemiparesis kontralateral

- Ketidakmampuan membaca (aleksia) - Kelumpuhan saraf kranialis ketiga

 Gejala akibat ganggua fungsi luhur

-  Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua yaitu,  Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap baik . Aphasia  sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang lain,

(37)

Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf.  Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.

-  Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.

-  Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak.

-  Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita tidak boleh melihat jarinya).

-  Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.

- Syndrome Lobus Frontal , ini berhubungan dengan tingkah laku akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya gangguan bicara.

-  Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.

-  Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuan.

2.7. Diagnosis Stroke Non Hemoragik  Diagnosis didasarkan atas hasil4

(38)

 b. Pemeriksaan Fisik

Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lai nnya.

B. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium a. Pemeriksaan Neuro-Radiologik

Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdar ahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).  b. Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu

gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,  Elektrokardiografi (EKG).

Sistem skor

Perbedaan antara stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik sangat penting dalam rangka pengobatan stroke, pengetahuan mengenai taraf ketepatan  pembuktian klinis terhadap stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik yang dapat diandalkan akan sangat membantu para dokter yang bekerja di daerah terpencil dengan fasilitas pelayanan medis yang sangat terbatas dan belum tersedianya pemeriksaan penunjang yang memadai (misalnya CT-Scan). Untuk itu beberapa peneliti mencoba membuat perbedaan antara kedua jenis stroke

(39)

Skor Siriraj

1 Kesadaran ( x 2,5 ) Bersiaga 0

Pingsan 1

Semi koma, koma 2

2 Muntah ( x 2 )  No 0

Yes 1

3 Nyeri kepala dalam  No 0

2 jam ( x 2 ) Yes 1 4 Tekanan Diastolik (DBP ) DBP x 0,1 5 Atheroma markers (x3)  None 0 diabetes, angina, 1 / > 1 claudicatio intermitten Konstanta - 12 Total skor = Interpretasi skor Skor ≤ -1 = Infark ≥ 1 =  Hemoragik Gambaran CT scan : 2.8. Penatalaksanaan

Target managemen stroke non hemoragik akut adalah untuk menstabilkan  pasien dan menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya  pencitraan dan pemeriksaan laboratorium dalam jangka waktu 60 menit setelah pasien tiba. Keputusan penting pada manajemen akut ini mencakup  perlu tidaknya intubasi, pengontrolan tekanan darah, dan menentukan resiko

(40)

 peningkatan tekanan intrakranial (TIK) maka pemberian induksi dilakukan untuk mencegah efek samping dari intubasi.

Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik kristaloid atau koloid 1500-2000 ml dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan hindari cairan mengandung glukosa dan isotonic. Pemberian nutria per oral jika fungsi menelanya baik.jika fungsi menelannya terganggu sebaiknya dianjrkan melalui selang nasogastrik.

c. Pengontrolan gula darah

Beberapa data menunjukkan bahwa hiperglikemia berat terkait dengan  prognosis yang kurang baik dan menghambat reperfusi pada trombolisis. Pasien dengan normoglokemik tidak boleh diberikan cairan intravena yang mengandung glukosa dalam jumlah besar karena dapat menyebabkan hiperglikemia dan memicu iskemik serebral eksaserbasi. Pengontrolan gula darah harus dilakukan secara ketat dengan pemberian insulin. Target gula darah yang harus dicapai adalah 90-140 mg/dl. Pengawasan terhadap gula darah ini harus dilanjutkan hingga pasien pulang untuk mengantisipasi terjadinya hipoglikemi akibat pemberian insulin.

Kadar glukosa darah > 150 mg/dl harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 15 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari  pertama. Hipoglikemia diatasi dengan dextrose 40% iv sampaoi kembali

normal dan di cari penyebabnya.13 d. Posisi kepala pasien

Penelitian telah membuktikan bahwa tekanan perfusi serebral lebih maksimal jika pasien dalam pasien supinasi. Sayangnya, berbaring telentang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial padahal hal tersebut tidak dianjurkan pada kasus stroke. Oleh karena itu, pasien stroke diposisikan

(41)

dan cardiac output (CO) untuk mempertahankan aliran darah otak. Oleh karena itu, usaha agresif untuk menurunkan tekanan darah dapat berakibat turunnya tekanan perfusi yang nantinya akan semakin memperberat iskemik. Di sisi lain didapatkan bahwa pemberian terapi anti hipertensi diperlukan jika  pasien memiliki tekanan darah yang ekstrim (sistole lebih dari 220 mmHg dan diastole lebih dari 120 mmHg) atau pasien direncanakan untuk mendapatkan terapi trombolitik.

