• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK ENDANG DELIMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK ENDANG DELIMA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ENDANG DELIMA Perbandingan Efesiensi Kompor Nabati Berbahan Bakar Minyak Jelantah Dengan Berbahan Bakar Minyak Jarak (dibawah bimbingan Agus Syardana Eka Putra).

Penelitian ini diratarbelakangi Seiring dengan semakin berkurangnya bahan bakar minyak, masyarakat juga mengalami sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak tanah. Kalaupun ada harga minyak tanah cukup tinggi. Hal ini sangat memberatkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah, juga industri rumah tangga. Akibatnya hal ini sangat membebani masyarakat.

. Oleh karena itu penulis tertarik meneliti tentang hal ini. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian mengenai perbandingan episiensi kompor nabati berbahan bakar minyak jelantah dengan berbahan bakar minyak jarak. Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Juli 2009 sampai bulan Agustus 2009 di Laboratorium Pengolaha n Kelapa sawit, Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kemudahan penyalaan ,waktu perebusan , volume bahan bakar dan warna api, yang terbaik adalah kompor yang berbahan bakar minyak jarak.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Endang Delima lahir di Nunukan, Kalimantan Timur tanggal 16 Juni 1985. Merupakan Anak ke 2 dari 7 bersaudara dari pasangan Bapak ABD.Samad dan Ibu Mahani.

Pada tahun 1995 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri No.002 Sedadap, Kabupaten Nunukan dan lulus pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1, Jalan Iskandar Muda Kabupaten Nunukan dan lulus pada tahun 2003, selanjutnya meneruskan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Nunukan , Jalan Sei.Fatimah Kabupaten Nunukan dan lulus pada tahun 2006. Setelah itu melanjutkan pendidikan tingkat tinggi pada tahun 2006 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, jurusan Pengolahan Hasil Hutan.

Tahun 2009 pernah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang di PT. Perkebunan Nusantara XIII Kebun dan PMS Longkali di Kec. Longkali, Kab. Paser, Kalimantan Timur dari bulan Maret sampai Mei 2009.

Sebagai syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III Teknologi Perkebunan, penulis mengadakan penelitian dengan judul ” Perbandingan Efesiensi Kompor Berbahan Bakar Minyak Jelantah Dengan Berbahan Bakar Minyak Jarak”.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Ilmiah ini.

Adapun maksud penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A.md) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Adapun keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan ibu serta seluruh keluarga tercinta yang telah banyak memberikan motivasi dan doa kepada penulis selama ini.

2. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

3. Edy Wibowo Kurniawan, S.TP,M.Sc, selaku Ketua Program Studi Teknologi

Pengolahan Hasil Perkebunan.

4. Bapak Agus Syardana EP,SP,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

banyak mencurahkan perhatian untuk membimbing dan memberik an motivasi dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan Karya Ilmiah ini.

5. Ibu Khusnul Khotimah, S. TP selaku dosen wali yang telah banyak membantu

(8)

6. Ibu Ernita Obeth, SP, M. Agribuss selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan nasehat dan motivasi dalam menyelesaikan Laporan Karya Ilmiah ini.

7. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf dan teknisi Teknologi Pengolahan Hasil

Perkebunan (TPHP).

8. Teman-temanku Ben, Alex, Sikin, Ari, Nunung, lia, Fua t, Jumi, Darmin dan lina

9. Teman-teman yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya

sampai terselesaikannya Laporan Karya Ilmiah ini. Semoga amal baik dan keikhlasannya akan mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Kuasa Amin. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga Laporan Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 2

C. Hasil Yang Diharapkan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Tinjauan Umum Tentang minyak Jelantah ... 4

B. Tinjauan Umum Tentang jarak ... 5

C. Tinjauan Umum Kompor Protos ... 7

D. Tinjauan Umum Bahan Bakar Nabati... 9

E. Tinjaun Umum Tentang Warna ... 10

F. Tinjauan Umum Tentang Efesiensi... 11

III. METODE PENELITIAN... 12

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

B. Alat dan Bahan... 12

C. Prosedur Penelitian... 14

D. Analisis Data ... 18

E. Parameter yang Diamati... 18

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN... 20

A. Hasil dan Pembahasan... 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 32

A. Kesimpulan... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produksi Minyak Goreng Kelapa dan Minyak Goreng

Sawait Indonesia... 4

2. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Sawit Perkapita Indonesia 5 3. Beberapa Sifat Fisik Minyak Jarak Pagar ... 6

4. Beberapa Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit ... 6

5. Sifat Fisik Beberapa Minyak Nabati dan Minyak Fosil ... 10

6. Hasil Pengamatan Tingkat Kemudahan Penyalaan Kompor Protos .... 21

7. Hasil Pengamatan Waktu dan Suhu Paling Cepat Mendidih ... 24

8. Hasil Rata-rata Pengamatan Faktor A Terhadap Waktu dan Suhu ... 24

9. Hasil Volume Bahan Bakar Selama Proses Perebusan... 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Gambar Kompor Protos ... 8

2. Gambar Kompor Sejenis Kompor Protos... 8

3. Gambar Kompor Hanjuang ... 8

4. Gambar Pengsian Bahan Bakar Minyak Nabati Kedalam Tabung ... 15

5. Gambar Panci Yang sudah Diisi dengan Air ... 15

6. Gambar Proses Penyalaan Pada Kompor Protos... 15

7. Gambar Proses Perebusan Air ... 16

8. Gambar Proses Pengamatan Api pada Kedua Kompor... 16

9. Gambar Preses Pengukuruan Suhu Air ... 17

10.Diagram Tingkat Kemudahan Penyalaan Kompor ... 22

11.Diagram Waktu Dan Suhu ... 25

12.Diagram A Waktu Dan suhu ... 25

13.Diagram Faktor B Waktu Dan Suhu ... 26

14.Diagram volume Bahan Bakar ... 29

15.Diagram Faktor A Volume Bahan Bakar ... 29

16.Diagram Faktor B Volume Bahan Bakar ... 30

17.Gambar 17. Tanaman jarak ... 39

18.Gambar 18. Buah Jarak Yang Sudah Dikupas atau Biji dari Buah Jarak ... 39

(12)

20.Gambar 20. Kompor Minyak Jarak (kiri) dan Kompor minyak

Jelantah (Kanan) ... 40

21.Gambar 21. Pompa Angin... 41

22.Gambar 22. Thermometer ... 41

23.Gambar 23. Tabung Kompor Protos ... 42

24.Gambar 24. Spritus Sebagai Bahan Pemacing ... 42

25.Gambar 25. Minyak Jelantah ... 43

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

Lampiran 1. Tanaman jarak ... 39 Lampiran 2. Gambar Kompor Protos dan Peralatan Lainya serta Minyak nabati... 40

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan yang dihadapi dunia sekarang ini adalah masalah krisis energi dan pencemaran lingkungan. Krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang melanda dunia akibat dari tingginya harga minyak dunia dan menipisnya cadangan minyak bumi memaksa seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia untuk mengambil langkah dalam mengatasi hal tersebut. Salah satu langkah tersebut adalah dengan memanfaatkan sampah atau limbah sebagai sumber energi. Secara khusus, sampah yang dapat digunakan sebagai sumber energi adalah minyak jelantah yang digunakan sebagai bahan bakar kompor minyak nabati.

Seiring dengan semakin berkurangnya bahan bakar minyak, masyarakat juga mengalami sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak tanah. Kalaupun ada harga minyak tanah cukup tinggi. Hal ini sangat memberatkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah, juga industri rumah tangga. Akibatnya hal ini sangat membebani masyarakat.

Kenyataan di atas membuktikan bahwa perlunya energi alternatif yang terbarukan. Hal ini juga telah didukung oleh Presiden RI, melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan energi Nasional, Pemerintah telah menetapkan bauran energi nasional tahun 2025 dengan peran minyak bumi sebagai energi akan dikurangi dari 52% saat ini hingga kurang dari 20% pada tahun 2025. Pada tahun 2025 itu pula, energi

(15)

alternatif diharapkan mulai mengambil peran yang penting dengan menyuplai 17% terhadap bauran energi nasional, termasuk di dalamnya biofoel atau bahan bakar nabati (BBN) ikut memasok 5%.

Di Indonesia tersedia beberapa bahan baku bioenergi, diantaranya singkong, tebu, sagu, kelapa sawit, jarak pagar dan kelapa, bahkan minyak goreng bekas pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioenergi. Ketersediaan bahan baku yang melimpah menuntut pengetahuan teknologi pengolahan bionergi harus dikuasai dengan baik, agar sumber daya

yang ada tidak sia-sia (Hambali dkk, 2008).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Untuk Membandingkan Tingkat Efisiensi Kompor Nabati yang Berbahan Bakar Minyak Jelantah Dengan Berbahan Bakar Minyak Jarak.

C. Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat bahwa minyak bahan bakar nabati memiliki efisiensi yang baik untuk dijadikan bahan bakar, serta solusi dalam mengatasi kelangkaan BBM.

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengurangi pemakai

minyak tanah dengan pemanfaatan minyak nabati, yang mana kita ketahui bahwa saat ini minyak bumi yang tahun demi tahun semakin sedikit.

(16)

diketahui bahwa dengan menggunakan minyak berbahan bakar nabati solusi dalam mengatasi kelangkaan BBM.

3. Dapat diketahui efisiensi waktu, warna api, volume/banyaknya bahan ya ng

digunakan, setelah proses perebusan, sehingga dapat diketahui analis biaya dari perbandingan masing- masing alat yang digunakan.

4. Bagi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, data dan informasi tersebut

dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahua n bagi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Dan dapat berguna bagi kemajuan dunia pendidikan khususnya di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Minyak Jelantah

Minyak jelantah adalah minyak yang dihasilkan dari sisa

penggorengan, baik dari minyak kelapa maupun minyak sawit. Minyak jelantah dapat menyebabkan minyak berasap atau berbusa pada saat penggorengan, meninggalkan warna coklat, serta flavor yang tidak disukai dari makanan yang digoreng. Dengan meningkatkan produksi dan konsumsi minyak goreng, ketersediaan minyak jelanta kian hari kian melimpah. Menurut data departemen perindustrian 2005, dan peningkatan konsumsi nasional minyak goreng Indonesia disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Minyak Goreng Kelapa dan Minyak Sawit Indonesia (dalam juta ton)

Tah un Miny ak Gore ng Kela pa Miny ak Gore ng Sawit Tot al Pertumbu han (%) 200 1 0,22 3,89 4,1 1 - 200 2 0,23 4,20 4,4 3 7,8 200 3 0,95 4,22 5,1 7 16,7 200 4 0,99 4,77 5,7 6 11,4 200 5 1,04 5,39 6,4 3 11,6 Rata-rata 11,9 Sumber : Hambali, dkk, 2008

(18)

Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Sawit per Kapita di Indonesia

Tahun Konsumsi Per

Kapita (%) Pertumbuhan (%) 2001 14,9 0,7 2002 15,0 0,7 2003 15,4 2,7 2004 16,0 3,9 2005 16,5 3,1 Rata rata 2,6 Sumber : Hambali, dkk, 2008

Produksi minyak goreng Indonesia pada tahun 2005 meningkat hingga 11,6 % atau sekitar 6,43 juta ton, sedangkan konsumsi perkapita minyak goreng Indonesia mencapai 16,5 kg per tahun dengan konsumsi perkapita khusus untuk minyak goreng sawit sebesar 12,7 kg per tahun. Sampai saat ini minyak jelantah belum dimanfaatkan dengan baik dan hanya dibuang sebagai limbah rumah tangga ataupun industri. Meningkatkan komsumsi nasional minyak goreng, akan berkorelasi dengan ketersediaan minyak jelantah yang semakin meningkat pula. Oleh karena itu, pemanfaatan minyak goreng bekas

sebagai bahan baku pengganti minyak tanah sebagai bakar (Hambali, dkk,

2008).