Adapun langkah-langkah pengontrolan tekanan darah pada pasien stroke non hemoragik adalah sebagai berikut. Jika pasien tidak direncanakan untuk mendapatkan terapi trombolitik, tekanan darah sistolik kurang dari 220 mmHg, dan tekanan darah diastolik kurang dari 120 mmHg tanpa adanya gangguan organ end-diastolic maka tekanan darah harus diawasi (tanpa adanya intervensi) dan gejala stroke serta komplikasinya harus ditangani.

Untuk pasien dengan TD sistolik di atas 220 mmHg atau diastolik antara 120-140 mmHg maka pasien dapat diberikan labetolol (10-20 mmHg IV selama 1-2 menit jika tidak ada kontraindikasi. Dosis dapat ditingkatkan atau diulang setiap 10 menit hingga mencapai dosis maksiamal 300 mg. Sebagai alternatif dapat diberikan nicardipine (5 mg/jam IV infus awal) yang dititrasi hingga mencapai efek yang diinginkan dengan menambahkan 2,5 mg/jam setiap 5 menit hingga mencapai dosis maksimal 15 mg/jam. Pilihan terakhir dapat diberikan nitroprusside 0,5 mcg/kgBB/menit/IV via syringe pump. Target pencapaian terapi ini adalah nilai tekanan darah berkurang 10-15  persen.

Pada pasien yang akan mendapatkan terapi trombolitik, TD sistolik lebih 185 mmHg, dan diastolik lebih dari 110 mmHg maka dibutuhkan antihipertensi. Pengawasan dan pengontrolan tekanan darah selama dan setelah pemberian trombolitik agar tidak terjadi komplikasi perdarahan.

(42)

Pengawasan terhadap tekanan darah adalah penting. Tekanan darah harus diperiksa setiap 15 menit selama 2 jam pertama, setiap 30 menit selama 6 jam  berikutnya, dan setiap jam selama 16 jam terakhir. Target terapi adalah

tekanan darah berkurang 10-15 persen dari nilai awal. Untuk mengontrol tekanan darah selama opname maka agen berikut dapat diberikan 13

1. TD sistolik 180-230 mmHg dan diastolik 105-120 mmHg maka dapat diberikan labetolol 10 mg IV selama 1-2 menit yang dapat diulang selama 10-20 menit hingga maksimal 300 mg atau jika diberikan lewat infuse hingga 2-8 mg/menit.

2. TD sistolik lebih dari 230 mmHg atau diastolik 121-140 mmHg dapat diberikan labetolol dengan dosis diatas atau nicardipine infuse 5 mg/jam hingga dosis maksimal 15mg/jam.

3. Penggunaan nifedipin sublingual untuk mengurangi TD dihindari karena dapat menyebabkan hipotensi ekstrim.

f. Pengontrolan demam

Antipiretik diindikasikan pada pasien stroke yang mengalami demam karena hipertermia (utamanya pada 12-24 jam setelah onset) dapat menyebabkan trauma neuronal iskemik. Sebuah penelitian eksprimen menunjukkan bahwa hipotermia otak ringan dapat berfungsi sebagai neuroprotektor.13

g. Pengontrolan edema serebri

Edema serebri terjadi pada 15 persen pasien dengan stroke non hemoragik dan mencapai puncak keparahan 72-96 jam setelah onset stroke. Hiperventilasi dan pemberian manitol rutin digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dengan cepat13

(43)

2. Penatalaksanaan Khusus a. Terapi Trombolitik

Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan secara intravena akan mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu enzim  proteolitik yang mampu menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein  pembekuan lainnya.

Pada penelitian NINDS (National Institute of Neurological Disorders and Stroke) di Amerika Serikat, rt-PA diberikan dalam waktu tidak lebih dari 3 jam setelah onset stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) dan 10% dari dosis tersebut diberikan secara bolus IV sedang sisanya diberikan dalam tempo 1 jam. Tiga bulan setelah pemberian rt-PA didapati  pasien tidak mengalami cacat atau hanya minimal. Efek samping dari rt-PA ini adalah perdarahan intraserebral, yang diperkirakan sekitar 6%. Penggunaan rt-PA di Amerika Serikat telah mendapat pengakuan FDA pada tahun 1996.

Tetapi pada penelitian random dari European Coorperative Acute Stroke Study (ECASS) pada 620 pasien dengan dosis t-PA 1,1 mg/kg (maksimal 100 mg) diberikan secara IV dalam waktu tidak lebih dari 6 jam setelah onset. Memperlihatkan adanya perbaikan fungsi neurologik tapi secara keseluruhan hasil dari penelitian ini dinyatakan kurang menguntungkan. Tetapi pada penelitian kedua (ECASS II) pada 800 pasien menggunakan dosis 0,9 mg/kg diberikan dalam waktu tidak lebih dari 6 jam sesudah onset. Hasilnya lebih sedikit pasien yang meninggal atau cacat dengan pemberian rt-PA dan perdarahan intraserebral dijumpai sebesar 8,8%. Tetapi rt-PA belum mendapat ijin untuk digunakan di Eropa.