B. Tinjauan Umum Tentang Jarak.

Minyak jarak dihasilkan dari tanaman jarak pagar. Jarak telah dikenal oleh masyarakat Indonesia, tapi selama ini masyarakat hanya mengetahui manfaat jarak (terutama jarak pagar) sebagai tanaman obat tradisional dan pagar hidup. Jarak pagar termasuk dalam famili Euphorbiaceae, berupa perdu dengan tinggi 1–7 m, bercabang tidak teratur, dan batangnya berkayu berbentuk silindris. Daun tanaman jarak tunggal berlekuk dan bersudut tiga

(19)

atau lima. Panjang daun 5-15 cm dengan tulang daun menjari. Buah jarak berupa buah kotak berbentuk bulat telur, berdiameter 2-4 cm, dan panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm. buah jarak terbagi menjadi tiga ruang, masing- masing ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong, berwarna cokelat kehitaman dan mengandung minyak (30-50%).

Minyak jarak dihasilkan dengan mengekstrak biji jarak. Biasanya, cara yang digunakan adalah pengepresan mekanik. Cara ekstraksi ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyaknya di atas 10 %. Pengepresan mekanik menggunakan dua teknik, yaitu pengepresan hidrolik dan pengepresan berulir. Sebelum digunakan sebagai bahan baku kompor

minyak Nabati, minyak jarak dimurnikan terlebih dahulu untuk

menghilangkan senyawa pengotor, seperti gum (getah atau lender yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin), asam lemak bebas,

dan senyawa pengotor lainnya. (Hambali, E dkk, 2008)

Tabel 3. Beberapa Sifat fisik Minyak Jarak pagar :

Sifat Fisik Satuan Nilai

Titik Pembakaran oC 240

Viskositas Nm2/s 75,5

Nilai Kalori Mj/Kg 39,65

Sumber : Prihandana dkk. (2007).

Tabel 4. Beberapa Sifat Fisik Minyak Kelapa Sawit :

Sifat Fisik Satuan Nilai

Titik Pembakaran oC 314

Viskositas Nm2/s 88,6

Nilai Kalori Mj/Kg 39,54

(20)

C. Tinjauan Umum Kompor Protos

Bahan Bakar Minyak Nabati (BBN) mempunai sifat yang kental sehingga BBN tidak dapat terbakar secara optimal pada kompor tipe sumbu. Selain itu, BBN juga mempunyai titik bakar yang relatif tinggi, yaitu sekitar 300 oC dan tidak mudah terbakar, sedangkan pada kompor tipe tekan konvesional seperti yang biasanya menggunakan bahan bakar minyak tanah, dapat digunakan untuk minyak jarak sehingga mudah terbakar.

Proses pembakaran BBN pada kompor tekan terjadi lewat 3 tahapan, yaitu konversi minyak yang semula cair menjadi bentuk uap melalui proses pemanasan awal yang cukup, pengkabutan uap dengan bantuan tekanan yang cukup lewat nosel menjadi partikel yang halus agar mudah bersintesa dengan oksigen di udara dan akhirnya proses penyalahan bisa terjadi disebabkan oleh

campuran antara uap, minyak, dan oksigen. (Anonim, 2008)

Kompor semacam ini sudah dirancang dan dicoba dengan hasil baik oleh Universitas Hohenheim Stuttgart Jerman. Kompor jenis ini sudah diuji di Tanzania maupun di Philipina, dan saat ini sedang diuji adaptasi di Indonesia oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) bekerjasama dengan BSH/Siemen dan menggunakan minyak nabati asal jarak pagar, kelapa dan kelapa sawit. Kinerja kompor ini sangant bagus, dengan nyala api kebiruan (Lihat Gambar 1).

(21)

\

Gambar 1. Kompor Protos

Kompor tekan protos dengan bahan bakar minyak jarak pagar, nyala api yang dihasilkan merah kebiru-biruan. Kompor sejenis dari rancangan Institut Teknologi Bandung, dan hasilnya nyala api masih berwarna kemerahan (Lihat Gambar 2).

(22)

Kompor lainnya adalah kompor Hanjuang buatan pengrajin Jawa Barat, yang menggunakan pembakaran langsung biji jarak pagar. Apinya kemerahan dan masih berasap (Lihat Gambar 3).

Gambar 3. Kompor Hanjuang

Dari Ketiga jenis kompor ini didalam penelitian saya megunakan

kompor jenis protos dapat dilihat pada gambar 1. (Wikipidia 2008)

D. Tinjauan Umum Bahan Bakar Nabati (BBN)

Bahan bakar nabati (BBN) adalah semua bahan bakar yang berasal dari minyak nabati. Oleh karena itu, BBN dapat berupa biodiesel, bioetanol,bio-oil (minyak nabati murni). Biodiesel merupakan bentuk ester dari minyak nabati setelah adanya perubahan tambahan sifat kimia karena Bioetanol merupakan anhydrous alkohol yang berasal dari fermentasi jagung, sorgum, sagu atau nira tebu (tetes) dan sejenisnya. Bio-oil merupakan minyak nabati murni atau dapat disebut minyak murni, tanpa adanya perubahan kimia, dan dapat disebut juga

(23)

”pure plant oil” atau ”straight plant oil”, baik yang belum maupun sudah dimurnikan atau disaring. Oleh karena itu, bahan bakar nabati adalah semua bentuk minyak nabati, yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar, baik dalam bentuk esternya (biodiesel) atau anhydrous alkoholnya (bioetanol)

maupun minyak nabati murninya (Pure Plant Oil atau PPO) (Hambali, dkk,

2008).

Dengan beberapa persyaratan tertentu, biodiesel dapat menggantikan solar, bioetanol dapat menggantikan premium, sedangkan bio-oil dapat menggantikan minyak tanah. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka juga menyebabkan prioritas mengarah kepada penggunaan energi asal tanaman atau bahan bakar nabati. Cukup banyak tanaman perkebunan penghasill minyak lemak nabati di Indonesia, Bahan bakar nabati (BBN) yang berasal dari tanaman penghasil lemak, misalnya kelapa, kelapa sawit, jarak

pagar, bunga matahari dan lainnya (Soerawidjaja, 2007).

Tabel 5. Sifat fisik beberapa minyak nabati dan minyak fosil

Jenis Minyak Titik Bakar0C Kekentalan (10-6 m2/s) Angka Iodine* Saponification Value* Nilai Kalori (MJ/Kg)* Jarak Pagar 236 75,7 103,0 198,0 39,65 Kelapa 270-300 51,9 10,4 268,0 37,54 Kelapa Sawit 314 88,6 54,2 199,1 39,54 Rapeseed 317 97,7 98,6 174,7 40,56 Bunga Matahari 316 65,8 132,0 190,0 39,81 Minyak Tanah 50-55 2,2 - - 43,50 Minyak Solar 55 2-8 - - 45,00 Sumber : Hui, 1996

(24)

Yang dapat dimanfaatkan dari minyak hasil tanaman-tanaman tersebut dapat berupa minyak asli atau minyak kasarnya (crude oil), atau dapat juga berupa biodiesel, yaitu minyak kasar tersebut yang sudah melalui proses transesterifikasi menggunakan metanol. Minyak kasar murni umumnya dapat digunakan untuk pengganti minyak tanah dan sejenisnya, melalui peralatan atau kompor khusus, sedangkan biodiesel digunakan sebagai bahan bakar langsung maupun campuran untuk otomotif. Pembeda dalam memilih tanaman penghasil BBN antara lain nilai- nilai bakar hasil minyaknya, yang parameternya dapat berupa : titik bakar, kekentalan, nilai kalori dan lainnya.

(Soerawidjaja, 2006).

E. Tinjauan Umum Tentang Warna

Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380 meskipun spektrum optik adalah spektrum yang kontinu sehingga tidak ada batas yang jelas antara satu warna dengan warna lainnya, tabel berikut memberikan batas kira-kira untuk warna-warna spektrum. Semakin panjang gelombang suatu warna-warna maka semakin kecil energi yang dihasilkan dan apabila semakin pendek panjang gelombang

(25)

F. Tinjauan umum Efisiensi

Efisiensi adalah tepat atau sesuai dalam mengerjakan atau menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya yang mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat dalam berdaya guna,

dan tepat guna.(Anonim. 2005).

Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi

besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.

Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987) yaitu: “Efisiensi merupakan

suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain penggunaan yang sebenarnya

Efisiensi tingkat kemudahan penyalaan kompor adalah tingkat efisensi yang berhubungan erat dengan titik nyala dari bahan bakar yang digunakan pada kompor tersebut. Titik nyala adalah temperatur bahan bakar terendah, dimana campurannya dengan udara masih dapat menyala, jika penyalaan terjadi dengan kontinyu maka temperaturnya disebut titik api. Sifat ini menunjukkan adanya materi- materi volatil dan mudah terbakar, titik nyala secara tidak langsung terkait dengan tingkat kemudahan penyalaan kompor. Karena titik nyala yang tinggi mempersulit proses penyalaan api pada kompor . Efisiensi waktu pada kompor adalah lamanya waktu yang dibutuhkan oleh kompor untuk memasak. Sedangkan efisiensi volume bahan bakar adalah banyaknya volume bahan bakar yang digunakan oleh kompor untuk memasak (Kirk, .and Othmer, 1992)

(26)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Kelapa Sawit Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Waktu

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 2 bulan, terhitung mulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2009. Penelitian ini meliputi berbagai tahapan yaitu pembuatan proposal penelitian, persiapan alat dan bahan, pelaksaan penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah:

1. Kompor Minyak Nabati (Protos)

2. Korek Api 3. Corong 4. Panci 5. Serbet/kain 6. Gelas ukur 7. Stopwatch 8. Saringan 40 mesh 9. wadah

(27)

10.Termometer

Bahan yang digunakan adalah:

1. Minyak Jelantah merk madina

2. Minyak Jarak

3. Air

4. Spiritus

C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan alat dan bahan

a) Minyak jelantah dibersikan dengan menggunakan saringan,

b) Kemudian minyak dari hasil penyaringan diendapkan dalam wadah

plastik atau botol sehingga kotoran yang terlepas dari hasil saringan pertama tadi mengendap kebawah permukaan botol atau wadah plastik.

c) Setelah endapan terbentuk, saring kembali minyak jelantah tersebut

(28)

2. Cara Kerja

a) Isi masing- masing kompor dengan minyak jelantah untuk kompor

pertama, dan minyak jarak pada kompor kedua sebanyak 1 liter (Lihat Gambar 4).

Gambar 4 . Pengisian Bahan Bakar Minyak Nabati Kedalam Tabung

b) Kemudian isi panci dengan air sebanyak 1, 2, dan 3 liter (Lihat

Gambat 5).

(29)

c) Nyalakan kedua kompor menggunakan korek api kemudian hitung lama waktu sehingga api benar-benar merata yang dibutuhkan sampai api benar-benar merata (Lihat Gambar 6).