(44)

 penelitian dari The Multicenter Acute Stroke Trial-Europe Study Group (MAST-E) dengan menggunakan streptokinase 1,5 juta unit dalam waktu satu jam. Jendela waktu 6 jam setelah onset, ternyata meningkatkan mortalitas. Sehingga penggunaan streptokinase untuk stroke iskemik akut tidak dianjurkan18.

 b. Antikoagulan

Warfarin dan heparin sering digunakan pada TIA dan stroke yang mengancam. Suatu fakta yang jelas adalah antikoagulan tidak banyak artinya bilamana stroke telah terjadi, baik apakah stroke itu berupa infark lakuner atau infark massif dengan hemiplegia. Keadaan yang memerlukan  penggunaan heparin adalah trombosis arteri basilaris, trombosis arteri karotisdan infark serebral akibat kardioemboli. Pada keadaan yang terakhir ini perlu diwaspadai terjadinya perdarahan intraserebral karena pemberian heparin tersebut18.

1) Warfarin

Segera diabsorpsi dari gastrointestinal. Terkait dengan protein  plasma. Waktu paro plasma: 44 jam. Dimetabolisir di hati, ekskresi: lewat urin. Dosis: 40 mg (loading dose), diikuti setelah 48 jam dengan 3-10 mg/hari, tergantung PT. Reaksi yang merugikan: hemoragi, terutama ren dan gastrointestinal18.

2) Heparin

Merupakan acidic mucopolysaccharide, sangat terionisir. Normal terdapat pada mast cells. Cepat bereaksi dengan protein plasma yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Heparin mempunyai efek vasodilatasi ringan. Heparin melepas lipoprotein lipase. Dimetabolisir di hati, ekskresi lewat urin. Wakto paro plasma: 50-150 menit. Diberikan tiap 4-6 jam atau

(45)

sesuai dengan antikoagulan oral. Apabila pemberian obat dihentikan segala sesuatunya dapat kembali normal. Akan tetapi kemungkinan perlu diberi protamine sulphute dengan intravenous lambat untuk menetralisir. Dalam setengah jam pertama, 1 mg protamin diperlukan untuk tiap 1 mg heparin (100 unit)18.

c. Hemoreologi

Pada stroke iskemik terjadi perubahan hemoreologi yaitu  peningkatan hematokrit, berkurangnya fleksibilitas eritrosit, aktivitas trombosit, peningkatan kadar fibrinogen dan aggregasi abnormal eritrosit, keadaan ini menimbulkan gangguan pada aliran darah. Pentoxyfilline merupakan obat yang mempengaruhi hemoreologi yaitu memperbaiki mikrosirkulasi dan oksigenasi jaringan dengan cara: meningkatkan fleksibilitas eritrosit, menghambat aggregasi trombosit dan menurunkan kadar fibrinogen plasma. Dengan demikian eritrosit akan mengurangi viskositas darah. Pentoxyfilline diberikan dalam dosis 16/kg/hari, maksimum 1200 mg/hari dalam jendela waktu 12 jam sesudah onset17.

d. Antiplatelet (Antiaggregasi Trombosit) 1) Aspirin

Obat ini menghambat sklooksigenase, dengan cara menurunkan sintesis atau mengurangi lepasnya senyawa yang mendorong adhesi seperti thromboxane A2. Aspirin merupakan obat pilihan untuk pencegahan stroke. Dosis yang dipakai bermacam-macam, mulai dari 50 mg/hari, 80 mg/hari samapi 1.300 mg/hari. Obat ini sering dikombinasikan dengan dipiridamol. Suatu penelitian di Eropa (ESPE) memakai dosis aspirin 975 mg/hari

(46)

konsentrasi di otak rendah. Hidrolise ke asam salisilat terjadi cepat, tetapi tetap aktif. Ikatan protein plasma: 50-80 persen. Waktu paro (half time) plasma: 4 jam. Metabolisme secara konjugasi (dengan glucuronic acid dan glycine). Ekskresi lewat urine, tergantung pH. Sekitar 85 persen dari obat yang diberikan dibuang lewat urin pada suasana alkalis. Reaksi yang merugikan: nyeri epigastrik, muntah, perdarahan, hipoprotrombinemia dan diduga: sindrom Reye18.