Gambar 6 . Proses Penyalaan Pada Kompor Protos

d) Panci yang berisi air diletakan diatas tungku kompor ketika api sudah

merata dan biarkan sampai mendidih (Lihat Gambar 7).

(30)

e) Kemudian amati warna api yang dihasilkan dari kedua minyak pada kedua kompor tersebut kemudian catat berapa lama waktu yang digunakan selama proses perebusan hingga air benar-benar mendidih (Lihat Gambar 8).

Gambar 8. Proses Pengamatan Warna Api pada Kedua Kompor

f) Setelah mendidih, air tersebut diukur untuk mengetahui apakah suhu

air sudah mencapai 1000 C dengan menggunakan thermometer (Lihat Gambar 9).

(31)

g) Apabila suhu air telah mencapai 1000C, panci angkat dari kompor dan hitung sisa volume bahan bakar dari kedua kompor untuk mengetahui berapa banyak minyak yang tersisa setelah proses perebusan selesai

(Anonim, 2008).

D. Perlakuan

Perbandingan efisiensi kompor berbahan bakar minyak jarak dengan kompor berbahan bakar minyak jelantah dengan 3 kali ulangan. Akan dilakukan perbandingan sebagai berikut :

1. 1 liter bahan bakar minyak jelantah dan minyak jarak dengan merebus 1

liter air

2. 1 liter bahan bakar minyak jelantah dan minyak jarak dengan merebus 2

liter air.

3. 1 liter bahan bakar minyak jelantah dan minyak jarak dengan merebus 3

liter air.

E. Analisis Data

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil rata-rata tertinggi dari masing-masing perlakuan.

F. Parameter Yang Diamati

Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini adalah menghitung lama waktu yang dibutukan agar api pada kedua kompor benar-benar merata, menghitung lama waktu yang dibutukan pada proses perebusan sehigga air

(32)

mencapai suhu 1000C, menghitung volume sisa bahan bakar yang terpakai selama proses perebusan, dan membandingkan warna api yang dihasilkan kompor dengan tujuan untuk mengetahui kompor berbahan bakar mana yang menghasilkan warna api yang paling biru.

1. Tingkat Kemudahan Penyalaan (Waktu yang dibutuhkan Sampai Api Terlihat Merata)

Setelah kompor dinyalakan, catat waktu yang dibutuhkan sampai api terlihat merata dengan menggunakan stopwatch.

2. Waktu Perebusan

a) Panci yang berisi air dinaikan diatas tungku kompor, pada saat api

terlihat merata kemudian penghitungan waktu dimulai dengan menghidupkan stopwatch.

b) Selama proses perebusan air, stopwatch dibiarkan berjalan, untuk

mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai suhu air mencapai 1000C

c) Pada saat air telihat mendidih, thermometer dicelupkan kedalam air

mendidih tersebut dan apabilah thermometer meneujukkan angka 1000C stopwatch dihentikan

d) Catat berapa waktu yang dihasilkan pada stopwatch selama proses

(33)

3. Volume Bahan Bakar Sisa Perebusan

a) Kompor dimatikan setelah air mendidih atau sudah mencapai suhu 100

0 C.

b) Buka tutup tabung bahan bakar, kemudian tuang bahan bakar dari

dalam tabung bahan bakar tersebut ke dalam gelas ukur.

c) Catat sisa volume bahan bakar dari proses perebusan tersebut dengan

memperhatikan angka pada gelas ukur.

4. Warna Api

Selama proses perebusan amati dan bandingkan warna api yang dihasilkan dari kedua kempor dengan tujuan untuk mengetahui kompor berbahan bakar mana yang menghasilkan api yang paling biru.

(34)

I

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tingkat Kemudahan Penyalaan

1. Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil rata-rata tingkat kemudahan penyalaan dengan pemanasan kompor yang lebih cepat adalah kompor berbahan bakar minyak jarak. Hasil rata-rata tingkat kemudahan penyalaan dan pemanasan kompor pada minyak jarak dengan perlakuan 1 liter adalah 8,84 menit, dan untuk pemanasan kompor pada perlakuan 2 liter adalah 8,41 menit. Sedangkan pada pemanasan kompor pada perlakuan 3 liter adalah 8,17 menit. Sedangkan untuk rata-rata tingkat kemudahan penyalaan dan pemanasan kompor pada minyak jelantah dengan perlakuan 1 liter adalah 8,91 dan untuk pemanasan kompor pada perlakuan 2 liter adalah 8,49 menit. Sedangkan untuk pemanasan kompor sampai merata pada perlakuan 3 liter adalah 8,28 menit.

(35)

Tabel 6. Pengamatan Tingkat Kemudahan Penyalaan Kompor Protos. Ulangan Perlakuan 1 2 3 Jumlah (menit) Rata-rata (menit) Minyak jarak 8,48 9,20 9,05 26,730 8,84 A1 Minyak jelantah 9,19 8,25 9,10 26,540 8,91 Minyak jarak 8,47 8,55 8,23 25,250 8,41 A2 Minyak jelantah 9,00 8,30 8,17 25,470 8,49 Minyak jarak 7,56 9,05 8,25 24,860 8,17 A3 Minyak jelantah 7,52 8,42 8,57 24,510 8,28 Jumlah 50,22 51,77 51,37 153,36 8,553 Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Keterangan : A1 : Air 1 liter A2 : Air 2 liter A3 : Air 3 liter B1 : Minyak Jarak B2 : Minyak jelantah

Kompor dengan minyak jarak tingkat kemudah penyalan lebih cepat dari pada minyak jelantah dapat dilihat pada rata-rata uji pengamatan tingkat kemudahan penyalaan kompor minyak jarak dan minyak jelantah pda gambar 10

(36)

8.84 8.91 8 8 8.17 8.28 5 7 9 11 13 15 17 19

Rata-rata kemudahan penyalaan kompor

protos minyak jarak (P1) minyak jelantah (P1) minyak jarak (P2) minyak jelantah (P3) minyak jarak (P3) minyak jelantah (P3)

Gambar 10. Diagram tingkat Kemudahan Penyalaan Kompor Protos

2. Pembahasan

Dari hasil pengamatan tiap-tiap perlakuan dapat di ketahui bahwa yang memiliki waktu yang paling cepat mendidihkan air adalah kompor yang berbahan minyak jarak. Hal ini diperkuat oleh pernyataan

(Prihandana 2007) mengenai nilai kalori dari minyak jarak yaitu sebesar

39,65 MJ/Kg yang relatif lebih tinggi dari pada minyak kelapa sawit yang

nilai kalorinya menurut (muhlbauer dkk 1998) yaitu sebesar 37,54

MJ/Kg.. Sehingga waktu dan suhu yang dihasilkan untuk mendidihkan air

untuk minyak jarak lebih cepat dari pada minyak jelantah. Karena dari

hasil pengamatan tiap-tiap perlakuan dapat diketahui bahwa bahan bakar yang memiliki sisa volume baha n bakar tertinggi adalah pada minyak jelantah. Hal ini disebabkan karena titik bakar minyak kelapa sawit itu sendiri lebih tinggi sehigga pada proses perebusan minyak relatif lebih

(37)

B. Waktu

1. Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu 100 oC yang lebih cepat adalah kompor berbahan baku minyak jarak. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air pada perlakuan 1 liter adalah 8,71 menit dengan suhu 100 oC menggunakan minyak jarak, dan waktu dibutuhkan untuk mendidihkan air pada perlakuan 1 liter adalah 7,26 menit dengan suhu 100 oC menggunakan minyak jelantah. Dan untuk waktu yang dibutuhkan untuk memasak atau mendidihkan air pada perlakuan 2 liter adalah 13,99 menit dengan suhu 100 oC dengan menggunakan minyak jarak, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk memasak atau mendidihkan air pada perlakuan 2 liter adalah 12,57 menit dengan suhu 100 oC menggunakan minyak jelantah 14,71 Sedangkan untuk mendidihkan air pada perlakuan 3 liter adalah 17,97 menit dengan suhu 100 oC dengan menggunakan minyak jarak, dan untuk mendidihkan air pada perlakuan 3 liter adalah 18,75 menit dengan suhu 100 oC dengan menggunakan minyak jelantah.

(38)

Tabel 7. Pengamatan waktu dan suhu yang paling cepat mendidih. Ulangan Perlakuan 1 2 3 Jumlah Satuan B1 6,54 6,59 6,45 19,58 7,26 A1 B2 7,44 7,01 7,35 21,8 8,71 B1 14,38 13,47 14,13 41,98 13,99 A2 B2 15,23 14,50 14,42 44,15 14,71 B1 18,26 17,55 18,10 53,91 17,97 A3 B2 19,51 18,30 18,45 56,26 18,75 Jumlah 81,36 77,42 78,90 237,68 13,20 Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Tabel 8. Rata-rata pengamatan faktor A terhadap waktu dan suhu

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009) Keterangan : A1 : Air 1 liter A2 : Air 2 liter A3 : Air 3 liter B1 : Minyak Jarak B2 : Minyak Jelantah

Diagram rata-rata uji pengamatan tingkat waktu dan suhu waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air pada perlakuan 1 2, &3 liter B1 (waktu minyak jarak) lebih rendah dari pada perlakuan B2 (waktu minyak jelantah). Hal ini dapat dilihat pada gambar 11.

Faktor A Faktor B A1 A2 A3 Total Rata-rata B1 19,58 41,98 53,91 115,47 38,49 B2 21,8 44,15 56,26 122,21 40,737 Total 41,38 86,13 110,17 237,68 39,614

(39)

7.985 14.35 18.36 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 waktu dan suhu

1 liter 2 liter 3 liter

Perlakuan 7.26 8.71 14 15 17.97 18.75 5 7 9 11 13 15 17 19 Rata-rata waktu dan suhu minyak jarak minyak jelantah minyak jarak minyak jelantah minyak jarak minyak jelantah

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Gambar 11 . Diagram Waktu dan suhu

Diagram rata-rata Faktor A. Pengamatan waktu dan suhu yang dibutuhkan untuk mendidikan air perlakuan 1,2,dan 3 liter air pada gambar 12.

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

(40)

Diagram rata-rata Faktor B Pengamatan waktu dan suhu yang dibutukan untuk mendidikan air perlakuan 1, 2,dan 3 pada gambar 13

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Gambar 13. Diagram faktor B waktu dan suhu

2. Pembahasan

Dari hasil pengamatan tiap-tiap perlakuan dapat diketahui bahwa kompor yang memiliki waktu dan suhu yang paling cepat mendidihkan air adalah dengan menggunakan minyak Jarak. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan warna api yang dihasilkan dari kedua bahan bakar nabati tersebut. Untuk kompor berbahan bakar minyak jarak warna api yang dihasilkan adalah merah kebiruan, sedangkan untuk kompor yang berbahan bakar minyak jelantah warna api yang dihasilkan yaitu orange kebiruan, sehingga sudah dapat dipastikan kompor yang berbahan bakar minyak jarak lebih cepat mendidihkan air dari pada kompor ya ng berbahan bakar minyak jelantah terlihat pada grafik 4, 5 & 6.

Api yang berwarna orange terjadi karena jumlah kalor yang dihasilkan dari oksidasi bahan bakar umumnya relatif kecil dari setiap gram bahan, sedangkan untuk api yang berwarna biru terjadi karena jumlah kalor yang dihasilkan dari oksidasi relatif besar. Dan untuk api yang tidak terlihat, kalor yang dihasilkan sangat besar, sehingga api yang

12.83 13.578 5 7 9 11 13 15

waktu dan suhu

(41)

dihasilkan nyaris tidak terlihat atau silau di lihat oleh mata (Wikipedia, 2009).