Alasan mereka yang tidak menggunakan dosis rendah aspirin antara lain adalah kemungkinan terjadi “resistensi aspirin” pada dosis rendah. Hal ini memungkinkan platelet untuk menghasilkan12-hydroxy-eicosatetraenoic acid, hasil samping kreasi asam arakhidonat intraplatelet (lipid  –  oksigenase). Sintesis senyawa ini tidak dipengaruhi oleh dosis rendah aspirin, walaupun penghambatan pada tromboksan A2 terjadi dengan dosis rendah aspirin18.

Aspirin mengurangi agregasi platelet dosis aspirin 300-600 mg (belakangan ada yang memakai 150 mg) mampu secara permanen merusak  pembentukan agregasi platelet. Sayang ada yang mendapatkan bukti bahwa

aspirin tidak efektif untuk wanita18.

2.9.Komplikasi

Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi edema serebral, transformasi hemoragik, dan kejang.

1. Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun agak jarang (10-20%)

2. Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras adalah indikator independen untuk potensi pembengkakan dan kerusakan. Manitol dan

(47)

tidak selalu dikaitkan dengan penurunan neurologis dan berkisar dari peteki kecil sampai perdarahan hematoma yang memerlukan evakuasi.

3. Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke periode pemulihan. Post-stroke iskemik biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien yang mengalami serangan stroke berkembang menjadi chronic seizure disorders. Kejang sekunder dari stroke iskemik harus dikelola dengan cara yang sama seperti gangguan kejang lain yang timbul sebagai akibat neurologis injury.

2.10. Prognosis

Stroke berikutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang paling penting adalah sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang dihasilkan. Usia pasien,  penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi bersamaan juga mempengaruhi  prognosis. Secara keseluruhan, agak kurang dari 80% pasien dengan stroke  bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. Angka yang terakhir ini tidak mengejutkan, mengingat usia lanjut di mana biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang selamat dari periode akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional.13

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam H.P., Zoppo G.J.D. & Kummer R.V. 2002. Management of stroke : A practical guide for the prevention, evaluation, and treatment of acute stroke, Professional Communications, NC, A Medical Publishing Company.

2. Chusid, JG 1993;  Neuroanatomi Korelatif Dan Neurologi Fungsional , cetakan ke empat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

3. Feigin, V, 2006; Stroke , Bhuana Ilmu Populer Jakarta.

4. Snell, RS. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran “Edisi 6” : alih bahasa Lilianan Sugiharto. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Indonesia.

5. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. 2007. Hal: 81-115

6. Kolegium Neurologi Indonesia. 2009. Buku Acuan Modul Neurovaskular . PERDOSSI. Hal 4-18.

7. Halter,  Jeffrey, Joseph Ouslander,  dkk. 2009. Hazzard's Geriatric Medicine and Gerontology, Sixth Edition Principles of Geriatric Medicine & Gerontology. McGraw-Hill Companies. USA.

8.  Nurhidayat, S dan Rosjidi C.H. 2008. Buku Ajar Perawatan Cedera Kepala dan Stroke. Ardana Media. Jakarta, Indonesia. Hal.177-182.

9. Goetz, Christoper G dan Eric J.Pepert. 1999. Textbook Of Clinical  Neurology 1stedtion. WB Saunders Company. USA

Gambar

Gambar 3. Sirkulis Willisi
Gambar 4. Stroke perdarahan intraserebral dan subarachnoid
Gambar 5. Stroke trombosis
Gambar 6. Stroke emboli

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa kata tugas ialah salah satu jenis kata dalam bahasa Indonesia yang hanya memiliki makna gramatikal “maknanya berubah sesuai konteksnya” dan tidak memiliki

Metode yang akan digunakan pada untuk perancangan Sistem Informasi Data Pelayanan Pengunjung di Persipda Salatiga berbasis web adalah Prototype Model dimana suatu

Tahapan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu (1) mereduksi data yaitu mendeskripsikan prosedur keterlaksanaan pembelajaran menggunakan

Tulungagung GURU KELAS RA Lulus 163 13051602820220 BINTI MASLIHAH MI Swasta TARBIYATUL ISLAMIYAH Kab.. Trenggalek GURU KELAS RA Lulus 176 13051702820183 INAKA DWI MARDIYANI

Bagi pihak–pihak yang keberatan terhadap Pengumuman ini Peserta dapat menyampaikan sanggahan secara elektronik melalui aplikasi SPSE atas penetapan pemenang kepada

Baik dari aspek ontologi, epistemologi maupun aksiologi antara ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial maupun humaniora merupakan wilayah yang berbeda; sehingga apa yang disebut

Download Scribd.com Harus Bayar? Namun untuk sekarang Scribd.com sendiri memberikan akses download scribd tidak gratis, file dokumen hanya untuk user yang terdaftar

Ada dua rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : bagaimana keefektifitasan penggunaan multimedia Rosetta Stone dalam meningkatkan kemampuan mendengarkan