C. Volume Bahan Bakar

1. Hasil

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil rata-rata volume bahan bakar yang lebih irit adalah kompor berbahan baku minyak jelantah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil rata-rata volume bahan bakar minyak jarak yang dibutuhkan yaitu 49,33 ml selama proses perebusan pada perlakuan 1 liter air, dan volume bahan bakar minyak jelantah yang dibutuhkan 41,66 ml, selama proses perebusan pada perlakuan 1 liter air.

Dan untuk perlakuan 2 liter air volume bahan bakar minyak jarak dibutuhkan 83,33 ml selama proses perebusan, sedangkan untuk perlakuan 2 liter air, volume bahan bakar minyak jelantah dibutuhkan 75 ml selama proses perebusan.

Sedangkan hasil rata-rata volume bahan bakar minyak jarak pada perlakuan 3 liter air dibutuhkan yaitu 114,67 ml selama proses perebusan, dan volume bahan bakar minyak jelantah pada perlakuan 3 liter air dibutuhkan 78 ml, selama proses perebusan.Tabel 10. Hasil volume bahan bakar selama proses perebusan.

(42)

Tabel 9. volume bahan bakar selama proses perebusan. Ulangan Perlakuan 1 2 3 Jumlah Rata – Rata Minyak jarak 45 53 50 148 49,33 A1 Minyak jelantah 37 45 43 125 41,66 Minyak jarak 80 83 87 250 83,33 A2 Minyak jarak 71 75 79 225 75 Minyak jarak 109 115 120 344 114,67 A3 Minyak jelantah 98 109 105 312 104 Jumlah 440 480 484 1404 78

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Tabel 10. rata-rata volume bahan bakar selama proses perebusan.

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009) Keterangan : A1 : Air 1 liter A2 : Air 2 liter A3 : Air 3 liter B1 : Minyak Jarak B2 : Minyak Jelantah Faktor A Faktor B A1 A2 A3 Total Rata-rata B1 148 250 344 742 247,334 B2 125 225 312 662 270,334 Total 273 475 656 1404 258,834

(43)

49 41.66 83 75 114.67 104 20 35 50 65 80 95 110 volume bahan bakarl

minyak jarak minyak jelantah minyak jarak minyak jelantah minyak jarak minyak jelantah

Perlakuan 45.49 79.16 109.33 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 100 110 Volume bahan bakar

air 1 liter air 2 lier air 3 liter

Rata-rata uji pengamatan terhadap volume bahan bakar yang dibutuhkan untuk mendidihkan air pada perlakuan 1 2, &3 liter B1 (volume minyak jelantah) lebih tinggi dari pada perlakuan B2 (volume minyak jarak ). Hal ini dapat dilihat pada gambar 14

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Gambar 14. Diagram Volume Bahan Bakar

Diagram 6. Rata-rata Faktor A. Pengamatan volume bahan bakar dibutuhkan untuk mendidihkan air pada perlakuan 1, 2 & 3 liter

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

(44)

90.111 82.45 50 60 70 80 90 Volume bahan bakar Minyak Jarak Minyak Jelantah

Diagram 7. Rata-rata Faktor B. Pengamatan volume bahan bakar. Dibutuhkan untuk mendidihkan air pada perlakuan 1, 2 & 3 liter.

Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2009)

Gambar 16. Diagram B Volume Bahan Bakar

2. Pembahasan

Dari hasil pengamatan tiap-tiap perlakuan dapat diketahui bahwa volume minyak jarak yang digunakan lebih tinggi dari pada volume minyak jelantah. Hal ini dipengaruhi oleh sifat fisik minyak jarak yang lebih mudah terbakar dibanding minyak jelantah berdasarkan pada titik

bakarnya. Titik bakar dari minyak jarak adalah 240 oC (Prihandana dkk.

2007) dan minyak kelapa sawit 314 oC (Muhlbauer et al., 1998). Hal ini pulalah yang menyebabkan volume dari minyak jarak lebih cepat habis dibandingkan volume minyak jelantah yang digunakan.

(45)

D. Warna Api

Warna api yang dihasilkan dari kompor minyak jarak dan kompor minyak jelantah hampir sama yaitu berwarna orange kebiruan. Tetapi semakin lama waktu pemanasan maka warna api yang dihasilkan dari kompor minyak jarak semakin berwarna kebiruan dan hampir tidak kelihatan, dan hal ini tidak terjadi pada warna api yang dihasilkan oleh kompor minyak jelantah yang cenderung tetap berwarna orange kebiruan. Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut, semakin panjang gelombangnya maka semakin kecil energi yang dihasilkan. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer dan warna merah memiliki panjang gelombang 630 nanometer. hal inilah yang menyebabkan minyak jarak menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan minyak jelantah

karena apinya lebih berwarna kebiruan bahkan tidak terlihat. Wikipedia

(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian perbandingan efisiensi kompor nabati berbahan bakar minyak jelantah dengan berbahan bakar minyak jarak maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada tingkat kemudahan penyalaan kompor, kompor nabati yang cepat

menyala adalah kompor dengan bahan baku minyak jarak dengan total rata-rata 8,50 menit, sedangkan untuk minyak jelantah dengan total 8,537 menit karena titik bakar pada minyak jarak lebih rendah dibandingkan minyak jelantah yang mempunyai titik bakar lebih tinggi sehingga kompor lebih cepat menyala

2. Waktu yang paling cepat untuk memasak air dalam ukuran 1,2,3 liter

terdapat pada minyak jarak adalah dengan waktu rata-rata 12,83 menit. Itu adalah waktu yang dihasilkan untuk mencapai suhu 100 oC sedangkan dengan menggunakan minyak jelantah waktu rata-rata 13,578 menit. Hal ini karena titik bakar minyak sawit lebih tinggi dibandingkan minyak jarak yang mempunyai titik bakar lebih rendah sehingga mudah terbakar.

3. Warna api yang dihasilkan oleh minyak jarak adalah merah kebiruan, dan

warna api yang dihasilkan oleh minyak jelantah orange kebiruan. Karena titik bakar pada minyak jarak lebih rendah dibanding minyak jelantah yang lebih tinggi.

(47)

4. Volume baha n bakar yang digunakan oleh kompor dengan bahan baku minyak jarak adalah dengan nilai rata-rata 82,45 ml. Sedangkan volume bahan bakar yang digunakan minyak jelantah lebih irit dari pada minyak jarak yaitu 73,56 ml .Hal ini karena minyak jarak lebih rendah titik bakarnya dibanding minyak jelantah yang menpunyai titik bakarnya lebih tinggi.

5. Jadi diantara minyak jarak dan minyak jelantah yang lebih efesiensi adalah

minyak jarak karena dapat dilihat dari tingkat kemudahan penyalaan,Waktu Perebusan,dan warna api yang dihasilkan lebih merah Kebiruan.

B. Saran

1. Jika menggunakan Kompor protos sebaiknya menggunakan spritus cukup

dengan ukuran 30 ml, karena minyak nabati memiliki titik bakar yang tinggi sekitar 300 0 C sehingga perlu pemancingan.

2. Saat proses pemanasan sebaiknya membuka kran harus pelan-pelan karena

sifat minyak nabati harus dalam bentuk kabut atau uap agar dapat terbakar secara senpurna jika tidak minyak akan keluar deras sehingga nyala api yang dihasilkan tidak stabil.

3. Untuk tekanan yang standar operasional biasanya tertulis 2-3 sebaiknya

menggunakan tekanan 2 bar sudah cukup, karena dengan tekanan 2 bar sudah cukup untuk menolak minyak keluar sehingga kabut atau uap minyak dapat terbakar secara sempurna.

(48)

4. Jika ingin menggunakan kompor protos sebaiknya menggunakan bahan bakar minyak jarak, karena proses pemanasan lebih cepat dalam mendidihkan air, warna api yang dihasilkan adalah merah kebiruan namun minyak jelantah juga bisa digunakan sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak jarak bila suatu saat sulit didapatkannya minyak jarak.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Kamus Besar Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta

Anonim. 2008. Kompor Minyak Nabati. Puslitkoka. Jember

Hambali E, Mujdalifah S, Tambunan, Pattiwiri, Hendroko R. 2008. Teknologi Bioenergi. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hamdi, 2005. Budidaya Tanaman jarak. Agromedia Pustaka. Jakarta

Kirk, R. E. and Othmer, D. F. 1992. Encyclopedia of Chemical Technology. The Interscience Encyclopedia Inc. New York

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/2071.pdf. (29 oktober 2009)

Mulyamah. 1987. Tinjauan Umum Efisiensi. Balai Pustaka. Jakarta

Muhlbauer. Esper. Stumpf . Baumann. 1998. “Rural Energy, Equity and Employment: Role of Jatropha Curcas", Institute for Agricultural Engineering in the Tropics and Subtropics, Hohenheim University, Stuttgart, Germany

Prihandana. 2007. Meraup Untung dari Jarak Pagar. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta

Sastrosupadi A. 1995. Rancangan Percobaan Praktis Untuk Bidang Pertanian. Kanisius,Yokyakarta.

Soerwidjaya. 2006. Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk Rumah Tangga. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perkebunan. Bogor

Wikipedia. 2008. Kompor Nabati. http : // id. wikipedia.org (2 juli 2009)

Wikipedia. 2009 . spekrum htt://id.wikipedia. org/wiki/ (20 oktober 2009) .

(50)
(51)

Lampiran 1. Gambar Tanaman Jarak

Gambar 17. Tanaman Jarak

(52)

Lampiran 2 . Gambar Kompor Protos dan Peralatan Lainya serta Minyak Nabati

(53)

Gambar 20. Kompor Minyak Jarak( Kiri) Dan Kompor Minyak Jelantah (Kanan)

Gambar 21. Pompa Angin

(54)

Gambar 23 . Tabung Kompor Protos

(55)

Gambar 25 . Minyak Jelantah

Gambar

Tabel 1.  Perkembangan Produksi Minyak Goreng Kelapa dan   Minyak    Sawit Indonesia (dalam juta ton)
Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Sawit per       Kapita  di Indonesia
Gambar 1.   Kompor Protos
Gambar 3.  Kompor Hanjuang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat produktivitas di sektor pertanian jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat produktivitas di sektor industri.karena tingkat produktivitas dan pendapatan yang

Dokumen Penetapan Lokasi Pembangunan dan Kriteria Pengadaan Tanah Baik Secara Langsung Maupun Melalui Tahapan Perpres No 71/2012, 2... KEUANGAN DAERAH,/ Program

Active direktory merupakan salah satu solusi untuk otentifikasi praktikan/ user pada jaringan komputer, sebagai salah satu layanan direktori yang dapat digunakan

- Alat ukur yang digunakan sesuai dengan standar, pengukuran dilakukan oleh pekerja terampil dan berpengalaman dan memakai perlengkapan kerja standar, - Pemasangan

Cornelia (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hasil penilaian konsumen atas kualitas layanan akan membentuk pola loyalitas konsumen yang apabila

Total energi hidrolik yang dihasilkan dari tekanan reservoir untuk pompa piston tunggal tanpa kontrol selama 1000 detik adalah 22.373.910 J sedangkan total energi

Tindak pidana yang berhubungan dengan dunia perbankan dimulai dengan perampokan uang di bank, ketika kejahatan pada umumnya dilakukan oleh orang- orang berasal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan work engagement. Berdasarkan